TRAGEDI CINTA BUNGA
Penulis : David KhanzBagian : 82Episode : Persekongkolan Terencana“Biarkan saja terjadi padamu, Mahmud. Agar kau tahu, betapa menyakitkannya kehilangan orang yang sangat kau sayangi itu. Sebagaimana ayahku yang terbaring sakit dan kau sama sekali tidak mau membantu,” ungkap Targa penuh angkara dendam. “Aku ingin tahu, setelah kematian istrimu itu, apakah kau akan bisa menjadi orang terkaya di Kampung Sarawu ini? Kita lihat saja.”Alih-alih ingin menghancurkan kehidupan Mahmud, justru Abah Targa menghadapi kenyataan jika Warsih bersedia menerima tawaran untuk bersatu dengan mantan kawan dekatnya tersebut.‘Sialan! Mengapa si Mahmud selalu mendapatkan keberuntungan hidup? Pengasihan apakah sebenarnya yang telah dia lakukan?’ Abah Targa semakin membenci akan sosok Juragan Mahmud. ‘Ini tidak bisa dibiarkan. Aku tidak akan pernah rela jika dia mendapatkan apa pun yang dia inginkan.TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 83Episode : Syaiful Mulai Merajuk“Apa? Ayahmu dan Abahku datang bersamaan tadi?” Syaiful bertanya di tengah keterkejutannya begitu tiba dari melaut. Binar-binar keceriaan seketika tergambar dari wajah pemuda berusia 26 tahun tersebut. “Apa saja yang mereka bicarakan? Apakah itu berkenaan dengan rencana kita untuk keluar dari sini, Neng?”Bunga membantu melepaskan pakaian suaminya. Lembab dan berbau keringat menyengat.“Tidak, Kang. Ayah pulang terlebih dahulu, setelah itu barulah Abah,” jawab perempuan tersebut.Masih dengan tatap penuh harap, Syaiful terus memandangi istrinya. Menunggu hingga dia menjawab pertanyaannya tadi.“Jadi … apa saja yang mereka bicarakan? Kamu ikut mendengarkan atau ikut mengobrol dengan mereka berdua?” Kembali sang suami bertanya, penasaran. “Setidaknya mungkin ada hal baru yang bisa kamu ceritakan padaku, Neng. Ayolah, bicara. Ceri
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 84Episode : Tangisan Pertama BungaSyaiful memasuki rumah di kala alam sudah mulai memasuki waktu gelap. Bias sinar matahari memancar kemerahan di ufuk barat melalui pantulan awan-awan mengeriting.Kreekkk!Suara daun pintu yang terbuat dari kayu menderit nyaring memecah kesunyian. Samar-samar di dalam ruangan memendar cahaya kecil dari sebuah lampu bersumbu minyak kelapa, menemplok di dinding. Hanya satu buah dan itu pun digunakan sebagai penerang dua bagian dalam gubuk sekaligus.Sejenak Syaiful melihat-lihat pada tungku perapian. Tidak ada bekas nyala api di sana maupun kepulan asap yang biasa membubung sesak.‘Apakah istriku tidak masak sore ini?’ tanya lelaki tersebut terhenyak sesaat di atas pijakan berdiri. Sementara di atas meja, teronggok satu bungkusan beserta cangkir yang ditutupi sehelai dedaunan lebar.Kemudian melongok ke dalam kamar yang
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 85Episode : Perubahan Sikap Juragan MahmudBi Enok keluar dari dalam rumah sambil menjinjing kembali perbekalan makanan. Semuanya masih dalam keadaan utuh, tidak disentuh sama sekali oleh Juragan Mahmud.“Kamu sudah makan, Dillah?” tanya wanita tua tersebut begitu bertemu dengan sosok orang kepercayaan majikannya itu di luar.“Belum, Bi,” jawab Dillah seraya memperhatikan jinjingan yang dibawa oleh Bi Enok dan Dirga. “Mengapa? Juragan tidak mau makan masakan Bibi lagi?” tanyanya kemudian.Sebentar pembantu tua berbadan bungkuk tersebut menoleh ke belakang, ke arah kediaman Juragan Mahmud di sekitar dermaga.“Entahlah, Dillah …,” ucap Bi Enok terdengar lirih. Dia meletakan bawaannya di tanah, diikuti oleh sang cucu, Dirga. “Sudah beberapa hari ini, Juragan tidak mau makan. Padahal … setiap hari, sudah saya buatkan masakan kesuk
