TRAGEDI CINTA BUNGA
Penulis : David KhanzBagian : 76Episode : Dendam Dalam DiamJuragan Mahmud memandangi jasad Ki Jambrong yang terapung-apung diayun gelombang laut. Semakin lama kian menjauh hingga akhirnya tidak lagi tertampak dalam pandangan mata. Beberapa saat kemudian, tidak terasa lelehan bening pun deras menyusuri pipi tua lelaki tua tersebut. Terguguk bersama rasa sedih yang mengiris-iris jiwa.‘Selamat jalan, Aki,’ ucap Juragan Mahmud di dalam hati seraya memandangi kemana tubuh Ki Jambrong tadi menjauh. ‘Aku hanya menuruti apa yang Aki pinta, walaupun sesungguhnya berat sekali aku melaksanakan perintah.’Dalam hati pesohor kampung tersebut, ingin sekali mengebumikan sahabat bapaknya itu. Namun sebelum menghembuskan napas terakhir, Ki Jambrong berpesan untuk ‘memakamkan’ tubuhnya bersama buih lautan.“S-saya bukanlah manusia baik-baik, Mahmud,” ucap Ki Jambrong menjelang kemTRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 77Episode : Keteguhan Hati BungaSehari setelah kematian Ki Jambrong, Juragan Mahmud mengunjungi Bunga—anak perempuannya—di pulau pengasingan. Lelaki tua itu datang tanpa ditemani oleh anak buahnya seorang pun. Sesuatu yang terlihat tidak biasa dilakukan.“Ayah hanya seorang diri ke sini?” tanya Bunga merasa heran ketika mengetahui hal tersebut. “Ke mana Kang Dillah, Kang Syahrul, atau—”“Tidak, Bunga. Ayah memang datang seorang diri ke sini,” tukas Juragan Mahmud seraya membuka perbekalan yang dibawanya kali itu. “Tidak perlu kau risaukan tentang itu. Lebih baik, kita makan bersama sekarang. Ayah lapar sekali.”Sesekali Bunga melihat-lihat ke arah pantai. Mungkin berpikir jika sosok ayahnya tersebut sedang bercanda. Namun sejauh itu, memang tidak tampak seorang pun mengikuti sejak Juragan Mahmud tiba di gubuk.“Sudah lama kit
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 78Episode : Perseteruan Baru“Ah, benar saja dugaanku. Rupanya kau ada ada di sini, Mahmud,” ujar Abah Targa begitu melihat Juragan Mahmud bersama Bunga sedang duduk-duduk di depan gubuk. “Mengapa kau tidak memberitahukanku perihal rencanamu berkunjung ke sini? Setidaknya … kita bisa pergi bersama-sama jika perlu.”Di saat Abah Targa mendekati sosok Juragan Mahmud, kedua anak buah sosok Tetua Adat tersebut malah berpencar menuju area belakang gubuk. Hal itu tidak luput dari perhatian pesohor Kampung Sarawu itu melalui ekor matanya.Abah Targa mengulurkan tangan hendak menyalami dan disambut oleh Juragan Mahmud dengan raut wajah dingin.“Sudah lama kau tiba di sini, Mahmud?” tanya kembali putra tunggal almarhum Abah Langga tersebut, berbasa-basi.“Dari jelang siang tadi,” jawab Juragan Mahmud. “Ada apa rupanya? Sengaja kau meng
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 79Episode :Dendam Lama“Bukannya aku tidak bisa membantumu, Mahmud. ‘Kan, sudah aku katakan sebelumnya, aku tidak bisa memutuskan sendiri,” balas Abah Targa berusaha menjelaskan. ‘Lagipula … kau pikir, aku tidak tahu akal bulusmu itu, Mahmud? Kau memang sengaja berencana memisahkan anakmu dari suaminya, ‘kan? Hhmmm, tentu saja aku tidak akan membiarkan kau berbuat semena-mena terhadap Syaiful anakku sendiri. Sampai kapan pun juga, mereka harus tetap bersama.’Juragan Mahmud terdiam, tidak ingin lagi melanjutkan percakapan. Percuma saja, sosok di sampingnya itu tidak akan bisa berbuat banyak untuknya.‘Lagipula … sekarang dia tahu bagaimana rasanya, di saat kawan sendiri membutuhkan pertolongan, tapi tidak mau sama sekali berbuat apa-apa. Ha-ha. Sebagaimana dulu, dia melakukan hal serupa pada ayahku,’ kenang Abah Targa mengingat akan keengganan Juragan Ma
