Pagi harinya …
Setelah selesai mandi Nicko turun dari kamarnya ke lantai dasar, pagi ini rumah tampak sepi. Ia melempar pandangan kesetiap sudut ruangan yang bisa dijangkau matanya tidak dilihatnya Jerry yang biasa berolahraga di Minggu pagi.
Nicko langsung menuju meja makan untuk sarapan dilihatnya Inem sibuk diwaterfall dapur entah apa yang dilakukannya di sana.
“Jerry!” teriak Nicko memanggil sekretarisnya itu.
Berhasil membuat Mysel terperanjat dan bangun dari tidurnya mendengar teriakan Nicko memanggil nama Jerry.
Tidak butuh waktu lama Jerry keluar dari dalam kamarnya dilorong sebelum dapur.
“Ya tuan?” sahut Jerry.
“Darmi mana saja kamu?” tanya Nicko bersuara santai.
“Baru selesai mandi habis olahraga,” jawab Jerry menarik salah satu kursi dan turut duduk disamping Nicko.
Nicko tidak mempedulikan Jerry yang mulai sibuk mengolesi roti miliknya dengan selai nanas.
Tiba-tiba Nicko mengingat perihal gadis semalam yang dibawanya pulang, Mysel.
“Gadis kampung itu mana?” tanya Nicko seraya mencibir sebagai bentuk dirinya tidak suka.
“Mungkin masih tidur,” jawab Jerry tidak pasti.
“Dasar pemalas!” umpat Nicko.
Disaat yang bersamaan Mysel keluar dari kamar dan mendekat ke arah mereka.
“Kau!” ucap Nicko saat dilihatnya Mysel muncul tiba-tiba.
“Ya tuan,” sahut Mysel tidak mengerti.
“Ya Tuhan gadis ini!” ucap Nicko kesal dan membanting roti ditangannya ke atas piring.
Nicko berdiri memandangi wajah Mysel nanar dirinya menunjukkan kalau ia sangat-sangat tidak suka pada Mysel.
“Kamu disini bekerja bukan untuk malas-malasan! Apa ada seorang pembantu bangun lebih siang dari majikannya?” tanya Nicko.
“Karena kebodohanmu itu, maka tidak ada jatah sarapan untukmu!” imbuh Nicko bicara seenak jidatnya.
Mysel merasa lidahnya kelu, untuk menjawab kata-kata Nicko saja ia seakan tidak punya kekuatan.
“Heran, kenapa bisa Inem segendut itu padahal tuannya sangat perhitungan dengan makanan,” batin Mysel.
“Oh iya, semalam aku bejanji membelikan baju untukmu tapi karena kau melakukan kesalahan maka aku urungkan! Aku tidak suka wanita pemalas!” ucapnya lagi.
Jerry terpana ia tidak menyangka Nicko akan berlaku sekejam itu pada Mysel.
“Tuan, dia tidak punya pakaian selain gaun yang semalam dipakainya!” kata Jerry memberitahu.
Tiba-tiba Nicko seakan mendapat ide agar uangnya tidak terbuang sia-sia untuk membelikan Mysel pakaian.
“Suruh dia mengambil semua pakaian yang ditinggalkan Noury dikamar tamu. Ambil semuanya, aku muak melihat barang-barang wanita itu masih tinggal dirumah ini,” ucap Nicko pada Jerry.
“Serius tuan?” tanya Jerry tidak percaya menyuruh dirinya memberikan baju-baju yang ditinggalkan Noury dikamar tamu untuk Mysel.
“Iya kenapa tidak?” jawabnya lagi seakan tanpa beban.
“Terimakasih tuan,” kata Mysel karena akhinya ia tidak perlu lagi memakai daster longgar milik Inem.
Tidak ada jawaban berarti dari Nicko untuknya.
“Inem! Ke sini!” teriak Nicko.
Secepat kilat Inem berdiri disamping Mysel menyilangkan tangannya dan membungkuk mengerti kalau tuan arrogan itu kumat lagi penyakitnya.
“Ya tuan!” sahut Inem.
“Mulai hari ini kamu tidak usah lagi bekerja dirumah ini ada dia yang akan mengerjakan semua pekerjaan rumah!” ucap Nicko santai tidak memikirkan sedikit pun nasib Inem setelah kehilangan pekerjaannya.
