Kesialan beruntun membawa Raya, sang selebgram cantik menepi ke sebuah desa. Hingga sebuah peristiwa mempertemukannya dengan seorang Raihan, ustadz kampung yang menyambung hidup sebagai seorang petani. Niat baik Raihan untuk menolong malah menimbulkan fitnah yang memaksanya untuk menikahi gadis asing yang belum dia kenal itu. Pernikahan pun terjadi walau tanpa cinta. Takdir seakan menggariskan mereka bersama, meski harus melewati penyesuaian yang sering juga memancing ketegangan juga tawa. Dapatkah mereka bisa saling beradaptasi dengan latar belakang yang jauh berbeda, Raya yang serba modern bersanding dengan Raihan yang kelewat sederhana? Mampukah mereka melewati badai kala masa lalu masing-masing mulai datang mengusik? Akankah mereka akan tetap mempertahankan pernikahan yang awalnya pura-pura itu? Intip keseruan cerita Raya dan Raihan sampai akhir. Desain picture by Bing Ai Edit cover by CANVA
View More“Sial banget, kenapa hidupku jadi kayak gini?!”
Gadis itu terus merutuk sembari memandangi arus sungai di bawah jembatan yang sekarang menjadi tempatnya berdiri.Wanita muda yang terkenal dengan panggilan ‘Raya’ itu sudah kehilangan kehidupannya yang sempurna. Semua ini karena kasus korupsi yang menimpa ayahnya.Kemewahan yang sering diperlihatkannya di akun media sosialnya ikut terkena imbas berita buruk.Banyak yang menganggap apa yang dimilikinya adalah hasil korupsi ayahnya.Perlahan, dia kehilangan kemewahan, penggemar, juga pengikutnya di media sosial, tempatnya mencari uang.“Awas saja ya kalau aku udah kaya lagi, aku akan balas mereka semua yang udah meremehkan aku,” tukas Raya geram. “Terutama kamu Reno, bisa-bisanya sih kamu main gila di belakangku!”Gadis itu sekarang teringat dengan sang mantan kekasih yang sudah berkhianat. Lelaki yang dicintainya itu berselingkuh dengan saudara tirinya sendiri.Raya masih terus termenung, tidak lama … angin berembus kencang dan menerbangkan syal mahal pemberian mendiang mamanya yang dia kenakan di leher.Syal itu meluncur ke Sungai, tepat di bawah Raya. Tidak ingin kehilangan satu-satunya barang berharga peninggalan mamanya refleks gadis itu mengejar, hingga tanpa sadar malah melewati pembatas jembatan.“Argh!”Dia nyaris saja terjun ke Sungai, jika saja tangannya tidak mampu menggapai pembatas jembatan. Tubuhnya kini menggantung di antara jembatan yang sepi lalu lalang, juga Sungai besar dengan alirannya yang deras.“Tuhan, aku masih ingin hidup, aku nggak mau mati,” desis Raya sembari meringis ketakutan ketika dia melihat ke bawah.Sekuat tenaga Raya tetap berusaha mempertahankan pegangannya. Dia tak mau jatuh yang membuat hidupnya bisa berakhir sia-sia.Raya memilih mengalihkan pandangannya ke atas dengan hatinya terus memendam harapan bahwa akan ada seseorang yang akan menolongnya.Gadis itu terus memaksa untuk bertahan. Harapannya kian menipis sekarang ditambah rasa lelah sudah mulai menyergapnya saat ini.Di tengah rasa putus asa yang sudah mulai datang mendadak Raya merasakan adanya pergerakan di atasnya, dan sejurus kemudian Raya melihat sebuah tangan mulai meraihnya.“Tahan Mbak, ayo sekarang sampean tak tarik ke atas yo!” seru sebuah suara dari atas yang seketika mengembalikan harapan Raya.Sementara di atas jembatan kini tampak seorang pria yang segera mencampakkan cangkul dan caping bambunya demi bisa memberikan pertolongan pada gadis muda yang tadi sempat dilihatnya dari jauh terjatuh ke sungai.Dengan sepenuh tenaga pria muda dengan tubuhnya yang kuat disertai tonjolan ototnya yang terlatih itu terus menarik tubuh Raya ke atas.