Home / Romansa / Tragedi Cinta Bunga / 81. Dendam Berakar

Share

81. Dendam Berakar

Author: David Khanz
last update Last Updated: 2024-03-10 10:00:28

TRAGEDI CINTA BUNGA

Penulis : David Khanz

Bagian : 81

Episode : Dendam Berakar

“Ada apa, Ki?” tanya Bi Enok terheran-heran melihat sikap sosok yang dia percaya sebagai sosok seorang dukun sakti tersebut. “Aki mengenal orang yang bernama Jamparing?”

Beberapa saat, Jambra menatap perempuan yang sedang bersamanya kala itu. “Siapakah Nyai ini sebenarnya?” tanyanya malah balik bertanya. “Ada hubungan apa antara Nyai dengan nama-nama yang telah Nyai sebutkan tadi? Ki Jerangkong dan juga … Jamparing. Astaga …,” katanya kembali berkata-kata.

Giliran Bi Enok yang kini merasa bingung. Perempuan ini memang belum sepenuhnya mengenal akan sosok yang dia kenal sebagai Ki Jambrong tersebut. Namun tatkala menceritakan tentang nama bekas kekasihnya, mendadak dia seperti terkaget-kaget.

“Saya hanya perempuan yang kebetulan dekat dengan Kang Jamparing. Tidak lebih,” kata Bi Enok lanjut bercerita hingga akhirny
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Tragedi Cinta Bunga    82. Persekongkolan Terencana

    TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 82Episode : Persekongkolan Terencana“Biarkan saja terjadi padamu, Mahmud. Agar kau tahu, betapa menyakitkannya kehilangan orang yang sangat kau sayangi itu. Sebagaimana ayahku yang terbaring sakit dan kau sama sekali tidak mau membantu,” ungkap Targa penuh angkara dendam. “Aku ingin tahu, setelah kematian istrimu itu, apakah kau akan bisa menjadi orang terkaya di Kampung Sarawu ini? Kita lihat saja.”Alih-alih ingin menghancurkan kehidupan Mahmud, justru Abah Targa menghadapi kenyataan jika Warsih bersedia menerima tawaran untuk bersatu dengan mantan kawan dekatnya tersebut.‘Sialan! Mengapa si Mahmud selalu mendapatkan keberuntungan hidup? Pengasihan apakah sebenarnya yang telah dia lakukan?’ Abah Targa semakin membenci akan sosok Juragan Mahmud. ‘Ini tidak bisa dibiarkan. Aku tidak akan pernah rela jika dia mendapatkan apa pun yang dia inginkan.

    Last Updated : 2024-03-11
  • Tragedi Cinta Bunga    83. Syaiful Mulai Merajuk

    TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 83Episode : Syaiful Mulai Merajuk“Apa? Ayahmu dan Abahku datang bersamaan tadi?” Syaiful bertanya di tengah keterkejutannya begitu tiba dari melaut. Binar-binar keceriaan seketika tergambar dari wajah pemuda berusia 26 tahun tersebut. “Apa saja yang mereka bicarakan? Apakah itu berkenaan dengan rencana kita untuk keluar dari sini, Neng?”Bunga membantu melepaskan pakaian suaminya. Lembab dan berbau keringat menyengat.“Tidak, Kang. Ayah pulang terlebih dahulu, setelah itu barulah Abah,” jawab perempuan tersebut.Masih dengan tatap penuh harap, Syaiful terus memandangi istrinya. Menunggu hingga dia menjawab pertanyaannya tadi.“Jadi … apa saja yang mereka bicarakan? Kamu ikut mendengarkan atau ikut mengobrol dengan mereka berdua?” Kembali sang suami bertanya, penasaran. “Setidaknya mungkin ada hal baru yang bisa kamu ceritakan padaku, Neng. Ayolah, bicara. Ceri

    Last Updated : 2024-03-11
  • Tragedi Cinta Bunga    84. Tangisan Pertama Bunga

    TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 84Episode : Tangisan Pertama BungaSyaiful memasuki rumah di kala alam sudah mulai memasuki waktu gelap. Bias sinar matahari memancar kemerahan di ufuk barat melalui pantulan awan-awan mengeriting.Kreekkk!Suara daun pintu yang terbuat dari kayu menderit nyaring memecah kesunyian. Samar-samar di dalam ruangan memendar cahaya kecil dari sebuah lampu bersumbu minyak kelapa, menemplok di dinding. Hanya satu buah dan itu pun digunakan sebagai penerang dua bagian dalam gubuk sekaligus.Sejenak Syaiful melihat-lihat pada tungku perapian. Tidak ada bekas nyala api di sana maupun kepulan asap yang biasa membubung sesak.‘Apakah istriku tidak masak sore ini?’ tanya lelaki tersebut terhenyak sesaat di atas pijakan berdiri. Sementara di atas meja, teronggok satu bungkusan beserta cangkir yang ditutupi sehelai dedaunan lebar.Kemudian melongok ke dalam kamar yang