Seketika berhasil membuat Inem tersentak kaget alang kepalang mendengar dirinya dipecat.
“Tuan, saya mohon tuan jangan pecat saya. Orang tua saya dikampung mau makan apa kalau saya berhenti bekerja. Tuan saya mohon tuan!” ucap Inem memohon belas kasih pada pria yang tidak punya hati.
“Inem apa kamu tidak dengar saya sudah tidak membutuhkan kamu lagi dirumah ini!” lagi Nicko berkata seenaknya.
“Tuan saya tidak mau dipecat tuan, 9 tahun lamanya saya bekerja dirumah ini kenapa tuan tega memecat saya hanya karena gadis ini?” tanya Inem.
Nicko mengalihkan pandangannya pada Mysel yang semalam ditolongnya dari kejaran Jamil dan anak buahnya.
“Karena dia harus membalas semua kebaikan saya dan bekerja sebagai pembantu tanpa gaji dirumah ini!” kata Nicko santai.
Mysel terpana mendengar kalau dirinya bekerja dirumah itu tanpa digaji oleh Nicko sebagai balas budi atas kebaikannya semalam membantu dirinya lolos dari kejaran Jamil dan anak buahnya.
“Tuan? Anda tidak menggaji saya bekerja disini?” tanya Mysel dengan raut wajah sedih.
“Ya, kenapa harus digaji? Bukankah semalam kamu mengatakan bersedia melakukan apa saja kalau aku membawamu pergi dari kejaran preman itu?” papar Nicko duduk dikursinya dan kembali dibuat sibuk mengolesi roti ditangannya.
Mysel tertegun dirinya kembali mengingat ucapannya semalam yang mengatakan akan melakukan apa saja asal diselamatkan dari kejaran Jamil dan anak buahnya.
“Padahal aku berkata begitu tanpa berpikir panjang, jadi sampai kapan aku harus mengabdi sebagai pembantunya karena kata-kataku semalam?” tanya Mysel dalam hati.
Hening.
Tiba-tiba Nicko melirik Inem yang masih mematung.
“Inem!” teriak Nicko berhasil membuat wanita berumur 35 tahun itu terperanjat.
“Ya tuan,” jawab Inem gemetaran.
“Apa kau tuli?” ucap Nicko.
Inem memelas meminta belas kasihan dari Nicko untuknya.
“Tuan kumohon!” pinta Inem merendahkan dirinya sendiri dihadapan Nicko yang tidak punya hati.
Berhasil memicu Jerry untuk bersuara.
“Tuan coba pikirkan lagi Inem bekerja sudah 9 tahun dirumah ini, susah mencari pekerja jujur seperti Inem. Bukankah sebentar lagi tuan dan nyonya besar akan kembali ke Indonesia? Kalau tidak ada Inem nanti tuan pasti kerepotan mencari pembantu yang pintar masak seperti dia,” ucap Jerry mengingatkan.
Nicko menautkan kedua alisnya hingga nyaris bertemu saat Jerry berkata seperti tadi.
“Kamu aneh Jerr, semalam kamu memberi usulan padaku bawa gadis ini dan pecat Inem sekarang malah meminta Inem untuk tetap bekerja disini?” tanya Nicko seraya mengunyah roti.
“Aku lupa kalau nyonya besar sangat menyayangi Inem, aku tidak bisa membayangkan bagaimana hancurnya perasaan nyonya besar saat tahu Inem telah anda pecat tuan,” ucap Jerry.
Nicko terdiam dirinya tiba-tiba dibuat dilema mendengar ucapan Jerry ia tahu betul bagaimana sayangnya mamanya pada Inem yang sudah dianggap seperti keluarga sendiri.
“Lalu untuk apa gadis ini ditampung dirumah ini? kalau dibiarkan pergi ke enakan dia!” kata Nicko melirik Mysel dengan tatapan tajam.
Setika Inem mengambangkan senyuman saat dirinya tidak jadi dipecat oleh Nicko, sepatutnya ia berterimakasih pada Jerry yang berulang kali menyelamatkannya dari masalah.
“Inem, ini hanya karena mama kalau tidak sudahku pastikan dirimu angkat kaki sekarang juga,” Ucap Nicko.
