Seorang gadis baru saja turun dari motor temannya, keningnya mengerut melihat ada beberapa mobil terparkir rapi di pekarangan rumahnya.
" Bau-bau ada yang di datangi tamu nih?" ujar seorang gadis bernama Widia. Gadis itu segera sadar dan menatap Widia. " Gak tau." jawabnya dengan gelengan kepala. " Tapi kan Aisyah.." Gadis yang di panggil Aisyah itu mengangkat sebelah alisnya, bertanda dia penasaran dengan kelanjutan ucapan temannya itu. " Tapi apa!?" sahut Aisyah terdengar sedikit kesal. " Kayaknya bukan keluarga kau deh itu. Coba ingat-ingat, emang keluarga kau ada yang punya mobil." " Bangke kau!" Aisyah menjitak kening Widia sedikit kuat. Walaupun faktanya seperti itu, baik dari keluarga bapaknya atau mamaknya tidak ada yang memiliki mobil. Mungkin mereka belum kepinginan untuk memiliki mobil atau pun karena gak ada uang. " Tapi betul kan aku." ujar Widia membela dirinya sendiri. Mengatakan seperti itu, karena dia tau siapa-siapa saja keluarga Aisyah, walaupun tidak terlalu banyak. Setidaknya dia tau lah sedikit-sedikit, berteman dengan Aisyah bukan setahun, atau dua tahun. Mereka sudah berteman sejak dari kecil hingga sampai sekarang, bahkan keluarga mereka pun begitu dekat dan sangat akrab seperti pertemanan mereka." Tapi betul kan Aisyah?"
Aisyah tidak terlalu peduli siapa saja yang bertamu ke rumahnya, sebab dia selalu mengurung diri di dalam kamar. " Entahlah! aku gak peduli siapa itu!!" " Atau jangan-jangan.." Ucapan Widia membuat Aisyah tambah kesal, secara bersamaan dia juga merasa penasaran. " Jangan sampai aku buang kau ya!!" Aisyah menatap kesal Widia. Widia terkekeh kecil yang begitu semangat membuat Aisyah kesal, dari mereka kecil dia selalu menjahili Aisyah bahkan sampai sekarang, Kalau tidak buat Aisyah kesal, seperti ada yang kurang saja hidupnya. " Ketawa kau!? ngomong gak kau!?" Tawa Widia semakin besar melihat itu Aisyah memukul lengan Widia kuat. " Gila kau! sakit tau!!" " Emang aku peduli!?" tanya Aisyah dengan tatapan datar. " Udah lah aku mau pulang aja. Kdrt mulu kau jadi kawan!" " Bacot! sana kau pulang!!" usir Aisyah yang pura-pura marah. " Kitt heart adek kak." Widia memasang wajah sedih sambil memegang dadanya bertanda hatinya sakit. Aisyah memutar matanya malas melihat ekspresi Widia." Dih, alay!!" Widia tertawa kembali dengan memukul-mukul lengan Aisyah untuk membalas dendamnya, setelah itu dia cepat-cepat menghidupkan motornya dan langsung pergi sebelum mendapatkan amukan Aisyah. " Bangke kau heh! awas kau jumpa aku, habis kau!" ancam Aisyah yang masih mampu terdengar Widia. " Yeyeyeye.. dih, pede kali kau. Emang siapa yang mau jumpa kau hah!?" balas Widia yang sudah menghentikan motornya dan berada satu meter dari Aisyah berdiri. Aisyah berjalan cepat mendekati Widia yang sedang melihatnya, sekarang dia butuh memukul sesuatu. Dan sasarannya sangat cocok pada temannya itu, sebab sudah memukul lengannya duluan. Widia tersenyum mengejek dan bersiap-siap untuk menghidupkan motornya kembali. " Bye-bye. Kawan jomblo aku!" Widia melambaikan tangannya kepada Aisyah saat motornya sudah berjalan. Dia tertawa puas melihat Aisyah masih menahan kesal. " Gak nyadar kau heh!? kau pun jomblo!!" teriak Aisyah sedikit keras. Karena motor Widia sudah agak jauh dari penglihatannya. Aisyah menghela napas kasar dan berjalan kembali ke arah rumahnya, perasaannya seperti merasa tidak tenang saat ini. Entahlah dia pun tidak tau, kenapa perasaannya seperti itu, sebelum masuk dia melirik sebentar ke arah mobil yang dia yakani harganya mahal. " Assalamualaikum." ucap Aisyah saat masuk ke dalam rumah.Seketika keadaan yang tadinya ramai dengan suara-suara orang pada mengobrol pun, langsung terdiam saat Aisyah mengucapkan salam, secara bersamaan mereka semua yang ada di ruang tamu menatap Aisyah yang masih berdiri di depan pintu itu.
" Wa'alaikumsalam." balas mereka secara bersamaan.
Di tatap lekat seperti itu, membuat Aisyah merasa bingung dan juga merasa sedikit tidak nyaman. Matanya mencari-cari keberadaan mamaknya di antara para tamu itu.Seorang pria menolehkan kepalanya melihat seorang gadis yang masih saja berdiri di depan pintu, bibirnya tanpa sadar melengkung ke atas menciptakan sebuah senyuman.
" Heh, udah pulang kau?" seru bu Yati sedikit heboh dengan menghampiri anaknya. Mendengar suara heboh mamaknya, Aisyah meringis malu di tanya seperti itu. Jika saja tamu tidak ada di rumahnya, sudah pasti dia akan menjawabnya tidak kalah heboh." Belum. Masih jalan-jalan aku, ini cuman gabut doang makanya pulang bentar." balas Aisyah saat mamaknya sudah berada di dekatnya.
