Hati Arkan dari tadi merasa resah gelisah, sebab istrinya belum ada tanda-tanda pulang juga ke rumah, padahal sudah jam setengah sebelas malam. Bahkan Arkan sudah banyak menelpon dan chatting kepada istrinya tidak ada satupun di jawab teleponnya, macam mana tidak membuat Arkan gelisah karena istrinya belum pulang.Mail melihat bingung dengan adik iparnya, yang terlihat resah gelisah sekali dari tadi. Sampai capek mail melihat Arkan bolak balik melihat handphone, di tambah dengan wajahnya terlihat sedang gelisah. " Kau kenapa, dari tadi kayak resah gitu?" tanya Mail.Arkan menoleh dan menatap abang iparnya yang sedang menatap ke arahnya. " Bagaimana saya tidak resah, kalau istri saya belum pulang padahal sudah jam segini." Mail menggaguk paham dengan adik iparnya, yang sedang menghawatirkan adiknya. Padahal ia sebagai abang kandungnya sudah biasa melihat adiknya kalau keluar pasti agak lama pulangnya, kalau sudah jam sebelas baru Mail meneror adiknya untuk pulang. " Bentar lagi juga p
Zafira merasa ada sesuatu yang sedang di sembunyikan Aisyah, tengah malam ia tidak sengaja' melihat Aisyah dengan seseorang, lalu tadi pagi ia yang ingin kirim foto dari handphone Aisyah ke handphonenya tiba-tiba ada notif w******p yang membuat ia shock. " Aisyah jawab jujur, kau ada sembunyikan sesuatu dari kami berdua kan." " Maksudnya?" Reva nggak paham dengan pembahasan kedua sahabatnya." Maksud kau apa zaf?" tanya Aisyah bingung, dengan perkataan Zafira seperti itu kepadanya." Kau ada hubungan apa dengan teman abang kau itu." todong Zafira dengan menatap ke Aisyah." Aku masih nggak paham zaf?" elak Aisyah dengan pertanyaan dari Zafira." Ini ada apa sih, sebenarnya." Reva bertanya-tanya kepada Zafira dan Aisyah.Zafira menoleh ke arah Reva, lalu beralih menoleh ke arah Aisyah. " Reva teman kau nih ada sembunyikan sesuatu yang kita nggak tahu, dan tengah malam tadi aku yang nggak sengaja mau ke dapur melihat Aisyah dengan teman abangnya bukan hanya sekedar sapa biasa." Aisyah
Suasana pagi ini akan menjadi momen bagi Aisyah, akan meninggalkan kampung halamannya. Dan akan pergi menuju tempat tinggal suaminya, yaitu di Jakarta." Aisyah jadi lah istri yang patuh apa kata suami, mamak tahu kalian belum saling mencintai. Tapi nak, jika kalian sering berinteraksi dan tinggal satu rumah insyaallah cinta itu akan tumbuh dengan seiring berjalannya waktu. Ingat Aisyah, kau sudah menjadi seorang istri belajar lah menjadi istrinya yang baik. Aisyah menjadi seorang istri itu tidak mudah seperti yang kita lihat di luar sana, istri itu bagaikan rumah. Jika rumah itu nyaman, penuh dengan cinta dan kasih sayang maka suami pun akan menjadi betah untuk berada di dalam rumah. Tapi jika rumah itu sebaliknya, tidak ada rasa kenyamanan, cinta maupun kasih sayang, maka suami pun bisa mencari rumah lain yang bisa membuat dia nyaman dan mendapatkan cinta maupun kasih sayang. Aisyah jadi lah perempuan yang mandiri, walaupun kita sudah menikah tidak masalah kalau kita jadi perempuan m
