TRAGEDI CINTA BUNGA
Penulis : David KhanzBagian : 70Episode : Sosok MisteriusKegundahan seorang Juragan Mahmud setelah mengetahui putrinya tengah mengandung, lantas mencoba menemui Abah Targa untuk meminta sedikit keringanan hukum. Minimal, agar Bunga diperbolehkan tinggal untuk sementara waktu bersamanya atau mungkin mendapat tawaran pilihan lain.“ … Paling tidak, sampai anakku itu melahirkan, Targa,” ucap Juragan Mahmud suatu ketika. “Aku tidak tega, dalam keadaan hamil, anakku berada di tempat asing seperti itu. Bagaimana kalau ada apa-apa dan tidak ada seorang pun yang bisa dipintai pertolongan?”Sosok Tetua Adat itu mendeham sebentar. Berpura-pura sedang berpikir, padahal sebenarnya dia sedang berkata-kata di dalam hati.‘Hhmmm, akhirnya … manusia yang satu ini datang menemuiku dan meminta bantuan. Huh!’ gerutunya sendiri. ‘Apakah dia pikir, akan dengan mudah aku memberikan apa yangTRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 71Episode : KecurigaanSosok yang bersama Bi Enok itu bangkit perlahan-lahan, disertai ringis di wajah dan tangan memegangi bagian perut.“Saya Jambra. Biasa orang-orang memanggil saya dengan nama Ki Jambrong,” ucap lelaki tua tersebut seraya mengulurkan tangan, mengajak Juragan Mahmud untuk bersalaman.Untuk beberapa saat, pesohor Kampung Sarawu tersebut lekat memperhatikan sosok yang baru pertama kali dia lihat itu. Lantas membalas berjabat tangan.“Maaf, sepertinya … kita belum pernah bertemu. Apakah itu berarti Kisanak bukan warga dari kampung ini?” tanya Juragan Mahmud setengah menyelidik. “Saya hampir mengenal semua orang-orang yang tinggal di Kampung Sawaru, karena hampir sepertiga dari mereka bekerja pada saya.”Sosok orang tua yang bernama Ki Jambrong itu melirik sesaat pada Bi Enok, lantas balik menatap Juragan
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 72Episode : Di Antara Tiga Lelaki Tua“Apa maksudmu, DIllah?” Kembali Juragan Mahmud bertanya sambil menengok ke arah kamar Bunga. Pintunya dalam keadaan tertutup rapat. “Kamu jangan bicara sembarangan. Sepertinya dia bukan orang sembarangan,” imbuhnya kembali berbisik.Dillah menghaturkan sembah maaf.“Saya tahu itu, Juragan,” balas lelaki tersebut kian mendekat ke arah dimana Juragan Mahmud duduk. “Justru karena itu, saya ingin mengingatkan kepada Juragan, agar berhati-hati terhadap dia. Siapa tahu saja, dia memiliki niat yang tidak baik terhadap Juragan nanti.”Dillah tidak bermaksud merendahkan majikannya tersebut. Sebagai sosok yang dikabarkan pernah mengalahkan Ki Darsan dulu, tentunya kemampuan Juragan Mahmud tidak bisa dianggap enteng. Namun sebagai seorang pihak yang diberikan kepercayaan penuh, tidak ada salahnya untuk sekadar membantu mengingatkan.“Hhmmm
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 73Episode : PermusuhanKali ini Juragan Mahmud menggunakan sapaan kata ‘kau’ setelah sebelumnya berupa ‘kisanak’. Tentu saja ini dimaksudkan untuk memberi kesan kepada Abah Targa bahwa antara dia dan Ki Jambrong memang pernah akrab sebelumnya, sebagaimana yang disampaikan tadi.Hal itu, sedikit membuat sosok Ki Jambrong sendiri bertanya-tanya di dalam hati. Mengapa Juragan Mahmud mendadak bersikap beda? Padahal beberapa saat yang lalu, pesohor Kampung Sarawu tersebut seperti tidak meyakini dirinya. Namun untuk sementara, dukun tua itu tidak ingin berungkap lebih jauh. Dia hanya terfokus pada Abah Targa seorang.‘Hhmmm, aku masih ingat, dia adalah anak Abah Langga. Mantan Tetua Adat di kampung ini sebelumnya,’ gumam Ki Jambrong diam-diam. ‘Dari raut wajah, cara bicara, dan lain-lain, nyaris mirip sekali dengan bapak kandungnya. Apakah dia juga selicik jahanam tua itu dulu?’Usai berucap sebelumnya kepada Ki Jambrong, Abah Targa melanj
