Home / Romansa / Trapped By The Devil / 2. Harus Memiliki

Share

2. Harus Memiliki

Author: Diandra
last update Last Updated: 2021-07-07 16:26:25

Menggunakan nama Bimo sebagai sebagai alasan, Rahee pun diberikan ijin pulang cepat pada keesokan harinya. Sekarang dia sudah menginjakan kaki di tempat yang Lia sebutkan, Yayasan Black Diamond. Black Diamond merupakan salah satu yayasan ternama di Jakarta. Para pejabat hingga penggiat dunia hiburan, sering memberikan dana yang ditujukan bagi anak berkebutuhan khusus di sini.

Mobil-mobil mewah berjajar di halaman yayasan, dan ada beberapa pula yang baru tiba. Tunggu, bukankah itu Menteri Kesehatan? Jujur, Rahee payah apabila berkaitan dengan pengetahuan umum, hanya saja menteri tersebut pernah melakukan kunjungan ke rumah sakit tempat Bimo dirawat. Isunya kedatangannya sebatas mencari suara untuk pemilihan presiden tahun depan. Kampanye hitam, mungkin? Ah, entahlah itu bukan urusannya.

"Rahee! Kenapa kau baru datang sekarang?!" pekik Lia yang muncul dengan muka ditekuk. Jelas terlihat temannya ini sudah menunggu di luar gedung sejak tadi. "Kau kemana saja, hah? Bukankah kita janji bertemu dari tiga puluh menit yang lalu?!"

"Maaf, tadi kafe ramai sekali. Aku tidak mungkin membiarkan Mina dan Johnny kerepotan."

"Kau tetap sama, terlalu baik terhadap semua orang," Lia memutarkan matanya sebal. Sementara Rahee masih kikuk, mendapati tampilan Lia jauh berbeda dari yang dia temui tahun lalu. Bibir, payudara, bokong. Semua. "Kita dikejar waktu. Sekarang kau ikut denganku untuk berganti pakaian."

"Mengapa aku harus berganti pakaian?"

"Apa kau berharap akan mendapatkan pekerjaan dengan tampilan semengerikan ini? Mataku bahkan sakit melihatnya."

Menurunkan pandangannya pada diri sendiri, Rahee merasa dirinya rapih. Oke, apabila dibandingkan dengan Lia yang mengenakan dress ketat dan riasan makeup, Rahee memang terlihat kumal. Padahal jika saja dia mau sedikit berdandan, semua orang akan setuju bahwa seorang Rahee layak disandingkan dengan model papan atas.

"Ini... cukup baik," jawab Rahee. Kemeja putih+rok hitam di bawah lutut. Di mana letak kesalahan yang sampai membuat Lia sampai sakit mata?

"Jika kau masuk tanpa aku. Kau akan langsung ditendang oleh security."

Ya, separah itu penilaian Lia.

Rahee pun diseret paksa. Setelah melewati tiga kali pemeriksaan, mereka berjalan terburu-buru di lorong gedung. Rahee terheran. Apa semua yayasan semewah ini? Boleh dibilang dari luar Black Diamond tampak biasa, namun begitu masuk siapa pun akan bertaruh kalau mereka sedang ada di lobby hotel bintang lima.

"Buka bajumu," perintah Lia sesampainya mereka di toilet. Dia mengeluarkan isi paper bag diikuti teriakan hiteris. "Untuk apa kau masuk ke situ?! Buka bajumu di sini!"

Rahee yang hendak melangkahkan kaki ke salah satu bilik toilet, seketika membulatkan matanya, "Apa kau bercanda?"

"Kenapa? Kau ingin mengeluhkan privasimu padahal kau yang membuat kita terlambat? Begitu?"

Pun Rahee setuju. Dia sadar dirinya memang datang melewati waktu yang dijanjikan.

