TRAGEDI CINTA BUNGA DESA
Penulis : David KhanzDeru gemuruh ombak di lepas pantai, bergulung riuh membentengi lautan. Berlarian disertai buih putih, seakan tengah berlomba mendahului menggapai tepian daratan. Terayun kuat bersama sapuan banyu yang menarik ulur tiada henti. Sementara sang surya pun tak ingin ketinggalan, dengan pongahnya menyemburkan bara memanggang bumi. Bercampur baur dalam semilir yang kian menyengat.Tak jauh dari sebuah gubuk sederhana yang berdiri di sana, seorang perempuan mematung bertelanjang kaki, beralaskan pasir putih. Sesekali matanya menatap luas lautan yang membentang, dengan bias penuh pengharapan. Di antara helaan napas berat dan seringai bibirnya yang kering, seakan memberi tanda bahwa dia tengah berada dalam sebuah penantian. Entah apa atau siapa yang sedang dia tunggu.Sesekali, tangan kasar perempuan itu mengusap lembut perutnya yang membuncit. Lalu menyeka peluh yang mengucur deras membanjiri pelipis. “Sabar .TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 1Episode : Prahara Di Awal MasaTitik-titik air sisa hujan masih menetes dari ujung dedaunan pohon bakau, terjatuh lembut menimbulkan irama isak alam yang baru saja terhenti dari tangis. Desah bayu pun turut mendinginkan suasana di tengah temaram hutan payau, laksana sedang menyambut dekap waktu di pengujung senja.Di bawah tatap sendu bias langit yang kelabu, gemercik beberapa pasang kaki menapaki landai tanah basah dengan penuh berhati-hati. Menjejak satu per satu langkah terarah disertai sorot mata tajam menuju suatu tempat. Empat orang laki-laki mengendap-endap di antara lebat pancang pepohonan dengan batang obor tergenggam erat di tangan masing-masing."Kalian yakin kalau mereka berdua berada di sekitar tempat ini?" tanya salah seorang dari keempat sosok tersebut, tersaruk-saruk berjalan di barisan paling depan. Sesekali dia harus menyipitkan mata tuanya, guna memperjelas pandangan di bawah nyala obor yang meliuk-liuk diterpa an
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 2Episode : Cinta Mengelam Di Masa SilamSyaiful mengusap hidung menggunakan tangan, lalu melihat-lihat sebentar pada lelehan darah yang melumuri telapaknya. Lanjut beradu tatap dengan sorot mata Juragan Mahmud yang menggetarkan segenap jiwa. Laki-laki tua, pesohor Kampung Sarawu yang terkenal kaya raya, sekaligus ayah kandung dari Bunga kekasih hatinya.Pemuda ini sama sekali tidak menyangka jika Juragan Mahmud akan setega itu memperlakukan anak sendiri. Dilirik sejenak, tampak Bunga masih tergeletak di sana, dibantu berpindah tempat oleh Dillah dan Amrul ke landai yang lebih layak."Silakan kalau Juragan ingin melampiaskan kemarahan. Lakukan pada saya," ucap Syaiful seakan menantang, sambil berdiri berhadap-hadapan dengan sosok tua di depannya tresebut. "Tapi … tolong, jangan sakiti Bunga sedikit pun. Walau bagaimanapun, Bunga itu putri kandung Juragan sendiri."Kumis putih Juragan Mahmud bergerak-gerak, sementara tangannya pun berg
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 3Episode : Drama Romantis Di Bawah Percik Gerimis"Ada apa, Mud?" tanya Abah Targa seraya menoleh ke belakang, menatap sesaat pada Juragan Mahmud. Sebentar kemudian berganti memperhatikan wajah Bunga yang sembab dan masih menyisakan isak tangis.Lelaki berkumis putih tersebut tampak salah tingkah. Dia menjawab terbata-bata dengan mengatakan tidak ada apa-apa. " … B-barusan aku hampir tersandung, Bah," ujarnya lekas menunduk, menghindari tatapan mata sosok Tetua Adat Kampung Sarawu tersebut.Abah Targa melanjutkan langkah seperti sebelumnya, usai menengok ke sebelah lain, dimana kini gantian Dillah yang menggendong Syaiful. Sementara Syahrul dan Amrul mengapit dari belakang.Begitu pula dengan Bunga, sesekali gadis itu pun melihat-lihat kondisi sang kekasih yang mengerang-erang kesakitan di sepanjang perjalanan. Tidak menyangka sama sekali j
