Share

Tetangga Menyebalkan

Tadi pagi, Edgar pamit untuk pulang sekaligus berterima kasih pada keluarga Florence karena mengizinkannya menginap tadi malam.

Berkat itu, Edgar mengetahui alasan Anna yang terus menghindarinya, dan tentu saja sekarang dia tidak perlu khawatir dengan sikap Anna ke depannya, sebab dia sudah menyelesaikan masalahnya semalam.

Anna mendengar kebisingan di luar rumah. Karena penasaran, dia melihat apa yang terjadi melalui jendela kamarnya. Ternyata ada penghuni baru yang pindah ke rumah di sebelahnya.

Ketika Anna sibuk mengintip melalui jendela, seorang pria muda keluar dari rumah itu dan memergoki Anna, sontak membuat Anna menutup gordennya rapat-rapat.

Ponselnya berdering. Anna mengambil ponselnya yang dia taruh di atas meja.

Dia melihat nama yang tertera di layar ponselnya yang berdering. Grace. Dengan sentuhan ibu jarinya, Anna menggeser ikon telepon warna hijau untuk menjawab.

“Halo, Anna? Apa kau masih marah?” tanya Grace melalui telepon.

Anna hanya bergeming mendengar suara Grace, sedangkan Grace menghela napas dan meminta maaf pada Anna secara tulus.

“Maaf, Anna. Kejadian di kafe memang salahku. Aku yang mengundang pria-pria itu. Aku berniat menjodohkan mu dengan salah satu dari mereka-“

“Aku mengerti, Grace. Kau hanya tidak ingin melihatku jomblo seumur hidup makanya kau melakukan itu," potong Anna cepat.

“Aku marah padamu bukan karena kau membawa pria-pria itu, tapi karena kau tidak berbicara jujur padaku tentang niatmu, Grace.”

Anna dan Grace sudah berteman sejak SMP. Grace adalah teman sebangkunya saat Anna datang sebagai murid pindahan di sekolahnya. Di saat itulah mereka dekat.

Meskipun Anna baru pindah, Anna sangat populer di sekolah karena wajah cantiknya. Namun, Anna tidak menyadarinya.

Banyak pria yang ingin menyatakan cinta pada Anna, akan tetapi mereka mengurungkan niatnya karena takut akan penolakan. Itulah mengapa Anna belum pernah berpacaran dan masih sendiri.

“Baiklah, lain kali aku akan mengatur kencan buta untukmu. Mmm ... tentu saja dengan izinmu,” ujar Grace mulai bersemangat.

“Terima kasih, Grace. Tapi kurasa itu tidak perlu.”

Anna menghargai niat baik Grace, akan tetapi dia harus menolaknya mengingat dia sudah memiliki Edgar.

“Kenapa? Apa kau sudah punya kekasih?”

Kekasih? Anna sontak membayangkan wajah Edgar dan membuatnya merona malu.

“A-apa? Tidak! Maaf Grace, sepertinya Ibu memanggilku, bye.”

Anna menutup teleponnya sepihak dan dengan sengaja melemparkan tubuhnya ke atas ranjang yang empuk.

Kelopak mata mulai menutupi mata indahnya. Namun, baru beberapa detik Anna memejamkan mata, bel rumahnya berbunyi.

Anna dengan sengaja tidak memedulikannya, lagi pula ada orang tuanya yang pasti akan membukakan pintu.

Namun, seketika dia teringat bahwa orang tuanya sedang pergi ke luar, Anna sontak membuka matanya.

Anna kemudian berpikir lagi, adiknya pasti akan membukakan pintu. Oleh karena itu, Anna tak perlu repot-repot turun dan lebih baik kembali bermalas-malasan.

Saat Anna hendak memejamkan mata kembali, suara bel rumah terus berbunyi tanpa henti hingga membuat Anna kesal dan terpaksa bangun dari ranjang.

