TRAGEDI CINTA BUNGA
Penulis : David KhanzBagian : 50Episode : Ancaman Juragan MahmudTetap saja, ditanya tentang maksud yang dilakukan oleh Dillah itu, lelaki tersebut selalu menjawab dengan bunyi kalimat serupa, yakni; “Mengenai hal itu, sebaiknya Neng Bunga bicarakan saja secara langsung pada Juragan. Di sini, saya hanya menjalankan perintah. Mohon maaf.”Karena merasa kesal, Bunga mencoba melabrak. Dia nekat hendak mengajak Syaiful pergi berdua dari sana, tapi sosok Dillah dengan sigap menghalangi.“Saya pinta, cepat pergi kamu dari sini, Anak Muda, atau saya laporkan kejadian ini nanti pada Juragan?” ancam Dillah pada Syaiful. Sorot matanya begitu tajam menusuk dan seolah-olah hendak mencederai sosok pemuda tersebut. “Kamu pasti sudah tahu, apa yang akan terjadi kelak jika sampai kamu berani melawan perintah saya?!” ujarnya setengah menyeru dan menghalangi usaha Bunga untuk mendekati anak mendiang WTRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 51Episode : Pertemuan Diam-diam“Ada keperluan apa kamu menemui saya di sini?” tanya Juragan Mahmud begitu menerima kedatangan Bi Enok di rumah keduanya. “Bukannya kamu sudah saya tugaskan untuk menjaga dan mengawasi Bunga, hhmmm?!”Wanita tua itu menghaturkan sembah maaf disertai pandangan tertunduk dalam-dalam. Rasanya enggan sekali beradu tatap dengan sosok lelaki yang satu itu.“Mohon maaf, Juragan,” kata Bi Enok mengawali pengutaraan akan maksud kedatangannya ke tempat tersebut. “S-saya ingin menemui Juragan di sini, karena satu maksud.”“Maksud apa?” Kembali Juragan Mahmud bertanya, garang. Dia duduk santai di sebuah kursi sambil bertopang kaki. Sementara Bi Enok sendiri dibiarkan berdiri mematung di hadapannya. Tampak sekali kecongkakan akan sosok pesohor Kampung Sarawu tersebut. “Satu hal yang mesti kamu ingat, Bi. Kalau mengenai Bu
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 52Episode : Sejumput Dendam Di dalam SekamAkhirnya hubungan kasih antara Bunga dan Syaiful pun mulai terjalin erat. Walaupun begitu, mereka mesti bertemu secara sembunyi-sembunyi dan/atau mencari-cari kesempatan di waktu-waktu tertentu. Namun sepandai-pandainya tupai melompat, suatu ketika terjatuh juga.Suatu hari Juragan Mahmud memanggil Syaiful untuk menghadap. Di saat itu pula, gejolak amarah lelaki tua berambut putih tersebut ditumpahkan tanpa menaruh rasa iba.“Kamu pikir, kamu bisa mendapatkan anak saya dengan mudah dan percuma, heh?!” hardik Juragan Mahmud di antara dera murka. “Tidak secuil pun, Anak Muda! Jangan pernah berharap, bahkan bermimpi saja, kamu dan anak saya tiada berbanding jauh!”Juragan Mahmud mengancam, jika sampai Syaiful masih nekat menjalin hubungan dengan putrinya, tidak segan-segan, orang tua tersebut akan men
