51. Aktor Nakagawa Taishi adalah referensi Shin di dunia nyata, sementara referensi tokoh Chika adalah Imada Mio
52. Shin dan Mitsuki memiliki selisih umur 5 tahun53. Meski kadang Shin menganggap Mitsuki agak gila, nyatanya Shin mengakui kalau Mitsuki adalah orang yang pintar54. Ayah Shin dan Mitsuki yakni Tatsuya Aki adalah tipe bapak yang suka bercanda55. Mitsuki belum menikah dan tidak punya pacar karena masih belum move on setelah ditinggal nikah mantannya56. Alasan Ryuuga pernah kerja paruh waktu di kedai ayahnya Shin adalah karena ia ingin membeli sepatu voli baru dengan uangnya sendiri57. Alasan Yoshide Hiroto selalu ramah pada orang lain dan tak pernah terlihat banyak masalah adalah karena ia memang lahir di keluarga yang berkecukupan dan tak memiliki masalah keluarga. Satu-satunya masalah yang ia rasakan hanyalah sering disukai oleh perempuan hingga membuatnya agak risih58. Hiroto membutuhkan waktu yang agak lama sampai akhirnya bisa mencintai Risa, yakni sekitar 1,5 tahun59. Hiroto dan Risa resmi menjadi pasangan kekasih di hari kelulusan mereka dari kampus60. Kota Paris menjadi tempat Risa dan Hiroto berkencan untuk pertama kalinya setelah resmi berpacaran61. Hachiya Risa seringkali berpenampilan sederhana yakni celana jenas berpadu kemeja dan sepatu sneakers atau celana jeans berpadu dress selutut62. Sebelum menyukai Hiroto, Risa pernah jatuh cinta pada orang lain saat masih SMA namun cintanya selalu bertepuk sebelah tangan63. Referensi tokoh Hiroto di dunia nyata adalah aktor muda Kenshi Okada64. Referensi tokoh Risa adalah aktris Kaya Kiyohara65. Jurina Tanizaki mempunyai wajah yang cantik nan imut. Referensinya di dunia nyata adalah aktris Nanoka Hara66. Jurina adalah orang yang paling dipercaya oleh Arata selain kakeknya67. Meski tak dijelaskan dalam novel, salah satu motivasi Jurina untuk jadi aktris adalah karena ia penggemar aktor senior Nishijima Hidetoshi, yang mana aktor tersebut merupakan referensi tokoh Hirotaka di dunia nyata68. Setelah mengakui perasaannya pada Takeru di bandara, hubungan Jurina dan Takeru tetap akrab seperti biasa69. Tipe pria idaman Jurina: kaya, pengertian, dan tampan seperti Kento Yamazaki69. Jurina termasuk anak yang populer sekaligus berprestasi di sekolahnya, namun ia merasa kesulitan mendapat pacar karena seleranya yang tinggi, meskipun sebenarnya banyak laki-laki yang pernah menembaknya70. Jurina tidak terlalu akrab dengan ayahnya. Alasannya, karena Yusuke selalu sibuk dengan pekerjaannya71. Meski sering menganggap Misaki berisik dan heboh, sebenarnya Jurina sangat menyayangi Misaki dan bahkan menganggapnya seperti ibunya sendiri72. Gouto Tanizaki pernah membenci Arata saat kecil, alasannya karena Arata lahir dari hubungan yang tak ia restui. Namun setelah melihat kepintaran Arata sejak kecil, Gouto pun menilai bahwa Arata cocok untuk jadi penerusnya73. Hirotaka adalah tipe bapak yang suka diam-diam memperhatikan. Ia juga sangat peduli pada Hasumi, namun kepeduliannya itu ditunjukkan dengan cara tidak mengekang karena ia merasa bersalah tak menemui Hasumi selama bertahun-tahun setelah cerai74. Semasa muda, Hirotaka suka pada hal-hal yang berbau rumah tangga. Misalnya masak, menjahit baju, memasang obi dan memasak nasi. Itulah kenapa ia bisa memasak dan bisa memasang