Membuka pintu rumah, Anna melihat seorang pria yang membawa sekotak kue di tangannya.

“Maaf jika mengganggu,” ujar pria itu.

'Memang mengganggu. Namun, karena wajah tampannya, aku akan memaafkannya kali ini!' pikir Anna.

“Kebetulan hari ini aku pindah ke rumah sebelah, aku berniat membagikan sedikit makanan untuk para tetangga. Jadi, terimalah.”

Anna menerima sekotak kue itu dan tersenyum. Ya, setidaknya dia harus ramah terhadap tetangga baru.

“Terima kasih,” balas Anna dan dengan segera menutup pintu rumahnya kembali.

Menaruh sekotak kue itu di atas meja, Anna melangkahkan kakinya menuju kamar sang adik.

Pantas saja adiknya tidak mendengar bel rumah yang berbunyi berulang kali, ternyata adiknya sedang memakai headphone sambil menggoyang-goyangkan kepala.

Anna berjalan menghampiri sang adik dan melepas paksa headphone yang adiknya kenakan.

“Hey! Apa yang kau lakukan?!” pekik Andy - adik laki-laki Anna.

“Berhentilah bermalas-malasan! Kau seharusnya belajar dengan giat. Bukankah itu yang seharusnya dilakukan anak kelas tiga SMA?!” Anna marah-marah ketika melihat adiknya sibuk bermain ponsel sambil mendengarkan musik.

Ting tong!

Bel rumahnya berbunyi lagi.

Andy merebut kembali headphone miliknya dan menyuruh Anna pergi. “Berhenti menggangguku dan pergilah bukakan pintu!"

Anna berdecak kesal. Siapa lagi yang membunyikan bel rumahnya?! Anna kembali membuka pintu dan melihat orang yang sama saat memberikan kue sedang tersenyum ke arahnya.

“Boleh aku meminjam penyedot debu? Kau tahu, aku baru pindah hari ini dan karena pindahan kami sangat mendadak jadi-“

“Tunggu sebentar!” Anna memotong ucapan pria itu.

Anna pergi ke tempat penyimpanan peralatan, dan kembali dengan sebuah penyedot debu di tangannya. Anna memberikannya pada pria itu dan segera menutup pintu.

Ting tong!

Baru dua langkah Anna berjalan menjauhi pintu, bel itu berbunyi kembali.

Anna memutar bola matanya dan kembali membuka pintu. Pria itu masih tersenyum. Entah mengapa senyumnya itu membuat Anna ingin menendangnya.

'Sabar, Anna, kau harus tetap tersenyum demi ramah tamah pada tetangga baru,' ucap Anna dalam hati sambil tersenyum paksa.

“Ada.perlu.apa.lagi?” tanya Anna dengan sedikit menekankan kata-kata yang dia ucapkan.

“Aku lupa mengatakan, kalau aku juga ingin meminjam pemotong rumput.”

“Tidak ada!”

Anna hendak menutup pintu, namun pria itu kembali menekan bel dan membuat pintu itu kembali terbuka dengan terpaksa.

Sudah cukup ramah tamahnya! Anna tidak bisa menahan emosinya yang sudah memuncak.

“Aku lupa mengucapkan terima kasih.”

“Tidak perlu!”

BRAK!

Kali ini, Anna benar-benar sudah hilang kesabaran dan meluapkan emosinya dengan membanting pintu yang bahkan tidak bersalah. Anna berjalan sambil menghentakkan kakinya. Tangannya mengepal seolah-olah ingin meninju seseorang. Berulang kali Anna mengutuk pria yang merupakan tetangga barunya itu. Bisa-bisanya pria itu mengganggu hari libur Anna yang seharusnya dia jalani dengan tenang dan damai.

“Benar-benar tetangga yang merepotkan! Jangan sampai aku berurusan dengannya!”

Related chapter

Latest chapter

DMCA.com Protection Status