“Ayo Mbak, bertahan, jangan menyerah, jangan dilepas ya pegangan tanganku,” ucap pria itu lantang berusaha memberi instruksi pada gadis yang tadi sempat dilihatnya terus berdiri terpaku di pinggir jembatan.Raya merasa sangat lega karena telah mendapatkan pertolongan di saat yang tepat, di saat dirinya nyaris tak bisa mempertahankan pegangan tangannya pada sisi pembatas jembatan.Raya berusaha keras untuk bisa mencapai ke atas jembatan lagi mengikuti tarikan tangan dari lelaki yang wajahnya bahkan masih belum bisa dia lihat.Hingga akhirnya usaha Raya dengan bantuan dari pemuda desa yang belum dikenalnya itu mulai membuahkan hasil dan tubuh Raya mulai terangkat.Tapi mendadak sebelah kaki Raya yang dia jadikan pijakan, terantuk pembatas jalan. Hal itu membuat tubuhnya menubruk sosok lelaki penolongnya dan menyebabkan tubuh mereka saling menempel.Dari jarak sedekat ini, Raya justru salah fokus pada wajah pria penolongnya. Pria itu ternyata memiliki garis ketampanan meski tersamarkan dengan penampilannya yang kucel dan bahkan agak kotor.Hanya beberapa saat mata mereka saling beradu karena hanya dalam hitungan detik dengan cepat pria itu kemudian menarik pandangan setelah sempat terlihat tertegun memandangi keindahan wajah Raya.Namun sebelum mereka saling melepaskan diri, mendadak dari arah barat tampak serombongan petani yang baru beranjak dari sawah mereka melintas di jembatan. Dan mereka melihat apa yang sedang terjadi hingga memunculkan sebuah kesalahpahaman yang menyudutkan. “Apa-apaan ini, apa yang sedang kalian lakukan?”Sontak kedua insan yang bahkan tak saling mengenal itu segera berusaha untuk bangkit lalu saling menjauhi agar apa yang terjadi tadi tak memantik dugaan yang terlalu jauh. Tapi orang-orang desa yang kolot dan sederhana itu sudah terjerat dalam prasangka picik mereka, walau mereka kemudian mencecar dengan mengunggah nada tidak percaya.“Mas Ustadz Raihan?!” seru salah seorang dari mereka yang segera menarik tatapan Raya ke arah pria yang berpakaian ala petani yang bahkan baju berpotongan sederhana itu menampakkan noda tanah yang ketara.Raya sama sekali tak menduga kalau pemuda penolongnya adalah seorang ustadz. “Kalian pasti sedang mesum ya?!” Mendadak salah seorang penduduk desa mulai menuduh mereka yang membuat keduanya tergeragap kaget. “Kenapa kalian bisa saling tindih tadi?” sambung wanita itu lagi. Dengan cepat seorang pria yang ikut berjalan bersama rombongan para petani itu mulai menyeruak menghampiri. “Ya jelas saja mereka pasti sedang mesum tadi!” sergah lelaki berkumis tebal itu. Raya langsung menggeleng resah saat mendengar tuduhan yang hina itu. “Nggak-nggak, tadi kami nggak ngapa-ngapain kok,” ucap Raya dengan segera menampik. “Ini semua salah paham, kami memang tidak ngapa-ngapain kok, Paklek,” sambung Raihan ikut berusaha menjelaskan pada pria bertubuh kekar yang disebutnya Paklek.Paklek sontak meludah sinis, menampakkan dengan sangat lugas rasa tidak percayanya. “Hey Raihan, kami semua tadi melihat dengan jelas apa yang kalian lakukan tadi.” Dia menatap sinis kepada kedua anak muda itu, terutama pada Raya yang saat ini memakai sebuah dress pendek yang dipadu dengan jaket jeans belel.Sangat berbeda dengan gadis kampung kebanyakan di desa ini dengan pakaian yang tertutup dan sederhana. Raya terlihat sangat mencolok terlebih dengan wajah cantiknya yang memang langsung menarik perhatian bagi siapapun yang baru melihatnya.Dilihat seperti itu, Raya malah menentang balik tatapan lelaki berkumis tebal itu yang terasa sangat menyebalkan.