Dress berwarna merah kini sudah menempel sempurna di tubuh rampingnya. Rahee terus menggumamkan kata malu. Tentu, dress yang dipakainya memiliki belahan dada rendah dan potongan tinggi pada bagian kaki. Payudara dan bokongnya tercetak jelas. Seumur hidup belum pernah Rahee mempertontonkan lekuk tubuhnya seekstrem ini.

"Lia, apa kau tidak memiliki pakaian lain? Yang agak... tertutup misalnya?"

Lia yang tengah merias wajah Rahee mengalihkan pandangannya sebentar. Ada suatu perasaan bersalah yang sulit dijelaskan. Mereka sudah saling mengenal sejak SMA, dan di saat itu Rahee telah mati-matian mengobati biaya pengobatan Bimo. Kerja keras tujuh tahun Rahee membuat Lia muak. Sehingga Lia akan bantu Rahee sekalipun caranya keliru.

"Kalau kau menginginkan uang untuk biaya rumah sakit Bimo, sebaiknya kau menurut."

"Tapi,"

Lia memotong ucapannya, "Seperti aku dan ibuku, kau dan Bimo pun hanya tinggal memiliki satu sama lain. Jadi, cukup ingat kesembuhan adikmu. Kau bisa?"

"Iya, aku bisa," sejujurnya barusan Rahee hendak melontarkan jenis pekerjaan apa yang Lia tawarkan. Namun pernyataan Lia menjadikan hatinya tiba-tiba berkecamuk luar biasa. Benar, Rahee memang bisa melakukan pekerjaan apapun demi kesembuhan Bimo.

"Saat kita masih SMA kau cukup populer karena keahlian makeup-mu. Mengapa kau tidak mencobanya pada wajahmu sendiri?"

"Harga makeup semakin mahal," Rahee berujar polos, ikut tertawa pelan. "Lebih baik aku gunakan untuk klienku yang jelas-jelas menghasilkan uang."

"Pemikiranmu kuno sekali. Rupanya kau belum menyadari kalau wajah dan tubuhmu dapat mendatangkan banyak keuntungan," dirasa keceplosan, Lia segera mengganti mengganti topik pembicaraannya. "Akhirnya, selesai! Ini nomor urutmu, pakai di bagian dada."

Menurut, Rahee melirik pantulan cermin sekali lagi sembari memakai pin angka sembilan. Matanya mengerjap tak percaya. Apakah itu betulan dirinya? Sungguh, Rahee merasa asing. Seolah-olah ada sisi lain yang baru terbangun dari tidur panjang setelah 22 tahun lamanya.

-------

Sean Ivano, biasa disebut Sean, memiliki visual tak terbantahkan. Banyak yang bilang jika dia merupakan perwujudan dari keturunan Dewa Yunani. Sebagian lagi meyakini Tuhan sedang dalam suasana hati yang baik ketika menciptakan pria tersebut. Pria berpostur 185 cm itu memiliki hidung mancung, kulit putih pucat, dan rahang tegas nan tajam. Kedua alis tebalnya bahkan sudah menukik sempurna tanpa perlu polesan sedikit pun.

Sean merupakan satu dari empat pria yang tergabung dalam grup Band HEXID. Semua orang di Indonesia hingga Asia sibuk membicarakan mereka. Selain karena tampan, mereka juga memiliki segudang talenta. Tak salah jika mereka sangat digilai, termasuk seorang Sean Ivano yang pesonanya mampu memikat hati siapa saja.

Memang sempurnanya seseorang adalah suatu kemustahilan. Para penggemar boleh saja menilai Sean sebagai orang yang ramah, dermawan, dan berkelakuan baik. Sayangnya semua merupakan kepalsuan, dan Sean telah memakai topeng itu selama lima tahun dirinya berkarir. Sean memiliki prinsip bahwa dunia akan selamanya memutarinya. Dan itu jelas prinsip yang keliru.

Saat ini misalnya. Sean sedang menunjukan ketidaksempurnaannya dengan mendatangi sebuah tempat terkutuk.