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 4Episode : Mengurai Masa LaluTergopoh-gopoh Abah Targa keluar dari dalam kamarnya usai menunaikan ibadah salat Magrib. Ribut-ribut suara dari arah luar, membuat Tetua Kampung Sarawu tersebut lekas bangkit dari atas hamparan sajadah, menunda kebiasaan wirid yang senantiasa dilakukan setelah melaksanakan kewajiban.“Ada apa ini?!” seru laki-laki berusia 60 tahun itu bertanya dengan sorot mata tajam. Lantas melihat-lihat ke arah pekarangan rumah, dimana di sana berdiri sosok Juragan Mahmud, serta beberapa orang yang tergeletak sambil mengerang kesakitan. “Mahmud, apa yang kau lakukan di sini?” tanyanya kembali begitu mengenali siapa yang balik memandang di depan sana, di antara bias cahaya lampu teplok di tiang beranda. Juragan Mahmud mendekat disertai belalak mata menggidikkan. Abah Targa segera menyadari bahwa kedatangan pesohor kampungny
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 5Episode : Pengakuan BungaJuragan Mahmud pulang kembali ke rumah tanpa membawa hasil apa pun. Pertemuannya dengan Abah Targa tadi hanya diisi dengan obrolan-obrolan ringan seputar kejadian sore hari—antara Bunga dan Syaiful—serta sedikit pengingat masa lalu mereka berdua. Niat laki-laki tua itu semula adalah hendak menghabisi pemuda yang telah menodai anak gadisnya, tapi untuk sementara tidak diperkenan oleh Tetua Adat karena yang bersangkutan masih dalam kondisi pengobatan.“Aku sendiri yang akan memberitahumu nanti, kalau anak muda itu sudah pulih,” ujar Abah Targa di jelang pengujung perbincangan. “Untuk sementara waktu, tenangkanlah terlebih dahulu dirimu, Mahmud. Mudah-mudahan saja dia tidak mati dan kau tidak mendapatkan masalah besar karenanya,” imbuhnya kembali seraya menepuk-nepuk bahu Juragan Mahmud.Dengan langkah lunglai, ayah Bunga itu kelu
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 6Episode : Duka Di Antara Gayung AsmaraKeesokan harinya, Juragan Mahmud ditemukan dalam kondisi tergeletak oleh seorang warga Kampung Sarawu di sebuah area pemakaman. Tepatnya di pinggir kuburan mendiang Sumiarsih. Saat diperiksa, beruntung sekali masih dalam keadaan bernapas.Kabar pun tersiar dengan cepat ke seluruh pelosok kampung. Maka Dillah segera menyusul ke astana pemakaman diikuti oleh beberapa pekerja lainnya untuk segera membawa pulang majikan mereka.“Yaa Allah … Ayah!” pekik Bunga langsung memburu tubuh ayahnya begitu tiba di rumah. “A-apa yang terjadi pada ayahku, Kang Dillah?” tanya gadis tersebut pada Dillah, salah seorang orang kepercayaan Juragan Mahmud.“Sabar, Neng. Biarkan Juragan di bawa dulu ke kamar dan diurus oleh kami,” ujar Dillah menahan gerak Bunga yang hendak memeluk tubuh ayahnya. “Nanti setelah semuanya sele
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 7Episode : Perang Dingin“Ada apa dengan Ayah saya, Kang?” tanya Bunga tidak sabar dengan sikap Dillah yang tampak ragu untuk menjawab pertanyaannya tadi. Karena hal itu pula, gadis tersebut nekat hendak ikut masuk ke dalam kamar.Dillah berusaha menahan dan menghalang-halangi, lalu berseru, “Jangan dulu masuk, Neng! Biarkan Juragan beristirahat untuk sementara waktu!”Bunga tetap memaksa. Berusaha masuk dengan cara mendorong-dorong badan anak buah ayahnya sekuat tenaga.“Itu ayahku sendiri, Kang! Jadi … biarkan saya masuk sekarang juga!” ujar gadis tersebut kesal.Di saat-saat ribut itulah, sosok Ki Sanca muncul. Dia keluar dari dalam kamar beserta beberapa orang lainnya. Kemudian mengajak Bunga untuk bersama-sama duduk dan menjelaskan keadaan Juragan Mahmud.“ … Juragan harus banyak beristirahat selama beberapa
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 8Episode : Misteri Makhluk Berwajah AnjingSesosok hitam tiba-tiba melesat ke arah Mahmud disertai geram menyeramkan laksana suara binatang buas hendak menerkam. Sontak laki-laki muda tersebut terkesiap dan melakukan gerakan mundur untuk menghindar. Hampir saja sesuatu mengenai badan bagian depan. Hanya sepersekian masa singkat dan cepat mengancam salah satu titik terlemah manusia, yakni dada. Dengan sigap, Mahmud lanjut mengentak kaki lebih jauh ke belakang seraya memasang kuda-kuda.“Siapa kau?!” tanya Mahmud masih dengan sisa keterkejutannya, melihat-lihat ke arah sosok tadi muncul dalam pandangan temaram. “Astaga!” Kali ini dia berseru kaget bukan kepalang. Bukan apa-apa, karena penampakan di depannya tersebut sungguh sangat mengejutkan. ‘Makhluk apa ini, Tuhan?’ bergumam kemudian di dalam hati.Dalam kepekatan malam dan dibantu sedikit bias cahaya centir di sana, pandangan mata Mahmud membentur pada satu sosok menyeramkan. Berwu