TRAGEDI CINTA BUNGA
Penulis : David KhanzBagian : 42Episode : Misteri Kematian WarsihDiam-diam setelah pertemuan Warsih dan Sumiarsih sebelumnya, janda mendiang Sukatna tersebut menyanggupi untuk menerima kehadiran Mahmud, walaupun jawaban yang diberikan oleh ibu kandung Syaiful itu masih tersamar dan menggantung.“Berikan aku waktu untuk berpikir terlebih dahulu, Kang,” pinta Warsih kala itu dengan sikap dan tutur kata yang jauh berbeda. “Karena aku merasa, ini bukan persoalan gampang dan butuh pemikiran matang.”Mahmud memperhatikan serta menilai, jika Warsih kini sudah mulai melunak. Kemudian berangan-angan bila di kemudian waktu, impiannya akan terwujud untuk segera menikahi perempuan tersebut.“Ya, aku pahami itu, Warsih. Tenang saja, aku tidak akan memaksakan kehendak diri kalau kamu memang belum siap untuk menentukan jawaban. Aku akan menunggu,” balas Mahmud sedikit berlega hati.Setelah itu, lelaki tersebuTRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 43Episode : Karma Dari Istri TercintaKematian Warsih yang secara mendadak dan melalui jalan sesat, terus menimbulkan pertanyaan besar di dalam hati Mahmud. Dia belum sepenuhnya meyakini kebenaran, jika perempuan yang pernah dikasihinya tersebut, mati karena disebabkan bunuh diri. Maka dari itu, diam-diam melakukan penyelidikan sendiri yang dibantu oleh sosok orang kepercayaan, yakni Dillah.Pertama-tama yang didatangi adalah ibu-ibu yang ikut mengurus jenazah Warsih. Dari mereka sedikit demi sedikit kabar pun terkuak.“Waktu saya memandikan mendiang Nyai Warsih, saya tidak melihat tanda-tanda yang mencurigakan, Juragan,” kata salah seorang dari mereka. “Terkecuali … ya, itu tadi … seperti yang Juragan katakan.”Mahmud dan Dillah saling berpandangan usai mendengarkan penuturan dari pihak saksi tersebut.“Ini jelas bukan sebuah
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 44Episode : Keputusan PersidanganTernyata apa yang telah diperkirakan oleh Juragan Mahmud sebelumnya, terbukti kemudian pada hasil kesepakatan musyawarah kampung adat setempat. Bunga dan Syaiful dinyatakan bersalah. Kedua muda-mudi tersebut harus mempertanggungjawabkan perbuatan mereka, yakni menikah dan diasingkan ke sebuah tempat terpencil.Juragan Mahmud tertunduk lesu usai mendengarkan keputusan itu. Hal yang dikhawatirkannya selama ini pun kini terjadi. Putri semata wayangnya tersebut akan berpisah, tinggal bersama Syaiful setelah melakukan adat pernikahan terlebih dahulu.“Mohon maafkan aku, Mahmud. Aku tidak bisa banyak membantumu kali ini,” kata Abah Targa ketika aula pertemuan musyawarah sudah ditinggal kosong para sesepuh lain. “Hasil keputusan yang telah dinyatakan tadi, semuanya murni atas suara terbanyak. Jadi—”“Memangnya apa