"Sean, pergi dari sana sekarang! Jika kau ketahuan, aku akan dipecat!"

Terhadap teriakan itu, Sean menjauhi ponselnya dari telinga. Pria yang barusan memekik adalah Aditya Woruntu, manajer dari Sean. Aditya meracau bagaimana dirinya akan digantung oleh perusahaan, lalu dilanjut bicara mengenai anaknya yang baru lahir dan kemungkinan akan memiliki ayah berstatus pengangguran. Sementara Sean tengah memerhatikan para gadis yang berada di ruangan Yayasan Black Diamond dari layar televisi.

"Black Diamond memang masih menjadi rahasia rapat, tapi tidak menutup kemungkinan polisi akan segera tahu," ujar Aditya.

"Pikirkanlah. Jika pejabat berada di sini dengan tenang, itu artinya polisi sudah diberi suap. Kau harus lebih pintar jika berniat membujukku."

"Tetap saja. Pikirkan kemungkinan terburuk. Kau ingin karirmu hancur, Sean Ivano?"

Sean tertawa keras-keras di paviliunnya. Demikianlah transaksi 'lelang amal' di Yayasan Black Diamond. Para 'investor' ditempatkan pada paviliun masing-masing, sehingga mereka dapat bermain aman.

"Bukankah kau selalu membereskan semua masalahku?"

Itu benar. Aditya yang selalu dibuat berurusan dengan polisi, gadis-gadis one night stand-nya Sean, dan haters yang nyaris mengekspos kelakuan asli Sean di sosial media. Beruntung Aditya cepat tanggap. Setiap hari, Aditya dipastikan membawa cek, materai, dan dokumen sebagai pernyataan tutup mulut.

"Ingat, Sean. Kau tidak selamanya berada di atas. Roda akan berputar dan jangan sampai suatu hari kau menyesal."

Sean terkekeh, muak terhadap segala nasehat Aditya, "C'mon, bersantailah sedikit."

Aditya hampir melemparkan ponselnya ke lantai. Bersantai?! Setiap hari dia stres memikirkan kelakuan apalagi yang akan Sean perbuat. Dan malam ini merupakan puncaknya. Bagaimana apabila kedok Yayasan Black Diamond terungkap dan Sean ketahuan berada di sana?

Black Diamond adalah tempat pelacuran khusus bagi para gadis yang memiliki latar belakang di dunia hiburan. Kebanyakan dari mereka berusia 20-an awal dengan paras sangat cantik, namun mereka kalah bersaing dengan pendatang-pendatang baru yang lebih berbakat. Tak mau hidup nelangsa, mereka akhirnya memilih menjual diri pada kaum elite. Secara tidak langsung Black Diamond dapat disebut sebagai tempat pelacuran kelas atas.

"Sialan, aku membuang-buang waktuku! Mereka tidak ada yang menarik," keluh Sean.

Sean merasa ditipu oleh Erza Gerald, rekannya. Seharusnya ekspetasinya tidak terlalu tinggi mengingat selera mereka berbeda jauh. Sean bersumpah ini akan jadi pertama dan terakhir kalinya dia mendatangi Black Diamond. Bagi Sean, Black Diamond gagal membuktikan sebagai tempat pelacuran elite. Semua membosankan!

Begitu Sean berniat beranjak pergi dari paviliun, dua gadis terakhir muncul di layar. Salah satu dari keduanya berhasil menjadikannya berdiam diri di tempat. Dia menyeringai puas, yang mana itu jarang sekali terjadi. Tanpa ragu Sean langsung menekan angka sembilan, memilih gadisnya.

"I found my girl for tonight."