“Jangan seenaknya menuduh ya, kami nggak ngelakuin apa-apa. Dia itu tadi nolongin aku yang mau jatuh ke jembatan.” Raya berusaha menjelaskan kronologis yang sesungguhnya. Tapi tetap tak ada yang percaya, bahkan orang-orang itu malah semakin menyudutkan. “Sudahlah nggak ada maling yang ngaku, sebaiknya kita bawa saja mereka ke balai desa,” sahut salah seorang dari mereka. Bahkan orang-orang itu mulai menggelendang Raya bersama pria penolongnya yang wajahnya sekarang tampak semakin pucat.“Lepasin, aku mau diapain?” sergah Raya kesal masih berusaha melawan. Tapi perlawanannya sama sekali tak berati, “buat apa kami dibawa ke balai desa?”Lagi, pria yang dipanggil Paklek itu menjawab pasti. “Buat apalagi? Ya buat dinikahkan.” Sontak Raya membeliakkan matanya sangat kaget dengan kalimat yang sudah dia dengar. “Apa dinikahkan?!” ***Raihan langsung tanggap ketika melihat istrinya kesakitan. Tanpa menpedulikan apapun lagi, Raihan langsung membopong tubuh istrinya dan berlari menuju mobilnya yang terparkir di luar.Sementara orang-orang di pesta pernikahan itu ikut melihat dengan cemas. Walau banyak juga yang melontarkan pujian untuk Raihan yang malah terlihat begitu jantan ketika mengangkat tubuh Raya begitu saja."Dik, kamu bisa kan menahan rasa sakitnya? Aku usahakan untuk secepatnya sampai di rumah sakit."Raihan tak bisa menyembunyikan kecemasannya ketika mulai menyalakan mesin mobil.Sebaliknya Raya malah tersenyum simpul meski saat ini wajahnya terlihat pucat karena serangan rasa sakit yang menyergapnya saat ini.Raya merasa wajah suaminya yang saat ini tegang penuh kecemasan malah terkesan lucu.Sampai kemudian Raya malah dikagetkan dengan kemahiran suaminya menyetir mobil.Raya yang selama ini tak pernah sekalipun melihat Raihan mengendarai mobil sekarang justru melihat suaminya bisa melajukan mobil yang s
Suara itu langsung mengalihkan perhatian Raihan dan Raya.Ternyata saat ini Darwis datang bersama dengan Andi, karena memang mereka berdua kebetulan sempat menghadiri sebuah acara bersama-sama dan Darwis sengaja mampir untuk menyampaikan ucapan perpisahan pada Raya."Pak Darwis?!"Raya sedikit terperangah mendapati kedatangan dosennya yang sangat tidak diduganya.Semenjak Raya mengajukan cuti beberapa hari lalu dari kampus untuk persiapan masa persalinannya, Raya tak pernah lagi berjumpa dengan sosok yang selama ini banyak membantunya itu."Apa kabar Darwis?" sapa Raihan kemudian, yang sekarang memang telah menjadi kolega dari lelaki itu semenjak Raihan ikut mengajar di kampus yang sama sebagai seorang dosen tamu.Darwis langsung memberikan senyuman lebarnya menanggapi sapaan Raya dan Raihan. Sementara Andi menampilkan ekspresinya yang datar.Semenjak perdebatan terakhir mereka kemarin Andi masih belum bisa menghentikan kekecewaannya yang membuatnya masih saja menampakkan kedongkolann