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 45Episode : Wasiat Keramat“Ayah, Bunga ingin ….” Baru saja Bunga hendak berkata pada ayahnya, Juragan Mahmud lekas masuk ke dalam kamar dan menutup pintu dengan cepat. “Ayah …?” desah gadis tersebut termangu kemudian. Bunga bergeming di depan ambang pintu kamar ayahnya. Juragan Mahmud sama sekali tidak memberikan respons apa pun.“Sudahlah, Neng. Mungkin Juragan hanya ingin beristirahat saja,” kata Bi Enok langsung menghampiri dan mengajak anak majikannya tersebut untuk berlalu dari sana. “Neng Bunga juga istirahat, ya? Nanti … kalau semuanya sudah tenang kembali, mungkin Juragan sendiri yang akan memanggil Eneng. Insyaa Allah … percayalah pada Bibi.”Sejenak tarikan Bi Enok, seperti ditahan berat. Bunga masih bersikeras untuk menemui dan bicara dengan ayahnya. Sampai akhirnya, dia menurut juga.“Ayo, Neng. Saya antar ke kam
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 46Episode : Akibat Perseteruan Dua DukunSekian tahun berlalu setelah Juragan Sumiarsih memberikan pesan wasiat tersebut, Bi Enok tidak pernah sekalipun melupakannya. Keraguan untuk memenuhi keinginan mendiang majikannya itu, tetap ada. Sampai kemudian bertemu kembali dengan sosok Ki Jambrong di suatu kesempatan.“Kau masih mengenaliku rupanya, Nyai. He-he,” ucap dukun tua tersebut. “Aku memang sengaja menghilang untuk beberapa waktu lamanya. Aku pergi jauh dan mengembara setelah ….”Ki Jambrong mengaku telah membunuh Ki Jerangkong kakaknya. Tepat setelah beberapa hari Ki Darsan dikabarkan telah berhasil dilumpuhkan oleh seorang pemuda biasa, yaitu Mahmud.“Kakakku menduga jika aku turut terlibat dalam peristiwa itu,” imbuh kembali Ki Jambrong mengungkapkan. “Sebab … hanya aku seorang yang mengetahui kelemahan apa yang dimiliki oleh Ki Darsan muridnya itu.”
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 47Episode : Pertemuan Pertama Bunga-SyaifulUsai mendapatkan apa yang dibutuhkan dari Ki Jambrong, Bi Enok pun—diam-diam—segera memberikan isi bungkusan tersebut kepada Bunga. Bukan suatu hal sulit, mengingat dia adalah satu-satunya juru masak di keluarga Juragan Mahmud sejak Juragan Sumiarsih masih hidup dulu. Dengan cara mencampurkan ke dalam sajian makanan khusus, akhirnya rencana wanita tua itu pun berhasil dilaksanakan. Tidak berapa lama setelahnya, sejak kehadiran Syaiful di lingkungan usaha Juragan Mahmud, perlahan-lahan Bunga mulai jatuh hati pada pemuda tersebut. Sampai kemudian, kedua insan muda-mudi itu pun merajut sebuah hubungan dekat.Bunga, gadis cantik yang telah tumbuh dewasa dan pintar, seringkali membantu ayahnya bekerja di dermaga. Di sana pula untuk pertama kalinya dia mengenal Syaiful.“Ini hasil tangkapan ikan saya hari ini, Neng J
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 48Episode : Bisikan Hati Abah TargaAbah Targa terdiam di sebuah bangku panjang di depan rumah sambil memandangi lautan membiru nan luas. Menikmati suasana siang itu bertemankan segelas kopi hitam kental serta nyala rokok daun kawung di tangan. Sebentar-sebentar orang tua tersebut melirik-lirik pada satu sosok pemuda yang tengah asyik merapikan jaring jala, tidak seberapa jauh dari keberadaannya. Dia tidak lain adalah Syaiful.“Ehem ….,” dia mendeham sekali di antara sapuan angin pantai yang menerpa.Syaiful menoleh dan sejenak memperhatikan isi gelas—di samping Abah Targa—yang sudah hampir surut tinggal menyisakan ampas hitamnya.“Abah mau aku seduhkan kopi lagi?” tanya pemuda tersebut seraya menjeda sebentar kesibukannya. “Di dapur masih ada sisa kopi dan gula aren sedikit. Rasanya masih cukup untuk diminum berdua.”“Tidak p