obi75. Referensi tokoh Reiko di dunia nyata adalah Ishida Hikari, sementara referensi tokoh Emi adalah Ishida Yuriko. Keduanya merupakan kakak adik76. Referensi tokoh Misaki adalah Miyazawa Rie, sementara referensi Yuichi adalah Hashimoto Jun77. Misaki merupakan tipe ibu yang heboh, eksis dan fashionable. Ia selalu menganggap Arata sebagai anak yang dingin tiap di rumah, karena itulah Misaki suka sekali menggodanya78. Meski tak pernah dijelaskan, Misaki dan adiknya, Yusuke alias ayahnya Jurina mempunyai hubungan yang lumayan dekat79. Yusuke pernah membuka toko sushi, namun hanya bertahan selama 2 tahun sebelum akhirnya ia ikut meneruskan salah satu bisnis Gotou80. Gotou Tanizaki mempunyai umur yang panjang hingga bisa melihat tumbuh kembang Hinata81. Nama Hinata diambil dari nama marga mendiang ayahnya Hatsuki. Nama itu dipilih karena Hatsuki menyukai nama tersebut82. Sebelum Hinata lahir, Arata sebenarnya pernah mengharapkan kelahiran anak laki-laki83. Referensi Hatsuki di dunia nyata: Araki Yuko84. Referensi Gotou adalah aktor senior Akira Emoto85. Referensi Hachiya Takaya: Sanada Hiroyuki, Yuko: Kirishima Reika86. Referensi tokoh Kazuma: Tanaka Yoji87. Referensi Saitou Rintaro: Watanabe Ken88. Rintaro merupakan tipe bapak yang bermuka galak namun sebenarnya penyayang istri89. Setahun setelah Ryuuga kembali dari Italia atau tepatnya di usia yang ke 26 sementara Hasumi 25 tahun, mereka memutuskan untuk menikah90. Kota Venice yang dijanjikan menjadi kota tempat keduanya berbulan madu91. Setahun setelah pernikahan, anak pertama Hasumi dan Ryuuga yang bernama Ren lahir92. Nama Ren diambil dari nama salah satu personil boy group Snow Man, Meguro Ren93. Nama Hikari diambil dari judul lagu favorit author yang dibawakan oleh Ikuta Lila. Hikari sendiri dalam bahasa Jepang berarti cahaya94. Setelah mempunyai cucu, Rintaro jadi lebih sering pulang ke Jepang hingga akhirnya memutuskan untuk pensiun dini setelah Hikari lahir95. Tak lama setelah kepulangannya dari Italia, karir Ryuuga di dunia voli makin berkembang hingga sukses naik ke divisi 196. Ryuuga pernah ditawari untuk bergabung ke klub di Italia, namun dengan terpaksa ia menolak karena saat itu Hasumi sedang mengandung Ren97. Meski tak pernah dijelaskan dalam novel, jurusan kuliah Shin dan Ryuuga itu sama, yakni communications and computer engineering98. Selama menjalin hubungan, Hasumi dan Ryuuga tak pernah melakukan kiss. First kiss masing2 adalah saat hari pernikahan99. Sebelumnya, author pernah menuliskan cerita ini dengan alur yang sedikit berbeda di mana Hasumi ceritanya masih anak SMA sementara Arata seorang guru muda, bukan dosen :D100. Lagu-lagu yang dibawakan mosawo seringkali menjadi inspirasi penulisan bab-bab dalam novel ini. Coba deh dengerin :DSMA Hourai, Tsuruga, Fukui Dari lubuk hati yang terdalam, aku ucapkan terima kasih kepada teman-teman semua. Aku tahu waktu 3 tahun terasa masih kurang untuk saling mengikat hati kita. Namun, aku sangat bersyukur kita mampu berjuang sejauh ini. Melewati masa-masa indah bersama, ada yang sempat putus asa dan ada juga yang kebingungan dalam menentukan masa depannya. Namun, kesulitan dan kebingungan yang kita rasakan pastilah merupakan salah satu langkah menuju dewasa. Aku harap, kita akan dipertemukan lagi dalam kesehatan yang baik, keadaan yang baik, dan masa depan yang cerah seperti cerahnya kelopak sakura. Sekali lagi, aku ucapkan selamat atas kelulusan kita semua. Suara lembut itu berhenti terdengar, menyisakan riuh tepuk tangan yang menggema memenuhi ruangan. Yoshide Hiroto, sang perwakilan pun turun dari podium diiringi pandangan kagum dari setiap orang. Ahh.. ker