"Kalau begitu Papa maunya gimana?"Raya menjadi tak bisa menahan kekesalannya."Tadi Mas Raihan udah ngasih solusi yang terbaik, tapi kenapa Papa nggak ngerti juga sih?"Raihan langsung menyentuh lengan istrinya dengan lembut, memberi isyarat pada Raya untuk bisa lebih tenang."Dik jangan seperti itu kalau ngomong sama Papa," lerai Raihan dengan sabar.Raya mendesah jengah dan setelah itu diam sembari melirik pada suaminya.Kini ganti Raihan yang berusaha mengajak mertuanya berbicara dari hati ke hati."Kami tidak akan langsung kembali ke desa lagi dalam waktu dekat ini. Lagipula kami dalam dua bulan ke depan juga akan punya bayi."Tapi Andi tetap terlihat tak bisa menerima."Tetep aja kamu akan bawa anak dan cucuku pergi."Andi menjadi kian sewot.Dia tak terlalu nyaman saat berbicara dengan menantunya sendiri. Meski di dalam hatinya pria paruh baya itu mengakui jika pada dasarnya Raihan selalu memiliki sifat yang bijak.Ketakutannya akan rasa sepi yang membuat pria itu bersikeras un
"Apa aku melewatkan pestanya?"Perhatian Andi langsung tertuju pada pria berpenampilan dandy itu yang kini menebarkan senyuman pada orang-orang yang sedang menyapanya sekarang.Andi, Rosyid juga Darwis ikut menyapa.Bobby Darmawan menjawab dengan sekedarnya karena saat ini perhatian lelaki itu lebih tertuju pada Raihan yang tak langsung menyadari keberadaannya.Namun ketika salah seorang teman Raihan mulai mengetahui tentang kedatangan sosok penting itu, Raihan kemudian ikut mendekat demi bisa menyapa seseorang yang bisa dikatakan adalah teman lamanya."Lihatlah sosok yang membanggakan ini, kamu terlihat semakin mempesona saat akan menjadi seorang ayah," seloroh Bobby dengan sangat antusias.Keakraban Bobby dengan Raihan jelas memancing perhatian Andi. Dalam hatinya menjadi tak bisa lagi menampik rasa bangga pada menantunya sendiri yang sebelumnya masih sulit untuk dia terima."Terima kasih, aku memang bahagia karena Tuhan sudah menganugerahkan sesuatu yang sangat berharga untukku jug
“Bilang saja ke mana Raya dan Raihan pergi?”Andi bertanya dengan penuh penekanan.Tapi sebelum Dara memberikan jawaban dari arah pintu terdengar suara langkah kaki dan suara salam yang begitu nyaring.Dara dan Andi spontan menoleh bersamaan dan mereka mendapati sekarang Raya dan Raihan sedang berjalan beriringan untuk mendekat.“Papa kok udah di rumah? Katanya tadi akan pulang sampai larut malam?” Raya langsung melontarkan tanya ketika melihat sosok sang papa yang sekarang sudah berada di depannya.Andi tak langsung menjawab, diam sejenak dengan tatapan dia arahkan lurus pada Raihan yang sedang menggandeng tangan Raya dengan penuh kelembutan.“Ray, tadi Papa kamu nyariin kamu,” sahut Dara yang kemudian malah menimpali dengan cepat.Setelah itu dia melirik ke arah Raihan."Juga nyariin Mas Ustadz, menantu kesayangan."Nada bicara Dara terdengar menyindir.Andi langsung mendengus kesal."Sudah sana kamu ke dalam Dar, aku mau ngomong sama anak juga menantuku."Kini Andi mulai melirik ca
112.“Apa Anda mengenal menantu saya?”Andi mulai mengunggah rasa penasarannya.Bobby malah tersenyum penuh arti.“Siapa yang tidak tahu seorang Raihan?”Andi langsung mengernyitkan keningnya. Dia masih tak percaya dengan apa yang sudah dia dengar.“Bagaimana Anda mengenalnya?”“Kami pertama kali bertemu di Jerman,” jawab Bobby enteng.Tapi jawaban Bobby langsung membuat kedua mata Andi terbeliak.Andi benar-benar tidak percaya dengan apa yang sudah dia dengar. Selama ini dia selalu menganggap jika menantunya hanya pria kampung biasa, dan sama sekali tak memiliki keistimewaan.Meski Raya sempat menyampaikan jika Raihan pernah bersekolah di luar negeri, tapi Andi masih enggan untuk percaya. Dia menganggap apa yang dikatakan Raya hanyalah bualan semata.“Jerman?!”Kini ganti Bobby yang memandang heran ke arah Andi yang tampak kaget dengan apa yang sudah dia ucapkan.“Apa Raihan tak pernah menceritakan apapun?”Andi mendesah gelisah sedikit tergeragap.Bobby langsung menanggapi dengan ke