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 49Episode : Kecurigaan BungaHubungan kedekatan antara Bunga dan Syaiful kian terjalin erat. Bibit cinta pun tumbuh bersemi pada muda-mudi tersebut, laksana rumput menghijau di musim penghujan. Walaupun belum terucap secara nyata melalui lisan, tapi bahasa hati keduanya senantiasa menuliskan rangkaian kalimat kasih pada sikap masing-masing.Tidak jarang, di waktu-waktu luang, Bunga dan Syaiful sering berlama-lama mengobrol berdua di bawah pengawasan Bi Enok, usai menyerahkan hasil tangkapan ikan di laut.Mengetahui hal itu, Juragan Mahmud pun mulai memperketat perhatiannya pada Bunga. Untuk sementara, sosok Dillah yang diutus untuk melakukan tugas tersebut.“Biar saya sendiri yang menuntaskan pekerjaan ini, Kang. Lagipula, di sini sudah ada Bi Enok yang menemani. Bukankah sebelumnya juga sudah berjalan seperti itu?” kata Bunga suatu ketika,
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 50Episode : Ancaman Juragan MahmudTetap saja, ditanya tentang maksud yang dilakukan oleh Dillah itu, lelaki tersebut selalu menjawab dengan bunyi kalimat serupa, yakni; “Mengenai hal itu, sebaiknya Neng Bunga bicarakan saja secara langsung pada Juragan. Di sini, saya hanya menjalankan perintah. Mohon maaf.”Karena merasa kesal, Bunga mencoba melabrak. Dia nekat hendak mengajak Syaiful pergi berdua dari sana, tapi sosok Dillah dengan sigap menghalangi.“Saya pinta, cepat pergi kamu dari sini, Anak Muda, atau saya laporkan kejadian ini nanti pada Juragan?” ancam Dillah pada Syaiful. Sorot matanya begitu tajam menusuk dan seolah-olah hendak mencederai sosok pemuda tersebut. “Kamu pasti sudah tahu, apa yang akan terjadi kelak jika sampai kamu berani melawan perintah saya?!” ujarnya setengah menyeru dan menghalangi usaha Bunga untuk mendekati anak mendiang W
TRAGEDI CINTA BUNGA DESAPenulis : David KhanzDeru gemuruh ombak di lepas pantai, bergulung riuh membentengi lautan. Berlarian disertai buih putih, seakan tengah berlomba mendahului menggapai tepian daratan. Terayun kuat bersama sapuan banyu yang menarik ulur tiada henti. Sementara sang surya pun tak ingin ketinggalan, dengan pongahnya menyemburkan bara memanggang bumi. Bercampur baur dalam semilir yang kian menyengat.Tak jauh dari sebuah gubuk sederhana yang berdiri di sana, seorang perempuan mematung bertelanjang kaki, beralaskan pasir putih. Sesekali matanya menatap luas lautan yang membentang, dengan bias penuh pengharapan. Di antara helaan napas berat dan seringai bibirnya yang kering, seakan memberi tanda bahwa dia tengah berada dalam sebuah penantian. Entah apa atau siapa yang sedang dia tunggu.Sesekali, tangan kasar perempuan itu mengusap lembut perutnya yang membuncit. Lalu menyeka peluh yang mengucur deras membanjiri pelipis. “Sabar .