Dengan tangan gemetar hebat, Hasumi melangkah masuk ke ruangan yang ditunjukkan oleh Kinoshita. Nenek berusia 60 tahun itu merangkul bahu Hasumi, menuntun langkahnya memasuki ruangan serba putih di mana tampak seseorang tengah tertidur lelap. Wajahnya pucat, dari dada hingga bawah tubuhnya tertutup dengan kain yang juga berwarna putih. Seketika, air mata membanjiri pipi Hasumi. Dadanya terasa sakit. Sangat sakit. Baru saja ia berbincang dengan perempuan itu tadi pagi. Namun kini, sosok itu sudah tak berdaya melawan takdirnya sendiri. Ia benar-benar pergi, meninggalkan putrinya sendiri di dunia yang keras ini. “I-ibu..” suara Hasumi terpatah, menahan sesak yang kian menjalar hingga membuat tenggorokannya perih. “Hasumi chan.. ibumu sudah tidak sakit lagi.” Kinoshita mengelus-elus punggung Hasumi. “Jangan tinggalkan aku sendiri..” “Kumohon.. jangan pergi.” &
Jam menunjuk ke angka 7 saat Hasumi turun dari kamarnya dan melangkah menuju dapur. Mata yang tadinya setengah terpejam seketika langsung membelalak saat melihat Hirotaka tengah berdiri di depan kompor seraya memasak telur dengan memakai pakaian kantornya. Melihat kehadiran putrinya, Hirotaka pun tersenyum. “Ohayou.” Sapanya pada Hasumi. Hasumi sempat terdiam beberapa detik sebelum kembali menjawab sapaan ayahnya. Aneh, kenapa hatinya merasa begitu asing dengan suara ayahnya sendiri? padahal ini bukan pertama kalinya ia mendengar suara itu. Dan kenapa di sisi lain ia merasa senang sekaligus bingung? Bukankah ia sudah membuat keputusan tentang ajakan kemarin? Manusia memang punya perasaan yang membingungkan. “Tunggu sebentar lagi ya, sarapannya akan segera siap.” Suara Hirotaka membuat Hasumi beralih memandanginya. Pria
Hasumi berdiri dengan mulut ternganga. Sementara Arata tampak mulai merapikan rambutnya yang agak berantakan. Jas hitam yang sedari tadi dijinjing pun sudah ia kenakan. Ia menoleh pada Hasumi yang masih menganga sejak sampai di depan rumahnya. “Kenapa? Mulutmu terbuka lebar tuh, seperti orang bodoh saja.” sindir Arata. Hasumi tersadar dan langsung menutup mulutnya. “I-ini benar rumahmu? Kita tidak nyasar, kan?” tanya Hasumi sembari menoleh ke kanan kiri. Rumah pagar hitam dengan panjang 10 meter itu masih membuat Hasumi tak percaya. Apa benar orang yang ia pikir pengemis ini orang kaya? A-atau dia mau menjual Hasumi pada orang kaya ini? seketika Hasumi jadi deg-degan. Gawat, harusnya ia tak ikut ke sini. Tiba-tiba, pandangan Hasumi terpaku pada kanji yang tertulis di pagar. “谷崎”. “Tanizaki.” Katanya reflek membaca. “Itu nama keluargaku.” Sahut Arata. “Oh b
