TRAGEDI CINTA BUNGA
Penulis : David KhanzBagian : 80Episode : Menguak Misteri Di Masa LaluSebagaimana yang telah diceritakan pada bab sebelumnya bahwa Abah Langga—terpaksa—menumbalkan kematian Jamparing, tersebab anak buahnya tersebut sudah mengetahui banyak tentang persekongkolan dirinya dengan Ki Darsan. Disamping itu pula, ternyata diketahui jika ayahnya Juragan Mahmud juga adalah merupakan sahabat dekat musuh bebuyutan Ki Jerangkong.“Ya, tentu saja aku sangat kenal dia,” ujar dukun tua tersebut kala itu kepada Ki Darsan dan Abah Langga mengenai sosok Jamparing. ”Dia juga yang dulu telah banyak memengaruhi Jambra adikku agar tidak mau ikut sama-sama berguru ilmu hitam. Sekarang pertanyaanku, mengapa kalian ajak serta dia ke sini, hah?!”Abah Langga dan Ki Darsan saling berpandangan. Rasa takut seketika menyelimuti hati keduanya jika sampai Ki Jerangkong murka kepada mereka.“Maafkan sTRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 81Episode : Dendam Berakar“Ada apa, Ki?” tanya Bi Enok terheran-heran melihat sikap sosok yang dia percaya sebagai sosok seorang dukun sakti tersebut. “Aki mengenal orang yang bernama Jamparing?”Beberapa saat, Jambra menatap perempuan yang sedang bersamanya kala itu. “Siapakah Nyai ini sebenarnya?” tanyanya malah balik bertanya. “Ada hubungan apa antara Nyai dengan nama-nama yang telah Nyai sebutkan tadi? Ki Jerangkong dan juga … Jamparing. Astaga …,” katanya kembali berkata-kata.Giliran Bi Enok yang kini merasa bingung. Perempuan ini memang belum sepenuhnya mengenal akan sosok yang dia kenal sebagai Ki Jambrong tersebut. Namun tatkala menceritakan tentang nama bekas kekasihnya, mendadak dia seperti terkaget-kaget.“Saya hanya perempuan yang kebetulan dekat dengan Kang Jamparing. Tidak lebih,” kata Bi Enok lanjut bercerita hingga akhirny
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 82Episode : Persekongkolan Terencana“Biarkan saja terjadi padamu, Mahmud. Agar kau tahu, betapa menyakitkannya kehilangan orang yang sangat kau sayangi itu. Sebagaimana ayahku yang terbaring sakit dan kau sama sekali tidak mau membantu,” ungkap Targa penuh angkara dendam. “Aku ingin tahu, setelah kematian istrimu itu, apakah kau akan bisa menjadi orang terkaya di Kampung Sarawu ini? Kita lihat saja.”Alih-alih ingin menghancurkan kehidupan Mahmud, justru Abah Targa menghadapi kenyataan jika Warsih bersedia menerima tawaran untuk bersatu dengan mantan kawan dekatnya tersebut.‘Sialan! Mengapa si Mahmud selalu mendapatkan keberuntungan hidup? Pengasihan apakah sebenarnya yang telah dia lakukan?’ Abah Targa semakin membenci akan sosok Juragan Mahmud. ‘Ini tidak bisa dibiarkan. Aku tidak akan pernah rela jika dia mendapatkan apa pun yang dia inginkan.
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 83Episode : Syaiful Mulai Merajuk“Apa? Ayahmu dan Abahku datang bersamaan tadi?” Syaiful bertanya di tengah keterkejutannya begitu tiba dari melaut. Binar-binar keceriaan seketika tergambar dari wajah pemuda berusia 26 tahun tersebut. “Apa saja yang mereka bicarakan? Apakah itu berkenaan dengan rencana kita untuk keluar dari sini, Neng?”Bunga membantu melepaskan pakaian suaminya. Lembab dan berbau keringat menyengat.“Tidak, Kang. Ayah pulang terlebih dahulu, setelah itu barulah Abah,” jawab perempuan tersebut.Masih dengan tatap penuh harap, Syaiful terus memandangi istrinya. Menunggu hingga dia menjawab pertanyaannya tadi.“Jadi … apa saja yang mereka bicarakan? Kamu ikut mendengarkan atau ikut mengobrol dengan mereka berdua?” Kembali sang suami bertanya, penasaran. “Setidaknya mungkin ada hal baru yang bisa kamu ceritakan padaku, Neng. Ayolah, bicara. Ceri