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 96Episode : Gema Cinta Di Akhir AsaUsai melakukan kunjungan selanjutnya, usaha Bi Enok untuk membujuk dan mengajak Bunga pulang ke Kampung Sarawu, kembali menemui kegagalan. Perempuan muda yang sedang mengandung besar tersebut tetap menolak dengan alasan belum mendapatkan izin pergi dari sang suami, Syaiful.“S-saya tahu … s-saya akan dinilai sebagai anak yang tidak berbakti terhadap orang tua. Mungkin juga seorang anak yang durhaka,” ucap Bunga lirih disertai mata berkaca-kaca. “Tapi tidak semua orang mau memahami akan kondisi saya sekarang. Saya bukan lagi seorang anak gadis yang hidupnya masih menjadi tanggungan Ayah. Saya sudah menikah, bersuami, dan sekarang … hamil besar. Bagaimana mungkin, dalam keadaan seperti ini, saya harus mengajarkan sesuatu yang buruk terhadap anak kami sendiri? Melangkahkan kaki, keluar dari tempat yang tidak diridhoi, dan tanpa iz
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 95Episode : Pertengkaran Terakhir Bunga dan SyaifulSejak peristiwa terjadinya pertarungan antara Abah Targa dan Juragan Mahmud, kedua laki-laki tua tersebut dikabarkan semakin kritis. Untuk urusan usaha di dermaga—untuk sementara—terpaksa dipercayakan kepada Syahrul dan Amrul, serta dibantu oleh Dirga, cucu Bi Enok. Sementara kepemimpinan Tetua Adat sendiri, dibebankan terhadap para sesepuh lain. Sebagai satu-satunya tabib ahli di bidang pengobatan, Ki Sanca sudah berusaha sekuat mungkin dengan kemampuannya untuk mengobati dua sosok penting di Kampung Sarawu tersebut. Namun sejauh itu pula, upaya yang dilakukan olehnya, tidak juga menunjukkan tanda-tanda yang menggembirakan. Terpaksa, di usianya yang kian sepuh, Bi Enok harus berjibaku sendiri mengurus keperluan Bunga dan Syaiful di pulau pengasingan.“Jadi kondisi Ayah sekarang belum menunjukkan tanda
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 94Episode : Pertarungan Berdarah“Hebat … hebaattt … hebaaattt …,” seru Juragan Mahmud sambil bertepuk tangan sendiri. “Lihatlah, langit! Lihatlah, pohon-pohon! Lihat pada mereka, betapa harmonis sekali hubungan kedua manusia berhati ular itu. Hi-hi. Tidak perlu aku bertanya secara satu per satu dan menuntut kejujuran, nyatanya … sikap kalian itu sudah cukup memberiku bukti … bahwa sesama binatang memang hanya akan berkumpul dengan jenis dari mereka masing-masing. Hi-hi.”Abah Targa—terpaksa—melepaskan cekalannya pada tubuh Dillah dan membiarkan lelaki tersebut duduk sambil meringis-ringis di tanah jejalanan. Sejenak sosok Tetua Adat itu melirik pada Juragan Mahmud, lantas berucap pelan, “Tenanglah. Kamu diam di sini. Saya akan mencoba menghadapi manusia sombong yang satu itu.”Dillah mengangguk di antara ringis kesakitan yang tergambar di wajah. Kemudian bersusah payah berpindah tempat dengan cara menggeser badan, menggusur kedua ka
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 93Episode : Aroma KebusukanKrosak!Juragan Mahmud menghentikan langkah, lantas bergeming di tempat untuk beberapa saat. Tatap matanya lurus tertuju ke depan, sementara telinga dipasang sedemikian ketat.“Hhmmm …,” deham lelaki tua berikat kepala putih tersebut. “Keluarlah dari tempat persembunyianmu itu!” serunya kemudian dengan suara lantang.Ditunggu beberapa waktu, tidak ada sahutan maupun sesosok manusia yang muncul mendekat.“Keluar dari tempat persembunyianmu, kataku juga!” Kembali pesohor Kampung Sarawu tersebut bersuara nyaring. “Kau pikir aku tidak tahu, siapa yang ada di belakangku sekarang, hah?! Keluar!”Masih seperti tadi, suasana jalanan tetap sunyi.‘Jahanam! Ternyata dia manusia yang sangat pengecut! Tidak berani menampakkan diri dan lebih betah menguntit di belakangku sejak tadi!’ gumam Juragan Mahmud di dalam hati. ‘Baiklah ….’Karena tidak ada yang menyahut, lelaki tua itu pun memutuskan diri untuk melanjutkan lan