Related chapters

  • Trapped By The Devil   3. Pengalaman Pertama

    Sepanjang mengikuti proses lelang, Rahee berdecak penuh kagum. Lukisan yang terkesan biasa dapat terjual dengan harga puluhan juta sampai ratusan juta rupiah. Setiap lukisan diberi nomor dan di mata Rahee semua tidak lebih dari gambar abstrak, persis coretan anak-anak. Dia tergelitik sendiri akan penilaiannya. Rasanya dia betulan tak memiliki jiwa seni. Sesekali juga membandingkan, dengan harga sefantastis itu bukankah lebih baik dipakai untuk membeli rumah atau barang yang sekiranya masuk akal?Satu per satu dari 30 gadis yang duduk besama Rahee pun pergi –total sudah delapan orang. Mereka ditempatkan di ruangan besar bersama 30 pria. Hal yang mencolok adalah semua pria yang berada di depan Rahee berpakaian jas hitam rapih, memakai earpiece di telinga, lalu memiliki laptop di masing-masing meja. Entah hanya perasaan Rahee saja, tetapi batinnya gusar karena ketimbang menil

    Last Updated : 2021-07-07
  • Trapped By The Devil   4. Tidak Ada Hasil

    Sekarang pukul 5 pagi. Langit masih gelap dan pria yang memperdaya Rahee juga masih terlelap. Sesudah membersihkan diri, Rahee menghabiskan lima belas menit dengan termenung di depan wastafel. Kejadian semalam berputar kembali dan dia ingin muntah. Tubuhnya hancur. Ada banyak jejak keunguan disetiap jengkal tubuhnya, pun bekas kemerahan akibat ikatan dipergelangan tangannya juga nampak mengerikan. Jangan lupakan kewanitaanya bahkan masih terasa sakit.Rahee menunduk dan benar muntah.Setelahnya dia bergegas, kemudian mengambil dompet dan jaket milik pria itu. Memalukan jika dia keluar dengan pakaian mini ini. Tidak lupa dia juga memungut tisu bekas dari tempat sampah. Rahee melirik sekilas pada pria yang masih tertidur pulas di ranjang. Hatinya lagi-lagi merasakan sakit luar biasa. Satu permintaannya, yaitu jangan sampai ada pertemuan-p

    Last Updated : 2021-07-07
  • Trapped By The Devil   5. Kontrak Sepihak

    Rahee dulu memiliki kehidupan yang baik. Keluarga utuh dan secara ekonomi pun berkecukupan. Hingga kecelakaan mobil dengan tragis menewaskan ibu, ayah, juga kakak satu-satunya. Seluruh anggota keluarganya direnggut paksa saat usainya baru beranjak 15 tahun. Tepat di hari pemakaman, ada pelayat yang tersisa, yaitu seorang wanita dan anak kecil. Anak lelaki itu berkisar tiga tahun, asyik menggambar menggunakan crayon warna."Apa kau Angelia Rahee? Kau anak bungsu dari Mas Hendra, kan?""Iya, anda benar. Kalau boleh tahu kenapa anda bertanya?""Aku dan ayahmu adalah rekan kerja. Kami... menjalin hubungan secara diam-diam. Bukti cinta kami adalah anak ini, Angelo Bimo," wanita itu menyodorkan anak lelaki tadi, lalu tersenyum masam. Lain halnya dengan Rahee yang tak dapat berkutik. Rahee me

    Last Updated : 2021-07-28
  • Trapped By The Devil   6. Perkenalan dengan Band HEXID

    "Minggu depan HEXID akan memulai tur Asia. Kau harus ikut bersama kami selama satu bulan penuh."Perkataan Aditya berhasil membuat Rahee yang sedang minum tersedak. Kerongkongannya kering sejak manajer dari Sean datang menjemput. Dan sekarang mereka sudah tiba disebuah rumah mewah. Rumah mewah milik Sean lebih tepatnya."Jika aku ikut, bagaimana dengan adikku?"Aditya memijat kepalanya, paham. Kemarin saat dia memindahkan Bimo ke kamar VIP, dia tahu bahwa adik dari Rahee memang sedang sakit parah. Namun Aditya harus membuat Rahee bersedia ikut tur Asia. Akan melelahkan jika dia mencari gadis berbeda di setiap negara sebagai teman tidur Sean. Oh, barusan memang terdengar sangat egois, tapi sejak kehadiran Rahee, Aditya bisa sedikit bernafas lantaran Sean hanya terpaku pada gadis ini saj