" Alhamdulillah sudah sampai, sayang pelan-pelan saja turunnya." ujar Arkan dengan membantu Aisyah keluar dari mobil.Kini mereka sudah sampai di Ritz-Carlton penthouse, yang terletak di Jakarta Selatan. Ritz-Carlton penthouse sendiri tempat tinggal Arkan selama ini, dan kini ia akan membawa istrinya untuk tinggal bersamanya di penthouse miliknya.Aisyah menatap takjub dengan melihat sebuah tempat tinggal yang sangat mewah dari luar saja sudah terlihat, ia tidak bisa membayangkan kemewahan apa yang ada di dalamnya." Sayang ayok masuk." ajak Arkan, dengan menggandeng tangan Aisyah.Aisyah tersadar, lalu menoleh ke arah Arkan merasa malu karena ketahuan. " Itu kopernya gak di bawa?" tanya Aisyah bingung." Ada Reza, kita masuk aja ya." Aisyah melirik ke arah Reza, yang sedang mengeluarkan koper-koper miliknya dan Arkan dari bagasi mobil. " Memang si Arkan, mentang-mentang sudah punya bini. Gue pun di tinggal, mana di suruh bawa koper mereka lagi." gerutu Reza dengan membawa masuk kope
" Aaaaaa...." teriak Aisyah dengan mendorong dada bidang Arkan.Arkan yang mendengar suara teriakan, menjadi terbangun lalu melihat istrinya di dalam pelukannya. " Kenapa sayang?" tanya Arkan dengan suara berat dan serak, yang semakin mempererat pelukannya." Lepas!!!" cicit Aisyah dengan memukul dada bidang Arkan." Kenapa hm?" tanya Arkan dengan merapikan rambut Aisyah yang menutupi wajahnya." Lepas gak!!" Arkan menggeleng, semakin memeluk Aisyah dengan erat." ARKAN LEPAS!! SESAK NAPAS AKU LOH!!" " Maaf sayang." Arkan melonggarkan pelukannya." Kemana pembatasannya? kok hilang?" tanya Aisyah kepada Arkan.Arkan menggeleng pura-pura tidak tahu, padahal sebelum tidur tadi malam Arkan sendiri yang pindahkan semua pembatasan yang di buat Aisyah tadi malam, supaya Arkan bisa memeluk istrinya dengan leluasa." Kamu kan pelakunya?" todong Aisyah dengan menunjuk Arkan." Kamu nuduh aku?" tanya Arkan dengan pura-pura terkejut." Mana tahu." " Nanti kamu yang mau peluk aku, tapi nuduh ke
" Sayang mau keluar gak, jalan-jalan gitu?" saran Arkan mencoba mengajak Aisyah untuk menghilangkan rasa sedih. " Gak mau, mata aku sembab gini mana ngajak jalan-jalan lagi." gerutu Aisyah dengan menatap kesal Arkan." Tapi mata kamu makin sipit, bukan sembab matanya sayang." " Ya sama aja, tetap aja malu keluar." kekeh Aisyah yang tidak ingin keluar rumah." Tolong lepaskan tangannya di pinggang aku." pinta Aisyah dengan nada sabar, sedangkan Arkan menggeleng tetap tangganya erat memeluk pinggang Aisyah." Issh, lepas Arkan!" Aisyah mendengus melihat Arkan yang suka sekali menempel kepada dirinya." Sayang bisa gak kamu jangan panggil aku nama?" pinta Arkan dengan menatap Aisyah serius.Dua alis Aisyah naik bingung." Kalau kemarin kamu panggil aku nama, aku maklumi. Tapi sekarang jangan panggil nama lagi ya." pinta Arkan." Kenapa?"" Sayang aku suami kamu, aku lebih tua tujuh tahun dari kamu. Apalagi kalau di dengar orang lain kamu panggil aku nama, tidak enak aja di dengarnya.""