Mendengar balasan Aisyah barusan, mereka semua pada tertawa kecil melihat interaksi ibu dan anak itu. Jika orang lain pada tertawa, berbanding terbalik dengan pria tampan yang hanya menatap dalam gadis itu sejak dari awal masuk ke dalam rumah.Bu yati langsung memberikan tatapan tajam pada anaknya dan bersiap-siap akan memberikan cubitan, sudah begitu hapal hanya dengan melihat ekspresi mamaknya saja, Aisyah pun segera menghindar sebelum terkena cubitan maut.
" Gak boleh kdrt mak." ucap Aisyah lagi-lagi membuat para tamu tertawa kecil.
" Banyak kali cakap kau! mau jadi patung kau dari tadi di situ!? bukannya langsung salam tamu." ucap bu Yati yang hanya terdengar pada Aisyah saja.
" Loh, tamu?" tanya Aisyah pura-pura terkejut. " Aku kira, pajangan doang." sambungnya dengan santai.Mata bu Yati melotot melihat anaknya dan memberikan hadiah kecil berupa cubitan di perut, mendapatkan itu Aisyah hanya bisa pasrah dan mencoba menahan diri untuk tidak membalas cubitan.
" Aaaaa... mamak.. sakit tau." keluh Aisyah kecil tapi mampu terdengar dengan pria tampan itu.
Bu Yati hanya memutar matanya malas dan menarik lengan Aisyah supaya menyalami para tamu yang ada di rumahnya. Di tarik-tarik saja seperti anak hilang Aisyah hanya bisa pasrah dan mengikuti perintah mamaknya.
' Ini pada ngapain sih!? lagi mau pembagian harta warisan kah?' batin Aisyah yang bertanya-tanya.
Merasa ada tatapan yang begitu berbeda dari tatapan para tamu yang lainnya membuat Aisyah mencari sumber tatapan tersebut, saat sudah menemukan sumber tatapan tersebut tiba-tiba dia menjadi terdiam kaku melihat si pemilik tatapan itu.
' Dia kenapa sih? perasaan aku gak ada hutang deh, tapi kenapa tatapan dia kayak gitu?' batin Aisyah.
" Aisyah." panggil bu Yati dengan menyenggol lengan anaknya.
Keasikan menatap pria tampan itu Aisyah sampai melamun, dan dia segera sadar saat mamaknya menyenggol tangannya. Mengangkat sebelah alisya seolah bertannya kenapa memanggilnya.
" Kenapa mak?" tanya Aisyah dengan suara yang terdengar seperti berbisik.
Sebelumnya Aisyah sudah menyalami semua para tamu itu seperti intruksi dari mamaknya, hanya satu orang saja dia yang tidak menyalami. Orang itu pria tampan si pemilik mata tajam tapi saat menatapnya dengan tatapan dalam dan hangat.
" Benar nama kamu Aisyah?" tanya seorang wanita paruh baya yang terlihat masih awet muda.
Aisyah terdiam sebentar, setelah itu memberikan anggukan pada wanita paruh baya itu. " Iya, benar." Wanita paruh baya itu tersenyum lalu menarik Aisyah ke dalam pelukannya, akhirnya dia bisa punya menantu. Saat mendengar anaknya ingin menikah dia dan suaminya merasa terkejut, tapi sebenarnya mereka begitu bahagia karena anaknya tidak benar seperti rumor yang sedang beredar.Aisyah yang baru ini di peluk dengan orang lain pun, hanya bisa diam dan pasrah saja. Setiap ekspresinya tidak luput dari tatapan pria tampan itu, dia tersenyum saat melihat semua ekspresi Aisyah.
Pelukan pun terlepas, wanita paruh baya itu memberikan senyuman kembali saat menatap Aisyah. " Saya Sarah Yulianda. Mamah mertua kamu, dan kamu menantu mamah." ujar nya memberitahukan tentang dirinya pada Aisyah.
Mata Aisyah membulat kaget dan juga terkejut setelah mendengar ungkapan wanita paruh baya itu, dia menoleh menatap mamaknya seolah meminta penjelasan mengenai ucapan wanita paruh baya itu. Tapi yang dia tatap malah mengalihkan pandangannya seolah tidak ingin menjawab pertanyaan Aisyah.
" Maksudnya apa ya? mertua? menantu?" ***Wanita paruh baya itu dan bu Yati menjelaskan maksud dari ucapan tadi pada Aisyah, seolah sedang mengalami mimpi buruk. Satu kata pun tidak ada yang keluar dari bibir Aisyah seolah seperti enggan untuk berbicara apapun.
" Aisyah sudah mengerti kan sekarang? kau sudah menjadi istri dan menantu mereka." ujar bu Yati dengan menyentuh tangan anaknya.
Entah kenapa Aisyah masih tidak percaya akan kenyataan yang dia terima hari ini, dia sudah menikah? tapi tidak tau kapan pernikahan itu terjadi. Bahkan wajah pria yang menjadi suaminya saja dia tidak tau.
Lantas pernikahan seperti apa yang sedang dia alami?
Menatap mamaknya dengan tatapan tidak percaya akan kenyataan dia sudah menikah, tanpa bisa dia cegah air matanya mulai berjatuhan seolah sedang berlomba-lomba membasahi pipinya.
" Mamak.." Aisyah menggeleng kepalanya seolah tidak ingin kenyataan itu terjadi.