    Last Updated : 2021-07-28
  • Trapped By The Devil   7. Si Mantan Kekasih

    Dengan langkah panik Rahee berlari menuju lantai kamar inap Bimo. Pikirannya benar-benar berantakan. Bahkan dia hanya menangis selama perjalanan dari gedung agensi Sean hingga tiba di rumah sakit. Sementara Sean masih coba terus menghubunginya, namun Rahee lebih memilih mematikan ponselnya. Dia tak punya cukup tenaga untuk meladeni amarah pria itu.Pun di depan kamar Bimo, Rahee menemukan Bibi Miran dan Paman Dio. Keduanya terduduk di kursi sambil terlihat berdoa."Bibi Miran, bagaimana kondisi Bimo?""Perawat bilang Bimo sempat kejang. Kita harus menunggu di sini karena dokter masih berada di dalam," jawaban Bibi Miran membuat Rahee kembali terisak. Dadanya sesak memikirkan bahwa Bimo harus mengalami rasa sakit yang seakan tak pernah berakhir. Adiknya masih terlalu kecil. Kenapa bukan

    Last Updated : 2021-07-29
  • Trapped By The Devil   8. Heredith Hera

    "Apa ini?! Kau sinting?!" teriak Sean usai membaca sekilas kertas pemberian Rahee.Di sana Rahee menuliskan syarat-syaratnya sendiri, semacam hal kontra terhadap kontrak yang Sean buat secara sepihak. Dimulai dari dilarang mencampuri kehidupan pribadi masing-masing, batasan seks mereka, hingga tertera jumlah uang yang Rahee inginkan. Apabila mustahil lepas dari Sean, maka dia akan masuk dalam lingkar permainan itu. Rahee akan buktikan bahwa dia bisa sama gilanya dengan seorang Sean Ivano.Salah satu alasan Rahee berani menunjukan taringnya adalah karena kejadian kemarin. Selepas mereka berciuman di depan Bayu, Sean langsung membawanya pergi. Dan begitu tiba di rumah, Sean menyetubuhi Rahee secara menggila. Jadi, Rahee putuskan membangun tameng agar kewarasannya tetap terjaga."Kau bisa baca juga bahwa aku ingin kau melakukan test kesehatan. Siapa yang tahu mungkin kau memiliki penyakit kelamin," ejek Rahee diiring tertawa getir.Diremaslah kertas te

    Last Updated : 2021-08-05
  • Trapped By The Devil   9. Tersenyum Tanpa Sadar

    Pandangan Sean terkunci pada Rahee. Kelopak mata Rahee terpejam dengan tali infus yang terpasangan pada bagian lengan kiri. Usai menemui Hera di rumah sakit jiwa, Sean pulang dan menemukan gadis tersebut pingsan. Kondisinya masih sama, kedua tangan kurus Rahee masih terikat pada sisi ranjang, dan juga mulut kecil itu masih tersumpal oleh celana dalam.Sean merasa bersalah."Dia dehidarasi, dan kewanitaannya agak lecet," tutur seorang dokter wanita, lalu menuliskan resep obat. "Kau tidak perlu khawatir, Sean. Paling lambat dia akan sadar malam nanti."Sayangnya hanya sepersekian detik perasaan bersalah itu hadir. Pandangannya yang semula lunak kembali mengeras. Khawatir? Tidak, seorang Sean Ivano tak pernah menunjukan sisi khawatir selain kepada Hera. Terlebih lagi Rahee hanya wanita murahan."Khawatir? Tidak sama sekali," ketus Sean, memutarkan bola matanya. Beranjak dari posisinya yang semula berdiri di p