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 53Episode : Pertemuan BerdarahHimbauan Juragan Mahmud kepada Syaiful untuk menjauhi Bunga, tidak digubris oleh anak muda tersebut. Hubungan kasih kedua muda-mudi itu masih tetap berjalan secara sembunyi-sembunyi. Bahkan pada satu kesempatan, mereka bermain-main di pesisir pantai.Namun malang tidak bisa ditolak, pertemuan kedua sejoli tersebut rupanya diketahui oleh salah seorang anak buah Juragan Mahmud.“Apa?! Kamu benar-benar melihat mereka berdua di sana?!” tanya laki-laki tua tersebut sembari mencengkeram pakaian Syahrul.“B-benar, Juragan. Demi Allah, saya tidak berani mengada-ngada kepada Juragan,” jawab Syahrul didampingi oleh Amrul.Gemeretak gigi Juragan Mahmud sampai terdengar jelas dibarengi dengkus napas mengempas wajah anak buahnya itu.“Kurang ajar!” rutuk Juragan Mahmud geram. Lalu melepaskan ren
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 54Episode : Sebait Cinta Di Depan PusaraHari pernikahan antara Bunga dan Syaiful telah tiba. Pesta pun digelar dengan sangat meriah, diiringi hiburan rakyat berupa tarian khusus daerah dan pertunjukan wayang golek semalam suntuk. Kedua mempelai tampak bahagia, duduk di pelaminan menjadi raja-ratu sehari, sibuk menerima para tamu undangan dari pagi hingga menjelang petang. Namun ada satu pemandangan aneh terkait keberadaan Juragan Mahmud selama resepsi diadakan. Sosok pesohor Kampung Sarawu tersebut tidak banyak terlihat bersama-sama di sana. Hanya ada Abah Targa yang mewakili dari pihak keluarga laki-laki, ikut menemani kedua pengantin.“Beliau ada di dalam kamarnya, Neng,” jawab Bi Enok saat ditanya oleh Bunga, berbisik, di tengah alunan suara gamelan dan dendang sinden menghiasi suasana hajatan.Gadis cantik yang kian tampak jelita dengan balutan
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 55Episode : Tempat PengasinganKini Bunga dan Syaiful tinggal di sebuah tempat baru, terasing dari dunia luar, dan hanya mereka berdua yang menempati daerah terpencil tersebut.Tempat tinggal yang mereka huni itu adalah sebuah kepulauan kecil dan terpisah oleh lautan dari wilayah Kampung Sarawu. Tidak ada apa pun di sana, terkecuali beberapa pepohonan menjulang serta lahan kosong yang terdiri dari hutan belukar, pantai, serta jurang curam sebagai pembatas antara daratan dengan tepian laut.Perbekalan makanan serta pakaian memang dibawa sebagai bantuan awal. Diperkirakan hanya cukup hingga beberapa bulan ke depan. Disamping itu, juga dibekali perlengkapan alat pertukangan untuk membuat hunian kelak. Jadi, Syaiful hanya punya beberapa waktu untuk segera menyediakan tempat perlindungan diri serta keluarga dari terik matahari maupun hujan.Sepe
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 56Episode : Hunian Baru Di Tempat PengasinganMereka berdua melepas penat sejenak dengan duduk-duduk di bawah rindang pepohonan itu sambil memandangi birunya lautan. Berbincang-bincang mengenai kehidupan selanjutnya di tempat pengasingan tersebut.“Akang tadi mau memperlihatkan aku sesuatu, apakah itu, Kang?” tanya Bunga kemudian, merasa penasaran dengan apa yang hendak dipersembahkan oleh suami tercinta sebentar lagi.“O, iya … hampir saja aku lupa. He-he,” ujar Syaiful seraya bangkit dari duduk dan membantu istrinya untuk turut berdiri. “Ayo, ikut aku. Ada sesuatu yang menunggu kita di sana,” imbuhnya kembali sambil menunjuk ke sisi dalam tempat tersebut.Di sana, banyak pepohonan lain yang tumbuh subur, layaknya di hutan bakau, tempat mereka sebelumnya dipergoki oleh Juragan Mahmud beserta ketiga anak buah pesohor Kampung Sarawu itu. Bun