Dari tadi dia hanya diam dan menyaksikan semuanya dengan perasaan campuk aduk, tapi kini entah kenapa hatinya terasa sakit saat melihat Aisyah menangis. Alih-alih melihat senyuman atau pun tertawa, dia malah melihat air mata yang tidak ingin dia lihat." Bisa kita berbicara berdua?" tanya pria itu dengan suara beratnya.
Mereka semua pada terkejut begitu pun dengan Aisyah yang ikut terkejut melihat pria tampan itu sudah berada di dekatnya, apalagi melihat tatapan pria itu sampai membuat jantung Aisyah berdegup begitu kencang.
Karena dia sedang berdiri membuatnya merasa tidak sopan untuk mengajak Aisyah berbicara, dia pun segera menekuk lututnya untuk menyamai tinggi Aisyah. Kemudian dia memberikan senyuman kepada Aisyah yang sedang menatapnya dengan ekspresi lucu." Kita perlu berbicara berdua sayang." ucap pria itu yang terdengar berbisik.
Aisyah sampai memberikan tatapan tajam pada pria itu, walaupun begitu dia tetap memberi anggukan. Mereka pun meminta izin untuk berbicara berdua, sekarang di sini lah mereka berada yaitu di samping rumah. Bukannya berbicara mengenai hal tadi, mereka malah saling diam dan menatap satu sama lain.
Ketampanan yang di miliki pria itu hampir mendekati kata sempurna, bagaimana tidak. Wajah tampan bak seperti pangeran, memiliki hidung mancung, rahang tegas, bibir berwarna pink alami dan sedikit tebal, alis tebal, kulit putih bersih, dan tatapan matanya menyorot tajam.
Hampir saja Aisyah terpesona akan ketampanan yang di miliki pria itu, jika saja dia tidak segera menyadarkan dirinya mengenai tujuan mereka berada di samping rumah ini. Seumur hidupnya baru kali ini melihat pria yang bisa dia katakan begitu tampan dan wangi., bahkan parfumnya dari jarak jauh saja sudah bisa tercium. Saking wanginya pria itu.Pria itu mengulum senyumnya melihat tatapan Aisyah kepadanya, tangannya terangkat dan meletakkan di atas kepala Aisyah.
" Bismillahirrahmanirrahim, Allahumma inni as’aluka min khoirihaa wa khoirimaa jabaltahaa ‘alaih. Wa a’udzubika min syarrihaa wa syarrimaa jabaltaha ‘alaih."Seketika Aisyah terdiam dan bingung secara bersamaan saat pria itu meletakkan tangan di atas kepalanya, semakin membuatnya bingung adalah ketika pria itu membacakan doa. Tapi dia tidak tau doa apa yang di bacakan pria itu untuknya.
Selesai membacakan doa untuk istrinya, pria itu membuka kembali matanya dan tersenyum lebar menatap Aisyah. Karena merasa gemas dengan ekspresi Aisyah, secara spontan tangannya mengusap lembut kepala Aisyah.
" Assalamualaikum zaujati." sapa pria itu masih dengan senyumannya. Seolah sedang terhipnotis dengan ketampanan dan senyumannya pria itu, bibir Aisyahtanpa paksaan kut terangkat ke atas membalas senyuman pria itu. Bahkan pria itu sampai terkekeh kecil melihat reaksi Aisyah yang seolah terpesona akan ketampanannya." Kamu belum jawab salam aku sayang." tegur pria itu dengan sopan.
" W-wa'alaikumsalam." Aisyah sedikit terbata-bata menjawabnya. Pria itu menatapnya begitu dalam saat ini, dia bisa lemah kalau sudah melihat cogan. Aisyah segera menggeleng kepalanya untuk segera sadar, bahkan dia mencubit pipinya yang membuat pria itu khawatir. " Jangan sakiti diri kamu. Aku tidak suka melihat kamu terluka." ujarnya dengan mengambil tangan Aisyah dan menggenggamnya erat. Mata Aisyah membulat kaget mendengar itu. " Sayang?" Pria itu mengangguk. " Gak ada yang salah kan? aku panggil kamu sayang?" " Salah banget lah! gila apa, panggil aku sayang!!" balas Aisyah ketus dengan mencoba menarik tangannya dari genggaman tangan pria itu. Dengan sekali tarikan saja Aisyah berada begitu dekat dengan tubuh pria itu, bahkan dia bisa mencium parfum mahal dari pakaian pria tersebut. ' Bukan waktunya untuk menghalu Aisyah! sekarang fokus bagaimana cara lepas dari pria itu.' batin Aisyah. Tatapan mata tajam itu, mulai hari ini akan memberikan tatapan lembut dan penuh cinta kepada orang yang dia cintai. " Aku kurang suka kamu ngomong seperti itu sayang." " Mengerti tidak sayang?" pria itu menundukkan kepalanya membuat wajah mereka begitu dekat. Jantung Aisyah rasanya seperti mau copot saking kencangnya berdegup, bahkan cara bernafas pun Aisyah seperti tidak ingat lagi. Pria itu mengulum senyumnya dan semakin memajukan wajahnya, kemudian dia mendaratkan bibirnya ke kening Aisyah. Tersadar akan di cium, dan merasa sedang di lecehkan secara refleks tangan Aisyah langsung melayangkan tamparan keras di pipi pria itu. PLAK!! " Gak ada otak!! cium orang sembarangan!!" teriak Aisyah marah dan menatap tajam pria itu. Tampaknya Arkan