    Last Updated : 2021-08-07
  • Trapped By The Devil   10. Ingin Diandalkan

    Tiga hari berlalu. Keadaan tidak berubah lebih baik, justru semakin buruk. Sean melarangnya pergi dari rumah mewah miliknya. Rahee sudah coba buat penawaran, termasuk membatalkan semua hal kontra yang sempat membuat Sean marah besar. Asalkan dia tetap bisa bertemu Bimo, akan dirinya lakukan. "Bimo hanya memilik aku. Aku mohon, biarkan aku menemui adikku," pinta Rahee saat Sean baru selesai berlari di atas treadmil. Sambil menyeka keringatnya, Sean minum air mineral dengan mengacuhkan Rahee. Jujur saja, Sean tak suka saat Rahee bertelepon ria dengan seorang pria di malam itu. Sekalipun hanya teman dari almarhum kakaknya Rahee, Sean tetap saja benci. Apalagi dia juga cukup muak dengan dokter bernama Bayu Sasono. Kentara sekali bahwa dokter sialan itu menyukai Rahee. "Sean... aku mohon dengan sangat," kini suara Rahee kian melemah. "Aku sudah memberikan perawat

    Last Updated : 2021-08-11

Latest chapter

  • Trapped By The Devil   22. Tidak Seharusnya

    Sean pikir dirinya sinting. Sean pikir dirinya terkena guna-guna atau semacamnya. Apa pun sebutannya, dia masih tak percaya bahwa dirinya melemparkan stick drum ketika konser HEXID masih berlangsung. Mereka baru memainkan dua lagu, dan Sean beranjak hendak pergi."Aku akan absen untuk konser malam ini," jelas Sean pada Ezra yang sempat menahannya untuk kembali ke backstage."Apa kau gila?!" Ezra mendorong tubuh Sean. "Aku tidak peduli tentang masalahmu, tapi tolong tunjukan profesionalitasmu pada fans kita!"Venue konser di Malaysia memang dua kali lipat lebih besar daripada di Singapura, dan Sean bisa lihat itu. Beruntung, Mark dan Lucas sedang bercanda dengan para penggemar, sehingga keributan kecil antara Sean dan Ezra tak nampak.

  • Trapped By The Devil   21. Siapa Dia?

    Langit malam di Singapura indah. Bintang-bintang seperti berlomba muncul untuk menunjukan kecantikan mereka. Mungkin di Indonesia pun sama indahnya, hanya saja Rahee jarang memerhatikan. Sebelumnya, dia tak mempunyai kesempatan untuk menikmati keindahan sekitar. Untuk bernafas saja dia kesulitan, karena hidupnya hanya fokus pada kerja. Jadi, dia terkesan dengan pemandangan yang ada di hadapannya.Rambut Rahee yang masih basah tersapu sepoian angin. Hotel yang dia inapi tidak memiliki balkon, sehingga menempatkan bokong di pinggiran jendela adalah cara yang dia lakukan sekarang. Dia harus ekstra hati-hati, salah sedikit saja, dia bisa terjatuh dari lantai 5. Uh, memikirkan kemungkinan itu membuatnya spontan berdiri ngeri.Pun Rahee mulai melakukan peregangan kecil. Dari ujung kaki hingga ujung kepala dia gerakan. Sebelumnya Rahee sudah m