111. Menjadi Penasaran“Bagaimana menurut Papa?” Raihan terdengar tak ragu untuk menanyakan tentang pendapat mertuanya.Andi menelisik jengah. Dalam hatinya dia beranggapan Raihan terlalu percaya diri untuk ukuran seorang pria kampung biasa, yang bisa dengan sangat santai mengajaknya berbincang bahkan meminta pendapatnya.Sebagai seorang menantu yang tak dianggap Andi malah berpikir Raihan tidak akan berani mendekat apalagi membuka percakapan dengannya, dengan kapasitas yang cuma ustadz kampung yang selalu Andi anggap tak sepadan dengan keluarganya.Andi menjadi tak bisa menutupi kejengahannya, yang membuatnya enggan menentang tatapan Raihan yang sayangnya telah terlanjur menjadi menantunya yang bahkan sudah mendapatkan cinta dari putrinya.Fakta bahwa sekarang Raya sedang mengandung benih dari pria itu semakin memuakkan untuk Andi yang selalu sulit untuk bisa menerima Raihan.“Kenapa kamu mesti menanyakan pendapatku?” sergah Andi yang tak bisa menahan kekesalannya.Raihan masih saja
“Selamat siang!”Semua perhatian langsung tertuju pada sosok yang sekarang sudah berdiri di depan pintu.Kemudian mereka semua saling berpandangan ketika mendapati siapa sosok yang datang ke rumah Raya saat ini.Sampai akhirnya Raya mulai berdiri untuk mendekati sosok yang sedang memandangnya dengan luruh di ambang pintu.“Dania?!”Raya tak bisa mengabaikan rasa simpatinya mendapati mantan saudara tirinya yang keadaannya sangat memprihatinkan seperti sekarang.Wanita muda itu tampak jauh lebih tua dari usianya. Apalagi saat ini Dania sedang menggendong anaknya yang belum genap satu tahun. Balita itu tampak terlalu mungil dan lemah.Raya bisa dengan mudah mengabaikan semua kemarahannya yang dulu yang membuatnya tak ragu untuk mempersilakan Dania masuk ke dalam rumahnya meski sebelumnya dia pernah mengusir sosok mant
Nyatanya Raihan malah menyunggingkan senyumnya ke arah Darwis yang saat ini tampak jelas sedang memindainya.“Terima kasih, karena Anda telah mendampingi istri saya ketika saya tidak ada di sampingnya.”Setelah itu Raihan mulai melirik ke arah Raya yang sekarang sedang tersenyum lembut padanya.“Raya sudah menceritakan padaku, kalau selama ini Anda telah sangat baik pada dia.”Darwis mendesah kecewa. Harapannya dapat membuat seorang Raihan cemburu ternyata tak berjalan mulus. Darwis menganggap jika lelaki yang dihadapinya sekarang memiliki sikap dewasa juga pengendalian emosi yang sangat baik.Raihan jelas bukan seorang Reno yang mudah terpancing emosi. Bahkan Darwis bisa melihat kecerdasan yang terpancar dari sorot mata Raihan ketika mereka saling berbicara seperti saat ini.Pada akhirnya Darwis mengedikkan bahu tipis.“Jelas aku harus menjaga Raya karena memang awalnya dia adalah calon istriku.”Darwis malah menimpali dengan sarkas tapi tetap saja ditanggapi oleh Raihan dengan tenan
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments