Share

2. Pernikahan Mendadak

Penulis: Mastuti Rheny
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-22 10:51:21

“Apa benar kita akan dinikahkan?”

Raya menggumamkan keresahannya ketika mereka berdua sudah didudukkan berdua di balai desa.

Raihan menjawabnya dengan sebuah kedikan singkat di kedua pundaknya. Lelaki itu malah tampak lebih tenang daripada sebelumnya.

“Kita lihat saja, apa yang akan mereka lakukan pada kita?” balas Raihan terdengar pasrah.

Raya menjadi kesal saat mendapati sikap Raihan yang dianggapnya terlalu pasrah.

Tapi nyatanya memang tak ada yang bisa dilakukan untuk mencegah hal memalukan itu terjadi.

Tak ada yang mau percaya dengan segala penjelasan keduanya tidak juga Pak Kades yang sudah didatangkan. Semua orang sudah mendesak agar kedua insan berlainan jenis itu segera dinikahkan karena dianggap telah berbuat mesum, sesuatu yang dianggap akan mendatangkan bala di desa ini.

Mereka akhirnya dinikahkan di hadapan penghulu bersama dengan seorang wali hakim. Walau Raya sempat bersikeras menolak agar tak sampai dinikahkan karena tak adanya sang ayah yang bertindak sebagai wali dalam pernikahan, nyatanya orang-orang itu malah mendatangkan seorang wali hakim demi syarat sahnya pernikahan.

“Saya terima nikahnya dan kawinnya Raya Sahala binti Andi Fajar dengan mas kawin sebuah cincin emas 5 gram dibayar hutang.”

Raihan mengucapkan ikrar ijab kabul dengan terdengar sangat yakin.

Raya mendesah resah saat ikrar itu terlontar. Takdir terkesan sangat bercanda dengan gadis itu yang membuat seorang Raya bahkan nyaris tak bisa menelaah apa yang terjadi di dalam hidupnya saat ini.

Raya hanya bisa mengikuti apa yang terjadi dengan hati separuh dan telah kehilangan gairah. Bahkan pernikahannya sekarang terasa nyaris bagai sebuah mimpi buruk.

Segala angannya tentang pasangan ideal yang dia harap mendadak lenyap, karena pria yang menikahinya sekarang jelas tak seperti yang dia impikan. Bukan sosok seorang pangeran yang memiliki banyak kesempurnaan. Bahkan tidak juga seorang pria dengan penampilan bak idol, atau setidaknya seorang coverboy.

Sejenak Raya memindai pria yang baru saja beberapa detik tadi telah mengikrarkan diri sebagai suaminya. Bukan hanya wajahnya yang tampak sedikit kusam dan berminyak tapi juga penampilannya yang terkesan acak-acakkan. Malah pakaian yang sekarang dipakainya penuh dengan debu dan terlihat kotor penuh noda karena memang Raihan sore tadi sedang melakukan pekerjaannya sebagai seorang petani di sawah.

Tak ada gaun pengantin dengan penampilan yang sakral dan anggun. Raya sendiri hanya memakai jaket denim untuk menutupi tubuhnya yang dibalut sebuah minidress dengan motif floral. Sebuah penampilan yang terlalu casual dan sangat biasa.

Ketika akhirnya Raya harus menyambut tangan Raihan yang kemudian terulur setelah ikrar ijab kabul terucap, gadis itu hanya bisa pasrah menyalami bahkan mencium punggung tangan dari lelaki yang sekarang telah berstatus sebagai suaminya itu.

Hingga sejurus kemudian Raya melihat asisten sekaligus sahabatnya merangsek mendekat menyibak kerumunan para warga yang sudah menjadikan pernikahan tak wajar itu sebagai tontonan.

“Udahlah Ray, mungkin ini udah takdir kamu.”

Raya sontak mencebik sengit sembari membeliakkan mata.

“Enak saja, kamu bilang takdir!” sergah Raya sengit. Raya benar-benar tak mengerti kenapa sahabatnya malah terlihat sangat santai menanggapi momen yang dianggap Raya sebagai prahara ini dengan sangat santai. Bahkan Raya melihat jika sosok yang sudah membawanya berada di desa terpencil ini, tampak sangat bahagia dengan apa yang menimpanya saat ini.