Reza yang sudah berada di dalam kantor yang dari tadi sudah mengerutu Arkan yang sebagai bos nya tidak jadi datang untuk meeting hari ini. Yaitu di perusahaan Abelard Group, sudah lebih dari lima tahun Reza bekerja sama dengan Arkan yang sebagai bosnya dan sahabatnya. Banyak orang bilang Reza enak bisa bekerja di perusahaan besar seperti di Abelard Group, tapi mereka tidak tahu aja setiap hari Reza sudah kebal dengan sifat bos-nya dan tugas setiap hari selalu menumpuk seperti cucian kotor kata Reza." Si Arkan nih tumben tunda meeting. Biasanya boro-boro tunda meeting, telat dikit aja udah julid nya minta ampun." gerutu Reza sambil memeriksa beberapa berkas dokumen yang seharusnya Arkan yang periksa." Mentang-mentang sudah punya bini, meeting yang biasanya gak pernah di tunda. Sekarang malah tunda meeting katanya lagi ada urusan penting bersama istrinya." Tok... tok..." Masuk. " " Permisi pak, saya ingin menyampaikan bahwa ruangan meeting sudah siap." kata seorang staff yang tugasn
Setelah makan siang Arkan dan Aisyah langsung masuk ke dalam kamar mereka yang terletak di lantai dua. Arkan yang sudah berganti pakaian dengan pakaian santai, sedangkan Aisyah tengah sibuk memainkan game di handphonenya tanpa repot mikirin suaminya yang sudah pulang ke rumah." Sayang sejak kapan kamu pakai kaos sama celana pendek?" tanya Arkan yang sedikit terkejut melihat istrinya memakai kaos dan celana pendek.Aisyah yang sedang memainkan game di handphonenya, spontan melihat pakaian yang ia pakai. Menurutnya apa yang salah dengan pakaian yang ia kenakan tidak ada yang salah. Terus kenapa suaminya kayak sangat terkejut gitu dengan respon ia pakai baju kaos dan celana pendek." Dari tadi lah, tuh lah mata entah di pakai ke mana aja!" jawab Aisyah dengan nada sewot, tangannya masih asik memainkan game di handphonenya.Arkan mengangguk saja, lalu mendekati Aisyah yang sedang duduk di sofa yang berada di dalam kamar mereka. Arkan merebahkan tubuhnya di paha Aisyah yang lagi sibuk mema
Kantor Sampai di kantor Arkan langsung masuk ke dalam ruangan kerjanya. Secangkir kopi bersama tumpukan berkas di atas meja, setia menunggu kedatangannya. Lembar- lembaran kertas belum tersentuh, seolah memanggil- mangilnya untuk meminta segera di kerjakan. Sesekali Arkan menyesap kopinya, tak lupa memperbaiki letak kacamata yang sempat merosot ke bawah. Matanya menatap serius pada layar di depannya, begitu pula dengan tangannya. Bergerak lincah ke sana ke mari di atas papan ketik komputer itu. Hening dan tenang gambaran suasana di dalam ruangan kerja Arkan. Hanya terdengar suara ketikan keyboard komputer saja. Tok! Tok! " Masuk!" titah Arkan, matanya tetap fokus pada layar komputer. Tanpa tau jika seseorang sedang melangkah masuk. Setelah mendapatkan izin dari dalam, seorang wanita dengan membawa berkas di tangan kanannya. Melangkah masuk ke dalam ruangan, seketika tubuh wanita itu menegang di tempat. Tak berselang lama ekspresi wajahnya langsung berubah, senyum tipis ters
" Hm, boleh deh." " Serius sayang?" Aisyah mengangguk sambil tersenyum pada Arkan. " Iyaa. Tapi..." Arkan yang sudah senang mendengar itu, langsung menyahut cepat. " Tapi apa sayang?" tanyanya yang terdengar tidak sabaran. " Tidur di luar!!" Setelah mengatakan itu, Aisyah langsung keluar dari mobil dengan keadaan kesal. Wajah cantiknya berubah jadi jutek dengan sorot mata tajam. Mendengar ucapan Aisyah, Arkan berpikir sesaat. " Sayang. Loh ke mana?" seketika Arkan tersadar jika istrinya sudah keluar dari mobil. Bergegas Arkan keluar dari mobil, dengan langkah lebar dia berusaha mengejar Aisyah. Beberapa tatapan dan pekikan terdengar, satu pun tidak ada di tanggapi olehnya. Di pikirannya hanya satu, istrinya. Apapun menyangkut tentang istrinya akan Arkan lakukan tanpa ada terkecuali. " Sayang tunggu." " Berhenti sebentar, sayang." Mendengar ucapan Arkan, seketika langkah kakinya berhenti. Aisyah menghela napas sebelum berbalik tubuhnya, kini dia bisa melihat suaminya sedang