sedikit terkejut akan teriakan Aisyah dan juga tamparannya, pipinya sakit tapi tidak dia hiraukan selain menatap Aisyah yang ingin pergi dari hadapannya. Tidak ingin Aisyah pergi dari hadapannya, dia langsung memeluk Aisyah dari belakang dengan erat. Tidak memperdulikan Aisyah terus memberontak akan pelukannya, dia hanya ingin memeluk Aisyah dan tidak ingin gadis itu pergi. " Aku suami kamu. Jangan tinggalin aku sayang." bisiknya lirih yang terdengar seperti merengek. Mendengar bisikan seperti itu membuat bulu kuduk Aisyah merinding, melihat ekspresi wajah Aisyah seperti terkejut membuat pria itu melepaskan pelukannya. Akhirnya Aisyah menghirup udara segar dan bisa bernapas lega ketika pelukannya terlepas, memberikan tatapan tajam pada pria yang sedang menatapnya itu. " Aku tidak bohong sayang. Aku memang suami kamu, dan kamu istri aku." ucapnya dengan bersungguh-sungguh. Aisyah berdecak kesal mendengar itu, dan masih memberikan tatapan tajam. " Mabuk kau heh!? ngomong suami-istri, suami-istri. Aku nikah aja belum!!" " Aku tidak mabuk. Dan semua ucapan aku benar adanya, kalau kita suami-istri." " Nama aku Muhammad Arkan Al-Uqshari Abelard. Dan ingat sayang, aku suami kamu." sambungnya yang mendapat tatapan tajam dari Aisyah. Aisyah semakin kesal dan marah mendengar ucapan pria itu yang ngelantur. " Entahlah, pening otak aku!! pokoknya aku belum nikah, titik!!" setelah mengucapkan itu, Aisyah segera meninggalkan pria itu begitu saja. Melihat Aisyah sudah pergi masuk ke dalam rumah, membuat pria itu sedikit merasa sedih dan kecewa, tidak lama dia pun langsung masuk ke dalam rumah. *** " Diam, diam aja nih pengantin baru." goda seorang pria yang bernama Mail. Aisyah memutar matanya malas mendengar ucapan Mail. " Bacot kau!" Setelah kejadian siang tadi, Aisyah dan Arkan masih diam-diam saja. Lebih tepatnya Aisyah, dia selalu menghindar saat Arkan ingin berbicara dan mendekatinya. Mail menggeleng-gelengkan kepalanya. " Ck, ck, istri macam apalah kau nih!? kok bisa sih kau mau sama dia?" Mail menatap Arkan yang berada di samping Aisyah. " Bisa. Karena saya mencintainya." balas balas sambil memandang wajah Aisyah. " Alay kalian!" Aisyah menggeser tubuhnya supaya menjauh dari Arkan, tapi pria itu seperti tidak ingin berjauhan. Setiap Aisyah bergeser pasti dia akan mengikuti. " Diam di situ!" Aisyah menatap tajam Arkan. Arkan langsung mengangguk dan tidak lagi mengikuti Aisyah, melihat kelakuan absúrd pengantin baru di depannya Mail hanya menggeleng kepala. " Eh, mau tau gak?" ucap Mail dengan menaik turunkan alisnya. Arkan dan Aisyah memberikan tatapan bingung dan juga penasaran akan kelanjutan ucapan Mail, melihat reaksi pengantin baru itu, Mail tersenyum tipis. " Kalau Aisyah kan.. suka tidur ngorok." ucap Mail keras yang sengaja supaya Aisyah mendengarnya. Mendengar namanya di bawa-bawa, Aisyah menatap Mail tajam karena tidak terima dirinya di fitnah. " Gelut yok!! " ajak Aisyah sambil mengulung lengan bajunya. Mail tertawa terbahak-bahak melihat Aisyah kesal, sedangkan Arkan hanya tersenyum tipis saat melihat ekspresi Aisyah. " Terus kan.. Aisyah tuh suka.. merajuk." " Heh, bangke kau! mana ada ya!!" seru Aisyah tidak terima sambil mendekati Mail. Arkan hanya menggeleng kepala sambil tersenyum tipis melihat abang-adik yang sedang adu bacot. " Kau tuh yang suka nonton anim--" ucapan Aisyah langsung berhenti saat tangan Mail menutup mulutnya. " Jangan gila, entar kenak repet mamak. " bisik Mail sambil was-was melihat ke arah dapur, takut mamaknya mendengar ucapan Aisyah. Aisyah tersenyum jahil dan mengigit kuat tangan Mail, sampai membuat Mail berteriak kesakitan dan langsung melepaskan membekap mulutnya. " SAKIT KAU!!" " Gimana? enak gak? " tanya Aisyah dengan tersenyum mengejek. " Sini kau!!" Aisyah menggeleng sambil tertawa terbahak-bahak melihat Mail kesal. " Sini kau bocil!!" Mail mendekati Aisyah dan siap akan membalas dendamnya. Aisyah langsung mendekati Arkan yang berharap dapat berlindung dari pria itu, seperti mendapatkan kesempatan. Arkan menarik tubuh Aisyah dan memeluknya dari samping. Aisyah sampai terkejut dan tidak menyangka Arkan akan memeluknya. Dia menatap Arkan yang sedang menatapnya sambil tersenyum manis. " Jangan menyakiti istri saya! pria lawannya pria!!" Arkan menahan tangan Mail yang ingin menyentuh kulit Aisyah. Mail berdecak kesal dan menjauh dari pengantin baru itu, Aisyah bahkan sampai terdiam mendengar ucapan Arkan tadi. " Tidak akan ada yang menyakiti kamu. Karena aku tidak akan membiarkan kamu terluka