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 80Episode : Menguak Misteri Di Masa LaluSebagaimana yang telah diceritakan pada bab sebelumnya bahwa Abah Langga—terpaksa—menumbalkan kematian Jamparing, tersebab anak buahnya tersebut sudah mengetahui banyak tentang persekongkolan dirinya dengan Ki Darsan. Disamping itu pula, ternyata diketahui jika ayahnya Juragan Mahmud juga adalah merupakan sahabat dekat musuh bebuyutan Ki Jerangkong.“Ya, tentu saja aku sangat kenal dia,” ujar dukun tua tersebut kala itu kepada Ki Darsan dan Abah Langga mengenai sosok Jamparing. ”Dia juga yang dulu telah banyak memengaruhi Jambra adikku agar tidak mau ikut sama-sama berguru ilmu hitam. Sekarang pertanyaanku, mengapa kalian ajak serta dia ke sini, hah?!”Abah Langga dan Ki Darsan saling berpandangan. Rasa takut seketika menyelimuti hati keduanya jika sampai Ki Jerangkong murka kepada mereka.“Maafkan s
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 81Episode : Dendam Berakar“Ada apa, Ki?” tanya Bi Enok terheran-heran melihat sikap sosok yang dia percaya sebagai sosok seorang dukun sakti tersebut. “Aki mengenal orang yang bernama Jamparing?”Beberapa saat, Jambra menatap perempuan yang sedang bersamanya kala itu. “Siapakah Nyai ini sebenarnya?” tanyanya malah balik bertanya. “Ada hubungan apa antara Nyai dengan nama-nama yang telah Nyai sebutkan tadi? Ki Jerangkong dan juga … Jamparing. Astaga …,” katanya kembali berkata-kata.Giliran Bi Enok yang kini merasa bingung. Perempuan ini memang belum sepenuhnya mengenal akan sosok yang dia kenal sebagai Ki Jambrong tersebut. Namun tatkala menceritakan tentang nama bekas kekasihnya, mendadak dia seperti terkaget-kaget.“Saya hanya perempuan yang kebetulan dekat dengan Kang Jamparing. Tidak lebih,” kata Bi Enok lanjut bercerita hingga akhirny
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 82Episode : Persekongkolan Terencana“Biarkan saja terjadi padamu, Mahmud. Agar kau tahu, betapa menyakitkannya kehilangan orang yang sangat kau sayangi itu. Sebagaimana ayahku yang terbaring sakit dan kau sama sekali tidak mau membantu,” ungkap Targa penuh angkara dendam. “Aku ingin tahu, setelah kematian istrimu itu, apakah kau akan bisa menjadi orang terkaya di Kampung Sarawu ini? Kita lihat saja.”Alih-alih ingin menghancurkan kehidupan Mahmud, justru Abah Targa menghadapi kenyataan jika Warsih bersedia menerima tawaran untuk bersatu dengan mantan kawan dekatnya tersebut.‘Sialan! Mengapa si Mahmud selalu mendapatkan keberuntungan hidup? Pengasihan apakah sebenarnya yang telah dia lakukan?’ Abah Targa semakin membenci akan sosok Juragan Mahmud. ‘Ini tidak bisa dibiarkan. Aku tidak akan pernah rela jika dia mendapatkan apa pun yang dia inginkan.