Mysel hanya bisa diam saat dirinya disidang oleh tuan arrogant itu, seandainya jika bisa memilih tentu ia tidak ingin ditolong malam itu oleh Nicko.
“Andai semalam aku ditolong oleh orang baik pasti aku tidak direndahkan seperti ini,” batin Mysel.
“Sebenarnya aku bisa saja melepaskanmu dari sini, tapi rugi dong?” Nicko tertawa terbahak-bahak dirinya tidak ubah bagai orang gila yang kaya raya.
“Kalau begitu kau urus saja aku, pastikan segala keperluanku sudah tersedia semuanya, mulai dari pakaian kantorku, sepatuku, merapikan kamarku, segalanya tentang aku! Dengan kata lain kau mulai hari ini jadi pengasuhku,” ucap Nicko tanpa melirik Mysel.
Ucapan Nicko berhasil memancing gelak tawa Jerry dan Inem.
“Pengasuh tuan?” tanya Mysel tidak percaya.
“Iya pengasuh apa kau keberatan? Kalau ya aku bisa saja mengantarmu lagi ke tempat preman semalam, bagaimana? apa kau mau?” ancam Nicko tanpa perasaan.
“Tidak tuan, tidak, aku tidak mau kembali ke sana!” jawab Mysel ketakutan.
“Bagus, kalau begitu kerjakan apa pun yang aku katakan maka kau akan aman!” ucap Nicko menghabiskan sarapannya.
Mysel hanya menunduk ketika diperbudak oleh Nicko, dirinya menyesali ucapannya yang mengatakan akan melakukan apa saja demi lepas dari Jamil dan anak buahnya.
“Inem, pekerjaanmu sekarang berkurang kau tidak perlu memikirkan tentang aku, ada gadis ini yang akan membantu pekerjaanmu. Jadi kau urus saja rumah dan masak, apa kau paham?” tanya Nicko.
“Saya mengerti tuan,” sahut Inem sigap.
“Nanti untuk makan siang buat untuk tiga porsi saja, untukku, Jerry dan dirimu, selama gadis ini masih pemalas maka kasih saja dia makan nasi putih campur garam,” papar Nicko yang tidak peduli pada pengasuhnya itu.
“Ba, baik tuan,” sahut Inem seraya melirik Mysel.
“Inem, kembali bekerja! Dan kau gadis pemalas karena kau bangun kesiangan maka jatah sarapanmu tidak ada, mulailah bekerja dan kau akan dapat makan,” ucap Nicko kasar.
Inem melangkah pergi ke dapur sedangkan Mysel bergegas naik ke lantai dua mengemasi kamar bayi besarnya yang tidak punya perasaan itu, yang bisanya membentak dan memarah-marahi dirinya saja.
Saat Mysel menaiki tangga ia memegangi perutnya yang lapar sejak siang kemarin ia tidak makan apa-apa tapi setidaknya dirinya lega karena bisa lepas dari Jamil yang mengambil keuntungan dari dirinya sebagai pemuas nafsu para lelaki hidung belang.
“Walau dia arrogan tapi setidaknya dia tidak menjualku seperti bang Jamil,” batin Mysel berlalu memegangi perutnya yang lapar.