sedikit pun." ucap Arkan sambil tangannya mengusap lembut rambut Aisyah. " Banyak kali pun nyamuknya!!" sindir Mail sambil melihat Arkan yang sedang memberikannya tatapan tajam. " Ngapain kalian? udah main peluk-peluk nih?" goda bu Yati yang tersenyum melihat kedekatan anaknya dan menantunya. Pak Panik hanya menggeleng kepalanya dan langsung duduk di samping Mail, tidak lama bu Yati ikut duduk di samping pak Lanik. Merasa malu karena di pergok orang tuanya, Aisyah langsung menjauhkan tangan Arkan dari tubuhnya. Melihat mamak, bapak, dan abangnya yang sedang tersenyum menggoda membuat Aisyah tambah malu. " Mana ada mak!" elak Aisyah. " Udah pelukan juga masih gak mau ngaku." sahut Mail. " Kalau mau mesra-mesraan di kamar aja. Kasihan ini jomblo." ujar bu Yati sambil melirik Mail. " Mamak.." Mail merasa ternistakan dengan ucapan mamaknya, walaupun itu faktanya. Aisyah tertawa mendengar ucapan mamaknya, begitu pun dengan bu Yati dan pak Lanik sudah ikut tertawa, melihat Aisyah tertawa bibir Arkan tidak berhenti untuk melengkung ke atas. " Jomblo-jomblo!" sindir Aisyah dengan suara keras sampai Mail menatapnya tajam. " Bacot!"" Bismillahirrahmanirrahim, Ankahtuka wazawwajtuka makhtubataka Siti Aisyah binti Amat Jailani alal mahri 1 wahdat bintihawis wamajmueat min 'adawat alshalat hallaan." " Qalbiltu nikahaha watazwijaha bil mahril madzkur hallaan." Dengan sekali hentakan dan satu tarikan napas pria itu tersenyum dengan bernapas lega setelah selesai mengucapkan kalimat qobul di hadapan semua orang. " Bagaimana para saksi, sah?" tanya sang penghulu. Semua para tamu dan para saksi mengangguk kepala dengan kompak, dan menjawab dengan lantang. " SAH." " Alhamdulillah." Tidak lupa mereka memanjatkan doa kepada Allah SWT atas keberlangsungan pernikahan hari ini yang berjalan dengan lancar. Tempat berlangsung akad berada di mesjid Syuhada pada hari Jum'at tepat di jam 10.00 pagi, hari ini, jam ini, menit ini, dan detik ini, dia begitu bahagia karena sudah menjadi seorang suami. Pada bagian shaf perempuan terdapat seorang gadis tengah melamun dengan air mata yang sudah terjatuh membasahi pipinya tanpa dia
Jangan terlalu berharap dengan ekspektasi, jika tidak ingin sakit pada realitanya. Seperti halnya dengan pengantin baru ini, bukannya mendapatkan senyuman atau pun hanya sekedar mengobrol. Tiba-tiba malah mendapatkan kejutan yang tidak pernah terduga, yaitu sebuah tamparan. Yaps, sebuah tamparan keras mendarat di pipi mulusnya, bahkan sekarang pipinya terasa sakit. Tapi entah kenapa dia tidak bisa marah saat mendapatkan tamparan itu." Sayang pipi saya sakit." ucap Arkan mengadu, sambil berusaha memegang tangan Aisyah. Mengabaikan rengekan pria di sampingnya Aisyah lebih memilih memainkan handphone, cara paling tepat bagi Aisyah adalah mengabaikan keberadaan pria di sampingnya. Arkan yang tidak suka di abaikan pun langsung mengambil handphone Aisyah, dan menyimpannya di saku celananya. Aisyah menghela napas berat dengan menatap Arkan, dia melihat pria itu sedang tersenyum di saat dia lagi kesal." Kembali kan handphone aku." pinta Aisyah dengan berbicara masih baik. Arkan menggel
Pak Lanik, pak Albert, Arkan, Sahyan, dan Mail. Ketika mereka sudah selesai shalat Jum'at berjamaah di mesjid. Langsung saja para pria yang berbeda umur itu pulang ke rumah untuk bertemu istri mereka dan makan siang bersama." Assalamualaikum." ucap mereka bersamaan dengan masuk ke dalam rumah." Wa'alaikumsalam." jawab bu Yati, bu Sarah, dan Lela secara bersamaan. Bu Yati, bu Sarah, dan Lela tersenyum dengan menyambut suami mereka masing-masing." Ya Allah, kenapa bisa pulak permandangan seperti ini, ketika Mail pulang?" gumam Mail yang terdengar oleh Arkan yang berada di sampingnya.Arkan melirik ke arah Mail. " Punya bini bang." ucap Arkan dengan menepuk pundak Mail.Mail menoleh ke arah Arkan. " Gak dulu lah, hadapi adik aku aja susah. Apalagi punya bini, kapan-kapan aja kalau ingat." celutuk Mail dengan masuk ke dalam kamarnya.Kening Arkan berkerut, tidak melihat istrinya berada di ruang tamu. " Mak, Aisyah kemana?" tanya Arkan kepada mamak mertuanya.Semua orang yang berada di
