Mysel terpaku di depan pintu ia melempar pandangannya ke segala arah di dalam kamar didapatinya sprei dan selimut yang berantakan, Mysel menarik napas dalam dan membuang kasar lewat mulut mencari ketenangan dalam dirinya sendiri agar jangan mengeluh dan merasa terbebani dengan profesi barunya sebagai pengasuh bayi tua.
Mula Mysel membereskan sprei yang berantakan dan menggantinya dengan yang baru, menyapu, mengepel dan membersihkan perabotan di dalam sana dari debu. Mysel berdiam menghenyakkan diri di atas ranjang nan luas lagi nyaman pandangannya menerawang ia tidak pernah menyangka akan sampai di rumah yang tuannya sangat-sangat tidak punya perasaan seperti Nicko.
Mysel mengusap keringat di dahinya mengipas-ngipas leher dengan jemari tangannya tiba-tiba perhatiannya tertuju pada photo berukuran kecil yang terpajang di atas nakas. Mysel meraih dan dilihatnya seorang wanita cantik tinggi semampai berkulit putih dengan raut wajah yang ayu tersenyum.
“Pasti dia, gadis yang telah membuat Nicko kecewa. Hay Noury kau hebat berhasil membuat tuan arrogan itu takut untuk jatuh cinta lagi!” bisik Mysel tergelak saat diingatnya Nicko yang sangat meresapi rasa sakit dikhianati.
“Untung aku belum mengenal cinta, jadi tidak tahu sakitnya patah hati,” imbuh Mysel mencibir bicara pada photo gadis dengan pose yang begitu anggun dan menawan mengenakan gaun selutut tanpa lengan.
“Hey gadis kampung! Apa yang sedang kau lakukan? Kau bicara dengan photo itu?” hardik Nicko, berhasil membuat Mysel terperanjat dari duduknya dan photo ditangannya tadi jatuh ke lantai alhasil figura photo itu pun pecah.
“Ya Tuhan! Kau ini!” Nicko merapatkan gerahamnya sedangkan jemarinya membentuk tinju.
Mysel segera merungkuk dan membereskan pecahan kaca ia ketakutan melihat amarah Nicko yang meledak-ledak.
“Tuan maafkan aku,” ucap Mysel bernada sesalan.
“Maaf, maaf! Baru sehari kau di rumah ini sudah membuatku jengkel bagaimana sampai seminggu? Jangan buat aku benci padamu dan mengusirmu dari sini! Kalau kau sampai melakukan kesalahan lagi maka siap-siap kau akan menjadi gelandangan!” ancam Nicko berhasil membuat Mysel menelan ludah.
“Sekali lagi maafkan saya tuan, saya akan melakukan apa saja asal tuan Nicko tidak mengusir saya dari sini!” ucap Mysel.
“Ya Tuhan, apa yang sudah aku katakan? Berulang kali aku mengatakan akan melakukan apa saja, padahal aku dibuat terjebak oleh kata-kataku sendiri,” batin Mysel enggan bersitatap dengan mata elang Nicko yang melotot.
Jemari Mysel sibuk mengemasi pecahan kaca dan,
“Auh,” Mysel meringis.
Pecahan kaca tadi telah melukai jemari tangannya yang lentik dan mengeluarkan darah, memicu Nicko kembali bersuara.
“Ceroboh!” umpat Nicko.
“Aku tegaskan sekali lagi, kalau kau ketahuan memeriksa barang-barang pribadiku tanpa izin maka aku tidak segan-segan menghukummu! Bekerjalah dengan benar maka kau akan selamat!” lagi Nicko bicara dengan nada yang tidak enak untuk didengar.
“Iya tuan, sekali lagi maafkan aku. Kesalahan ini tidak akan pernah terulang lagi,” ucap Mysel berdiri membawa pecahan kaca menuju tempat sampah di sudut kamar dekat pintu kamar mandi.
Waktu begitu cepat berlalu sekarang sudah menunjukkan pukul 11:30 siang, sedangkan Mysel masih dengan perut laparnya ia sibuk membersihkan lemari besar milik Nikco dari debu-debu yang menempel, sesekali matanya melirik tuan arrogan yang duduk disofa kamar berwarna putih sibuk dengan gawai ditangannya.
Mysel merasa pusing yang teramat, pandangannya berkunang-kunang tapi ia harus kuat tidak mau membuat Nicko mengatainya pemalas seperti tadi.
“Hey gadis kampung! Apa kau sudah mandi? Kenapa kau sangat bau?” tanya Nicko pada Mysel tanpa melirik lawan bicaranya.
Mendengar Nicko bicara seperti itu membuat Mysel menghela napas dalam tidak mengerti dengan tuan arrogan yang selalu mencari-cari kesalahannya.