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 83Episode : Syaiful Mulai Merajuk“Apa? Ayahmu dan Abahku datang bersamaan tadi?” Syaiful bertanya di tengah keterkejutannya begitu tiba dari melaut. Binar-binar keceriaan seketika tergambar dari wajah pemuda berusia 26 tahun tersebut. “Apa saja yang mereka bicarakan? Apakah itu berkenaan dengan rencana kita untuk keluar dari sini, Neng?”Bunga membantu melepaskan pakaian suaminya. Lembab dan berbau keringat menyengat.“Tidak, Kang. Ayah pulang terlebih dahulu, setelah itu barulah Abah,” jawab perempuan tersebut.Masih dengan tatap penuh harap, Syaiful terus memandangi istrinya. Menunggu hingga dia menjawab pertanyaannya tadi.“Jadi … apa saja yang mereka bicarakan? Kamu ikut mendengarkan atau ikut mengobrol dengan mereka berdua?” Kembali sang suami bertanya, penasaran. “Setidaknya mungkin ada hal baru yang bisa kamu ceritakan padaku, Neng. Ayolah, bicara. Ceri
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 84Episode : Tangisan Pertama BungaSyaiful memasuki rumah di kala alam sudah mulai memasuki waktu gelap. Bias sinar matahari memancar kemerahan di ufuk barat melalui pantulan awan-awan mengeriting.Kreekkk!Suara daun pintu yang terbuat dari kayu menderit nyaring memecah kesunyian. Samar-samar di dalam ruangan memendar cahaya kecil dari sebuah lampu bersumbu minyak kelapa, menemplok di dinding. Hanya satu buah dan itu pun digunakan sebagai penerang dua bagian dalam gubuk sekaligus.Sejenak Syaiful melihat-lihat pada tungku perapian. Tidak ada bekas nyala api di sana maupun kepulan asap yang biasa membubung sesak.‘Apakah istriku tidak masak sore ini?’ tanya lelaki tersebut terhenyak sesaat di atas pijakan berdiri. Sementara di atas meja, teronggok satu bungkusan beserta cangkir yang ditutupi sehelai dedaunan lebar.Kemudian melongok ke dalam kamar yang
TRAGEDI CINTA BUNGA DESAPenulis : David KhanzDeru gemuruh ombak di lepas pantai, bergulung riuh membentengi lautan. Berlarian disertai buih putih, seakan tengah berlomba mendahului menggapai tepian daratan. Terayun kuat bersama sapuan banyu yang menarik ulur tiada henti. Sementara sang surya pun tak ingin ketinggalan, dengan pongahnya menyemburkan bara memanggang bumi. Bercampur baur dalam semilir yang kian menyengat.Tak jauh dari sebuah gubuk sederhana yang berdiri di sana, seorang perempuan mematung bertelanjang kaki, beralaskan pasir putih. Sesekali matanya menatap luas lautan yang membentang, dengan bias penuh pengharapan. Di antara helaan napas berat dan seringai bibirnya yang kering, seakan memberi tanda bahwa dia tengah berada dalam sebuah penantian. Entah apa atau siapa yang sedang dia tunggu.Sesekali, tangan kasar perempuan itu mengusap lembut perutnya yang membuncit. Lalu menyeka peluh yang mengucur deras membanjiri pelipis. “Sabar .