    Last Updated : 2024-03-12
  • Tragedi Cinta Bunga    85. Perubahan Sikap Juragan Mahmud

    TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 85Episode : Perubahan Sikap Juragan MahmudBi Enok keluar dari dalam rumah sambil menjinjing kembali perbekalan makanan. Semuanya masih dalam keadaan utuh, tidak disentuh sama sekali oleh Juragan Mahmud.“Kamu sudah makan, Dillah?” tanya wanita tua tersebut begitu bertemu dengan sosok orang kepercayaan majikannya itu di luar.“Belum, Bi,” jawab Dillah seraya memperhatikan jinjingan yang dibawa oleh Bi Enok dan Dirga. “Mengapa? Juragan tidak mau makan masakan Bibi lagi?” tanyanya kemudian.Sebentar pembantu tua berbadan bungkuk tersebut menoleh ke belakang, ke arah kediaman Juragan Mahmud di sekitar dermaga.“Entahlah, Dillah …,” ucap Bi Enok terdengar lirih. Dia meletakan bawaannya di tanah, diikuti oleh sang cucu, Dirga. “Sudah beberapa hari ini, Juragan tidak mau makan. Padahal … setiap hari, sudah saya buatkan masakan kesuk

    Last Updated : 2024-03-12
  • Tragedi Cinta Bunga    86. Suara Hati Dirga

    TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 86Episode : Suara Hati Dirga“Cepatlah jalannya, Dirga! Jangan kamu tengok-tengok terus ke belakang sana!” ucap Bi Enok setengah berseru. Mengingatkan cucunya tersebut untuk tidak menoleh ke arah dimana sosok Dillah tadi masih duduk-duduk. “Mengapa harus terburu-buru, Mak? Lagipula, tidak ada hal apa pun yang harus kita lakukan dengan cepat,” timpal Dirga sembari mengimbangi ayunan langkah neneknya. Walaupun sudah tua dan berbadan bungkuk, tapi ternyata gerakan Bi Enok masih tampak lincah dan gesit. “Kang Dillah juga tidak sedang mengikuti kita.”Wanita tua tersebut terdiam. Hanya mendecak sekali saat ucapannya tadi respons oleh Dirga. Hal tersebut kian membuat remaja tersebut dilanda dera penasaran.“Memangnya … orang tua yang datang ke rumah Juragan sebelumnya itu siapa, Mak?” Anak muda berusia 16 tahun itu lanjut bertanya. Dia teringat,

    Last Updated : 2024-03-13
  • Tragedi Cinta Bunga    87. Pertobatan Bi Enok

    TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 87Episode : Pertobatan Bi Enok“Mempertanggungjawabkan bagaimana, Mak? Apa yang akan Emak lakukan?” Timbul rasa khawatir pada diri Dirga tentang sosok neneknya tersebut. “Tolong, Mak, jangan lakukan apa pun demi Dirga. Sudah cukup kejadian di masa lalu. Kita hanya perlu bertobat, meminta pengampunan dari Gusti Allah, Mak.”Bi Enok menyeka tetesan air mata di pipi.“Iya, Emak tahu itu,” jawabnya lirih diiringi senyum tawar menghiasi wajah tuanya. ‘Tapi ini berhubungan dengan hablumminannaas, Nak. Apa pun yang terjadi, Emak wajib meminta maaf terhadap sesama manusia. Setelah itu … barulah urusannya adalah hablumminallah. Semua perkara dengan orang, harus diselesaikan dengan orang yang bersangkutan. Masalah orang mau memaafkan atau tidak, itu hak mutlak dan akan menjadi urusan dengan Gusti Allah.’Sengaja wanita tua tersebut tidak menjelaskan