" Sayang pengen." " Gak ada!" " Sayang please." " No!" " Satu kali saja. Ya, ya boleh ya sayang." " Sayaaaang please." Aisyah menghela napas melihat Arkan, mendengar rengekan suaminya sudah seperti mendengar anak kecil merengek meminta permen pada mamahnya.Salahnya dia juga sih, memakai pakaian tersebut, entah kenapa malam ini Aisyah tiba-tiba kepengen memakai pakaian kurang bahan itu. Apa itu termasuk ngidam juga? Arkan sendiri tidak merasa gentar atau pun putus asa membujuk sang pujaan hati, agar rencananya bisa terlaksanakan dengan lancar dan baik. Dengan perlahan Arkan merapatkan tubuhnya pada Aisyah, tangannya menarik pinggang sang istri supaya lebih dekat lagi dengannya. Lalu kepalanya bersandar di kedua gundukan gunung istrinya, sambil mencari-cari kenyamanan di sana. " Istrikuu, sayangku boleh ya. Janji deh cuman sekali saja. Aku lagi pengen banget sayang." tatapan sayu Arkan mendongak menatap Aisyah, jujur melihat istrinya memakai pakaian seperti itu. Sangat berha
Waktu silih berganti, perasaan baru kemarin mereka merasakan berkumpul bersama dengan penuh canda tawa. Namun, kini harus berpisah kembali seperti sediakala. Minggu sore ini di bandara Soekarno-Hatta, terlihat Arkan dan Aisyah sedang mengantarkan keluarganya. Beberapa wejangan di berikan kepada pasangan suami-istri itu, tak lupa ada aksi nangis menangis terjadi. " Jaga diri kalian baik-baik, terutama untuk Aisyah. Di jaga kesehatannya, makanannya, dan jangan banyak pikiran. Walaupun sedang hamil jangan malas bergerak, bukannya hamil gak boleh gerak dan kerja. Kerja boleh, tapi jangan yang berat-berat. Misalnya angkat rumah gitu. Nah, kalau itu jangan ya dek ya." " Kalau bisa pun kalian pindah di kamar bawah aja, kasian nanti nih anak bontot satu. Udah lagi hamil, naik turun tangga setiap hari, yang ada anaknya brojol duluan sebelum waktunya." Arkan hanya mengangguk mengerti, berbanding terbalik dengan Aisyah. Bibirnya maju beberapa senti seperti bebek yang hendak nyosor saja. Mel
" Ok, fine! aku tau, aku salah. Tapi jangan seperti ini sayang, jangan diamin aku terus. Rasanya sakit. Sakit banget sayang." Arkan tidak berbohong jika diamnya Aisyah bisa se effect itu baginya, sebentar saja tidak mendengar suara istrinya. Mendadak dia kecarian dan merasa sepi seperti kehidupannya dulu. Ini salahnya, andai dia lebih bisa mengatur emosi dan cemburu. Pasti hal seperti ini tidak akan pernah terjadi.Tapi nasi sudah menjadi bubur, berandai-andai apapun itu jika sudah terjadi maka tak akan bisa di ubah kembali. Aisyah menoleh, menatap Arkan dengan pandangan sulit di artikan. Helaan napas sedari tadi terus terdengar. Punya suami pencemburu patut di syukuri, sebab suami pencemburu pasti paham akan ilmunya. Dan, Aisyah mensyukuri mempunyai suami pencemburu, tapi kadang-kadang dia merasa sedikit kesal. Seperti halnya hari ini! Kepala Arkan mendongak menatap manik mata Aisyah, bibirnya tersungging senyum. Dadanya berdebar kencang seolah dia baru saja lari marathon. " M