“Ray, ini benar-benar harus kamu syukuri karena Tuhan sudah menjodohkan kamu dengan seorang ustadz.”

“Tapi ini beneran nggak masuk akal, padahal pria penolongku itu seorang ustadz kenapa mereka malah lebih percaya dengan pria jelek berkumis itu yang sudah nuduh kami mesum sampai dipaksa nikah kayak gini?”

Sangat tidak mudah buat Raya untuk menerima keadaan ini.

Namun Dara, asisten pribadinya yang berpenampilan tomboy itu malah semakin menampakkan dukungannya.

“Kan tadi aku udah bilang bisa saja kalau semua ini memang sudah takdir kamu, lagian Mas Ustadz Raihan itu orangnya baik, jauh lebih baik daripada Reno. Kamu lebih baik tinggal sama Ustadz Raihan daripada tinggal sama keluargaku, karena ada nenek lampir di rumahku.”

Dara mulai mengulik tentang saudara iparnya yang semakin terang-terangan memusuhi mereka setelah tahu jika Raya adalah majikannya Dara yang jatuh bangkrut. Apalagi setelah Dara tak lagi memiliki uang untuk memenuhi belanja keluarganya yang dulu selalu dia tanggung, saat dia masih bekerja sebagai asisten pribadinya Raya.

Sebelum Raya menimpali kalimat sahabatnya, mendadak Raihan mulai berjalan mendekat.

“Ayo Mbak kita pulang ke rumahku sekarang, karena sekarang Mbak adalah istriku.”

Raya membeliak resah dan menjadi tak bisa menolak karena Dara malah terus mendorongnya untuk mendekat dan mengikuti ajakan sang ustadz muda yang berpenampilan kelewat sederhana itu.

Dara masih saja menempel saat mereka akhirnya berjalan beriringan di belakang Raihan yang sudah lebih dulu berjalan di depan.

“Ray, mengertilah aku cuma pengen menyelamatkan kamu, kakak iparku itu kayak jahat karena tadi aku dengar dia berencana mau menjebak kamu untuk bisa dijual sama Pak Sam, orang yang punya hubungan sama para mucikari di kota.”

“Terus kenapa kemarin kamu ngajak aku pulang ke rumah kamu, Dara sialan?!”

“Aku nggak tahu kalau Sumi itu kayak setan, karena dulu pas aku punya banyak uang, dia keliatan baik banget.”

Dara menunjukkan rasa penyesalan pada sang sahabat yang nasibnya sedang tertimpa kesialan beruntun.

“Untuk sementara kamu tinggal sama Mas Ustadz aja, sampai Pak Arif bisa membuktikan kalau papa kamu nggak salah. Soalnya aku meninggalkan desa ini.”

Raya membeliak kaget.

“Kamu mau ke mana?”

“Aku mau ke kota mau jadi daftar jadi ART, soalnya aku nggak betah di rumah Ray.”

“Terus aku gimana, Dar?”

“Ya kamu sekarang kan istrinya ustadz.”

Raya mendengkus jengkel.

“Ray, kamu sebaiknya bicara sama Mas Ustadz dan bilang apa adanya tentang kehidupan kamu, terus minta pengertian sama dia, agar nggak usah terlalu serius dengan pernikahan kalian, soalnya kamu berencana akan balik ke Jakarta lagi kalau semua berita miring tentang kamu terlupakan.”

“Iya aku nggak mau selamanya terjebak di desa terpencil ini,” tegas Raya sembari tetap berbisik agar percakapan mereka tak terdengar jelas oleh Raihan yang berjalan mendahului mereka.

Tapi setelah itu tatapan Raya menatap nanar ke arah sahabatnya yang telah banyak menolong dirinya itu.

“Dar, kamu beneran akan balik ke kota dan menjadi pembantu?”