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 96Episode : Gema Cinta Di Akhir AsaUsai melakukan kunjungan selanjutnya, usaha Bi Enok untuk membujuk dan mengajak Bunga pulang ke Kampung Sarawu, kembali menemui kegagalan. Perempuan muda yang sedang mengandung besar tersebut tetap menolak dengan alasan belum mendapatkan izin pergi dari sang suami, Syaiful.“S-saya tahu … s-saya akan dinilai sebagai anak yang tidak berbakti terhadap orang tua. Mungkin juga seorang anak yang durhaka,” ucap Bunga lirih disertai mata berkaca-kaca. “Tapi tidak semua orang mau memahami akan kondisi saya sekarang. Saya bukan lagi seorang anak gadis yang hidupnya masih menjadi tanggungan Ayah. Saya sudah menikah, bersuami, dan sekarang … hamil besar. Bagaimana mungkin, dalam keadaan seperti ini, saya harus mengajarkan sesuatu yang buruk terhadap anak kami sendiri? Melangkahkan kaki, keluar dari tempat yang tidak diridhoi, dan tanpa iz
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 95Episode : Pertengkaran Terakhir Bunga dan SyaifulSejak peristiwa terjadinya pertarungan antara Abah Targa dan Juragan Mahmud, kedua laki-laki tua tersebut dikabarkan semakin kritis. Untuk urusan usaha di dermaga—untuk sementara—terpaksa dipercayakan kepada Syahrul dan Amrul, serta dibantu oleh Dirga, cucu Bi Enok. Sementara kepemimpinan Tetua Adat sendiri, dibebankan terhadap para sesepuh lain. Sebagai satu-satunya tabib ahli di bidang pengobatan, Ki Sanca sudah berusaha sekuat mungkin dengan kemampuannya untuk mengobati dua sosok penting di Kampung Sarawu tersebut. Namun sejauh itu pula, upaya yang dilakukan olehnya, tidak juga menunjukkan tanda-tanda yang menggembirakan. Terpaksa, di usianya yang kian sepuh, Bi Enok harus berjibaku sendiri mengurus keperluan Bunga dan Syaiful di pulau pengasingan.“Jadi kondisi Ayah sekarang belum menunjukkan tanda
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 94Episode : Pertarungan Berdarah“Hebat … hebaattt … hebaaattt …,” seru Juragan Mahmud sambil bertepuk tangan sendiri. “Lihatlah, langit! Lihatlah, pohon-pohon! Lihat pada mereka, betapa harmonis sekali hubungan kedua manusia berhati ular itu. Hi-hi. Tidak perlu aku bertanya secara satu per satu dan menuntut kejujuran, nyatanya … sikap kalian itu sudah cukup memberiku bukti … bahwa sesama binatang memang hanya akan berkumpul dengan jenis dari mereka masing-masing. Hi-hi.”Abah Targa—terpaksa—melepaskan cekalannya pada tubuh Dillah dan membiarkan lelaki tersebut duduk sambil meringis-ringis di tanah jejalanan. Sejenak sosok Tetua Adat itu melirik pada Juragan Mahmud, lantas berucap pelan, “Tenanglah. Kamu diam di sini. Saya akan mencoba menghadapi manusia sombong yang satu itu.”Dillah mengangguk di antara ringis kesakitan yang tergambar di wajah. Kemudian bersusah payah berpindah tempat dengan cara menggeser badan, menggusur kedua ka
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 93Episode : Aroma KebusukanKrosak!Juragan Mahmud menghentikan langkah, lantas bergeming di tempat untuk beberapa saat. Tatap matanya lurus tertuju ke depan, sementara telinga dipasang sedemikian ketat.“Hhmmm …,” deham lelaki tua berikat kepala putih tersebut. “Keluarlah dari tempat persembunyianmu itu!” serunya kemudian dengan suara lantang.Ditunggu beberapa waktu, tidak ada sahutan maupun sesosok manusia yang muncul mendekat.“Keluar dari tempat persembunyianmu, kataku juga!” Kembali pesohor Kampung Sarawu tersebut bersuara nyaring. “Kau pikir aku tidak tahu, siapa yang ada di belakangku sekarang, hah?! Keluar!”Masih seperti tadi, suasana jalanan tetap sunyi.‘Jahanam! Ternyata dia manusia yang sangat pengecut! Tidak berani menampakkan diri dan lebih betah menguntit di belakangku sejak tadi!’ gumam Juragan Mahmud di dalam hati. ‘Baiklah ….’Karena tidak ada yang menyahut, lelaki tua itu pun memutuskan diri untuk melanjutkan lan