    Last Updated : 2024-03-13
  • Tragedi Cinta Bunga    88. Pengampunan Bersyarat

    TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 88Episode : Pengampunan BersyaratJuragan Mahmud menoleh dengan tatapan tajam. Raut wajahnya tampak tersentak dengan jawaban yang diucapkan oleh Bi Enok baru saja. “Apa maksudmu itu, Bi? K-kamu tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Bunga anak saya?” tanya sosok pesohor Kampung Sarawu tersebut dengan nada meninggi. Tidak hanya itu, bahkan sampai bangkit dari kursi hingga menggeser letak meja di hadapannya.Sreekkk!Bi Enok sendiri tidak kalah terkejut. Pucat kesi pun segera menghiasi raut tuanya.“Ampun, Juragan … mohon ampuunnn …,” ucap wanita tersebut seraya menghambur diri, bersimpuh di kaki Juragan Mahmud bersama jerit tangisnya. “Maafkan atas semua kesalahan saya, Juragan. Ampuunn.”Juragan Mahmud mundur sedikit ke belakang, guna menghindari atas usaha Bi Enok yang hendak menciumi kakinya.“J-jangan seperti i

    Last Updated : 2024-03-14
  • Tragedi Cinta Bunga    89. Rahasia Yang Belum Terungkap

    TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 89Episode : Rahasia Yang Belum Terungkap“Maaf … saya terlalu terbawa perasaan saya sendiri,” ujar Juragan Mahmud tiba-tiba menghentikan tangis, lantas pura-pura mengalihkan pandangan ke arah lain sambil mengusap air mata. Sementara Bi Enok sendiri tetap menunduk dalam-dalam, tidak ingin beradu tatap ataupun memerhatikan sosok di dekatnya. Bukan apa-apa, tersebab wanita tersebut bermaksud menjaga muruah sang majikan atas luapan emosi sesaat tadi. “Baik … sampai mana saya tadi, Bi?” tanya lelaki itu masih dengan nada suara bergetar.“Guna-guna saya terhadap Juragan sebelum menikah dengan Neng Juragan perempuan,” jawab Bi Enok ikut lirih.Juragan Mahmud terbatuk-batuk sejenak, dilanjut dengan membersihkan aliran ingus yang masih terasa di lobang hidung. Setelah itu, mendeham beberapa kali dan lanjut berkata. “O, iya … masalah itu. Ehem … uhuk! Uhuk!”

    Last Updated : 2024-03-14

Latest chapter

  • Tragedi Cinta Bunga    Tragedi Cinta Bunga Desa (cerpen version)

    TRAGEDI CINTA BUNGA DESAPenulis : David KhanzDeru gemuruh ombak di lepas pantai, bergulung riuh membentengi lautan. Berlarian disertai buih putih, seakan tengah berlomba mendahului menggapai tepian daratan. Terayun kuat bersama sapuan banyu yang menarik ulur tiada henti. Sementara sang surya pun tak ingin ketinggalan, dengan pongahnya menyemburkan bara memanggang bumi. Bercampur baur dalam semilir yang kian menyengat.Tak jauh dari sebuah gubuk sederhana yang berdiri di sana, seorang perempuan mematung bertelanjang kaki, beralaskan pasir putih. Sesekali matanya menatap luas lautan yang membentang, dengan bias penuh pengharapan. Di antara helaan napas berat dan seringai bibirnya yang kering, seakan memberi tanda bahwa dia tengah berada dalam sebuah penantian. Entah apa atau siapa yang sedang dia tunggu.Sesekali, tangan kasar perempuan itu mengusap lembut perutnya yang membuncit. Lalu menyeka peluh yang mengucur deras membanjiri pelipis. “Sabar .

  • Tragedi Cinta Bunga    96. Gema Cinta Di Akhir Asa

    TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 96Episode : Gema Cinta Di Akhir AsaUsai melakukan kunjungan selanjutnya, usaha Bi Enok untuk membujuk dan mengajak Bunga pulang ke Kampung Sarawu, kembali menemui kegagalan. Perempuan muda yang sedang mengandung besar tersebut tetap menolak dengan alasan belum mendapatkan izin pergi dari sang suami, Syaiful.“S-saya tahu … s-saya akan dinilai sebagai anak yang tidak berbakti terhadap orang tua. Mungkin juga seorang anak yang durhaka,” ucap Bunga lirih disertai mata berkaca-kaca. “Tapi tidak semua orang mau memahami akan kondisi saya sekarang. Saya bukan lagi seorang anak gadis yang hidupnya masih menjadi tanggungan Ayah. Saya sudah menikah, bersuami, dan sekarang … hamil besar. Bagaimana mungkin, dalam keadaan seperti ini, saya harus mengajarkan sesuatu yang buruk terhadap anak kami sendiri? Melangkahkan kaki, keluar dari tempat yang tidak diridhoi, dan tanpa iz

