TRAGEDI CINTA BUNGA
Penulis : David KhanzBagian : 85Episode : Perubahan Sikap Juragan MahmudBi Enok keluar dari dalam rumah sambil menjinjing kembali perbekalan makanan. Semuanya masih dalam keadaan utuh, tidak disentuh sama sekali oleh Juragan Mahmud.“Kamu sudah makan, Dillah?” tanya wanita tua tersebut begitu bertemu dengan sosok orang kepercayaan majikannya itu di luar.“Belum, Bi,” jawab Dillah seraya memperhatikan jinjingan yang dibawa oleh Bi Enok dan Dirga. “Mengapa? Juragan tidak mau makan masakan Bibi lagi?” tanyanya kemudian.Sebentar pembantu tua berbadan bungkuk tersebut menoleh ke belakang, ke arah kediaman Juragan Mahmud di sekitar dermaga.“Entahlah, Dillah …,” ucap Bi Enok terdengar lirih. Dia meletakan bawaannya di tanah, diikuti oleh sang cucu, Dirga. “Sudah beberapa hari ini, Juragan tidak mau makan. Padahal … setiap hari, sudah saya buatkan masakan kesukTRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 86Episode : Suara Hati Dirga“Cepatlah jalannya, Dirga! Jangan kamu tengok-tengok terus ke belakang sana!” ucap Bi Enok setengah berseru. Mengingatkan cucunya tersebut untuk tidak menoleh ke arah dimana sosok Dillah tadi masih duduk-duduk. “Mengapa harus terburu-buru, Mak? Lagipula, tidak ada hal apa pun yang harus kita lakukan dengan cepat,” timpal Dirga sembari mengimbangi ayunan langkah neneknya. Walaupun sudah tua dan berbadan bungkuk, tapi ternyata gerakan Bi Enok masih tampak lincah dan gesit. “Kang Dillah juga tidak sedang mengikuti kita.”Wanita tua tersebut terdiam. Hanya mendecak sekali saat ucapannya tadi respons oleh Dirga. Hal tersebut kian membuat remaja tersebut dilanda dera penasaran.“Memangnya … orang tua yang datang ke rumah Juragan sebelumnya itu siapa, Mak?” Anak muda berusia 16 tahun itu lanjut bertanya. Dia teringat,
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 87Episode : Pertobatan Bi Enok“Mempertanggungjawabkan bagaimana, Mak? Apa yang akan Emak lakukan?” Timbul rasa khawatir pada diri Dirga tentang sosok neneknya tersebut. “Tolong, Mak, jangan lakukan apa pun demi Dirga. Sudah cukup kejadian di masa lalu. Kita hanya perlu bertobat, meminta pengampunan dari Gusti Allah, Mak.”Bi Enok menyeka tetesan air mata di pipi.“Iya, Emak tahu itu,” jawabnya lirih diiringi senyum tawar menghiasi wajah tuanya. ‘Tapi ini berhubungan dengan hablumminannaas, Nak. Apa pun yang terjadi, Emak wajib meminta maaf terhadap sesama manusia. Setelah itu … barulah urusannya adalah hablumminallah. Semua perkara dengan orang, harus diselesaikan dengan orang yang bersangkutan. Masalah orang mau memaafkan atau tidak, itu hak mutlak dan akan menjadi urusan dengan Gusti Allah.’Sengaja wanita tua tersebut tidak menjelaskan
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 88Episode : Pengampunan BersyaratJuragan Mahmud menoleh dengan tatapan tajam. Raut wajahnya tampak tersentak dengan jawaban yang diucapkan oleh Bi Enok baru saja. “Apa maksudmu itu, Bi? K-kamu tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Bunga anak saya?” tanya sosok pesohor Kampung Sarawu tersebut dengan nada meninggi. Tidak hanya itu, bahkan sampai bangkit dari kursi hingga menggeser letak meja di hadapannya.Sreekkk!Bi Enok sendiri tidak kalah terkejut. Pucat kesi pun segera menghiasi raut tuanya.“Ampun, Juragan … mohon ampuunnn …,” ucap wanita tersebut seraya menghambur diri, bersimpuh di kaki Juragan Mahmud bersama jerit tangisnya. “Maafkan atas semua kesalahan saya, Juragan. Ampuunn.”Juragan Mahmud mundur sedikit ke belakang, guna menghindari atas usaha Bi Enok yang hendak menciumi kakinya.“J-jangan seperti i
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 89Episode : Rahasia Yang Belum Terungkap“Maaf … saya terlalu terbawa perasaan saya sendiri,” ujar Juragan Mahmud tiba-tiba menghentikan tangis, lantas pura-pura mengalihkan pandangan ke arah lain sambil mengusap air mata. Sementara Bi Enok sendiri tetap menunduk dalam-dalam, tidak ingin beradu tatap ataupun memerhatikan sosok di dekatnya. Bukan apa-apa, tersebab wanita tersebut bermaksud menjaga muruah sang majikan atas luapan emosi sesaat tadi. “Baik … sampai mana saya tadi, Bi?” tanya lelaki itu masih dengan nada suara bergetar.“Guna-guna saya terhadap Juragan sebelum menikah dengan Neng Juragan perempuan,” jawab Bi Enok ikut lirih.Juragan Mahmud terbatuk-batuk sejenak, dilanjut dengan membersihkan aliran ingus yang masih terasa di lobang hidung. Setelah itu, mendeham beberapa kali dan lanjut berkata. “O, iya … masalah itu. Ehem … uhuk! Uhuk!”