“Saya sudah mandi tuan, tapi tidak ganti baju,” jawab Mysel apa adanya.
Seketika Nicko melirik Mysel dengan pandangan tajam, membuat gadis itu tertunduk tidak sanggup bersitatap dengan mata elang yang terus membuatnya merasa bagai diintimidasi.
“Segera ganti bajumu dengan baju yang ada di kamar tamu, ajak Jerry ikut denganmu jangan masuk ke sana sendirian aku tidak bisa percaya begitu saja dengan orang asing,” ucap Nicko.
“Baik tuan,” sahut Mysel sedangkan hatinya merasa panas mendengar ucapan Nicko yang terus-terusan menyakiti hatinya.
“Saya permisi dulu,” ucap Mysel hendak meninggalkan kamar. Tapi baru saja sampai pintu suara baritone Nicko kembali menyentuh indera pendengarannya membuat Mysel menghentikan langkah.
“Cepat kembali! Setelah ini kau harus memijit punggungku, tubuhku rasanya sakit!” perintah Nicko.
Mysel kembali menelan ludah saat mendengar perintah dari sang tuan yang mengatakan harus cepat kembali dan memijitnya.
“Baik tuan,” sahut Mysel dan berlalu ke luar kamar meninggalkan Nicko seorang diri di dalam.
Mysel telah berlalu, perhatian Nicko tertuju pada ponselnya yang berdering di atas meja. Nicko mendapati nama pemanggil dilayar ponselnya adalah Noury seketika membuat pria arrogan itu mengeryitkan kening.
“Untuk apa lagi dia menelponku setelah selama ini hilang bagai ditelan bumi?” batin Nicko, dirinya enggan menjawab panggilan dari mantan kekasih yang telah mengkhianati dirinya.
Seakan tidak menyerah si pemanggil mengulangi teleponnya dan ponsel itu kembali berdering membuat Nicko meraih benda pipih itu dari atas meja sofa dan menjawab.
“Sayang,” sapa suara manja nan lembut dari sebrang sana, jelas dari suaranya saja pasti orangnya berparas ayu.
“Sayang?” jawab Nicko mengulangi ucapan Noury yang telah meninggalkannya demi laki-laki lain yang lebih kaya darinya.
“Nikc, kenapa kamu sedingin ini sama aku?” tanya wanita itu pada Nicko dengan nada memelas.
“Dingin? Aku akan bersikap baik pada orang yang juga baik padaku, sekarang aku tanya, kamu pantas nggak dibaikin?” ucap Nicko kesal.
“Nick please, aku minta maaf. Aku nggak bisa hidup tanpamu!” ucapnya lagi memohon maaf pada laki-laki yang dulu memperjuangkan dirinya mati-matian.
“Nggak bisa hidup tanpa aku?” Nicko tergelak.
“Tapi aku bisa hidup tanpa kamu, gimana dong? Tanpa kamu pun aku tetap bisa happy, jadi mau kamu nggak bisa hidup atau mati pun sekalian aku nggak peduli!” imbuh Nicko yang hatinya sudah terlanjur benci pada Noury.
Seketika hening tercipta ketika Nicko usai mengatakan seperti itu pada Noury, jelas terdengar gadis itu menangis lirih.
“Aku tanya, saat aku mencintaimu dengan segenap jiwa dan ragaku kenapa pergi tanpa memberiku kabar? Apa Andre menyakitimu hingga kau kembali mengemis cinta pada laki-laki yang sudah kau khianati?” sambung Nicko setelah keheningan diantara mereka tadi tercipta.
Tut, sambungan telepon terputus.
Nicko menaruh kembali ponselnya di atas meja dengan gerakan kasar, wajahnya memerah matanya berkaca-kaca, jauh dihatinya paling dalam rasa cinta untuk Noury jelas masih tersimpan, hanya saja sakit hati dan kecewa yang ia rasakan membuatnya mampu mengatakan hal seperti tadi pada wanita yang selama ini menjadi mengisi hatinya.
“Kamu kemana saja saat aku terpuruk? Apa Andre telah meninggalkanmu demi wanita lain dan membuatmu kembali mengenang aku yang jelas mencintamu dengan sepenuh hati? Apa kau sekarang tersadar kalau aku lah laki-laki yang benar-benar tulus menyayangimu?” batin Nicko mengepalkan jemarinya membentuk tinju membuat urat tangannya yang kekar terlihat.
“Walau aku mencintaimu tapi rasa sakit ini masih kental terasa, aku sudah terbiasa tanpa kamu disampingku. Kenapa aku harus menerimamu kembali?” gumam Nicko sembari menyandarkan diri disandaran sofa mengusap wajahnya kasar dengan kedua telapak tangannya.
