TRAGEDI CINTA BUNGA
Penulis : David KhanzBagian : 63Episode : Dua Pembunuhan“Dirga, kamu ikut Emak sekarang juga!” titah Bi Enok pada cucunya yang berusia remaja itu pada suatu ketika.“Ke mana, Mak?” tanya Dirga sembari meletakan beliung dan menunda pekerjaan membelah kayu bakar. Wanita tua itu memintanya agar mengantar makanan untuk Juragan Mahmud di dermaga. “Biar Dirga sendiri yang mengantarkan makanan ini, Mak,” katanya berimbuh kembali. Karena tugas seperti itu memang sudah terbiasa dilakukan oleh anak muda tersebut seorang diri.Menurut Dirga pula, jika Bi Enok ikut ke dermaga, lantas siapa yang akan menjagakan Juragan Sumiarsih yang sedang terbaring sakit.“Emak sudah meminta izin sebentar untuk pergi pada Neng Juragan,” jawab Bi Enok seraya menyerahkan bungkusan makanan yang hendak dibawa. “Lagipula … Emak akan membawa serta Neng Bunga ke sana. Dari tadi, anak itu merengek inginTRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 64Episode : Kehamilan Bunga“Dari dulu, kamu tidak pernah mau mengakui anakmu sendiri, Targa!” ujar Bi Enok ketus ketika pertanyaannya tidak juga dijawab oleh Tetua Adat Kampung Sarawu tersebut. “Sejak awal, saya selalu menduga … jika kehamilan Warsih itu adalah hasil hubungan gelap kalian berdua. Syaiful itu bukan anaknya Sukatna, tapi darah dagingmu sendiri. Kamu masih mau mengelak?”Abah Targa tersentak dari lamunannya akan masa-masa yang terjadi beberapa waktu silam. Dia menoleh, menatap wajah Bi Enok yang telah sama-sama tua sepertinya.“Sudahlah, Enok. Kamu selalu saja mencari-cari masalah tentang kita. Yang lalu biarlah berlalu, buat apa dipersoalkan kembali?” timpal lelaki tua itu merasa tidak nyaman dengan bahan perbincangan mereka berdua saat itu. “Lagipula … sudah saya katakan berulang-ulang, Syaiful dan Bunga kini sudah menjadi suami-istri. M
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 65Episode : Kekecewaan Syaiful“Ayahmu jadi datang tadi, Neng?” tanya Syaiful sewaktu sepulang kembali di jelang sore hari.“Tidak, Kang. Bi Enok dan Dirga yang berkunjung ke sini. Ayah sedang ada kesibukan lain dengan usaha beliau di dermaga,” jawab Bunga seraya mengangkat rebusan singkong dari dalam kuali. Dipindahkannya ke atas sebuah alas yang terbuat dari tanah liat kering, lantas disuguhkan pada sang suami. “Makanlah dulu, Kang, mumpung masih panas. Akang tentu lapar setelah seharian tadi bekerja membuka lahan di sebelah selatan sana.”Laki-laki itu melirik sejenak pada suguhan yang disodorkan Bunga. Kemudian mengipas-ngipas badan menggunakan baju sendiri. Hawa panas yang mendera, memaksanya harus bertelanjang dada begitu tiba di rumah.“Bi Enok? Hhmmm,” deham Syaiful seraya menipiskan bibir. “Mengapa harus selalu Bi Enok yang datang
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 66Episode : Kesaksian PalsuBayangan Syaiful pun kembali pada ingatan menjelang persidangan adat. Dimana pada waktu itu, dia sempat ditanyai oleh Abah Targa mengenai hubungannya dengan Bunga. “Kau pernah melakukan sesuatu hal yang sangat terlarang pada gadis itu sebelumnya, Nak?” Begitu bunyi pertanyaan yang diajukan oleh Tetua Adat Kampung Sarawu tersebut.Syaiful mengernyit sejenak. “Berzina maksud Abah?” Balik bertanya pemuda itu untuk memastikan maksud dari pertanyaan laki-laki yang sudah dia anggap sebagai orangtua sendiri itu.Abah Targa menarik napas panjang.“Sebagai laki-laki dewasa, tentunya kau sudah paham apa yang kumaksudkan baru saja,” ucap sosok berpengaruh itu enggan untuk menjelaskan lebih mendetail. “Jujur saja, tidak perlu malu. Kita sama-sama lelaki dan sudah saling mengetahui tentang urusan yang satu itu, Nak.”