Di sini lah mereka berada, di sebuah taman yang indah dengan suasana sejuk dari pohonnya langsung. Terlihat Aisyah tampak begitu menikmati pemandangan taman tersebut, segala kepenatannya seketika hilang saat semilir angin menerpa wajahnya.Tanpa Aisyah sadari jika ada sepasang mata sedari tadi menatap ke arahnya, dengan langkah ringan seseorang tersebut berjalan mendekati Aisyah yang masih belum sadar akan kedatangannya.Semakin dekat seseorang tersebut semakin membuat jantungnya berdebar kencang, seketika dia refleks memegang dadanya.Huuftt.. helaan napas seseorang tersebut, terdengar sekali sedang gugup.Dia sudah sampai dan sekarang sedang berdiri tepat di depan perempuan itu. " Hai." sapa nya dengan menahan gugup.Sontak Aisyah terkejut mendengar suara seseorang yang begitu dekat dengannya, refleks dia memundurkan tubuhnya menjauh dari pria itu.Ya, seorang pria. Bahkan Aisyah tidak tau kapan pria itu datang dan tiba-tiba sudah berada di depannya, perasaannya mulai merasa gelisah
Selesai memencet bell penthouse Nurul memainkan handphonenya sembari menunggu pemiliknya membuka pintu, terlalu asik memainkan handphone dia sampai tak sadar jika pintu sudah terbuka sama pemiliknya. " EKHEM!!" suara deheman itu sontak membuat Nurul kaget sampai handphone yang berada di tangannya melayang, dan berakhir jatuh di lantai. Nurul segera mengambil handphonenya yang mati dengan keadaan layar separuh retak, sungguh sangat menyakiti hatinya. Padahal baru saja dia menganti anti gores. Melihat seorang pria yang dia kenali membuat Nurul sedikit terkejut, tak lama dia menormalkan kembali ekspresinya. " Ada perlu apa?" tanya Mail tanpa merasa bersalah pada teman adiknya itu. Sejenak Nurul menghela napas, supaya berbicara tak pakai emosi pada pelaku yang mengejutkannya tadi. " Aisyah. Mana?" Mail tak menjawab tapi membukakan pintunya lebih lebar lagi agar teman adiknya itu bisa masuk, setelah teman adiknya itu masuk. Langsung saja Mail menutup kembali pintunya, lalu pergi meni
" Huekk.." Aisyah tertunduk lemas dengan tangannya menopang pada meja wastafel, akhir-akhir ini dia sering merasa mual dan hanya memuntahkan cairan bening saja. Setelah mencuci wajah dan tangannya, Aisyah mendongakkan kepalanya menatap ke arah kaca yang ada di depannya. Terlihat wajahnya pucat, bibir pecah-pecah, rambut acak-acakan, pakaian kusut, sungguh penampilannya sudah seperti orang yang tak terurus. Membuat Aisyah sedikit terkejut setelah sadar jika penampilannya, memang sekacau itu. Ceklek! Arkan masuk ke dalam kamar setelah itu menutup pintunya kembali, pandangannya mengedar ke seluruh ruangan kamar, keningnya mengernyit bingung dengan perasaan khawatir yang tak menemukan keberadaan Aisyah di dalam kamar. " Huekk.." Tiba-tiba dia mendengar suara yang berasal dari kamar mandi. Tanpa membuang waktu, segera Arkan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. " Huekk.." lagi-lagi Aisyah memuntahkan isi perutnya yang hanya keluar cairan bening itu, tiba-tiba tubuhnya kurang kese
Pagi yang cerah sama seperti secerah wajah Arkan saat ini, suami Aisyah itu tengah berjalan menuju ke arah kamar. Sambil tangannya membawa nampan berisi buah-buahan dan susu hamil. Setengah jam lalu mereka tiba di kediaman penthouse, mereka di sambut dengan raut wajah bahagia dan juga pelukan. Baik dari pihak keluarga istrinya maupun juga dari pihak keluarganya. Kedua keluarga itu, begitu kompak menyambut kepulangan anak dan menantu mereka. Dan tak lupa memberikan kata selamat pada pasangan suami-istri yang sebentar lagi akan menjadi orang tua itu.Ceklek! " Taruh dulu handphone nya sayang." perintah Arkan. Setelah menutup pintu dan menguncinya, dengan langkah ringan Arkan berjalan menuju ke arah Aisyah, yang sedang duduk di atas tempat tidur itu.Tanpa bantahan Aisyah mengangguk dan menaruh handphone nya di samping dia duduk, matanya melirik kecil ke arah nampan yang berada di tangan Arkan. Dia mengira suaminya itu membawa makanan yang pedas dan gurih, oh ternyata oh ternyata buah