***

Bab terkait

  • MENJADI ISTRI USTADZ KAMPUNG   3. Rencana Dara

    Dara menjawab pertanyaan sang majikan yang sekaligus sahabat baiknya itu dengan sebuah anggukan lemah.“Aku akan balik ke Jakarta juga untuk bisa mendapatkan banyak informasi, bukan hanya sekedar jadi ART biasa, aku akan tetap membantu kamu agar kehidupan kamu bisa balik kayak dulu.”Dara mengutarakan tujuannya untuk kembali ke kota.“Kamu tetap di sini saja, karena di Jakarta kamu hanya akan terus dihina sama orang-orang yang dulu ngaku sebagai teman kamu.”Raya malah menatap sedih pada sosok wanita berpenampilan tomboy yang telah banyak menolongnya ini.“Terus sampai kapan aku berada di desa ini, Dar?”“Bersabarlah saja dulu Ray,” ucap Dara sembari menyentuh lembut pundak Raya yang terlihat rapuh.Kedua wanita berbeda gaya berpakaian itu masih saja berbincang dengan berbisik agar pria yang baru saja menikahi Raya tadi tak terlalu mendengar pembicaraan mereka. Apalagi Raya dan Dara menjaga jarak dengan Raihan yang telah berjalan di depan mereka.Detik berikutnya Raihan kemudian mengh

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-22
  • MENJADI ISTRI USTADZ KAMPUNG   4. Malam Pertama

    Raya tak bisa menahan kekagumannya saat melihat penampilan Raihan yang dianggapnya sangat luar biasa.Raihan yang kini telah membersihkan diri dan mengganti pakaian kotornya dengan baju koko putih bersih yang dipadu dengan sarung kotak-kotak hitam, terlihat mulai bersiap untuk melangkah menuju mushola.Aura wajah Raihan menjadi sangat cemerlang dengan penampilannya yang seperti itu hingga Raya tertegun penuh kekaguman.Bahkan sekarang Raya hanya bisa berdiri termangu di ambang pintu kamar, menjadi sangat segan untuk masuk dan mengambil mukena yang ternyata sudah disiapkan oleh ibu mertuanya di atas ranjang.Raihan yang malah berjalan menuju ambang pintu karena dia memang harus segera melangkah menuju ke mushola untuk menunaikan sholat maghrib berjamaah.“Aku akan tinggal ke mushola sebentar,” ucap Raihan dengan rikuh karena bagaimanapun dia tak pernah mendapati ada wanita lain berada di dalam kamarnya, karena saat ini Raya tengah berjalan masuk ke dalam biliknya yang sederhana.“Hmm,”

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-22
  • MENJADI ISTRI USTADZ KAMPUNG   5. Pagi Yang Canggung

    “Bisa kita bicara sebentar?” Ajakan Raya sedikit meresahkan seorang Raihan.Walau mereka telah menikah tapi tetap saja mereka adalah dua orang asing yang bahkan sebelumnya tak saling mengenal. Raihan mengetahui nama Raya saja, saat dia akan mengucapkan ijab kabul yang dia ikrarkan dengan hati yang dihinggapi kebingungan.Tapi Raihan yang tipikal pria polos dengan hatinya yang penuh kebaikan itu, menjadi tak bisa menampik ajakan perempuan muda yang sudah berstatus sebagai istrinya itu. Terlebih saat ini Raihan bisa melihat dengan lugas keresahan seorang Raya yang sekarang sedang duduk di sisi ranjang.Raihan menjadi tak bisa menampik yang membuatnya tetap bertahan di dalam kamar meski dia memilih berdiri di ambang pintu, tetap menjaga jarak di antara mereka.“Aku mau bicara tentang kita, tentang pernikahan kita.”Raya sedikit mendesah panjang sembari memandang lugas ke arah pria yang baru saja menikahinya itu.Gadis itu terlihat menampakkan dominasinya karena memang seorang Raya sejak

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-22
  • MENJADI ISTRI USTADZ KAMPUNG   6. Ajakan Raihan

    “Kamu yakin ingin ikut ke sawah?”Raihan merasa perlu untuk bertanya kembali pada istrinya menanggapi permintaan Raya yang di luar dugaan.“Iya, aku ingin tahu tempat sawah yang kamu garap. Lagian aku bakal kebosanan kalau terus tinggal di rumah.”Raya mengutarakan alasannya dengan terang.“Tapi di sana sangat panas, apa kamu nggak takut gosong kulit kamu?”Raihan bertanya dengan sedikit gelisah.“Nggak apa-apa, lagian aku udah pakai suncreen.”Raihan mengernyit ketika Raya menunjukkan sebuah kemasan sunblok yang sudah dioleskan pada kulit mulusnya yang kini bahkan sudah membuat darah kelelakian Raihan berdesir gelisah.Detik berikutnya sebelah mata Raya kemudian malah mengerling sembari mengulas segaris senyum yang membuat dada seorang Raihan bertalu ramai.Lelaki itu tak pernah mendapati pesona seorang wanita sesempurna Raya yang semakin dilihatnya semakin menyeret dirinya dalam pusaran kekaguman.Raihan kian gelisah saat Raya kemudian mulai mendekat.“Kurasa kamu juga harus mengole

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-11
  • MENJADI ISTRI USTADZ KAMPUNG   7. Pergi Bersama

    “Memangnya kamu mau aku melakukan apa sih?”Raya menjadi kian penasaran.Tapi Raihan tetap diam malah memberikan senyuman yang membuat hati seorang Raya gelisah tak menentu. Senyuman itu terlalu manis semanis gula yang dijadikan sirup.“Kamu tunggu di sini dulu,” ucap Raihan yang kemudian malah keluar dari dalam kamar yang membuat Raya menjadi kian bertanya-tanya.Tak lama berselang lelaki bertubuh tegap itu kembali masuk dengan membawa sebuah gamis lengkap dengan jilbab lebar yang berwarna senada.Raya sontak mengernyitkan keningnya sembari memandang gelisah pada pria yang baru kemarin menikahinya itu.“Sebelum pergi kamu ganti dulu baju kamu dengan ini.”Raya menguarkan keraguannya sembari memandangi gamis berpotongan sederhana yang sama sekali tak sesuai dengan selera fashionnya.“Aku pakai ini?”“Iya karena aku pikir kamu akan jadi cantik kalau pakai baju itu, biar kamu pantas untuk disebut sebagai istri ustaz?” Raihan kemudian tersenyum penuh arti.Tapi Raya menanggapi dengan eks

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-31
  • MENJADI ISTRI USTADZ KAMPUNG   8. Merancang Panggilan

    “Pria itu!” sergah Raya sebal saat melihat seorang pria berkumis tebal yang kemarin paling getol menuduhnya bersama Raihan melakukan perbuatan mesum memalukan yang nyatanya tak pernah mereka lakukan.Raihan terlihat agak enggan untuk mendekat. Sejak awal hubungannya dengan pria paruh baya bertubuh dempal itu yang merupakan adik dari ayahnya sendiri itu memang kurang harmonis. Bahkan dirinya terlampau sering menjadi sasaran kemarahan pria itu, yang tampak selalu membencinya, semua karena dia terlahir dari rahim seorang wanita sederhana yang dulu memang tak pernah direstui untuk menjadi menantu di dalam keluarga mereka.Bahkan ibunya sampai sekarang masih disalahkan atas kematian sang ayah yang sebenarnya terjadi atas kehendak takdir, sama sekali bukan salah dari sosok yang sudah menghadirkannya ke dunia.“Kalian pasangan mesum, mau ke mana?” sindir lelaki bernama Parman itu sangat sinis.&nb

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-01
  • MENJADI ISTRI USTADZ KAMPUNG   9. 'Dik' Dan 'Mas'

    “Kamu mau minta apalagi?” sergah Raya sedikit kesal.Raihan malah menggaruk tengkuknya dengan rikuh.Raya menjadi berkernyit heran.“Aku pengen dengar kamu manggil aku mas, buat memastikan kalau kamu bisa mengucapkannya dengan luwes.”Saat mendengar ucapan Raihan yang terkesan sangat polos itu Raya malah tak bisa menahan kekehannya. Gadis itu menjadi tergelak panjang sampai memegangi perutnya yang sekarang menjadi terasa kaku.“Kamu itu lucu juga ya, apa kamu pikir aku nggak bisa manggil kamu Mas, sampai perlu praktek segala?”“Coba ..., kamu coba dulu manggil aku ... mas.”Kali ini Raya langsung menghentikan tawanya saat mendengar Raihan malah tetap mendesaknya.Gadis itu kemudian mengedikkan bahu sesaat, meski kemudian mulai melakukan apa yang diminta oleh suamin