Hotel Jagoci Inn, adalah sebuah penginapan yang banyak di kunjungi oleh para wisatawan atau orang yang sedang melakukan bisnis antar daerah, tempat penginapan itu terkenal karena view hotelnya memanjakan mata bagi pengunjungnya, dan hotel Jagoci Inn juga terletak di tengah-tengah kota Aceh Tamiang. Arkan dan Aisyah mengantarkan bu Sarah dan pak Albert ke tempat penginapan di hotel Jagoci Inn." Alhamdulillah, terimakasih sayang sudah mengantar mamah sama papah sampai ke hotel." bu Sarah memeluk menantunya yang terlihat senang karena ikut mengantar ke hotel." Aisyah terimakasih ya, nak, sudah mau menerima anak mamah. Arkan itu orang nya dingin, cuek, dan gak peka terhadap sekitarnya. Kamu banyak sabar aja menghadapi sifat Arkan yang bisa membuat kamu darah tinggi menghadapi sifat Arkan. Kalau Arkan macam-macam atau sakiti kamu, bilang langsung sama mamah atau papah. Biar mamah marahin dia kalau menyakiti putri cantik dan manis mamah ini." bisik bu Sarah kepada Aisyah yang sudah di angg
Kini Mereka berdua sudah sampai di depan rumah Aisyah. Setelah membeli martabak manis dan cemilan snack di supermarket. Dengan berjalan beriringan Arkan dan Aisyah masuk bersamaan ke dalam rumah." Assalamualaikum." ucap mereka berdua dengan masuk ke dalam rumah." Wa'alaikumsalam." jawab Pak Lanik dan bu Yati bersamaan. Mereka menoleh melihat Arkan dan Aisyah yang sudah pulang dari antar besannya.Arkan dan Aisyah mendekat ke arah pak Lanik dan bu Yati yang sedang duduk di karpet ruang tamu. Sepasang suami istri itu menyalami pak Lanik dan bu Yati secara bergantian. Setelah selesai salim Aisyah langsung pergi ke arah kamarnya dengan membawa kedua kantong plastik untuknya sendiri.Pak Lanik dan bu Yati melihat anaknya yang sudah biasa seperti itu ketika habis dari keluar. Sedangkan Arkan terlihat bingung dengan Aisyah yang sudah pergi duluan ke kamar tanpa mengajaknya." Aisyah tuh.. gak ingat apa sudah punya suami. Malah di tinggalkan suaminya di sini." ucap bu Yati sambil memakan mar
Setelah selesai dengan makan malam bersama, Aisyah, suaminya, dan keluarganya pergi ke kamar mereka masing-masing. Di dalam kamar, Aisyah tidak sendirian melainkan bersama suaminya yang berada di dalam kamar bersamanya. Arkan yang sudah selesai shalat isya berjamaah di mesjid, langsung masuk ke dalam kamar istrinya ketika sudah pulang dari mesjid.Suasana di dalam kamar Aisyah tidak cuman hening saja, tapi juga terasa canggung bagi mereka berdua, bahkan untuk sekedar mengobrol. Arkan yang duduk di kursi meja belajar Aisyah, sedangkan Aisyah duduk di tempat tidurnya dengan memainkan handphone nya.Arkan melihat istrinya yang sibuk dengan memainkan handphone. " Sayang sudah malam, jangan main handphone lagi." ujar Arkan dengan mendekati istrinya.Aisyah yang sedang main handphone, sampai terkejut dengan kehadiran suaminya yang sudah berada di sampingnya. " Mau ngapain?" tanya Aisyah was-was, merasa takut sebab mereka berada di satu kamar.Arkan semakin memajukan wajahnya tepat di depan
Malam ini adalah malam minggu yang sudah Aisyah tunggu-tunggu yaitu rencananya Aisyah mau keluar bersama bestienya di sore harinya. Dari tadi Aisyah sudah sibuk memikirkan bagaimana caranya ia bisa keluar sore nanti tanpa ketahuan keluarga nya terlebih dahulu, sebelum bestienya datang menjemput dirinya." Aisyah ngapain kau bengong di situ, antar nih ke depan sana." " Aku mak." " Bukan! ya, kau lah!" " Mak, suruh mail aja napa." pinta Aisyah dengan senyuman termanis kepada mamaknya." Yang di suruh kau, kenapa aku pulak!" sahut mail yang baru masuk ke dalam dapur.Aisyah dan Bu Yati menoleh ke arah belakang, entah sejak kapan Mail berada di dapur." Males kali kau!" ucap Mail sambil menoyor kepala adiknya." Yaakk!! kalau gak, kau aja yang bawa ituh." ujar Aisyah dengan menahan emosinya." Males!" " Aisyah!" panggil Bu Yati dengan lirikan mata melotot kepada anaknya.Aisyah cepat-cepat membawa nampan yang berisi makanan ke ruang tamu, yang sudah ada bapaknya dan suaminya. Pada kena
Hati Arkan dari tadi merasa resah gelisah, sebab istrinya belum ada tanda-tanda pulang juga ke rumah, padahal sudah jam setengah sebelas malam. Bahkan Arkan sudah banyak menelpon dan chatting kepada istrinya tidak ada satupun di jawab teleponnya, macam mana tidak membuat Arkan gelisah karena istrinya belum pulang.Mail melihat bingung dengan adik iparnya, yang terlihat resah gelisah sekali dari tadi. Sampai capek mail melihat Arkan bolak balik melihat handphone, di tambah dengan wajahnya terlihat sedang gelisah. " Kau kenapa, dari tadi kayak resah gitu?" tanya Mail.Arkan menoleh dan menatap abang iparnya yang sedang menatap ke arahnya. " Bagaimana saya tidak resah, kalau istri saya belum pulang padahal sudah jam segini." Mail menggaguk paham dengan adik iparnya, yang sedang menghawatirkan adiknya. Padahal ia sebagai abang kandungnya sudah biasa melihat adiknya kalau keluar pasti agak lama pulangnya, kalau sudah jam sebelas baru Mail meneror adiknya untuk pulang. " Bentar lagi juga p