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 84Episode : Tangisan Pertama BungaSyaiful memasuki rumah di kala alam sudah mulai memasuki waktu gelap. Bias sinar matahari memancar kemerahan di ufuk barat melalui pantulan awan-awan mengeriting.Kreekkk!Suara daun pintu yang terbuat dari kayu menderit nyaring memecah kesunyian. Samar-samar di dalam ruangan memendar cahaya kecil dari sebuah lampu bersumbu minyak kelapa, menemplok di dinding. Hanya satu buah dan itu pun digunakan sebagai penerang dua bagian dalam gubuk sekaligus.Sejenak Syaiful melihat-lihat pada tungku perapian. Tidak ada bekas nyala api di sana maupun kepulan asap yang biasa membubung sesak.‘Apakah istriku tidak masak sore ini?’ tanya lelaki tersebut terhenyak sesaat di atas pijakan berdiri. Sementara di atas meja, teronggok satu bungkusan beserta cangkir yang ditutupi sehelai dedaunan lebar.Kemudian melongok ke dalam kamar yang
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 85Episode : Perubahan Sikap Juragan MahmudBi Enok keluar dari dalam rumah sambil menjinjing kembali perbekalan makanan. Semuanya masih dalam keadaan utuh, tidak disentuh sama sekali oleh Juragan Mahmud.“Kamu sudah makan, Dillah?” tanya wanita tua tersebut begitu bertemu dengan sosok orang kepercayaan majikannya itu di luar.“Belum, Bi,” jawab Dillah seraya memperhatikan jinjingan yang dibawa oleh Bi Enok dan Dirga. “Mengapa? Juragan tidak mau makan masakan Bibi lagi?” tanyanya kemudian.Sebentar pembantu tua berbadan bungkuk tersebut menoleh ke belakang, ke arah kediaman Juragan Mahmud di sekitar dermaga.“Entahlah, Dillah …,” ucap Bi Enok terdengar lirih. Dia meletakan bawaannya di tanah, diikuti oleh sang cucu, Dirga. “Sudah beberapa hari ini, Juragan tidak mau makan. Padahal … setiap hari, sudah saya buatkan masakan kesuk
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 86Episode : Suara Hati Dirga“Cepatlah jalannya, Dirga! Jangan kamu tengok-tengok terus ke belakang sana!” ucap Bi Enok setengah berseru. Mengingatkan cucunya tersebut untuk tidak menoleh ke arah dimana sosok Dillah tadi masih duduk-duduk. “Mengapa harus terburu-buru, Mak? Lagipula, tidak ada hal apa pun yang harus kita lakukan dengan cepat,” timpal Dirga sembari mengimbangi ayunan langkah neneknya. Walaupun sudah tua dan berbadan bungkuk, tapi ternyata gerakan Bi Enok masih tampak lincah dan gesit. “Kang Dillah juga tidak sedang mengikuti kita.”Wanita tua tersebut terdiam. Hanya mendecak sekali saat ucapannya tadi respons oleh Dirga. Hal tersebut kian membuat remaja tersebut dilanda dera penasaran.“Memangnya … orang tua yang datang ke rumah Juragan sebelumnya itu siapa, Mak?” Anak muda berusia 16 tahun itu lanjut bertanya. Dia teringat,
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 87Episode : Pertobatan Bi Enok“Mempertanggungjawabkan bagaimana, Mak? Apa yang akan Emak lakukan?” Timbul rasa khawatir pada diri Dirga tentang sosok neneknya tersebut. “Tolong, Mak, jangan lakukan apa pun demi Dirga. Sudah cukup kejadian di masa lalu. Kita hanya perlu bertobat, meminta pengampunan dari Gusti Allah, Mak.”Bi Enok menyeka tetesan air mata di pipi.“Iya, Emak tahu itu,” jawabnya lirih diiringi senyum tawar menghiasi wajah tuanya. ‘Tapi ini berhubungan dengan hablumminannaas, Nak. Apa pun yang terjadi, Emak wajib meminta maaf terhadap sesama manusia. Setelah itu … barulah urusannya adalah hablumminallah. Semua perkara dengan orang, harus diselesaikan dengan orang yang bersangkutan. Masalah orang mau memaafkan atau tidak, itu hak mutlak dan akan menjadi urusan dengan Gusti Allah.’Sengaja wanita tua tersebut tidak menjelaskan
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 88Episode : Pengampunan BersyaratJuragan Mahmud menoleh dengan tatapan tajam. Raut wajahnya tampak tersentak dengan jawaban yang diucapkan oleh Bi Enok baru saja. “Apa maksudmu itu, Bi? K-kamu tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Bunga anak saya?” tanya sosok pesohor Kampung Sarawu tersebut dengan nada meninggi. Tidak hanya itu, bahkan sampai bangkit dari kursi hingga menggeser letak meja di hadapannya.Sreekkk!Bi Enok sendiri tidak kalah terkejut. Pucat kesi pun segera menghiasi raut tuanya.“Ampun, Juragan … mohon ampuunnn …,” ucap wanita tersebut seraya menghambur diri, bersimpuh di kaki Juragan Mahmud bersama jerit tangisnya. “Maafkan atas semua kesalahan saya, Juragan. Ampuunn.”Juragan Mahmud mundur sedikit ke belakang, guna menghindari atas usaha Bi Enok yang hendak menciumi kakinya.“J-jangan seperti i