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 57Episode : Keresahan Seorang Bi EnokWanita tua itu membantu mengemasi barang-barang yang hendak dibawa oleh Bunga, terutama pakaian. Kelopak matanya senantiasa beruraikan air mata disertai isak kecil yang tertahan. DIa merasa sangat sedih sekali karena hari itu adalah merupakan masa terakhir bersama dengan anak perempuan majikannya tersebut. Sosok yang selama ini senantiasa dekat sejak dia terlahir dulu dari rahim seorang Sumiarsih.“Bi ….,” sapa Bunga duduk bertimpuh di belakang Bi Enok. DIa menyentuh pundaknya pelan. “Bibi jangan menangis terus. Saya jadi sedih sekali, Bi,” imbuhnya kembali dengan suara tercekat.Bi Enok menyeka sejenak pipinya yang membanjir basah. Perlahan-lahan membalikkan badan dan balik memandangi Bunga dengan tatapan sayu. Dia sadar, selama mengurus perempuan muda tersebut, jarang sekali mereka saling berjauhan. Bahkan senantia
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 58Episode : Pertemuan Abah Targa dan Bi EnokSuatu ketika, di saat Juragan Mahmud sedang berada di dermaga mengurus usahanya, diam-diam Abah Targa mendatang Bi Enok di rumah salah satu pesohor Kampung Sarawu tersebut.“Ada nenekmu?” tanya lelaki tua itu kala disambut oleh seorang remaja berusia belasan tahun, yakni Dirga.“A-ada … di dalam,” jawab anak laki-laki itu diiringi wajah mengerut heran. ‘Ada apa Abah Targa datang ke sini? Tidak seperti biasanya,’ bisik Dirga di dalam hati. ‘Kalaupun ada keperluan dengan Juragan, mengapa tidak menemuinya di dermaga?’Ditatap sedemikian rupa, Abah Targa balik mendelik garang.“Ada apa denganmu, Bocah? Mengapa kamu menatapku seperti itu?” tanya Tetua Adat tersebut terdengar ketus. “Cepat, panggilkan nenekmu itu. Saya ingin segera bertemu dan berbicara.”Dirga mengangguk, l
TRAGEDI CINTA BUNGA DESAPenulis : David KhanzDeru gemuruh ombak di lepas pantai, bergulung riuh membentengi lautan. Berlarian disertai buih putih, seakan tengah berlomba mendahului menggapai tepian daratan. Terayun kuat bersama sapuan banyu yang menarik ulur tiada henti. Sementara sang surya pun tak ingin ketinggalan, dengan pongahnya menyemburkan bara memanggang bumi. Bercampur baur dalam semilir yang kian menyengat.Tak jauh dari sebuah gubuk sederhana yang berdiri di sana, seorang perempuan mematung bertelanjang kaki, beralaskan pasir putih. Sesekali matanya menatap luas lautan yang membentang, dengan bias penuh pengharapan. Di antara helaan napas berat dan seringai bibirnya yang kering, seakan memberi tanda bahwa dia tengah berada dalam sebuah penantian. Entah apa atau siapa yang sedang dia tunggu.Sesekali, tangan kasar perempuan itu mengusap lembut perutnya yang membuncit. Lalu menyeka peluh yang mengucur deras membanjiri pelipis. “Sabar .
