TRAGEDI CINTA BUNGA
Penulis : David KhanzBagian : 56Episode : Hunian Baru Di Tempat PengasinganMereka berdua melepas penat sejenak dengan duduk-duduk di bawah rindang pepohonan itu sambil memandangi birunya lautan. Berbincang-bincang mengenai kehidupan selanjutnya di tempat pengasingan tersebut.“Akang tadi mau memperlihatkan aku sesuatu, apakah itu, Kang?” tanya Bunga kemudian, merasa penasaran dengan apa yang hendak dipersembahkan oleh suami tercinta sebentar lagi.“O, iya … hampir saja aku lupa. He-he,” ujar Syaiful seraya bangkit dari duduk dan membantu istrinya untuk turut berdiri. “Ayo, ikut aku. Ada sesuatu yang menunggu kita di sana,” imbuhnya kembali sambil menunjuk ke sisi dalam tempat tersebut.Di sana, banyak pepohonan lain yang tumbuh subur, layaknya di hutan bakau, tempat mereka sebelumnya dipergoki oleh Juragan Mahmud beserta ketiga anak buah pesohor Kampung Sarawu itu. BunTRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 57Episode : Keresahan Seorang Bi EnokWanita tua itu membantu mengemasi barang-barang yang hendak dibawa oleh Bunga, terutama pakaian. Kelopak matanya senantiasa beruraikan air mata disertai isak kecil yang tertahan. DIa merasa sangat sedih sekali karena hari itu adalah merupakan masa terakhir bersama dengan anak perempuan majikannya tersebut. Sosok yang selama ini senantiasa dekat sejak dia terlahir dulu dari rahim seorang Sumiarsih.“Bi ….,” sapa Bunga duduk bertimpuh di belakang Bi Enok. DIa menyentuh pundaknya pelan. “Bibi jangan menangis terus. Saya jadi sedih sekali, Bi,” imbuhnya kembali dengan suara tercekat.Bi Enok menyeka sejenak pipinya yang membanjir basah. Perlahan-lahan membalikkan badan dan balik memandangi Bunga dengan tatapan sayu. Dia sadar, selama mengurus perempuan muda tersebut, jarang sekali mereka saling berjauhan. Bahkan senantia
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 58Episode : Pertemuan Abah Targa dan Bi EnokSuatu ketika, di saat Juragan Mahmud sedang berada di dermaga mengurus usahanya, diam-diam Abah Targa mendatang Bi Enok di rumah salah satu pesohor Kampung Sarawu tersebut.“Ada nenekmu?” tanya lelaki tua itu kala disambut oleh seorang remaja berusia belasan tahun, yakni Dirga.“A-ada … di dalam,” jawab anak laki-laki itu diiringi wajah mengerut heran. ‘Ada apa Abah Targa datang ke sini? Tidak seperti biasanya,’ bisik Dirga di dalam hati. ‘Kalaupun ada keperluan dengan Juragan, mengapa tidak menemuinya di dermaga?’Ditatap sedemikian rupa, Abah Targa balik mendelik garang.“Ada apa denganmu, Bocah? Mengapa kamu menatapku seperti itu?” tanya Tetua Adat tersebut terdengar ketus. “Cepat, panggilkan nenekmu itu. Saya ingin segera bertemu dan berbicara.”Dirga mengangguk, l
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 59Episode : Perseteruan Bi Enok Dengan TargaMasa itu setelah melewati waktu petang, sesosok perempuan mengendap-endap di dalam kegelapan. Ditemani oleh seorang lelaki yang berjalan mengikuti di belakang. Mereka berdua menyusuri sebuah jalanan terjal, dipagari rerumputan liar tinggi di sisi kanan-kiri.“Masih jauh tempatnya?” tanya sosok perempuan, yang tidak lain adalah Bi Enok, pada lelaki di belakangnya. “Mengapa harus sejauh ini dia meminta saya datang. Mana malam-malam pula,” imbuhnya kembali menggerutu.“Terus jalan saja, Nyai. Sebentar lagi, kita akan tiba di tempat tujuan,” jawab pihak yang ditanya dengan suara datar.Bi Enok tidak habis bicara, dia sibuk membatin sendiri di tengah langkah yang terseok-seok. ‘Entah ada kepentingan apa, sampai-sampai Targa memintaku datang ke tempat sunyi seperti ini? Huh, jika saja aku tidak memilik
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 60Episode : Persekongkolan Di Masa SilamSemula Targa berusaha mengelak akan tuduhan dari Bi Enok. Namun semakin didesak, akhirnya lelaki itu pun—terpaksa—mengakui dengan jujur. “Ya, saya memang pernah memiliki hubungan terlarang dengan Warsih,” ucapnya tertekan, “tapi itu sudah lama berlalu, Enok. Karena saya sadar, saya dan dia tidak akan pernah bisa bersatu.”Diakui pula, perasaan cintanya terhadap Warsih sudah sejak lama tertanam, yakni semenjak perseteruannya dengan Mahmud terjadi.“Saya berniat menikahinya, tapi ayah saya tidak pernah memperkenankan. Karena apa? Ayah lebih mementingkan perasaan si Mahmud ketimbang saya, anaknya sendiri!” ungkap Targa berapi-api. “Tapi saya tidak pernah sudi, jika Warsih sampai benar-benar jatuh ke tangan si Mahmud. Itu yang harus kamu ketahui, Enok. Paham kamu?”Maka dari itu, Targa pun memiliki renca