Mysel menuruni anak tangga satu persatu, sementara matanya mendapati Jerry duduk diruang tengah dengan tangan memegang segelas kopi yang mengepulkan asap di atasnya. Pandangan mata mereka saling beradu saat Jerry menyadari Mysel mendekat padanya.“Bisa bantu tunjukkan mana kamar tamu tuan? Tuan Nicko meminta saya mengganti baju, katanya bau!” ucap Mysel bicara sopan sedangkan wajahnya tertunduk dalam, pandangan mata Jerry dan Nicko sama dinginnya dengan ketampanan yang berbeda namun memiliki nilai yang sebanding.“Inem!” teriak Jerry dengan maksud hati menggantikan dirinya menemani Mysel mengambil pakaian di kamar tamu.“Tuan, maaf! Tuan Nicko meminta anda yang menemani katanya tidak percaya sama orang asing,” imbuh Mysel tahu maksud Jerry meminta bantuan Inem menggantikan menemani dirinya ke kamar tamu.Jerry tersenyum, ia dibuat bingung dengan bossnya Nicko yang eksra hati-hati pada gadis baik seperti Mysel, ia tidak mengerti kenapa Nicko seperti itu pada M
Nicko memberanikan diri memeluk tubuh ramping Mysel di dekapannya, membenamkan kepala Mysel di dada bidangnya berusaha menenangkan gadis itu dari ketakutan yang ia rasakan.“Jangan takut, aku tidak akan menyakitimu,” bisik Nicko ditelinga Mysel.“Ya Tuhan, aku memeluknya?” batin Nicko tidak percaya dengan apa yang dilakukannya.Pelukan hangat Nicko perlahan berhasil menenangkan Mysel dari isak tangisnya dalam ketakutan yang ia rasanya, dada dengan bulu-bulu halus dimana Mysel membenamkan wajahnya dapat merasakan kehangatan dari sentuhan kulit mereka. Cepat Mysel berusaha kembali menguasai dirinya lepas dari ketakutan trauma yang ia rasakan.Dengan gerakan sigap Mysel mundur melepaskan diri dari pelukan Nicko, menundukkan pandangannya dan berdiri. Disaat bersaamaan rasa pusing dikepalanya semakin kuat hingga ia kehilangan kesadaran dan jatuh, beruntung Nicko cepat menangkap tubuh ramping Mysel dalam kedakapannya.Nicko sedikit panik, ia menggendong Mysel
Satu setengah jam lamanya Mysel masih belum sadarkan diri, sedangkan Nicko sudah kembali dari pertemuannya. Nicko melangkahkan kaki menaiki anak tangga dan berdiri di depan pintu kamar dilihatnya Jerry masih setia menunggu Mysel sembari duduk disofa putih memperhatikan Mysel dari sana.“Dia belum bangun?” tanya Nicko.“Belum tuan,” sahut Jerry khawatir.“Tuan, apa tidak sebaiknya bawa dia ke rumah sakit?” imbuh Jerry.Nicko mendekat ke ranjang tidak menghiraukan usulan Jerry, sesampai di pinggir ranjang Nicko memperhatikan wajah pucat Mysel. Tanpa permisi ia menyentuh kening gadis itu dan dirasakannya tubuh Mysel panas.“Jerr, siapkan mobil. Dia demam kita bawa dia ke rumah sakit sekarang!” perintah Nicko.“Baik tuan,” Jerry beranjak.Saat Nicko hendak menggendong tubuh Mysel, disaat itu pula ia bangun dan membuka matanya perlahan.“Hey, kau bangun?” tanya Nicko.Tidak ada jawaban berarti dari Mysel ia mengeryitkan kening m
Malam harinya setelah Mysel merasa jauh lebih baik ia kembali ke kamarnya, ia duduk dipinggir ranjang dengan pikiran menerawang. Jauh dalam hatinya Mysel saat ini menghadapi dilema yang teramat padahal sebelumnya ia berniat untuk pulang kampung menemui ayah dan ibunya menceritakan semua kejahatan yang telah dilakukan Jamil padanya, tapi seketika niat itu ia urungkan setelah hati dan pikirannya tenang karena dengan menceritakan semuanya akan membuat orang tuanya sedih dan kecewa mendengar kabar yang ia bawa.“Mana mungkin aku pulang dan menciritakan pada ayah dan ibu? Pasti mereka bersedih sebaiknya aku mencari pekerjaan dikota ini dan uangnya akan kukirim untuk ayah dan ibu dikampung,” batin Mysel.Tekad Mysel yang semula bulat sekarang tidak lagi, ia memilih untuk bertahan dikota yang keras ini dan mencari pekerjaan.“Tapi bagaimana kalau sampai Jamil menemukan aku lagi?” tiba-tiba Mysel kepikiran tentang Jamil yang telah menjual dirinya pada pria hidung belang.