Mysel terpaku di depan pintu ia melempar pandangannya ke segala arah di dalam kamar didapatinya sprei dan selimut yang berantakan, Mysel menarik napas dalam dan membuang kasar lewat mulut mencari ketenangan dalam dirinya sendiri agar jangan mengeluh dan merasa terbebani dengan profesi barunya sebagai pengasuh bayi tua.Mula Mysel membereskan sprei yang berantakan dan menggantinya dengan yang baru, menyapu, mengepel dan membersihkan perabotan di dalam sana dari debu. Mysel berdiam menghenyakkan diri di atas ranjang nan luas lagi nyaman pandangannya menerawang ia tidak pernah menyangka akan sampai di rumah yang tuannya sangat-sangat tidak punya perasaan seperti Nicko.Mysel mengusap keringat di dahinya mengipas-ngipas leher dengan jemari tangannya tiba-tiba perhatiannya tertuju pada photo berukuran kecil yang terpajang di atas nakas. Mysel meraih dan dilihatnya seorang wanita cantik tinggi semampai berkulit putih dengan raut wajah yang ayu tersenyum.“Pasti dia, gadi
Mysel menuruni anak tangga satu persatu, sementara matanya mendapati Jerry duduk diruang tengah dengan tangan memegang segelas kopi yang mengepulkan asap di atasnya. Pandangan mata mereka saling beradu saat Jerry menyadari Mysel mendekat padanya.“Bisa bantu tunjukkan mana kamar tamu tuan? Tuan Nicko meminta saya mengganti baju, katanya bau!” ucap Mysel bicara sopan sedangkan wajahnya tertunduk dalam, pandangan mata Jerry dan Nicko sama dinginnya dengan ketampanan yang berbeda namun memiliki nilai yang sebanding.“Inem!” teriak Jerry dengan maksud hati menggantikan dirinya menemani Mysel mengambil pakaian di kamar tamu.“Tuan, maaf! Tuan Nicko meminta anda yang menemani katanya tidak percaya sama orang asing,” imbuh Mysel tahu maksud Jerry meminta bantuan Inem menggantikan menemani dirinya ke kamar tamu.Jerry tersenyum, ia dibuat bingung dengan bossnya Nicko yang eksra hati-hati pada gadis baik seperti Mysel, ia tidak mengerti kenapa Nicko seperti itu pada M
Nicko memberanikan diri memeluk tubuh ramping Mysel di dekapannya, membenamkan kepala Mysel di dada bidangnya berusaha menenangkan gadis itu dari ketakutan yang ia rasakan.“Jangan takut, aku tidak akan menyakitimu,” bisik Nicko ditelinga Mysel.“Ya Tuhan, aku memeluknya?” batin Nicko tidak percaya dengan apa yang dilakukannya.Pelukan hangat Nicko perlahan berhasil menenangkan Mysel dari isak tangisnya dalam ketakutan yang ia rasanya, dada dengan bulu-bulu halus dimana Mysel membenamkan wajahnya dapat merasakan kehangatan dari sentuhan kulit mereka. Cepat Mysel berusaha kembali menguasai dirinya lepas dari ketakutan trauma yang ia rasakan.Dengan gerakan sigap Mysel mundur melepaskan diri dari pelukan Nicko, menundukkan pandangannya dan berdiri. Disaat bersaamaan rasa pusing dikepalanya semakin kuat hingga ia kehilangan kesadaran dan jatuh, beruntung Nicko cepat menangkap tubuh ramping Mysel dalam kedakapannya.Nicko sedikit panik, ia menggendong Mysel
Satu setengah jam lamanya Mysel masih belum sadarkan diri, sedangkan Nicko sudah kembali dari pertemuannya. Nicko melangkahkan kaki menaiki anak tangga dan berdiri di depan pintu kamar dilihatnya Jerry masih setia menunggu Mysel sembari duduk disofa putih memperhatikan Mysel dari sana.“Dia belum bangun?” tanya Nicko.“Belum tuan,” sahut Jerry khawatir.“Tuan, apa tidak sebaiknya bawa dia ke rumah sakit?” imbuh Jerry.Nicko mendekat ke ranjang tidak menghiraukan usulan Jerry, sesampai di pinggir ranjang Nicko memperhatikan wajah pucat Mysel. Tanpa permisi ia menyentuh kening gadis itu dan dirasakannya tubuh Mysel panas.“Jerr, siapkan mobil. Dia demam kita bawa dia ke rumah sakit sekarang!” perintah Nicko.“Baik tuan,” Jerry beranjak.Saat Nicko hendak menggendong tubuh Mysel, disaat itu pula ia bangun dan membuka matanya perlahan.“Hey, kau bangun?” tanya Nicko.Tidak ada jawaban berarti dari Mysel ia mengeryitkan kening m
Malam harinya setelah Mysel merasa jauh lebih baik ia kembali ke kamarnya, ia duduk dipinggir ranjang dengan pikiran menerawang. Jauh dalam hatinya Mysel saat ini menghadapi dilema yang teramat padahal sebelumnya ia berniat untuk pulang kampung menemui ayah dan ibunya menceritakan semua kejahatan yang telah dilakukan Jamil padanya, tapi seketika niat itu ia urungkan setelah hati dan pikirannya tenang karena dengan menceritakan semuanya akan membuat orang tuanya sedih dan kecewa mendengar kabar yang ia bawa.“Mana mungkin aku pulang dan menciritakan pada ayah dan ibu? Pasti mereka bersedih sebaiknya aku mencari pekerjaan dikota ini dan uangnya akan kukirim untuk ayah dan ibu dikampung,” batin Mysel.Tekad Mysel yang semula bulat sekarang tidak lagi, ia memilih untuk bertahan dikota yang keras ini dan mencari pekerjaan.“Tapi bagaimana kalau sampai Jamil menemukan aku lagi?” tiba-tiba Mysel kepikiran tentang Jamil yang telah menjual dirinya pada pria hidung belang.