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 74Episode : Perjalanan Menguak Tabir HitamJuragan Mahmud dan Ki Jambrong menaiki perahu besar yang sudah dipersiapkan di pinggir dermaga. Hanya mereka berdua, tidak disertai sosok lain.“Jangan dulu bertanya, mengapa saya meminta ini pada Juragan,” kata dukun tua tersebut sebelum mereka memutuskan untuk menjauh dari sekitar Kampung Sarawu. “Saya berharap, cukuplah kita berdua saja. Tidak ada siapa pun, terkecuali Juragan dan saya.”Pesohor kampung itu menyipitkan kelopak mata, memandangi kedua bola mata Ki Jambrong. Seperti tengah menyelidik, apakah sebenarnya yang ingin disampaikan oleh dukun tua tersebut.“Percayalah, saya tidak bermaksud buruk terhadap Juragan. Justru karena sesuatu hal, saya sengaja menemui Juragan,” imbuh kembali dukun tua tersebut berusaha meyakinkan.“Sesuatu hal? Apa itu?” Juragan Mahmud kian merasa p
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 75Episode : Di Balik Tabir Prasasti Kapal terayun-ayun mesra mengikuti liuk tarian permukaan samudra. Biru yang menghampar luas, menyejukkan mata memandang hingga sejauh terlepas. Juragan Mahmud dan Ki Jambrong duduk-duduk santai di atas sebuah bangku memanjang, di bawah keteduhan di bagian dalam. Mereka berdua berbicara panjang lebar sambil menikmati embusan sepoi udara lautan.“ … Jadi Aki ini—dulu—sahabat almarhum bapak saya?” tanya lelaki tua berikat kain putih tersebut, usai mendengarkan penuturan Ki Jambrong. “Yaa Allah …,” desah Juragan Mahmud sembari mengusap wajah. “Saya tidak tahu. Bingung. Apakah ini sebuah kebetulan atau memang perjalanan hidup saya harus seperti ini?”“Semua sudah ada yang menggariskan, Juragan,” timpal dukun tua itu, lantas menunjuk ke atas, “ … Gusti Allah.”Juragan Mahmud menggelengkan kepala.
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 76Episode : Dendam Dalam DiamJuragan Mahmud memandangi jasad Ki Jambrong yang terapung-apung diayun gelombang laut. Semakin lama kian menjauh hingga akhirnya tidak lagi tertampak dalam pandangan mata. Beberapa saat kemudian, tidak terasa lelehan bening pun deras menyusuri pipi tua lelaki tua tersebut. Terguguk bersama rasa sedih yang mengiris-iris jiwa.‘Selamat jalan, Aki,’ ucap Juragan Mahmud di dalam hati seraya memandangi kemana tubuh Ki Jambrong tadi menjauh. ‘Aku hanya menuruti apa yang Aki pinta, walaupun sesungguhnya berat sekali aku melaksanakan perintah.’Dalam hati pesohor kampung tersebut, ingin sekali mengebumikan sahabat bapaknya itu. Namun sebelum menghembuskan napas terakhir, Ki Jambrong berpesan untuk ‘memakamkan’ tubuhnya bersama buih lautan.“S-saya bukanlah manusia baik-baik, Mahmud,” ucap Ki Jambrong menjelang kem
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 77Episode : Keteguhan Hati BungaSehari setelah kematian Ki Jambrong, Juragan Mahmud mengunjungi Bunga—anak perempuannya—di pulau pengasingan. Lelaki tua itu datang tanpa ditemani oleh anak buahnya seorang pun. Sesuatu yang terlihat tidak biasa dilakukan.“Ayah hanya seorang diri ke sini?” tanya Bunga merasa heran ketika mengetahui hal tersebut. “Ke mana Kang Dillah, Kang Syahrul, atau—”“Tidak, Bunga. Ayah memang datang seorang diri ke sini,” tukas Juragan Mahmud seraya membuka perbekalan yang dibawanya kali itu. “Tidak perlu kau risaukan tentang itu. Lebih baik, kita makan bersama sekarang. Ayah lapar sekali.”Sesekali Bunga melihat-lihat ke arah pantai. Mungkin berpikir jika sosok ayahnya tersebut sedang bercanda. Namun sejauh itu, memang tidak tampak seorang pun mengikuti sejak Juragan Mahmud tiba di gubuk.“Sudah lama kit
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 78Episode : Perseteruan Baru“Ah, benar saja dugaanku. Rupanya kau ada ada di sini, Mahmud,” ujar Abah Targa begitu melihat Juragan Mahmud bersama Bunga sedang duduk-duduk di depan gubuk. “Mengapa kau tidak memberitahukanku perihal rencanamu berkunjung ke sini? Setidaknya … kita bisa pergi bersama-sama jika perlu.”Di saat Abah Targa mendekati sosok Juragan Mahmud, kedua anak buah sosok Tetua Adat tersebut malah berpencar menuju area belakang gubuk. Hal itu tidak luput dari perhatian pesohor Kampung Sarawu itu melalui ekor matanya.Abah Targa mengulurkan tangan hendak menyalami dan disambut oleh Juragan Mahmud dengan raut wajah dingin.“Sudah lama kau tiba di sini, Mahmud?” tanya kembali putra tunggal almarhum Abah Langga tersebut, berbasa-basi.“Dari jelang siang tadi,” jawab Juragan Mahmud. “Ada apa rupanya? Sengaja kau meng