  • Trapped By The Devil   20. Ditinggal Sendiri

    Ketagihan. Kata itu berputar di kepala Rahee selama dia menyantap semangkuk ramen. Aneh sekali. Kenapa Sean ketagihan dengan dirinya ketika ada ramen selezat ini? Rahee mengigit ujung sumpit, kemudian melirik diam-diam pada ramen Sean yang sama sekali tidak tersentuh. Dia menelan air liurnya karena ramen miliknya sudah lenyap tak bersisa. "Kau bisa makan punyaku jika mau," Sean menyodorkan mangkuk ramennya seakan-akan mempunyai kemampuan membaca pikiran. "Bolehkah?" tanya Rahee ragu. Sejak kemarin malam Rahee belum makan, dan kini perutnya seperti memerlukan porsi ekstra. "Hmm makanlah," kata Sean, membuat cengiran di wajah cantik Rahee terbentuk. Gadis itu menyeruput ramen milik Sean dengan semangat 45. Sementara Sean menompangkan dagu menggunakan tangannya, merasa senang mendapati Rahee mempunyai selera makan yang besar. Umumnya para gadis akan bersikap malu-malu, dan bahkan berpura-pura tid

  • Trapped By The Devil   19. Addiction

    Satu jam sebelumnya...Sean melangkahkan kaki pada turunan anak tangga. Dia memakai kembali kacamata hitamnya, kemudian berbalik memandangi bangunan mewah di belakangnya. Psikiater tolol, batin Sean murka. Sebelum menuju bandara, Sean sengaja membuat janji dengan seorang Dokter Psikiater. Psikiater ini memiliki nama besar, dan beberapa orang menyebutkan bahwa psikater yang baru dia datangi adalah yang terbaik di Singapura.Sean membuang ludah ke aspal jalan, tak setuju. Bisa-bisanya psikater tersebut bilang bahwa Hera, kekasihnya, tidak memiliki kesempatan untuk kembali normal. Di dalam tadi Sean melakukan video call bersama Dokter Willy –dokter yang bertanggungjawab mengawasi Hera. Dokter Willy menaruh ponsel secara diam-diam, lalu mulai berinteraksi dengan Hera. Sehingga Sean dan psikater dapat melihat segala sesuatu di lain tempat. Namun psikater justru membuat pernyataan yang menjadikan Sean marah."Dari

  • Trapped By The Devil   18. Kebaikan yang Tidak Terduga

    Rahee menarik kopernya keluar kamar dengan tergesa-gesa. Bus rombongan para staf sudah berangkat beberapa saat yang lalu, dan dia tidak punya pilihan selain menyusul sendirian. Setengah berlari, Rahee menuju ke lift sambil mencari taksi via online. Oh, sekilas ini memang nampak mudah, tapi ternyata cukup sulit. Masalahnya tak ada satupun taksi yang bersedia mengantarkannya ke bandara. Semua menolak pesanannya.Begitu tiba di lobi, Rahee mengembalikan kunci ke bagian respsionis. Tidak lupa dia turut bertanya, "Apa mudah menemukan taksi di sekitar hotel? Saya harus ke bandara sesegera mungkin.""Biasanya mudah, tapi ini sudah masuk jam sibuk. Jadi mungkin akan ada sedikit kendala," jawab si resepsionis kemudian mengambil handy talkie. "Security, bisa tolong carikan taksi menuju bandara untuk tamu hotel kita?""Baik, dimohon tunggu sebentar," jawab si security yang dapat terdengar oleh Rahe

  • Trapped By The Devil   17. Delicious Yoghurt

    Rahee sedang berkirim pesan dengan Perawat Wendy. Jarak Rahee dan Bimo boleh saja berjauhan, tapi itu tidak membuat perhatiannya pada sang adik berkurang, justru dia kian memberikan perhatian lebih. Perawat Wendy bilang jika Dokter Bayu selalu ada untuk Bimo. Jeno juga sesekali datang ke rumah sakit. Ah, Rahee bersyukur Bimo dikelilingi oleh orang-orang baik. Setidaknya selama tur HEXID berlangsung, dia bisa sedikit tenang. "T-tidak. Menjauh dariku." Rahee mematikan ponselnya, lalu melirik ke arah ranjang. Sean ternyata tengah mengigau dalam tidurnya. Dengan ragu Rahee mendekat, dan yang dia heran adalah wajah Sean nampak ketakutan. Keringat disekitaran dahinya juga cukup banyak, seolah-olah pria itu dihantui oleh sesuatu hal menakutkan. Apa yang Sean mimpikan? "Pergi! Pergi!" Tangan Rahee terulur untuk membangunkan Sean, namun dia urungkan. 'Tugas'nya malam ini sudah selesai, dan dia hendak kembali ke