“Biasanya meja ini hanya kita berdua, tapi sekarang berbeda rasanya penuh warna tidak lagi sepi,” ucap Jerry seraya meneguk air putih digelasnya.Hening, tidak ada jawabana berarti dari Nicko.“Tuan, kapan nyonya besar dan tuan besar kembali pulang ke Indonesia?” tanya Inem ingin tahu.“Aku juga belum telpon mama, paling tidak dalam minggu-minggu ini,” sahut Nicko tersenyum pada Inem yang mulai mengemasi piring-piring kotor.Semua orang telah selesai makan tapi tidak dengan Mysel ia sangat menikmati makan malamnya dengan lahap sedangkan Nicko memperhatikan gadis itu dengan perasaaan berkecamuk.“Mysel kamu tahu? Masakan Inem sangatlah enak, apa kau bisa memasak?” tanya Nicko mengalihkan perhatian Mysel dari piringnya.“Bisa tuan, tapi aku tidak yakin masakanku lebih enak dari Inem,” sahut Mysel sambil memahat senyum dibibirnya.Nicko enggan berlalu dari meja makan sebelum Mysel selesai, saat dipastikannya Mysel telah siap Nicko langsung perg
“Besok malam kau temani aku datang ke pesta ulang tahun tuan Jackson,” ucap Nicko.“Pesta? Tapi kenapa harus aku?” tanya Mysel tidak mengerti.“Tuan maafkan aku, aku tidak biasa datang dipesta kelas atas,” imbuh Mysel memelas.Mendengar Mysel menolak ajakannya Nicko tampak geram, wajahnya yang tadi bersahabat berubah drastis seperti mula waktu pertama mereka bertemu. Mysel menundukkan wajahnya.“Dia menolak?” gumam Nicko tidak percaya.“Maaf tuan, tapi nanti apa kata orang-orang kalau mereka tahu anda datang bersama bekas wanita malam?” ucap Mysel lirih merasa dirinya begitu rendah jika mengingat malam yang pernah ia lalui ketika menjadi anak asuh Jamil.Nicko menghela napas panjang seraya menggelengkan kepala.“Tidak mungkin orang-orang tahu kalau kamu tidak memberitahu!” ucap Nicko, ia kesal akan kepolosan Mysel.Mysel tertegun apa yang dikatakan Nicko benar juga, orang lain tidak mungkin tahu kalau dirinya tidak memberitahu.“
“Saat itu aku berumur 23 tahun ketika diangkat jadi sekretaris sekaligus orang kepercayaan tuan Nicko, aku satu tahun lebih muda darinya. Sekarang umurku 28 dan tuan Nicko 29 tahun, awal pertemuan kami di kantor aku hanya karyawan biasa yang beruntung bisa ikut sampai di sini bersamanya,” terang Jerry.“Aku sempat berpikir kalau tuan Jerry dan tuan Nicko bersaudara, sepupu misalnya,” ungkap Mysel, ia memperhatikan Jerry lekat.“Bukan, aku hanya orang biasa yang beruntung bisa menjadi sekretaris Nicko,” timpalnya.Mysel mengangguk ringan mendengar penjelasan Jerry.“Keluarga anda tuan?” tanya Mysel.Sejenak berhasil membuat Jerry terdiam dan berkaca-kaca tatkala Mysel menanyakan seputar keluarganya.“Ayah dan ibuku sudah lama meninggal dalam sebuah kecelakaan, setelah itu aku tinggal bersama bibikku. Tidak ingin menyusahkan mereka lebih lama setelah tamat sekolah aku memutuskan merantau, berbekal ijazah sekolah menengah kejuruan bidang administrasi