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 90Episode : Prahara TerorLekas Bi Enok memburu tubuh cucunya tersebut. Memeriksa sejenak untuk memastikan kondisi Dirga yang sebenarnya. ‘Dia masih hidup …,’ membatin wanita tua itu usai merasakan denyut nadi di pergelangan tangan, lantas menepuk-nepuk wajah. “Dirga! Bangun, Dirga!”Tidak ada reaksi apa pun. Kedua mata sang cucu masih mengatup rapat seperti tengah tertidur pulas. Kemudian Bi Enok mencoba kembali untuk membangunkan, tapi tidak kunjung berhasil.‘Yaa Allah … apa yang terjadi dengan anak ini?’ tanyanya bingung bercampur kekhawatiran. Masih merasa penasaran, lantas diperiksa sekali lagi badan Dirga, tidak ditemukan tanda-tanda bekas kekerasan. Semuanya tampak normal dan baik-baik saja. Terkecuali, belum mengetahui pasti penyebab cucunya tersebut dalam kondisi seperti itu.Tidak habis akal, Bi Enok segera bangkit terhuyung. Ber
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 91Episode : Aroma Membusuk Dari Masa Silam“Pada dasarnya … kamu sudah banyak berjasa pada hidup saya, yaitu menjadi pintu gerbang bagi Ki Jambrong untuk menemui saya, anak dari sahabat lama beliau,” pungkas Juragan Mahmud usai menuturkan sebuah kisah, sebagaimana yang pernah diceritakan oleh Ki Jambrong beberapa waktu lalu padanya. “Melalui kamu pula, beliau telah membuka hampir semua tabir kegelapan yang sejak lama membutakan pikiran saya, Bi.”“Tabir kegelapan? Mohon maaf, yang Juragan maksudkan itu … apa, ya?” tanya Bi Enok langsung timbul dugaan-dugaan lain di hatinya. “S-saya belum paham, Juragan.”Sosok pembantu tersebut mengira bahwa—tentulah—Ki Jambrong telah banyak bercerita tentang masalah lalu orang-orang tertentu yang berada di Kampung Sarawu. Terutama yang terlibat pada masa-masa kelam Ki Darsan dan Abah Langga masih hidup.Sa
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 92Episode : Pertarungan Dua Lelaki Pesohor Kampung“Ada apa ini?” Syaiful memandang ke arah perginya Bi Enok dan Dirga.Bunga turut bangkit sambil mengusap-usap perut buncitnya. Jawab perempuan cantik itu kemudian, “Entahlah, Kang. Sepertinya ada sesuatu yang penting dari Kang Amrul.”“Iya, aku juga berpikir seperti itu, Néng. Tapi mengapa aku tidak diperbolehkan untuk turut ke sana? Setidaknya untuk mengetahui, apa yang sebenarnya sedang terjadi. Bi Enok juga ‘kan, sudah menjadi bagian dari keluarga ayahmu. Berarti keluarga kita juga, ‘kan?”Bunga tidak membalas. Perhatiannya tetap tertuju ke depan. Dia merasa ada sesuatu yang tidak nyaman di hati. Apakah kedatangan Amrul tadi berkaitan dengan ayahnya pula? Bukan apa-apa, hal itu didasari oleh sikap Juragan Mahmud sebelumnya yang telah berselisih paham dengan Abah Targa.‘Yaa Allah … ada apa ini sebenarnya?’ Bertanya sosok anak perempuan Juragan Mahmud itu disertai dera kekhawatiran
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 93Episode : Aroma KebusukanKrosak!Juragan Mahmud menghentikan langkah, lantas bergeming di tempat untuk beberapa saat. Tatap matanya lurus tertuju ke depan, sementara telinga dipasang sedemikian ketat.“Hhmmm …,” deham lelaki tua berikat kepala putih tersebut. “Keluarlah dari tempat persembunyianmu itu!” serunya kemudian dengan suara lantang.Ditunggu beberapa waktu, tidak ada sahutan maupun sesosok manusia yang muncul mendekat.“Keluar dari tempat persembunyianmu, kataku juga!” Kembali pesohor Kampung Sarawu tersebut bersuara nyaring. “Kau pikir aku tidak tahu, siapa yang ada di belakangku sekarang, hah?! Keluar!”Masih seperti tadi, suasana jalanan tetap sunyi.‘Jahanam! Ternyata dia manusia yang sangat pengecut! Tidak berani menampakkan diri dan lebih betah menguntit di belakangku sejak tadi!’ gumam Juragan Mahmud di dalam hati. ‘Baiklah ….’Karena tidak ada yang menyahut, lelaki tua itu pun memutuskan diri untuk melanjutkan lan