TRAGEDI CINTA BUNGA
Penulis : David KhanzBagian : 67Episode : Menantu TerasingkanTok! Tok! Tok!Terdengar suara ketukan di pintu. Bunga yang sedang berbenah di dalam kamar, seketika memburu ke depan.“Ayah?!” seru sosok perempuan itu begitu membukakan pintu. Tampak Juragan Mahmud beserta Dillah berdiri mematung di luar. “Assalamu’alaikum, Ayah,” lanjut Bunga memberi salam, lantas menggaet tangan ayahnya, mencium dengan takzim.“Wa’alaikum salaam,” balas Juragan Mahmud seraya memperhatikan wajah putri semata wayangnya tersebut. “Bagaimana keadaanmu, Nak? Kamu terlihat agak kurus sekarang.”Bunga tersenyum kambing dan mempersilakan ayahnya agar masuk ke dalam gubuk. Terpaksa duduk-duduk melingkar di ruangan depan yang sekaligus merupakan dapur. Sehelai tembikar digelar untuk alas.“Alhamdulillah, Bunga baik-baik saja, Ayah,” jawab Bunga sembari mengambilkanTRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 68Episode : Siasat TerencanaBuru-buru Syaiful membereskan pecahan cangkir yang dia tendang tadi dan meminta agar Bunga melanjutkan istirahatnya di dalam kamar. Setelah itu bergegas keluar untuk menghirup udara segar dari himpit sesak yang melanda dada. Dipandanginya keadaan sekitar tempat yang dipenuhi hijau dedaunan dan pepohonan menjulang. Kemudian berbalik memperhatikan bangunan gubuk, tempat dia dan istrinya tinggal di pulau pengasingan.Masih teringat jelas, beberapa bulan sebelum pelaksanaan persidangan adat kampung, suatu ketika dirinya diajak oleh Abah Targa ke sebuah tempat, ditemani oleh beberapa orang anak buah Tetua Adat Kampung tersebut.“Kita akan ke mana, Abah?” tanya Syaiful seraya melihat-lihat tumpukan kayu-kayu serta beberapa perangkat bangunan lainnya di dalam sebuah perahu besar.Orang tua itu tersenyum sambil menepuk-
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 69Episode : Sebuah Tuntutan PertamaHidup dalam pengasingan dan dalam keadaan miskin—sedikit demi sedikit—sering membuat Syaiful berkeluh kesah sendiri. Dia merasa impiannya terdahulu belum sepenuhnya tercapai. Karena itu pula, diam-diam lelaki muda tersebut mencoba berbicara dan memengaruhi istrinya.“ … Setidaknya kamu bisa untuk meminta pada ayahmu, Neng. Mungkin beliau bisa membantu kita keluar dari permasalahan ini,” ucap Syaiful pada suatu ketika. “Lama-lama … aku merasa tidak tega melihat kondisimu, apalagi sekarang … sedang berbadan dua seperti itu,” imbuhnya kembali sedikit menambahkan nuansa drama pada obrolan mereka tersebut. “Kamu yang terdahulu, sudah terbiasa hidup nyaman dan senang, tapi kini … aahhh, kadangkala … aku merasa berdosa sekali padamu, Neng, karena telah membawamu pada kehidupan yang serba berkekurangan.”Bunga mengelus perutny
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 70Episode : Sosok MisteriusKegundahan seorang Juragan Mahmud setelah mengetahui putrinya tengah mengandung, lantas mencoba menemui Abah Targa untuk meminta sedikit keringanan hukum. Minimal, agar Bunga diperbolehkan tinggal untuk sementara waktu bersamanya atau mungkin mendapat tawaran pilihan lain.“ … Paling tidak, sampai anakku itu melahirkan, Targa,” ucap Juragan Mahmud suatu ketika. “Aku tidak tega, dalam keadaan hamil, anakku berada di tempat asing seperti itu. Bagaimana kalau ada apa-apa dan tidak ada seorang pun yang bisa dipintai pertolongan?”Sosok Tetua Adat itu mendeham sebentar. Berpura-pura sedang berpikir, padahal sebenarnya dia sedang berkata-kata di dalam hati.‘Hhmmm, akhirnya … manusia yang satu ini datang menemuiku dan meminta bantuan. Huh!’ gerutunya sendiri. ‘Apakah dia pikir, akan dengan mudah aku memberikan apa yang
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 71Episode : KecurigaanSosok yang bersama Bi Enok itu bangkit perlahan-lahan, disertai ringis di wajah dan tangan memegangi bagian perut.“Saya Jambra. Biasa orang-orang memanggil saya dengan nama Ki Jambrong,” ucap lelaki tua tersebut seraya mengulurkan tangan, mengajak Juragan Mahmud untuk bersalaman.Untuk beberapa saat, pesohor Kampung Sarawu tersebut lekat memperhatikan sosok yang baru pertama kali dia lihat itu. Lantas membalas berjabat tangan.“Maaf, sepertinya … kita belum pernah bertemu. Apakah itu berarti Kisanak bukan warga dari kampung ini?” tanya Juragan Mahmud setengah menyelidik. “Saya hampir mengenal semua orang-orang yang tinggal di Kampung Sawaru, karena hampir sepertiga dari mereka bekerja pada saya.”Sosok orang tua yang bernama Ki Jambrong itu melirik sesaat pada Bi Enok, lantas balik menatap Juragan