“Biasanya meja ini hanya kita berdua, tapi sekarang berbeda rasanya penuh warna tidak lagi sepi,” ucap Jerry seraya meneguk air putih digelasnya.Hening, tidak ada jawabana berarti dari Nicko.“Tuan, kapan nyonya besar dan tuan besar kembali pulang ke Indonesia?” tanya Inem ingin tahu.“Aku juga belum telpon mama, paling tidak dalam minggu-minggu ini,” sahut Nicko tersenyum pada Inem yang mulai mengemasi piring-piring kotor.Semua orang telah selesai makan tapi tidak dengan Mysel ia sangat menikmati makan malamnya dengan lahap sedangkan Nicko memperhatikan gadis itu dengan perasaaan berkecamuk.“Mysel kamu tahu? Masakan Inem sangatlah enak, apa kau bisa memasak?” tanya Nicko mengalihkan perhatian Mysel dari piringnya.“Bisa tuan, tapi aku tidak yakin masakanku lebih enak dari Inem,” sahut Mysel sambil memahat senyum dibibirnya.Nicko enggan berlalu dari meja makan sebelum Mysel selesai, saat dipastikannya Mysel telah siap Nicko langsung perg
“Besok malam kau temani aku datang ke pesta ulang tahun tuan Jackson,” ucap Nicko.“Pesta? Tapi kenapa harus aku?” tanya Mysel tidak mengerti.“Tuan maafkan aku, aku tidak biasa datang dipesta kelas atas,” imbuh Mysel memelas.Mendengar Mysel menolak ajakannya Nicko tampak geram, wajahnya yang tadi bersahabat berubah drastis seperti mula waktu pertama mereka bertemu. Mysel menundukkan wajahnya.“Dia menolak?” gumam Nicko tidak percaya.“Maaf tuan, tapi nanti apa kata orang-orang kalau mereka tahu anda datang bersama bekas wanita malam?” ucap Mysel lirih merasa dirinya begitu rendah jika mengingat malam yang pernah ia lalui ketika menjadi anak asuh Jamil.Nicko menghela napas panjang seraya menggelengkan kepala.“Tidak mungkin orang-orang tahu kalau kamu tidak memberitahu!” ucap Nicko, ia kesal akan kepolosan Mysel.Mysel tertegun apa yang dikatakan Nicko benar juga, orang lain tidak mungkin tahu kalau dirinya tidak memberitahu.“
“Saat itu aku berumur 23 tahun ketika diangkat jadi sekretaris sekaligus orang kepercayaan tuan Nicko, aku satu tahun lebih muda darinya. Sekarang umurku 28 dan tuan Nicko 29 tahun, awal pertemuan kami di kantor aku hanya karyawan biasa yang beruntung bisa ikut sampai di sini bersamanya,” terang Jerry.“Aku sempat berpikir kalau tuan Jerry dan tuan Nicko bersaudara, sepupu misalnya,” ungkap Mysel, ia memperhatikan Jerry lekat.“Bukan, aku hanya orang biasa yang beruntung bisa menjadi sekretaris Nicko,” timpalnya.Mysel mengangguk ringan mendengar penjelasan Jerry.“Keluarga anda tuan?” tanya Mysel.Sejenak berhasil membuat Jerry terdiam dan berkaca-kaca tatkala Mysel menanyakan seputar keluarganya.“Ayah dan ibuku sudah lama meninggal dalam sebuah kecelakaan, setelah itu aku tinggal bersama bibikku. Tidak ingin menyusahkan mereka lebih lama setelah tamat sekolah aku memutuskan merantau, berbekal ijazah sekolah menengah kejuruan bidang administrasi
“Bantu aku!” perintah Nicko pada Mysel yang sedari tadi menundukkan wajahnya dalam.“Ba, baik tuan,” Mysel segera mendekat, entah kenapa dadanya berdegup sepuluh kali lebih kencang dari biasanya tatkala Nicko menatapnya selekat itu.Mysel mulai mengancingi kemeja putih Nicko satu persatu, jemari lentik itu gemetaran tidak tahu sebab pastinya kenapa begitu. Hembusan napas Nicko bisa dirasakan Mysel, untuk mengancingi kemeja saja ia butuh waktu yang lama.“Ya Tuhan, kenapa aku segrogi ini?” batin Mysel.Setelah selesai, Nicko memakai Jas hitam yang ditinggalkan Tata tadi di atas ranjang lalu ia kembali bersuara.“Pasangkan sepatuku!” perintahnya lagi, Nicko duduk dipinggir ranjang.Mysel menaruh tas tangan yang tadi ia pegang di atas ranjang bergegas membungkuk, dari tempat duduknya Nicko dengan leluasa menjelajahi dada Mysel yang mulus membuat mata sebelumnya 5 watt menjadi 100 watt dalam waktu singkat.Seketika jiwa muda Nicko memburu, keind