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 86Episode : Suara Hati Dirga“Cepatlah jalannya, Dirga! Jangan kamu tengok-tengok terus ke belakang sana!” ucap Bi Enok setengah berseru. Mengingatkan cucunya tersebut untuk tidak menoleh ke arah dimana sosok Dillah tadi masih duduk-duduk. “Mengapa harus terburu-buru, Mak? Lagipula, tidak ada hal apa pun yang harus kita lakukan dengan cepat,” timpal Dirga sembari mengimbangi ayunan langkah neneknya. Walaupun sudah tua dan berbadan bungkuk, tapi ternyata gerakan Bi Enok masih tampak lincah dan gesit. “Kang Dillah juga tidak sedang mengikuti kita.”Wanita tua tersebut terdiam. Hanya mendecak sekali saat ucapannya tadi respons oleh Dirga. Hal tersebut kian membuat remaja tersebut dilanda dera penasaran.“Memangnya … orang tua yang datang ke rumah Juragan sebelumnya itu siapa, Mak?” Anak muda berusia 16 tahun itu lanjut bertanya. Dia teringat,
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 87Episode : Pertobatan Bi Enok“Mempertanggungjawabkan bagaimana, Mak? Apa yang akan Emak lakukan?” Timbul rasa khawatir pada diri Dirga tentang sosok neneknya tersebut. “Tolong, Mak, jangan lakukan apa pun demi Dirga. Sudah cukup kejadian di masa lalu. Kita hanya perlu bertobat, meminta pengampunan dari Gusti Allah, Mak.”Bi Enok menyeka tetesan air mata di pipi.“Iya, Emak tahu itu,” jawabnya lirih diiringi senyum tawar menghiasi wajah tuanya. ‘Tapi ini berhubungan dengan hablumminannaas, Nak. Apa pun yang terjadi, Emak wajib meminta maaf terhadap sesama manusia. Setelah itu … barulah urusannya adalah hablumminallah. Semua perkara dengan orang, harus diselesaikan dengan orang yang bersangkutan. Masalah orang mau memaafkan atau tidak, itu hak mutlak dan akan menjadi urusan dengan Gusti Allah.’Sengaja wanita tua tersebut tidak menjelaskan
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 88Episode : Pengampunan BersyaratJuragan Mahmud menoleh dengan tatapan tajam. Raut wajahnya tampak tersentak dengan jawaban yang diucapkan oleh Bi Enok baru saja. “Apa maksudmu itu, Bi? K-kamu tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Bunga anak saya?” tanya sosok pesohor Kampung Sarawu tersebut dengan nada meninggi. Tidak hanya itu, bahkan sampai bangkit dari kursi hingga menggeser letak meja di hadapannya.Sreekkk!Bi Enok sendiri tidak kalah terkejut. Pucat kesi pun segera menghiasi raut tuanya.“Ampun, Juragan … mohon ampuunnn …,” ucap wanita tersebut seraya menghambur diri, bersimpuh di kaki Juragan Mahmud bersama jerit tangisnya. “Maafkan atas semua kesalahan saya, Juragan. Ampuunn.”Juragan Mahmud mundur sedikit ke belakang, guna menghindari atas usaha Bi Enok yang hendak menciumi kakinya.“J-jangan seperti i
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 89Episode : Rahasia Yang Belum Terungkap“Maaf … saya terlalu terbawa perasaan saya sendiri,” ujar Juragan Mahmud tiba-tiba menghentikan tangis, lantas pura-pura mengalihkan pandangan ke arah lain sambil mengusap air mata. Sementara Bi Enok sendiri tetap menunduk dalam-dalam, tidak ingin beradu tatap ataupun memerhatikan sosok di dekatnya. Bukan apa-apa, tersebab wanita tersebut bermaksud menjaga muruah sang majikan atas luapan emosi sesaat tadi. “Baik … sampai mana saya tadi, Bi?” tanya lelaki itu masih dengan nada suara bergetar.“Guna-guna saya terhadap Juragan sebelum menikah dengan Neng Juragan perempuan,” jawab Bi Enok ikut lirih.Juragan Mahmud terbatuk-batuk sejenak, dilanjut dengan membersihkan aliran ingus yang masih terasa di lobang hidung. Setelah itu, mendeham beberapa kali dan lanjut berkata. “O, iya … masalah itu. Ehem … uhuk! Uhuk!”
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 90Episode : Prahara TerorLekas Bi Enok memburu tubuh cucunya tersebut. Memeriksa sejenak untuk memastikan kondisi Dirga yang sebenarnya. ‘Dia masih hidup …,’ membatin wanita tua itu usai merasakan denyut nadi di pergelangan tangan, lantas menepuk-nepuk wajah. “Dirga! Bangun, Dirga!”Tidak ada reaksi apa pun. Kedua mata sang cucu masih mengatup rapat seperti tengah tertidur pulas. Kemudian Bi Enok mencoba kembali untuk membangunkan, tapi tidak kunjung berhasil.‘Yaa Allah … apa yang terjadi dengan anak ini?’ tanyanya bingung bercampur kekhawatiran. Masih merasa penasaran, lantas diperiksa sekali lagi badan Dirga, tidak ditemukan tanda-tanda bekas kekerasan. Semuanya tampak normal dan baik-baik saja. Terkecuali, belum mengetahui pasti penyebab cucunya tersebut dalam kondisi seperti itu.Tidak habis akal, Bi Enok segera bangkit terhuyung. Ber