  • Tragedi Cinta Bunga    95. Pertengkaran Terakhir Bunga dan Syaiful

    TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 95Episode : Pertengkaran Terakhir Bunga dan SyaifulSejak peristiwa terjadinya pertarungan antara Abah Targa dan Juragan Mahmud, kedua laki-laki tua tersebut dikabarkan semakin kritis. Untuk urusan usaha di dermaga—untuk sementara—terpaksa dipercayakan kepada Syahrul dan Amrul, serta dibantu oleh Dirga, cucu Bi Enok. Sementara kepemimpinan Tetua Adat sendiri, dibebankan terhadap para sesepuh lain. Sebagai satu-satunya tabib ahli di bidang pengobatan, Ki Sanca sudah berusaha sekuat mungkin dengan kemampuannya untuk mengobati dua sosok penting di Kampung Sarawu tersebut. Namun sejauh itu pula, upaya yang dilakukan olehnya, tidak juga menunjukkan tanda-tanda yang menggembirakan. Terpaksa, di usianya yang kian sepuh, Bi Enok harus berjibaku sendiri mengurus keperluan Bunga dan Syaiful di pulau pengasingan.“Jadi kondisi Ayah sekarang belum menunjukkan tanda

  • Tragedi Cinta Bunga    94. Pertarungan Berdarah

    TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 94Episode : Pertarungan Berdarah“Hebat … hebaattt … hebaaattt …,” seru Juragan Mahmud sambil bertepuk tangan sendiri. “Lihatlah, langit! Lihatlah, pohon-pohon! Lihat pada mereka, betapa harmonis sekali hubungan kedua manusia berhati ular itu. Hi-hi. Tidak perlu aku bertanya secara satu per satu dan menuntut kejujuran, nyatanya … sikap kalian itu sudah cukup memberiku bukti … bahwa sesama binatang memang hanya akan berkumpul dengan jenis dari mereka masing-masing. Hi-hi.”Abah Targa—terpaksa—melepaskan cekalannya pada tubuh Dillah dan membiarkan lelaki tersebut duduk sambil meringis-ringis di tanah jejalanan. Sejenak sosok Tetua Adat itu melirik pada Juragan Mahmud, lantas berucap pelan, “Tenanglah. Kamu diam di sini. Saya akan mencoba menghadapi manusia sombong yang satu itu.”Dillah mengangguk di antara ringis kesakitan yang tergambar di wajah. Kemudian bersusah payah berpindah tempat dengan cara menggeser badan, menggusur kedua ka

  • Tragedi Cinta Bunga    93. Aroma Kebusukan

    TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 93Episode : Aroma KebusukanKrosak!Juragan Mahmud menghentikan langkah, lantas bergeming di tempat untuk beberapa saat. Tatap matanya lurus tertuju ke depan, sementara telinga dipasang sedemikian ketat.“Hhmmm …,” deham lelaki tua berikat kepala putih tersebut. “Keluarlah dari tempat persembunyianmu itu!” serunya kemudian dengan suara lantang.Ditunggu beberapa waktu, tidak ada sahutan maupun sesosok manusia yang muncul mendekat.“Keluar dari tempat persembunyianmu, kataku juga!” Kembali pesohor Kampung Sarawu tersebut bersuara nyaring. “Kau pikir aku tidak tahu, siapa yang ada di belakangku sekarang, hah?! Keluar!”Masih seperti tadi, suasana jalanan tetap sunyi.‘Jahanam! Ternyata dia manusia yang sangat pengecut! Tidak berani menampakkan diri dan lebih betah menguntit di belakangku sejak tadi!’ gumam Juragan Mahmud di dalam hati. ‘Baiklah ….’Karena tidak ada yang menyahut, lelaki tua itu pun memutuskan diri untuk melanjutkan lan