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-02
  • MENJADI ISTRI USTADZ KAMPUNG   10. 'Dik' Dan 'Mas' 2

    Raya langsung menyergap ekspresi suaminya dengan tatapan heran, karena Raihan tampak terlalu kaget saat ia meminta lelaki itu untuk ikut membeli pakaian.“Iya Mas, kamu harus ikut beli baju juga,” tegas Raya kemudian.Raihan segera menggeleng lugas.“Nggak usah, sayang uangnya, lebih baik uangnya buat keperluan kamu saja.”Raihan kemudian menatap Raya lebih lekat.“Sekarang kamu butuh apalagi?” Raihan malah menawari Raya lagi.Raya tak langsung menjawab. Gadis itu segera menjadi termangu saat mendengar ucapan Raihan yang terkesan begitu perhatian padanya hingga pria sederhana itu mengabaikan kepentingannya sendiri tapi begitu peduli dengan kebutuhannya.“Aku butuh suamiku bisa tampil lebih fashionable,” sambung Raya kemudian yang langsung membuat Raihan terperangah karena gadis yang tadi bah

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-03

Bab terbaru

  • MENJADI ISTRI USTADZ KAMPUNG   117. Akhir Yang Bahagia

    Raihan langsung tanggap ketika melihat istrinya kesakitan. Tanpa menpedulikan apapun lagi, Raihan langsung membopong tubuh istrinya dan berlari menuju mobilnya yang terparkir di luar.Sementara orang-orang di pesta pernikahan itu ikut melihat dengan cemas. Walau banyak juga yang melontarkan pujian untuk Raihan yang malah terlihat begitu jantan ketika mengangkat tubuh Raya begitu saja."Dik, kamu bisa kan menahan rasa sakitnya? Aku usahakan untuk secepatnya sampai di rumah sakit."Raihan tak bisa menyembunyikan kecemasannya ketika mulai menyalakan mesin mobil.Sebaliknya Raya malah tersenyum simpul meski saat ini wajahnya terlihat pucat karena serangan rasa sakit yang menyergapnya saat ini.Raya merasa wajah suaminya yang saat ini tegang penuh kecemasan malah terkesan lucu.Sampai kemudian Raya malah dikagetkan dengan kemahiran suaminya menyetir mobil.Raya yang selama ini tak pernah sekalipun melihat Raihan mengendarai mobil sekarang justru melihat suaminya bisa melajukan mobil yang s

  • MENJADI ISTRI USTADZ KAMPUNG   116. Undangan Pernikahan

    Suara itu langsung mengalihkan perhatian Raihan dan Raya.Ternyata saat ini Darwis datang bersama dengan Andi, karena memang mereka berdua kebetulan sempat menghadiri sebuah acara bersama-sama dan Darwis sengaja mampir untuk menyampaikan ucapan perpisahan pada Raya."Pak Darwis?!"Raya sedikit terperangah mendapati kedatangan dosennya yang sangat tidak diduganya.Semenjak Raya mengajukan cuti beberapa hari lalu dari kampus untuk persiapan masa persalinannya, Raya tak pernah lagi berjumpa dengan sosok yang selama ini banyak membantunya itu."Apa kabar Darwis?" sapa Raihan kemudian, yang sekarang memang telah menjadi kolega dari lelaki itu semenjak Raihan ikut mengajar di kampus yang sama sebagai seorang dosen tamu.Darwis langsung memberikan senyuman lebarnya menanggapi sapaan Raya dan Raihan. Sementara Andi menampilkan ekspresinya yang datar.Semenjak perdebatan terakhir mereka kemarin Andi masih belum bisa menghentikan kekecewaannya yang membuatnya masih saja menampakkan kedongkolann