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 96Episode : Gema Cinta Di Akhir AsaUsai melakukan kunjungan selanjutnya, usaha Bi Enok untuk membujuk dan mengajak Bunga pulang ke Kampung Sarawu, kembali menemui kegagalan. Perempuan muda yang sedang mengandung besar tersebut tetap menolak dengan alasan belum mendapatkan izin pergi dari sang suami, Syaiful.“S-saya tahu … s-saya akan dinilai sebagai anak yang tidak berbakti terhadap orang tua. Mungkin juga seorang anak yang durhaka,” ucap Bunga lirih disertai mata berkaca-kaca. “Tapi tidak semua orang mau memahami akan kondisi saya sekarang. Saya bukan lagi seorang anak gadis yang hidupnya masih menjadi tanggungan Ayah. Saya sudah menikah, bersuami, dan sekarang … hamil besar. Bagaimana mungkin, dalam keadaan seperti ini, saya harus mengajarkan sesuatu yang buruk terhadap anak kami sendiri? Melangkahkan kaki, keluar dari tempat yang tidak diridhoi, dan tanpa iz
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 95Episode : Pertengkaran Terakhir Bunga dan SyaifulSejak peristiwa terjadinya pertarungan antara Abah Targa dan Juragan Mahmud, kedua laki-laki tua tersebut dikabarkan semakin kritis. Untuk urusan usaha di dermaga—untuk sementara—terpaksa dipercayakan kepada Syahrul dan Amrul, serta dibantu oleh Dirga, cucu Bi Enok. Sementara kepemimpinan Tetua Adat sendiri, dibebankan terhadap para sesepuh lain. Sebagai satu-satunya tabib ahli di bidang pengobatan, Ki Sanca sudah berusaha sekuat mungkin dengan kemampuannya untuk mengobati dua sosok penting di Kampung Sarawu tersebut. Namun sejauh itu pula, upaya yang dilakukan olehnya, tidak juga menunjukkan tanda-tanda yang menggembirakan. Terpaksa, di usianya yang kian sepuh, Bi Enok harus berjibaku sendiri mengurus keperluan Bunga dan Syaiful di pulau pengasingan.“Jadi kondisi Ayah sekarang belum menunjukkan tanda
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 94Episode : Pertarungan Berdarah“Hebat … hebaattt … hebaaattt …,” seru Juragan Mahmud sambil bertepuk tangan sendiri. “Lihatlah, langit! Lihatlah, pohon-pohon! Lihat pada mereka, betapa harmonis sekali hubungan kedua manusia berhati ular itu. Hi-hi. Tidak perlu aku bertanya secara satu per satu dan menuntut kejujuran, nyatanya … sikap kalian itu sudah cukup memberiku bukti … bahwa sesama binatang memang hanya akan berkumpul dengan jenis dari mereka masing-masing. Hi-hi.”Abah Targa—terpaksa—melepaskan cekalannya pada tubuh Dillah dan membiarkan lelaki tersebut duduk sambil meringis-ringis di tanah jejalanan. Sejenak sosok Tetua Adat itu melirik pada Juragan Mahmud, lantas berucap pelan, “Tenanglah. Kamu diam di sini. Saya akan mencoba menghadapi manusia sombong yang satu itu.”Dillah mengangguk di antara ringis kesakitan yang tergambar di wajah. Kemudian bersusah payah berpindah tempat dengan cara menggeser badan, menggusur kedua ka
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 93Episode : Aroma KebusukanKrosak!Juragan Mahmud menghentikan langkah, lantas bergeming di tempat untuk beberapa saat. Tatap matanya lurus tertuju ke depan, sementara telinga dipasang sedemikian ketat.“Hhmmm …,” deham lelaki tua berikat kepala putih tersebut. “Keluarlah dari tempat persembunyianmu itu!” serunya kemudian dengan suara lantang.Ditunggu beberapa waktu, tidak ada sahutan maupun sesosok manusia yang muncul mendekat.“Keluar dari tempat persembunyianmu, kataku juga!” Kembali pesohor Kampung Sarawu tersebut bersuara nyaring. “Kau pikir aku tidak tahu, siapa yang ada di belakangku sekarang, hah?! Keluar!”Masih seperti tadi, suasana jalanan tetap sunyi.‘Jahanam! Ternyata dia manusia yang sangat pengecut! Tidak berani menampakkan diri dan lebih betah menguntit di belakangku sejak tadi!’ gumam Juragan Mahmud di dalam hati. ‘Baiklah ….’Karena tidak ada yang menyahut, lelaki tua itu pun memutuskan diri untuk melanjutkan lan