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 67Episode : Menantu TerasingkanTok! Tok! Tok!Terdengar suara ketukan di pintu. Bunga yang sedang berbenah di dalam kamar, seketika memburu ke depan.“Ayah?!” seru sosok perempuan itu begitu membukakan pintu. Tampak Juragan Mahmud beserta Dillah berdiri mematung di luar. “Assalamu’alaikum, Ayah,” lanjut Bunga memberi salam, lantas menggaet tangan ayahnya, mencium dengan takzim.“Wa’alaikum salaam,” balas Juragan Mahmud seraya memperhatikan wajah putri semata wayangnya tersebut. “Bagaimana keadaanmu, Nak? Kamu terlihat agak kurus sekarang.”Bunga tersenyum kambing dan mempersilakan ayahnya agar masuk ke dalam gubuk. Terpaksa duduk-duduk melingkar di ruangan depan yang sekaligus merupakan dapur. Sehelai tembikar digelar untuk alas.“Alhamdulillah, Bunga baik-baik saja, Ayah,” jawab Bunga sembari mengambilkan
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 68Episode : Siasat TerencanaBuru-buru Syaiful membereskan pecahan cangkir yang dia tendang tadi dan meminta agar Bunga melanjutkan istirahatnya di dalam kamar. Setelah itu bergegas keluar untuk menghirup udara segar dari himpit sesak yang melanda dada. Dipandanginya keadaan sekitar tempat yang dipenuhi hijau dedaunan dan pepohonan menjulang. Kemudian berbalik memperhatikan bangunan gubuk, tempat dia dan istrinya tinggal di pulau pengasingan.Masih teringat jelas, beberapa bulan sebelum pelaksanaan persidangan adat kampung, suatu ketika dirinya diajak oleh Abah Targa ke sebuah tempat, ditemani oleh beberapa orang anak buah Tetua Adat Kampung tersebut.“Kita akan ke mana, Abah?” tanya Syaiful seraya melihat-lihat tumpukan kayu-kayu serta beberapa perangkat bangunan lainnya di dalam sebuah perahu besar.Orang tua itu tersenyum sambil menepuk-
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 69Episode : Sebuah Tuntutan PertamaHidup dalam pengasingan dan dalam keadaan miskin—sedikit demi sedikit—sering membuat Syaiful berkeluh kesah sendiri. Dia merasa impiannya terdahulu belum sepenuhnya tercapai. Karena itu pula, diam-diam lelaki muda tersebut mencoba berbicara dan memengaruhi istrinya.“ … Setidaknya kamu bisa untuk meminta pada ayahmu, Neng. Mungkin beliau bisa membantu kita keluar dari permasalahan ini,” ucap Syaiful pada suatu ketika. “Lama-lama … aku merasa tidak tega melihat kondisimu, apalagi sekarang … sedang berbadan dua seperti itu,” imbuhnya kembali sedikit menambahkan nuansa drama pada obrolan mereka tersebut. “Kamu yang terdahulu, sudah terbiasa hidup nyaman dan senang, tapi kini … aahhh, kadangkala … aku merasa berdosa sekali padamu, Neng, karena telah membawamu pada kehidupan yang serba berkekurangan.”Bunga mengelus perutny
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 70Episode : Sosok MisteriusKegundahan seorang Juragan Mahmud setelah mengetahui putrinya tengah mengandung, lantas mencoba menemui Abah Targa untuk meminta sedikit keringanan hukum. Minimal, agar Bunga diperbolehkan tinggal untuk sementara waktu bersamanya atau mungkin mendapat tawaran pilihan lain.“ … Paling tidak, sampai anakku itu melahirkan, Targa,” ucap Juragan Mahmud suatu ketika. “Aku tidak tega, dalam keadaan hamil, anakku berada di tempat asing seperti itu. Bagaimana kalau ada apa-apa dan tidak ada seorang pun yang bisa dipintai pertolongan?”Sosok Tetua Adat itu mendeham sebentar. Berpura-pura sedang berpikir, padahal sebenarnya dia sedang berkata-kata di dalam hati.‘Hhmmm, akhirnya … manusia yang satu ini datang menemuiku dan meminta bantuan. Huh!’ gerutunya sendiri. ‘Apakah dia pikir, akan dengan mudah aku memberikan apa yang
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 71Episode : KecurigaanSosok yang bersama Bi Enok itu bangkit perlahan-lahan, disertai ringis di wajah dan tangan memegangi bagian perut.“Saya Jambra. Biasa orang-orang memanggil saya dengan nama Ki Jambrong,” ucap lelaki tua tersebut seraya mengulurkan tangan, mengajak Juragan Mahmud untuk bersalaman.Untuk beberapa saat, pesohor Kampung Sarawu tersebut lekat memperhatikan sosok yang baru pertama kali dia lihat itu. Lantas membalas berjabat tangan.“Maaf, sepertinya … kita belum pernah bertemu. Apakah itu berarti Kisanak bukan warga dari kampung ini?” tanya Juragan Mahmud setengah menyelidik. “Saya hampir mengenal semua orang-orang yang tinggal di Kampung Sawaru, karena hampir sepertiga dari mereka bekerja pada saya.”Sosok orang tua yang bernama Ki Jambrong itu melirik sesaat pada Bi Enok, lantas balik menatap Juragan