  • MENJADI ISTRI USTADZ KAMPUNG   115. Semakin Mesra

    "Kalau begitu Papa maunya gimana?"Raya menjadi tak bisa menahan kekesalannya."Tadi Mas Raihan udah ngasih solusi yang terbaik, tapi kenapa Papa nggak ngerti juga sih?"Raihan langsung menyentuh lengan istrinya dengan lembut, memberi isyarat pada Raya untuk bisa lebih tenang."Dik jangan seperti itu kalau ngomong sama Papa," lerai Raihan dengan sabar.Raya mendesah jengah dan setelah itu diam sembari melirik pada suaminya.Kini ganti Raihan yang berusaha mengajak mertuanya berbicara dari hati ke hati."Kami tidak akan langsung kembali ke desa lagi dalam waktu dekat ini. Lagipula kami dalam dua bulan ke depan juga akan punya bayi."Tapi Andi tetap terlihat tak bisa menerima."Tetep aja kamu akan bawa anak dan cucuku pergi."Andi menjadi kian sewot.Dia tak terlalu nyaman saat berbicara dengan menantunya sendiri. Meski di dalam hatinya pria paruh baya itu mengakui jika pada dasarnya Raihan selalu memiliki sifat yang bijak.Ketakutannya akan rasa sepi yang membuat pria itu bersikeras un

  • MENJADI ISTRI USTADZ KAMPUNG   114. Keinginan Andi

    "Apa aku melewatkan pestanya?"Perhatian Andi langsung tertuju pada pria berpenampilan dandy itu yang kini menebarkan senyuman pada orang-orang yang sedang menyapanya sekarang.Andi, Rosyid juga Darwis ikut menyapa.Bobby Darmawan menjawab dengan sekedarnya karena saat ini perhatian lelaki itu lebih tertuju pada Raihan yang tak langsung menyadari keberadaannya.Namun ketika salah seorang teman Raihan mulai mengetahui tentang kedatangan sosok penting itu, Raihan kemudian ikut mendekat demi bisa menyapa seseorang yang bisa dikatakan adalah teman lamanya."Lihatlah sosok yang membanggakan ini, kamu terlihat semakin mempesona saat akan menjadi seorang ayah," seloroh Bobby dengan sangat antusias.Keakraban Bobby dengan Raihan jelas memancing perhatian Andi. Dalam hatinya menjadi tak bisa lagi menampik rasa bangga pada menantunya sendiri yang sebelumnya masih sulit untuk dia terima."Terima kasih, aku memang bahagia karena Tuhan sudah menganugerahkan sesuatu yang sangat berharga untukku jug

  • MENJADI ISTRI USTADZ KAMPUNG   113. Pesta Empat Bulanan

    “Bilang saja ke mana Raya dan Raihan pergi?”Andi bertanya dengan penuh penekanan.Tapi sebelum Dara memberikan jawaban dari arah pintu terdengar suara langkah kaki dan suara salam yang begitu nyaring.Dara dan Andi spontan menoleh bersamaan dan mereka mendapati sekarang Raya dan Raihan sedang berjalan beriringan untuk mendekat.“Papa kok udah di rumah? Katanya tadi akan pulang sampai larut malam?” Raya langsung melontarkan tanya ketika melihat sosok sang papa yang sekarang sudah berada di depannya.Andi tak langsung menjawab, diam sejenak dengan tatapan dia arahkan lurus pada Raihan yang sedang menggandeng tangan Raya dengan penuh kelembutan.“Ray, tadi Papa kamu nyariin kamu,” sahut Dara yang kemudian malah menimpali dengan cepat.Setelah itu dia melirik ke arah Raihan."Juga nyariin Mas Ustadz, menantu kesayangan."Nada bicara Dara terdengar menyindir.Andi langsung mendengus kesal."Sudah sana kamu ke dalam Dar, aku mau ngomong sama anak juga menantuku."Kini Andi mulai melirik ca

  • MENJADI ISTRI USTADZ KAMPUNG   112. Kekaguman Tak Terelakkan

    112.“Apa Anda mengenal menantu saya?”Andi mulai mengunggah rasa penasarannya.Bobby malah tersenyum penuh arti.“Siapa yang tidak tahu seorang Raihan?”Andi langsung mengernyitkan keningnya. Dia masih tak percaya dengan apa yang sudah dia dengar.“Bagaimana Anda mengenalnya?”“Kami pertama kali bertemu di Jerman,” jawab Bobby enteng.Tapi jawaban Bobby langsung membuat kedua mata Andi terbeliak.Andi benar-benar tidak percaya dengan apa yang sudah dia dengar. Selama ini dia selalu menganggap jika menantunya hanya pria kampung biasa, dan sama sekali tak memiliki keistimewaan.Meski Raya sempat menyampaikan jika Raihan pernah bersekolah di luar negeri, tapi Andi masih enggan untuk percaya. Dia menganggap apa yang dikatakan Raya hanyalah bualan semata.“Jerman?!”Kini ganti Bobby yang memandang heran ke arah Andi yang tampak kaget dengan apa yang sudah dia ucapkan.“Apa Raihan tak pernah menceritakan apapun?”Andi mendesah gelisah sedikit tergeragap.Bobby langsung menanggapi dengan ke