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 92Episode : Pertarungan Dua Lelaki Pesohor Kampung“Ada apa ini?” Syaiful memandang ke arah perginya Bi Enok dan Dirga.Bunga turut bangkit sambil mengusap-usap perut buncitnya. Jawab perempuan cantik itu kemudian, “Entahlah, Kang. Sepertinya ada sesuatu yang penting dari Kang Amrul.”“Iya, aku juga berpikir seperti itu, Néng. Tapi mengapa aku tidak diperbolehkan untuk turut ke sana? Setidaknya untuk mengetahui, apa yang sebenarnya sedang terjadi. Bi Enok juga ‘kan, sudah menjadi bagian dari keluarga ayahmu. Berarti keluarga kita juga, ‘kan?”Bunga tidak membalas. Perhatiannya tetap tertuju ke depan. Dia merasa ada sesuatu yang tidak nyaman di hati. Apakah kedatangan Amrul tadi berkaitan dengan ayahnya pula? Bukan apa-apa, hal itu didasari oleh sikap Juragan Mahmud sebelumnya yang telah berselisih paham dengan Abah Targa.‘Yaa Allah … ada apa ini sebenarnya?’ Bertanya sosok anak perempuan Juragan Mahmud itu disertai dera kekhawatiran
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 91Episode : Aroma Membusuk Dari Masa Silam“Pada dasarnya … kamu sudah banyak berjasa pada hidup saya, yaitu menjadi pintu gerbang bagi Ki Jambrong untuk menemui saya, anak dari sahabat lama beliau,” pungkas Juragan Mahmud usai menuturkan sebuah kisah, sebagaimana yang pernah diceritakan oleh Ki Jambrong beberapa waktu lalu padanya. “Melalui kamu pula, beliau telah membuka hampir semua tabir kegelapan yang sejak lama membutakan pikiran saya, Bi.”“Tabir kegelapan? Mohon maaf, yang Juragan maksudkan itu … apa, ya?” tanya Bi Enok langsung timbul dugaan-dugaan lain di hatinya. “S-saya belum paham, Juragan.”Sosok pembantu tersebut mengira bahwa—tentulah—Ki Jambrong telah banyak bercerita tentang masalah lalu orang-orang tertentu yang berada di Kampung Sarawu. Terutama yang terlibat pada masa-masa kelam Ki Darsan dan Abah Langga masih hidup.Sa
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 90Episode : Prahara TerorLekas Bi Enok memburu tubuh cucunya tersebut. Memeriksa sejenak untuk memastikan kondisi Dirga yang sebenarnya. ‘Dia masih hidup …,’ membatin wanita tua itu usai merasakan denyut nadi di pergelangan tangan, lantas menepuk-nepuk wajah. “Dirga! Bangun, Dirga!”Tidak ada reaksi apa pun. Kedua mata sang cucu masih mengatup rapat seperti tengah tertidur pulas. Kemudian Bi Enok mencoba kembali untuk membangunkan, tapi tidak kunjung berhasil.‘Yaa Allah … apa yang terjadi dengan anak ini?’ tanyanya bingung bercampur kekhawatiran. Masih merasa penasaran, lantas diperiksa sekali lagi badan Dirga, tidak ditemukan tanda-tanda bekas kekerasan. Semuanya tampak normal dan baik-baik saja. Terkecuali, belum mengetahui pasti penyebab cucunya tersebut dalam kondisi seperti itu.Tidak habis akal, Bi Enok segera bangkit terhuyung. Ber
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 89Episode : Rahasia Yang Belum Terungkap“Maaf … saya terlalu terbawa perasaan saya sendiri,” ujar Juragan Mahmud tiba-tiba menghentikan tangis, lantas pura-pura mengalihkan pandangan ke arah lain sambil mengusap air mata. Sementara Bi Enok sendiri tetap menunduk dalam-dalam, tidak ingin beradu tatap ataupun memerhatikan sosok di dekatnya. Bukan apa-apa, tersebab wanita tersebut bermaksud menjaga muruah sang majikan atas luapan emosi sesaat tadi. “Baik … sampai mana saya tadi, Bi?” tanya lelaki itu masih dengan nada suara bergetar.“Guna-guna saya terhadap Juragan sebelum menikah dengan Neng Juragan perempuan,” jawab Bi Enok ikut lirih.Juragan Mahmud terbatuk-batuk sejenak, dilanjut dengan membersihkan aliran ingus yang masih terasa di lobang hidung. Setelah itu, mendeham beberapa kali dan lanjut berkata. “O, iya … masalah itu. Ehem … uhuk! Uhuk!”