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 92Episode : Pertarungan Dua Lelaki Pesohor Kampung“Ada apa ini?” Syaiful memandang ke arah perginya Bi Enok dan Dirga.Bunga turut bangkit sambil mengusap-usap perut buncitnya. Jawab perempuan cantik itu kemudian, “Entahlah, Kang. Sepertinya ada sesuatu yang penting dari Kang Amrul.”“Iya, aku juga berpikir seperti itu, Néng. Tapi mengapa aku tidak diperbolehkan untuk turut ke sana? Setidaknya untuk mengetahui, apa yang sebenarnya sedang terjadi. Bi Enok juga ‘kan, sudah menjadi bagian dari keluarga ayahmu. Berarti keluarga kita juga, ‘kan?”Bunga tidak membalas. Perhatiannya tetap tertuju ke depan. Dia merasa ada sesuatu yang tidak nyaman di hati. Apakah kedatangan Amrul tadi berkaitan dengan ayahnya pula? Bukan apa-apa, hal itu didasari oleh sikap Juragan Mahmud sebelumnya yang telah berselisih paham dengan Abah Targa.‘Yaa Allah … ada apa ini sebenarnya?’ Bertanya sosok anak perempuan Juragan Mahmud itu disertai dera kekhawatiran
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 91Episode : Aroma Membusuk Dari Masa Silam“Pada dasarnya … kamu sudah banyak berjasa pada hidup saya, yaitu menjadi pintu gerbang bagi Ki Jambrong untuk menemui saya, anak dari sahabat lama beliau,” pungkas Juragan Mahmud usai menuturkan sebuah kisah, sebagaimana yang pernah diceritakan oleh Ki Jambrong beberapa waktu lalu padanya. “Melalui kamu pula, beliau telah membuka hampir semua tabir kegelapan yang sejak lama membutakan pikiran saya, Bi.”“Tabir kegelapan? Mohon maaf, yang Juragan maksudkan itu … apa, ya?” tanya Bi Enok langsung timbul dugaan-dugaan lain di hatinya. “S-saya belum paham, Juragan.”Sosok pembantu tersebut mengira bahwa—tentulah—Ki Jambrong telah banyak bercerita tentang masalah lalu orang-orang tertentu yang berada di Kampung Sarawu. Terutama yang terlibat pada masa-masa kelam Ki Darsan dan Abah Langga masih hidup.Sa
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 90Episode : Prahara TerorLekas Bi Enok memburu tubuh cucunya tersebut. Memeriksa sejenak untuk memastikan kondisi Dirga yang sebenarnya. ‘Dia masih hidup …,’ membatin wanita tua itu usai merasakan denyut nadi di pergelangan tangan, lantas menepuk-nepuk wajah. “Dirga! Bangun, Dirga!”Tidak ada reaksi apa pun. Kedua mata sang cucu masih mengatup rapat seperti tengah tertidur pulas. Kemudian Bi Enok mencoba kembali untuk membangunkan, tapi tidak kunjung berhasil.‘Yaa Allah … apa yang terjadi dengan anak ini?’ tanyanya bingung bercampur kekhawatiran. Masih merasa penasaran, lantas diperiksa sekali lagi badan Dirga, tidak ditemukan tanda-tanda bekas kekerasan. Semuanya tampak normal dan baik-baik saja. Terkecuali, belum mengetahui pasti penyebab cucunya tersebut dalam kondisi seperti itu.Tidak habis akal, Bi Enok segera bangkit terhuyung. Ber
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 89Episode : Rahasia Yang Belum Terungkap“Maaf … saya terlalu terbawa perasaan saya sendiri,” ujar Juragan Mahmud tiba-tiba menghentikan tangis, lantas pura-pura mengalihkan pandangan ke arah lain sambil mengusap air mata. Sementara Bi Enok sendiri tetap menunduk dalam-dalam, tidak ingin beradu tatap ataupun memerhatikan sosok di dekatnya. Bukan apa-apa, tersebab wanita tersebut bermaksud menjaga muruah sang majikan atas luapan emosi sesaat tadi. “Baik … sampai mana saya tadi, Bi?” tanya lelaki itu masih dengan nada suara bergetar.“Guna-guna saya terhadap Juragan sebelum menikah dengan Neng Juragan perempuan,” jawab Bi Enok ikut lirih.Juragan Mahmud terbatuk-batuk sejenak, dilanjut dengan membersihkan aliran ingus yang masih terasa di lobang hidung. Setelah itu, mendeham beberapa kali dan lanjut berkata. “O, iya … masalah itu. Ehem … uhuk! Uhuk!”