  • MENJADI ISTRI USTADZ KAMPUNG   111. Menjadi Penasaran

    111. Menjadi Penasaran“Bagaimana menurut Papa?” Raihan terdengar tak ragu untuk menanyakan tentang pendapat mertuanya.Andi menelisik jengah. Dalam hatinya dia beranggapan Raihan terlalu percaya diri untuk ukuran seorang pria kampung biasa, yang bisa dengan sangat santai mengajaknya berbincang bahkan meminta pendapatnya.Sebagai seorang menantu yang tak dianggap Andi malah berpikir Raihan tidak akan berani mendekat apalagi membuka percakapan dengannya, dengan kapasitas yang cuma ustadz kampung yang selalu Andi anggap tak sepadan dengan keluarganya.Andi menjadi tak bisa menutupi kejengahannya, yang membuatnya enggan menentang tatapan Raihan yang sayangnya telah terlanjur menjadi menantunya yang bahkan sudah mendapatkan cinta dari putrinya.Fakta bahwa sekarang Raya sedang mengandung benih dari pria itu semakin memuakkan untuk Andi yang selalu sulit untuk bisa menerima Raihan.“Kenapa kamu mesti menanyakan pendapatku?” sergah Andi yang tak bisa menahan kekesalannya.Raihan masih saja

  • MENJADI ISTRI USTADZ KAMPUNG   110. Drama Tentang Dania

    “Selamat siang!”Semua perhatian langsung tertuju pada sosok yang sekarang sudah berdiri di depan pintu.Kemudian mereka semua saling berpandangan ketika mendapati siapa sosok yang datang ke rumah Raya saat ini.Sampai akhirnya Raya mulai berdiri untuk mendekati sosok yang sedang memandangnya dengan luruh di ambang pintu.“Dania?!”Raya tak bisa mengabaikan rasa simpatinya mendapati mantan saudara tirinya yang keadaannya sangat memprihatinkan seperti sekarang.Wanita muda itu tampak jauh lebih tua dari usianya. Apalagi saat ini Dania sedang menggendong anaknya yang belum genap satu tahun. Balita itu tampak terlalu mungil dan lemah.Raya bisa dengan mudah mengabaikan semua kemarahannya yang dulu yang membuatnya tak ragu untuk mempersilakan Dania masuk ke dalam rumahnya meski sebelumnya dia pernah mengusir sosok mant

  • MENJADI ISTRI USTADZ KAMPUNG   109. Kedatangan Zacky

    Nyatanya Raihan malah menyunggingkan senyumnya ke arah Darwis yang saat ini tampak jelas sedang memindainya.“Terima kasih, karena Anda telah mendampingi istri saya ketika saya tidak ada di sampingnya.”Setelah itu Raihan mulai melirik ke arah Raya yang sekarang sedang tersenyum lembut padanya.“Raya sudah menceritakan padaku, kalau selama ini Anda telah sangat baik pada dia.”Darwis mendesah kecewa. Harapannya dapat membuat seorang Raihan cemburu ternyata tak berjalan mulus. Darwis menganggap jika lelaki yang dihadapinya sekarang memiliki sikap dewasa juga pengendalian emosi yang sangat baik.Raihan jelas bukan seorang Reno yang mudah terpancing emosi. Bahkan Darwis bisa melihat kecerdasan yang terpancar dari sorot mata Raihan ketika mereka saling berbicara seperti saat ini.Pada akhirnya Darwis mengedikkan bahu tipis.“Jelas aku harus menjaga Raya karena memang awalnya dia adalah calon istriku.”Darwis malah menimpali dengan sarkas tapi tetap saja ditanggapi oleh Raihan dengan tenan

DMCA.com Protection Status