TRAGEDI CINTA BUNGA
Penulis : David KhanzBagian : 37Episode : Prahara BermulaJuragan Sumiarsih menangis tersedu sedan sambil bersimpuh di bawah kaki suaminya. Sementara itu, raut wajah Juragan Mahmud sendiri, terlihat murka memandangi sang istri.“I-ini yang aku takutkan selama ini, Kang. Hiks-hiks … a-aku takut, A-akang akan membenciku karena masa laluku itu. Maka dari itu … hiks-hiks, a-aku lebih memilih untuk tidak berterus terang tentang apa pun mengenaiku dulu,” ucap Sumiarsih terbata-bata di antara banjir tangisnya. “Aku mohon maaf, Kang. Ampuni aku … hiks-hiks.”Perempuan itu sampai hendak menciumi kedua kaki suaminya, tapi Juragan Mahmud lekas menghindar, tersurut menjauh ke belakang disertai dengkus penuh amarah. Lelaki tersebut merasa jijik dan balik membenci, karena ketidakjujuran Sumiarsih dari awal.“Aku pikir, selama ini aku telah menikahi seorang janda terhormat,” kata JuraTRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 38Episode : Pertemuan Di Antara KekisruhanSejak peristiwa perselisihan sengit tersebut terjadi, sikap Juragan Mahmud terhadap Juragan Sumiarsih, berubah drastis. Perilaku laki-laki yang satu itu menjadi dingin dan jarang mau berlama-lama berada di rumah. Waktu sehari-harinya lebih banyak dihabiskan di dermaga bersama para pekerja dan ketiga anak buahnya—yakni Dillah, Amrul, dan Syahrul—sekaligus mengurus usaha keluarga di sana. Sementara itu sosok Sumiarsih yang semula—senantiasa—terlihat semringah, seringkali tampak murung. Jelas sekali bias kesedihan terpancar dari wajahnya.Bi Enok yang turut memperhatikan kondisi rumah tangga majikannya tersebut, tidak mampu berbuat banyak. Hanya menjadi tempat curahan hati bagi Sumiarsih dan fokus membantu, mengurus, serta merawat Bunga dengan saksama.Di tengah kekalutan yang melanda pikiran, secara tidak sengaja
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 39Episode : Perang Dingin Yang MembatinPertemuan Mahmud dengan Warsih kala itu, mulai menimbulkan bilur-bilur baru di hati lelaki tersebut. Sebuah luka lama yang kembali tergores. Bersamaan dengan itu pula, impiannya yang terdahulu bersemi lagi. Sementara sikap dia terhadap Sumiarsih, justru semakin dingin.“Makan dulu, Kang,” ucap Sumiarsih di saat Mahmud pulang ke rumah. Walaupun sikap suaminya telah—dirasakan—berubah semenjak pertengkaran mereka beberapa waktu lalu, tapi perempuan tersebut masih juga berlaku lembut penuh rasa cinta. Bahkan jika tidak sedang bersama-sama, selalu dikirimkan perbekalan serta makanan ke saung di dermaga.“Taruh saja di meja makan. Aku masih belum lapar,” balas Mahmud dengan suara dan raut muka datar. Lelaki itu malah asyik sendiri bermain dengan Bunga, anak perempuan mereka.Sumiarsih menghela napas. Memper
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 40Episode : Kematian MendadakWarsih bergegas meninggalkan dermaga dengan raut wajah sendu menahan tangis.“Warsih, tunggu!” seru Mahmud dari dalam saung, tapi tidak berusaha untuk mengejar. Dia memandangi sosok perempuan itu dengan tatapan penuh rasa penyesalan. ‘Yaa Tuhan … apa yang baru saja aku lakukan?’ tanyanya kemudian pada diri sendiri. ‘Sialan, ini terlalu cepat! Mengapa aku bisa sebodoh ini?’Mahmud menyesal, karena merasa terlalu cepat dia mengungkapkan perasaannya terhadap Warsih. Lantas berpikir, mengapa tidak bisa bersabar untuk masa sebentar? Setidaknya hingga sosok yang dimaksud, berkenan untuk mulai akrab dan mau kembali dekat.“Sial! Sial!” rutuk Mahmud sambil memukul-mukul tiang saung. Kemudian kembali memandang kemana arah Warsih pergi. Perempuan tersebut sudah menjauh dengan langkah yang terburu-buru.Tid