Kantor Sampai di kantor Arkan langsung masuk ke dalam ruangan kerjanya. Secangkir kopi bersama tumpukan berkas di atas meja, setia menunggu kedatangannya. Lembar- lembaran kertas belum tersentuh, seolah memanggil- mangilnya untuk meminta segera di kerjakan. Sesekali Arkan menyesap kopinya, tak lupa memperbaiki letak kacamata yang sempat merosot ke bawah. Matanya menatap serius pada layar di depannya, begitu pula dengan tangannya. Bergerak lincah ke sana ke mari di atas papan ketik komputer itu. Hening dan tenang gambaran suasana di dalam ruangan kerja Arkan. Hanya terdengar suara ketikan keyboard komputer saja. Tok! Tok! " Masuk!" titah Arkan, matanya tetap fokus pada layar komputer. Tanpa tau jika seseorang sedang melangkah masuk. Setelah mendapatkan izin dari dalam, seorang wanita dengan membawa berkas di tangan kanannya. Melangkah masuk ke dalam ruangan, seketika tubuh wanita itu menegang di tempat. Tak berselang lama ekspresi wajahnya langsung berubah, senyum tipis ters
" Hm, boleh deh." " Serius sayang?" Aisyah mengangguk sambil tersenyum pada Arkan. " Iyaa. Tapi..." Arkan yang sudah senang mendengar itu, langsung menyahut cepat. " Tapi apa sayang?" tanyanya yang terdengar tidak sabaran. " Tidur di luar!!" Setelah mengatakan itu, Aisyah langsung keluar dari mobil dengan keadaan kesal. Wajah cantiknya berubah jadi jutek dengan sorot mata tajam. Mendengar ucapan Aisyah, Arkan berpikir sesaat. " Sayang. Loh ke mana?" seketika Arkan tersadar jika istrinya sudah keluar dari mobil. Bergegas Arkan keluar dari mobil, dengan langkah lebar dia berusaha mengejar Aisyah. Beberapa tatapan dan pekikan terdengar, satu pun tidak ada di tanggapi olehnya. Di pikirannya hanya satu, istrinya. Apapun menyangkut tentang istrinya akan Arkan lakukan tanpa ada terkecuali. " Sayang tunggu." " Berhenti sebentar, sayang." Mendengar ucapan Arkan, seketika langkah kakinya berhenti. Aisyah menghela napas sebelum berbalik tubuhnya, kini dia bisa melihat suaminya sedang
" Sayang pengen." " Gak ada!" " Sayang please." " No!" " Satu kali saja. Ya, ya boleh ya sayang." " Sayaaaang please." Aisyah menghela napas melihat Arkan, mendengar rengekan suaminya sudah seperti mendengar anak kecil merengek meminta permen pada mamahnya.Salahnya dia juga sih, memakai pakaian tersebut, entah kenapa malam ini Aisyah tiba-tiba kepengen memakai pakaian kurang bahan itu. Apa itu termasuk ngidam juga? Arkan sendiri tidak merasa gentar atau pun putus asa membujuk sang pujaan hati, agar rencananya bisa terlaksanakan dengan lancar dan baik. Dengan perlahan Arkan merapatkan tubuhnya pada Aisyah, tangannya menarik pinggang sang istri supaya lebih dekat lagi dengannya. Lalu kepalanya bersandar di kedua gundukan gunung istrinya, sambil mencari-cari kenyamanan di sana. " Istrikuu, sayangku boleh ya. Janji deh cuman sekali saja. Aku lagi pengen banget sayang." tatapan sayu Arkan mendongak menatap Aisyah, jujur melihat istrinya memakai pakaian seperti itu. Sangat berha
Waktu silih berganti, perasaan baru kemarin mereka merasakan berkumpul bersama dengan penuh canda tawa. Namun, kini harus berpisah kembali seperti sediakala. Minggu sore ini di bandara Soekarno-Hatta, terlihat Arkan dan Aisyah sedang mengantarkan keluarganya. Beberapa wejangan di berikan kepada pasangan suami-istri itu, tak lupa ada aksi nangis menangis terjadi. " Jaga diri kalian baik-baik, terutama untuk Aisyah. Di jaga kesehatannya, makanannya, dan jangan banyak pikiran. Walaupun sedang hamil jangan malas bergerak, bukannya hamil gak boleh gerak dan kerja. Kerja boleh, tapi jangan yang berat-berat. Misalnya angkat rumah gitu. Nah, kalau itu jangan ya dek ya." " Kalau bisa pun kalian pindah di kamar bawah aja, kasian nanti nih anak bontot satu. Udah lagi hamil, naik turun tangga setiap hari, yang ada anaknya brojol duluan sebelum waktunya." Arkan hanya mengangguk mengerti, berbanding terbalik dengan Aisyah. Bibirnya maju beberapa senti seperti bebek yang hendak nyosor saja. Mel