  • Tragedi Cinta Bunga    92. Pertarungan Dua Lelaki Pesohor Kampung

    TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 92Episode : Pertarungan Dua Lelaki Pesohor Kampung“Ada apa ini?” Syaiful memandang ke arah perginya Bi Enok dan Dirga.Bunga turut bangkit sambil mengusap-usap perut buncitnya. Jawab perempuan cantik itu kemudian, “Entahlah, Kang. Sepertinya ada sesuatu yang penting dari Kang Amrul.”“Iya, aku juga berpikir seperti itu, Néng. Tapi mengapa aku tidak diperbolehkan untuk turut ke sana? Setidaknya untuk mengetahui, apa yang sebenarnya sedang terjadi. Bi Enok juga ‘kan, sudah menjadi bagian dari keluarga ayahmu. Berarti keluarga kita juga, ‘kan?”Bunga tidak membalas. Perhatiannya tetap tertuju ke depan. Dia merasa ada sesuatu yang tidak nyaman di hati. Apakah kedatangan Amrul tadi berkaitan dengan ayahnya pula? Bukan apa-apa, hal itu didasari oleh sikap Juragan Mahmud sebelumnya yang telah berselisih paham dengan Abah Targa.‘Yaa Allah … ada apa ini sebenarnya?’ Bertanya sosok anak perempuan Juragan Mahmud itu disertai dera kekhawatiran

  • Tragedi Cinta Bunga    91. Aroma Membusuk Dari Masa Silam

    TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 91Episode : Aroma Membusuk Dari Masa Silam“Pada dasarnya … kamu sudah banyak berjasa pada hidup saya, yaitu menjadi pintu gerbang bagi Ki Jambrong untuk menemui saya, anak dari sahabat lama beliau,” pungkas Juragan Mahmud usai menuturkan sebuah kisah, sebagaimana yang pernah diceritakan oleh Ki Jambrong beberapa waktu lalu padanya. “Melalui kamu pula, beliau telah membuka hampir semua tabir kegelapan yang sejak lama membutakan pikiran saya, Bi.”“Tabir kegelapan? Mohon maaf, yang Juragan maksudkan itu … apa, ya?” tanya Bi Enok langsung timbul dugaan-dugaan lain di hatinya. “S-saya belum paham, Juragan.”Sosok pembantu tersebut mengira bahwa—tentulah—Ki Jambrong telah banyak bercerita tentang masalah lalu orang-orang tertentu yang berada di Kampung Sarawu. Terutama yang terlibat pada masa-masa kelam Ki Darsan dan Abah Langga masih hidup.Sa

  • Tragedi Cinta Bunga    90. Prahara Teror

    TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 90Episode : Prahara TerorLekas Bi Enok memburu tubuh cucunya tersebut. Memeriksa sejenak untuk memastikan kondisi Dirga yang sebenarnya. ‘Dia masih hidup …,’ membatin wanita tua itu usai merasakan denyut nadi di pergelangan tangan, lantas menepuk-nepuk wajah. “Dirga! Bangun, Dirga!”Tidak ada reaksi apa pun. Kedua mata sang cucu masih mengatup rapat seperti tengah tertidur pulas. Kemudian Bi Enok mencoba kembali untuk membangunkan, tapi tidak kunjung berhasil.‘Yaa Allah … apa yang terjadi dengan anak ini?’ tanyanya bingung bercampur kekhawatiran. Masih merasa penasaran, lantas diperiksa sekali lagi badan Dirga, tidak ditemukan tanda-tanda bekas kekerasan. Semuanya tampak normal dan baik-baik saja. Terkecuali, belum mengetahui pasti penyebab cucunya tersebut dalam kondisi seperti itu.Tidak habis akal, Bi Enok segera bangkit terhuyung. Ber

  • Tragedi Cinta Bunga    89. Rahasia Yang Belum Terungkap

    TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 89Episode : Rahasia Yang Belum Terungkap“Maaf … saya terlalu terbawa perasaan saya sendiri,” ujar Juragan Mahmud tiba-tiba menghentikan tangis, lantas pura-pura mengalihkan pandangan ke arah lain sambil mengusap air mata. Sementara Bi Enok sendiri tetap menunduk dalam-dalam, tidak ingin beradu tatap ataupun memerhatikan sosok di dekatnya. Bukan apa-apa, tersebab wanita tersebut bermaksud menjaga muruah sang majikan atas luapan emosi sesaat tadi. “Baik … sampai mana saya tadi, Bi?” tanya lelaki itu masih dengan nada suara bergetar.“Guna-guna saya terhadap Juragan sebelum menikah dengan Neng Juragan perempuan,” jawab Bi Enok ikut lirih.Juragan Mahmud terbatuk-batuk sejenak, dilanjut dengan membersihkan aliran ingus yang masih terasa di lobang hidung. Setelah itu, mendeham beberapa kali dan lanjut berkata. “O, iya … masalah itu. Ehem … uhuk! Uhuk!”

DMCA.com Protection Status