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 41Episode : Ketika Dua Hati BerbicaraSetelah kematian Sukatna, Mahmud semakin menaruh perhatian pada Warsih. Berbagai upaya pun dilakukan olehnya. Namun sejauh itu pula, kerap mendapatkan penolakan keras dari perempuan tersebut.“Karena hal ini kamu sampai tega melakukan sesuatu pada suami saya, begitu?” Warsih menatap tajam laki-laki yang sudah berulangkali mendatanginya itu. Karena kebencian yang ada, rasa hormat pun seketika memudar. Tidak lagi menyebut Mahmud dengan sapaan ‘Juragan’ sebagaimana sebelumnya.“Melakukan sesuatu apa maksudmu, Warsih? Kamu menuduh aku yang telah mencelakai suamimu? Seperti itukah?” Mahmud tersentak heran. “Demi Allah, Warsih! Jujur saja, walaupun aku masih berharap padamu, tidak secuil pun di dalam pikiranku untuk menghendaki kematian suamimu itu. Demi Allah!”Semakin geram Warsih mendengar balasan yang dis
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 42Episode : Misteri Kematian WarsihDiam-diam setelah pertemuan Warsih dan Sumiarsih sebelumnya, janda mendiang Sukatna tersebut menyanggupi untuk menerima kehadiran Mahmud, walaupun jawaban yang diberikan oleh ibu kandung Syaiful itu masih tersamar dan menggantung.“Berikan aku waktu untuk berpikir terlebih dahulu, Kang,” pinta Warsih kala itu dengan sikap dan tutur kata yang jauh berbeda. “Karena aku merasa, ini bukan persoalan gampang dan butuh pemikiran matang.”Mahmud memperhatikan serta menilai, jika Warsih kini sudah mulai melunak. Kemudian berangan-angan bila di kemudian waktu, impiannya akan terwujud untuk segera menikahi perempuan tersebut.“Ya, aku pahami itu, Warsih. Tenang saja, aku tidak akan memaksakan kehendak diri kalau kamu memang belum siap untuk menentukan jawaban. Aku akan menunggu,” balas Mahmud sedikit berlega hati.Setelah itu, lelaki tersebu
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 43Episode : Karma Dari Istri TercintaKematian Warsih yang secara mendadak dan melalui jalan sesat, terus menimbulkan pertanyaan besar di dalam hati Mahmud. Dia belum sepenuhnya meyakini kebenaran, jika perempuan yang pernah dikasihinya tersebut, mati karena disebabkan bunuh diri. Maka dari itu, diam-diam melakukan penyelidikan sendiri yang dibantu oleh sosok orang kepercayaan, yakni Dillah.Pertama-tama yang didatangi adalah ibu-ibu yang ikut mengurus jenazah Warsih. Dari mereka sedikit demi sedikit kabar pun terkuak.“Waktu saya memandikan mendiang Nyai Warsih, saya tidak melihat tanda-tanda yang mencurigakan, Juragan,” kata salah seorang dari mereka. “Terkecuali … ya, itu tadi … seperti yang Juragan katakan.”Mahmud dan Dillah saling berpandangan usai mendengarkan penuturan dari pihak saksi tersebut.“Ini jelas bukan sebuah
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 44Episode : Keputusan PersidanganTernyata apa yang telah diperkirakan oleh Juragan Mahmud sebelumnya, terbukti kemudian pada hasil kesepakatan musyawarah kampung adat setempat. Bunga dan Syaiful dinyatakan bersalah. Kedua muda-mudi tersebut harus mempertanggungjawabkan perbuatan mereka, yakni menikah dan diasingkan ke sebuah tempat terpencil.Juragan Mahmud tertunduk lesu usai mendengarkan keputusan itu. Hal yang dikhawatirkannya selama ini pun kini terjadi. Putri semata wayangnya tersebut akan berpisah, tinggal bersama Syaiful setelah melakukan adat pernikahan terlebih dahulu.“Mohon maafkan aku, Mahmud. Aku tidak bisa banyak membantumu kali ini,” kata Abah Targa ketika aula pertemuan musyawarah sudah ditinggal kosong para sesepuh lain. “Hasil keputusan yang telah dinyatakan tadi, semuanya murni atas suara terbanyak. Jadi—”“Memangnya apa
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 45Episode : Wasiat Keramat“Ayah, Bunga ingin ….” Baru saja Bunga hendak berkata pada ayahnya, Juragan Mahmud lekas masuk ke dalam kamar dan menutup pintu dengan cepat. “Ayah …?” desah gadis tersebut termangu kemudian. Bunga bergeming di depan ambang pintu kamar ayahnya. Juragan Mahmud sama sekali tidak memberikan respons apa pun.“Sudahlah, Neng. Mungkin Juragan hanya ingin beristirahat saja,” kata Bi Enok langsung menghampiri dan mengajak anak majikannya tersebut untuk berlalu dari sana. “Neng Bunga juga istirahat, ya? Nanti … kalau semuanya sudah tenang kembali, mungkin Juragan sendiri yang akan memanggil Eneng. Insyaa Allah … percayalah pada Bibi.”Sejenak tarikan Bi Enok, seperti ditahan berat. Bunga masih bersikeras untuk menemui dan bicara dengan ayahnya. Sampai akhirnya, dia menurut juga.“Ayo, Neng. Saya antar ke kam