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 72Episode : Di Antara Tiga Lelaki Tua“Apa maksudmu, DIllah?” Kembali Juragan Mahmud bertanya sambil menengok ke arah kamar Bunga. Pintunya dalam keadaan tertutup rapat. “Kamu jangan bicara sembarangan. Sepertinya dia bukan orang sembarangan,” imbuhnya kembali berbisik.Dillah menghaturkan sembah maaf.“Saya tahu itu, Juragan,” balas lelaki tersebut kian mendekat ke arah dimana Juragan Mahmud duduk. “Justru karena itu, saya ingin mengingatkan kepada Juragan, agar berhati-hati terhadap dia. Siapa tahu saja, dia memiliki niat yang tidak baik terhadap Juragan nanti.”Dillah tidak bermaksud merendahkan majikannya tersebut. Sebagai sosok yang dikabarkan pernah mengalahkan Ki Darsan dulu, tentunya kemampuan Juragan Mahmud tidak bisa dianggap enteng. Namun sebagai seorang pihak yang diberikan kepercayaan penuh, tidak ada salahnya untuk sekadar membantu mengingatkan.“Hhmmm
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 73Episode : PermusuhanKali ini Juragan Mahmud menggunakan sapaan kata ‘kau’ setelah sebelumnya berupa ‘kisanak’. Tentu saja ini dimaksudkan untuk memberi kesan kepada Abah Targa bahwa antara dia dan Ki Jambrong memang pernah akrab sebelumnya, sebagaimana yang disampaikan tadi.Hal itu, sedikit membuat sosok Ki Jambrong sendiri bertanya-tanya di dalam hati. Mengapa Juragan Mahmud mendadak bersikap beda? Padahal beberapa saat yang lalu, pesohor Kampung Sarawu tersebut seperti tidak meyakini dirinya. Namun untuk sementara, dukun tua itu tidak ingin berungkap lebih jauh. Dia hanya terfokus pada Abah Targa seorang.‘Hhmmm, aku masih ingat, dia adalah anak Abah Langga. Mantan Tetua Adat di kampung ini sebelumnya,’ gumam Ki Jambrong diam-diam. ‘Dari raut wajah, cara bicara, dan lain-lain, nyaris mirip sekali dengan bapak kandungnya. Apakah dia juga selicik jahanam tua itu dulu?’Usai berucap sebelumnya kepada Ki Jambrong, Abah Targa melanj
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 74Episode : Perjalanan Menguak Tabir HitamJuragan Mahmud dan Ki Jambrong menaiki perahu besar yang sudah dipersiapkan di pinggir dermaga. Hanya mereka berdua, tidak disertai sosok lain.“Jangan dulu bertanya, mengapa saya meminta ini pada Juragan,” kata dukun tua tersebut sebelum mereka memutuskan untuk menjauh dari sekitar Kampung Sarawu. “Saya berharap, cukuplah kita berdua saja. Tidak ada siapa pun, terkecuali Juragan dan saya.”Pesohor kampung itu menyipitkan kelopak mata, memandangi kedua bola mata Ki Jambrong. Seperti tengah menyelidik, apakah sebenarnya yang ingin disampaikan oleh dukun tua tersebut.“Percayalah, saya tidak bermaksud buruk terhadap Juragan. Justru karena sesuatu hal, saya sengaja menemui Juragan,” imbuh kembali dukun tua tersebut berusaha meyakinkan.“Sesuatu hal? Apa itu?” Juragan Mahmud kian merasa p
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 75Episode : Di Balik Tabir Prasasti Kapal terayun-ayun mesra mengikuti liuk tarian permukaan samudra. Biru yang menghampar luas, menyejukkan mata memandang hingga sejauh terlepas. Juragan Mahmud dan Ki Jambrong duduk-duduk santai di atas sebuah bangku memanjang, di bawah keteduhan di bagian dalam. Mereka berdua berbicara panjang lebar sambil menikmati embusan sepoi udara lautan.“ … Jadi Aki ini—dulu—sahabat almarhum bapak saya?” tanya lelaki tua berikat kain putih tersebut, usai mendengarkan penuturan Ki Jambrong. “Yaa Allah …,” desah Juragan Mahmud sembari mengusap wajah. “Saya tidak tahu. Bingung. Apakah ini sebuah kebetulan atau memang perjalanan hidup saya harus seperti ini?”“Semua sudah ada yang menggariskan, Juragan,” timpal dukun tua itu, lantas menunjuk ke atas, “ … Gusti Allah.”Juragan Mahmud menggelengkan kepala.