  • Trapped By The Devil   16. Tidak Mungkin Jatuh Cinta

    Venue konser berada di sebuah stadion dengan kapasitas 20 ribu penonton. Hal yang menakjubkan adalah tiket konser HEXID di Singapura sold out. Riuh teriakan para penggemar terdengar hingga backstage, dan Rahee jelas bisa mendengar semua itu. Saat ini penyanyi lokal sedang bertugas sebagai pembuka, jadilah jelas waktu yang Rahee miliki tidak banyak. "Tenang, Rahee. Tenang," gumam Rahee pada dirinya sendiri. Dia gugup karena ini adalah pertama kalinya dia memiliki klien pria, dan yang lebih membuatnya gugup adalah pria itu Sean. Master-nya, bosnya, dan pria yang sangat Rahee benci. Itulah macam-macam julukan yang Rahee sematkan. Sementara Sean yang tengah hanya diam saja. Ya, Sean tidak bicara apa pun sejak keluar dari fitting room hingga kini. Rahee sungguh tidak mengerti dengan mood Sean. "Kau ingin model rambut seperti apa?" tanya Rahee. "Itu pekerjaanmu. Kenapa kau harus me

  • Trapped By The Devil   15. Fitting Room

    Sean menghisap rokoknya dalam-dalam, lalu mengembuskannya dalam satu helaan nafas. Risau perasaannya, membuat dia tekan ujung putung rokoknya yang masih panjang di atas asbak. Sean menatap tangan kanannya. Permukaan tangannya masih merah dan panas, tanda bahwa tamparan yang dia berikan pada Rahee tadi begitu keras. "Kenapa kau memandangi tanganmu seperti itu?" tanya Ezra, mendatangi Sean yang sejak tadi duduk di balkon kamar hotel seorang diri. "Oh, kau ingin bermasturbasi? Sebentar, ponselku sebentar lagi penuh." Iya, Ezra berada di kamar Sean untuk meminjam kabel charger. Bukannya membawa benda itu, Ezra justru langsung meng-charger ponselnya di kamar Sean. "Aku tidak level melakukan itu," balas Sean, lalu dia melihat ke arah dalam kaamrnya. Ada sosok Lucas dan Mark yang tengah melakukan live di I*******m. "Sejak kapan kalian berdua ada di sini?" "Kami menyelinap di belakan

  • Trapped By The Devil   14. Tur Pertama; Hi, Singapura!

    Melakukan suatu hal baru untuk kali pertama tentu mendebarkan. Entah konteks yang dapat diartikan sebagai debaran menyenangkan ataupun buruk. Satu hal pasti, kali ini debaran menyenangkan tengah menyelimuti Rahee. Usai pemeriksaan imigrasi dan klaim bagasi yang menurutnya rumit, Rahee menatap kagum seisi Bandara Changi Singapura. Ini pertama kalinya dia berpergian ke luar negeri. Seumur hidup dia tidak pernah meninggalkan Indonesia, termasuk Bimo. Walau sangat berat bagi Rahee, Bimo memastikan bahwa dirinya akan baik-baik saja. Ah, anak itu memang selalu bertindak terlalu dewasa. "Kak! Ini baru 3 jam sejak kau pergi, dan kau sudah menghubungiku?" pekik Bimo disebrang sana. Rahee mengganti menjadi mode video call, lalu menunjukan sekelilingnya. Wajah Bimo seketika berbinar penuh takjub, "Wow, bagus sekali. Aku iri padamu." "Tidak boleh iri, karena aku akan membawamu kemari." "Bisakah?" gumam Bi

DMCA.com Protection Status