Terkadang, takdir bisa dibilang nakal dan tak masuk akal. Padahal setiap manusia melakukan upaya seperti apa yang mereka harapkan. Ingin lulus ujian dengan belajar, ingin kaya dengan menabung, dan ingin menikah dengan menjalin cinta. Tetapi, mengapa takdir membawanya pada hasil yang berbeda? Tak masuk akal.Memangnya apa yang kurang? Memangnya apa yang salah? Mengapa hasilnya jadi berbeda dan tak sebanding dengan usaha kita? Mengapa takdir bisa senakal itu?Dan.. mengapa ini terjadi padaku?Hasumi menenggelamkan wajahnya di atas bantal. Kini ia sedang berbaring di kamar serba pink yang Hirotaka siapkan untuknya. Setelah malam itu, Hasumi yang masih shock dengan kata-kata Misaki tentang wanita yang ditakdirkan atau apalah itu langsung meminta Arata untuk mengantarnya pulang. Tapi mereka sama sekali tak bicara saat di dalam mobil. Arata pun langsung pulang setelah mengantar Hasumi sampai stasiun. Tak menyapa Hirotaka atau
Tinggal beberapa minggu lagi sebelum musim perkuliahan dimulai. Setelah kedatangannya ke Tokyo, Hasumi masih sulit mencerna semua yang terjadi. Segala yang terjadi kemarin bagai mimpi yang tak pernah Hasumi lihat sebelumnya. Sama seperti pagi ini, ia juga memimpikan sesuatu yang tak pernah ia lihat selama masih di Fukui.Di jalan penuh bunga sakura yang selalu ia lewati setiap menuju ke sekolah, Hasumi dan Yoshide tengah berhadapan. Yoshide menatap Hasumi penuh tanda tanya.“Jadi, apa yang mau kau bicarakan?” “Aku.. aku menyukaimu, Yoshide-kun!”Yoshide terdiam sesaat. Pandangan matanya benar-benar berbeda dari biasanya. Mata lembut yang selalu menatap setiap orang dengan rendah hati itu bagai kehilangan kilaunya, berganti dengan kedua mata yang menatap rendah siapapun, termasuk pada Hasumi kali ini yang ditatapnya dengan sinis.“Ha? Kau mempermainkanku ya? kau pikir aku
Gemerlapnya lampu-lampu toko menghiasi jalanan di sepanjang sungai Dotonburi, dihiasi deretan papan iklan raksasa yang menjadi pemandangan khas kota Osaka. Dunia malam memang tak pernah ada habisnya, sama seperti distrik ini yang selalu dibanjiri ratusan manusia. Seumur hidupnya, Hasumi belum pernah mengunjungi Osaka. Karena itulah ia begitu terpana tatkala menikmati indahnya gemerlap cahaya di sana. Dari kejauhan, Hasumi juga bisa melihat jembatan Ebisubashi yang selalu dipadati orang-orang untuk bisa berfoto dengan latar papan iklan produk cemilan terkenal. “Waaa! indahnya!” kata Hasumi seraya terus berjalan menelusuri kawasan Dotonburi bersama Yurika. Beberapa meter dari belakang mereka, Arata dan Mori juga sedang berjalan sembari mengambil beberapa foto. “Sudah berapa tahun ya Tanizaki-san tidak ke sini?” tanya Mori. “Em.. mungkin 2 tahun. Tapi tak banyak yang berubah ya.” “Ya begitulah. Tapi te
Hasumi baru saja selesai mengikatkan pita pada rambut pendeknya yang dikuncir sebagian dan membiarkan sebagiannya lagi diurai. Sembari menatap cermin, Hasumi pun tersenyum setelah menghela napas panjang. “Yosh!” katanya mantap. “Ibu, aku berangkat dulu.” ujarnya berpamitan pada foto Reiko yang dipajang di meja belajar. Tak lupa, ia pun menyimpan cincin pertunangannya dengan Arata di dalam kotak yang disimpan dalam laci. Ia lebih suka mengenakan cincin pemberian ibunya. Kemudian, Hasumi menuruni tangga dengan ceria. Hirotaka tampak sedang sibuk menata sarapan di meja makan. “Ohayou, ayah.” kata Hasumi penuh semangat. “Ah, ohayou.” Hirotaka duduk begitu selesai menata makanan. “Kau terlihat senang sekali hari ini.” “Ya begitulah.” Hasumi tersenyum lantas menelungkupkan tangan di depan dada. “Itadakimasu.” katanya sebelum menyantap sarapan dengan nikmat. Hirotaka sempat terdiam heran melihat sikap putrinya, kemudia