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 92Episode : Pertarungan Dua Lelaki Pesohor Kampung“Ada apa ini?” Syaiful memandang ke arah perginya Bi Enok dan Dirga.Bunga turut bangkit sambil mengusap-usap perut buncitnya. Jawab perempuan cantik itu kemudian, “Entahlah, Kang. Sepertinya ada sesuatu yang penting dari Kang Amrul.”“Iya, aku juga berpikir seperti itu, Néng. Tapi mengapa aku tidak diperbolehkan untuk turut ke sana? Setidaknya untuk mengetahui, apa yang sebenarnya sedang terjadi. Bi Enok juga ‘kan, sudah menjadi bagian dari keluarga ayahmu. Berarti keluarga kita juga, ‘kan?”Bunga tidak membalas. Perhatiannya tetap tertuju ke depan. Dia merasa ada sesuatu yang tidak nyaman di hati. Apakah kedatangan Amrul tadi berkaitan dengan ayahnya pula? Bukan apa-apa, hal itu didasari oleh sikap Juragan Mahmud sebelumnya yang telah berselisih paham dengan Abah Targa.‘Yaa Allah … ada apa ini sebenarnya?’ Bertanya sosok anak perempuan Juragan Mahmud itu disertai dera kekhawatiran
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 91Episode : Aroma Membusuk Dari Masa Silam“Pada dasarnya … kamu sudah banyak berjasa pada hidup saya, yaitu menjadi pintu gerbang bagi Ki Jambrong untuk menemui saya, anak dari sahabat lama beliau,” pungkas Juragan Mahmud usai menuturkan sebuah kisah, sebagaimana yang pernah diceritakan oleh Ki Jambrong beberapa waktu lalu padanya. “Melalui kamu pula, beliau telah membuka hampir semua tabir kegelapan yang sejak lama membutakan pikiran saya, Bi.”“Tabir kegelapan? Mohon maaf, yang Juragan maksudkan itu … apa, ya?” tanya Bi Enok langsung timbul dugaan-dugaan lain di hatinya. “S-saya belum paham, Juragan.”Sosok pembantu tersebut mengira bahwa—tentulah—Ki Jambrong telah banyak bercerita tentang masalah lalu orang-orang tertentu yang berada di Kampung Sarawu. Terutama yang terlibat pada masa-masa kelam Ki Darsan dan Abah Langga masih hidup.Sa
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 90Episode : Prahara TerorLekas Bi Enok memburu tubuh cucunya tersebut. Memeriksa sejenak untuk memastikan kondisi Dirga yang sebenarnya. ‘Dia masih hidup …,’ membatin wanita tua itu usai merasakan denyut nadi di pergelangan tangan, lantas menepuk-nepuk wajah. “Dirga! Bangun, Dirga!”Tidak ada reaksi apa pun. Kedua mata sang cucu masih mengatup rapat seperti tengah tertidur pulas. Kemudian Bi Enok mencoba kembali untuk membangunkan, tapi tidak kunjung berhasil.‘Yaa Allah … apa yang terjadi dengan anak ini?’ tanyanya bingung bercampur kekhawatiran. Masih merasa penasaran, lantas diperiksa sekali lagi badan Dirga, tidak ditemukan tanda-tanda bekas kekerasan. Semuanya tampak normal dan baik-baik saja. Terkecuali, belum mengetahui pasti penyebab cucunya tersebut dalam kondisi seperti itu.Tidak habis akal, Bi Enok segera bangkit terhuyung. Ber
TRAGEDI CINTA BUNGAPenulis : David KhanzBagian : 89Episode : Rahasia Yang Belum Terungkap“Maaf … saya terlalu terbawa perasaan saya sendiri,” ujar Juragan Mahmud tiba-tiba menghentikan tangis, lantas pura-pura mengalihkan pandangan ke arah lain sambil mengusap air mata. Sementara Bi Enok sendiri tetap menunduk dalam-dalam, tidak ingin beradu tatap ataupun memerhatikan sosok di dekatnya. Bukan apa-apa, tersebab wanita tersebut bermaksud menjaga muruah sang majikan atas luapan emosi sesaat tadi. “Baik … sampai mana saya tadi, Bi?” tanya lelaki itu masih dengan nada suara bergetar.“Guna-guna saya terhadap Juragan sebelum menikah dengan Neng Juragan perempuan,” jawab Bi Enok ikut lirih.Juragan Mahmud terbatuk-batuk sejenak, dilanjut dengan membersihkan aliran ingus yang masih terasa di lobang hidung. Setelah itu, mendeham beberapa kali dan lanjut berkata. “O, iya … masalah itu. Ehem … uhuk! Uhuk!”