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 61Episode : Hubungan TerlarangTarga merapikan kembali pakaiannya sebelum keluar dari kamar Sumiarsih. Sejenak dia memandangi kemolekan tubuh perempuan tersebut dan bergumam sambil tersenyum dikulum, ‘Ah, akhirnya rasa penasaranku terhadap dia, sudah tertunaikan kini. Ha-ha. Tidak sia-sia aku datang ke sini dan berharap akan ada kelanjutannya kembali setelah ini. Hi-hi.’Di luar rumah, sosok Ki Darsan sedang duduk bersantai sambil menikmati secangkir kopi dan sebatang rokok daun kawung.“Sudah?” Orang tua itu mengerutkan kening. “Sebentar sekali kamu di dalam, Anak Muda,” imbuhnya kembali seperti mengejek.Rona merah seketika menjalari wajah Targa. Karena itu pula, dia ingin segera pergi dari sana. “ … Ada hal lain yang harus saya kerjakan, Ki. Jadi … mohon permisi,” katanya beralasan.Sejak kejadian hari itu, Targa semakin ba
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 62Episode : Rencana Busuk TargaPeristiwa kematian ayahnya Mahmud yang secara tiba-tiba dan mengenaskan, membuat Bi Enok berusaha mencari jawaban dengan jalannya tersendiri. Salah satunya adalah mendekati sosok Targa, anak tunggal Abah Langga. Melalui calon penerus Tetua Adat Kampung Sarawu itu pula, sedikit demi sedikit kecurigaan perempuan tersebut mulai menemukan titik terang. Di sisi lain, semenjak Warsih mengakui kehamilannya, hubungan dia dengan Targa pun mulai merenggang. Lelaki tersebut sudah tidak lagi mau menemui istri Sukatna tersebut. Tentu saja sebagai penggantinya adalah Bi Enok sendiri. Sementara untuk mencicipi tubuh Sumiarsih, sudah tidak mungkin lagi dilakukan, semenjak putri Ki Darsan itu tinggal terpisah dari ayahnya.Warsih sendiri sudah tidak mau lagi memikirkan hubungan gelapnya dengan Targa dan lebih memusatkan pikiran untuk memb
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 63Episode : Dua Pembunuhan“Dirga, kamu ikut Emak sekarang juga!” titah Bi Enok pada cucunya yang berusia remaja itu pada suatu ketika.“Ke mana, Mak?” tanya Dirga sembari meletakan beliung dan menunda pekerjaan membelah kayu bakar. Wanita tua itu memintanya agar mengantar makanan untuk Juragan Mahmud di dermaga. “Biar Dirga sendiri yang mengantarkan makanan ini, Mak,” katanya berimbuh kembali. Karena tugas seperti itu memang sudah terbiasa dilakukan oleh anak muda tersebut seorang diri.Menurut Dirga pula, jika Bi Enok ikut ke dermaga, lantas siapa yang akan menjagakan Juragan Sumiarsih yang sedang terbaring sakit.“Emak sudah meminta izin sebentar untuk pergi pada Neng Juragan,” jawab Bi Enok seraya menyerahkan bungkusan makanan yang hendak dibawa. “Lagipula … Emak akan membawa serta Neng Bunga ke sana. Dari tadi, anak itu merengek ingin
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 64Episode : Kehamilan Bunga“Dari dulu, kamu tidak pernah mau mengakui anakmu sendiri, Targa!” ujar Bi Enok ketus ketika pertanyaannya tidak juga dijawab oleh Tetua Adat Kampung Sarawu tersebut. “Sejak awal, saya selalu menduga … jika kehamilan Warsih itu adalah hasil hubungan gelap kalian berdua. Syaiful itu bukan anaknya Sukatna, tapi darah dagingmu sendiri. Kamu masih mau mengelak?”Abah Targa tersentak dari lamunannya akan masa-masa yang terjadi beberapa waktu silam. Dia menoleh, menatap wajah Bi Enok yang telah sama-sama tua sepertinya.“Sudahlah, Enok. Kamu selalu saja mencari-cari masalah tentang kita. Yang lalu biarlah berlalu, buat apa dipersoalkan kembali?” timpal lelaki tua itu merasa tidak nyaman dengan bahan perbincangan mereka berdua saat itu. “Lagipula … sudah saya katakan berulang-ulang, Syaiful dan Bunga kini sudah menjadi suami-istri. M