" Ok, fine! aku tau, aku salah. Tapi jangan seperti ini sayang, jangan diamin aku terus. Rasanya sakit. Sakit banget sayang." Arkan tidak berbohong jika diamnya Aisyah bisa se effect itu baginya, sebentar saja tidak mendengar suara istrinya. Mendadak dia kecarian dan merasa sepi seperti kehidupannya dulu. Ini salahnya, andai dia lebih bisa mengatur emosi dan cemburu. Pasti hal seperti ini tidak akan pernah terjadi.Tapi nasi sudah menjadi bubur, berandai-andai apapun itu jika sudah terjadi maka tak akan bisa di ubah kembali. Aisyah menoleh, menatap Arkan dengan pandangan sulit di artikan. Helaan napas sedari tadi terus terdengar. Punya suami pencemburu patut di syukuri, sebab suami pencemburu pasti paham akan ilmunya. Dan, Aisyah mensyukuri mempunyai suami pencemburu, tapi kadang-kadang dia merasa sedikit kesal. Seperti halnya hari ini! Kepala Arkan mendongak menatap manik mata Aisyah, bibirnya tersungging senyum. Dadanya berdebar kencang seolah dia baru saja lari marathon. " M
Di sini lah mereka berada, di sebuah taman yang indah dengan suasana sejuk dari pohonnya langsung. Terlihat Aisyah tampak begitu menikmati pemandangan taman tersebut, segala kepenatannya seketika hilang saat semilir angin menerpa wajahnya.Tanpa Aisyah sadari jika ada sepasang mata sedari tadi menatap ke arahnya, dengan langkah ringan seseorang tersebut berjalan mendekati Aisyah yang masih belum sadar akan kedatangannya.Semakin dekat seseorang tersebut semakin membuat jantungnya berdebar kencang, seketika dia refleks memegang dadanya.Huuftt.. helaan napas seseorang tersebut, terdengar sekali sedang gugup.Dia sudah sampai dan sekarang sedang berdiri tepat di depan perempuan itu. " Hai." sapa nya dengan menahan gugup.Sontak Aisyah terkejut mendengar suara seseorang yang begitu dekat dengannya, refleks dia memundurkan tubuhnya menjauh dari pria itu.Ya, seorang pria. Bahkan Aisyah tidak tau kapan pria itu datang dan tiba-tiba sudah berada di depannya, perasaannya mulai merasa gelisah
Selesai memencet bell penthouse Nurul memainkan handphonenya sembari menunggu pemiliknya membuka pintu, terlalu asik memainkan handphone dia sampai tak sadar jika pintu sudah terbuka sama pemiliknya. " EKHEM!!" suara deheman itu sontak membuat Nurul kaget sampai handphone yang berada di tangannya melayang, dan berakhir jatuh di lantai. Nurul segera mengambil handphonenya yang mati dengan keadaan layar separuh retak, sungguh sangat menyakiti hatinya. Padahal baru saja dia menganti anti gores. Melihat seorang pria yang dia kenali membuat Nurul sedikit terkejut, tak lama dia menormalkan kembali ekspresinya. " Ada perlu apa?" tanya Mail tanpa merasa bersalah pada teman adiknya itu. Sejenak Nurul menghela napas, supaya berbicara tak pakai emosi pada pelaku yang mengejutkannya tadi. " Aisyah. Mana?" Mail tak menjawab tapi membukakan pintunya lebih lebar lagi agar teman adiknya itu bisa masuk, setelah teman adiknya itu masuk. Langsung saja Mail menutup kembali pintunya, lalu pergi meni
" Huekk.." Aisyah tertunduk lemas dengan tangannya menopang pada meja wastafel, akhir-akhir ini dia sering merasa mual dan hanya memuntahkan cairan bening saja. Setelah mencuci wajah dan tangannya, Aisyah mendongakkan kepalanya menatap ke arah kaca yang ada di depannya. Terlihat wajahnya pucat, bibir pecah-pecah, rambut acak-acakan, pakaian kusut, sungguh penampilannya sudah seperti orang yang tak terurus. Membuat Aisyah sedikit terkejut setelah sadar jika penampilannya, memang sekacau itu. Ceklek! Arkan masuk ke dalam kamar setelah itu menutup pintunya kembali, pandangannya mengedar ke seluruh ruangan kamar, keningnya mengernyit bingung dengan perasaan khawatir yang tak menemukan keberadaan Aisyah di dalam kamar. " Huekk.." Tiba-tiba dia mendengar suara yang berasal dari kamar mandi. Tanpa membuang waktu, segera Arkan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. " Huekk.." lagi-lagi Aisyah memuntahkan isi perutnya yang hanya keluar cairan bening itu, tiba-tiba tubuhnya kurang kese
Pagi yang cerah sama seperti secerah wajah Arkan saat ini, suami Aisyah itu tengah berjalan menuju ke arah kamar. Sambil tangannya membawa nampan berisi buah-buahan dan susu hamil. Setengah jam lalu mereka tiba di kediaman penthouse, mereka di sambut dengan raut wajah bahagia dan juga pelukan. Baik dari pihak keluarga istrinya maupun juga dari pihak keluarganya. Kedua keluarga itu, begitu kompak menyambut kepulangan anak dan menantu mereka. Dan tak lupa memberikan kata selamat pada pasangan suami-istri yang sebentar lagi akan menjadi orang tua itu.Ceklek! " Taruh dulu handphone nya sayang." perintah Arkan. Setelah menutup pintu dan menguncinya, dengan langkah ringan Arkan berjalan menuju ke arah Aisyah, yang sedang duduk di atas tempat tidur itu.Tanpa bantahan Aisyah mengangguk dan menaruh handphone nya di samping dia duduk, matanya melirik kecil ke arah nampan yang berada di tangan Arkan. Dia mengira suaminya itu membawa makanan yang pedas dan gurih, oh ternyata oh ternyata buah