Jangan terlalu berharap dengan ekspektasi, jika tidak ingin sakit pada realitanya. Seperti halnya dengan pengantin baru ini, bukannya mendapatkan senyuman atau pun hanya sekedar mengobrol.
Tiba-tiba malah mendapatkan kejutan yang tidak pernah terduga, yaitu sebuah tamparan. Yaps, sebuah tamparan keras mendarat di pipi mulusnya, bahkan sekarang pipinya terasa sakit.Tapi entah kenapa dia tidak bisa marah saat mendapatkan tamparan itu." Sayang pipi saya sakit." ucap Arkan mengadu, sambil berusaha memegang tangan Aisyah.Mengabaikan rengekan pria di sampingnya Aisyah lebih memilih memainkan handphone, cara paling tepat bagi Aisyah adalah mengabaikan keberadaan pria di sampingnya.Arkan yang tidak suka di abaikan pun langsung mengambil handphone Aisyah, dan menyimpannya di saku celananya.Aisyah menghela napas berat dengan menatap Arkan, dia melihat pria itu sedang tersenyum di saat dia lagi kesal." Kembali kan handphone aku." pinta Aisyah dengan berbicara masih baik.Arkan menggeleng. " Kalau saya balikan handphone kamu, nanti kamu mengabaikan saya lagi."Aisyah memutar matanya malas mendengar ucapan Arkan." Selagi aku masih berbaik hati mau bicara sama kau, tolong balikan handphone aku."" Coba bicaranya lebih baik lagi sayang. Saya kurang suka kamu berbicara seperti itu." tegur Arkan.Dada Aisyah naik turun mengatur emosi, dia tidak suka orang yang tidak punya hubungan apa-apa dengannya. Mengatur kehidupannya apalagi tentang kesehariannya." Emang kau siapa ngatur-ngatur aku!? gak usah sok ngatur orang! balikan handphone aku!" Aisyah menatap marah Arkan.Arkan tidak memasukkan hati cara bicara Aisyah, dia memberikan senyuman dengan mengusap kepala Aisyah. Walaupun gadis itu langsung menghindar sebelum tangannya mengusap kepalanya." Saya Muhammad Arkan Al- Uqshari Abelard. Dan saya suami kamu, Siti Aisyah." jawab Arkan dengan menatap mata hitam kecoklatan Aisyah.Mendengar kata suami yang keluar dari bibir pria di sampingnya, Aisyah langsung menatap mata hazel milik pria itu." Suami?" Aisyah terkekeh kecil mendengar ucapan Arkan.Melihat Aisyah tertawa bukan karena lucu, tapi lebih menganggap ucapan semuanya seperti bualan. Padahal dia berbicara jujur dan tidak ada kebohongan sedikit pun." Saya tidak bohong sayang." ucap Arkan dengan bersungguh-sungguh.Aisyah langsung menghentikan tawanya dengan menampilkan ekspresi datar menatap Arkan, melihat tatapan pria itu yang seperti meyakinkan ucapannya Aisyah menjadi terdiam sejenak." Sejak kapan?" tanya Aisyah seperti orang amnesia akan lupa dengan kejadian di mesjid tadi." Sejak hari ini, saya dan kamu sudah menjadi pasangan suami-istri." dengan sabar Arkan menjawab pertanyaan Aisyah." Kau bohong kan?"Arkan tersenyum dan menggeleng pelan. " Tidak ada manfaat bagi saya untuk berbohong. Apalagi berbohong sama kamu."Arkan memajukan tubuhnya membuat Aisyah refleks dan langsung memundurkan tubuhnya, Arkan meletakkan tangannya di atas kepala Aisyah." Bismillahirrahmanirrahim, Allahumma inni as’aluka min khoirihaa wa khoirimaa jabaltahaa ‘alaih. Wa a’udzubika min syarrihaa wa syarrimaa jabaltaha ‘alaih." Arkan membacakan doa untuk Aisyah yang seharusnya di bacakan setelah akad mereka tadi.Aisyah hanya diam dan menatap Arkan dengan ekspresi bingung, dia tidak tau doa apa yang di bacakan. Sampai Arkan harus meletakkan tangan dan menutup mata." Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu kebaikan dirinya dan kebaikan yang Engkau tentukan atas dirinya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari kejelekannya dan kejelekan yang Engkau tetapkan atas dirinya." batin Arkan.Arkan membuka matanya dan tersenyum pada Aisyah. " Assalamualaikum ya zaujati." dia meraih tangan Aisyah dan menciumnya lembut.🍄🍄🍄Aisyah langsung menarik tangannya dari genggaman Arkan, sekuat apapun tenaganya untuk melepaskan genggaman itu.Tidak akan berhasil, kalau Arkan sendiri tidak mau melepaskan genggamannya." Lepaskan!"Arkan menggeleng dan semakin menggenggam erat tangan Aisyah." Tolong ya, lepaskan tangan aku!!" pinta Aisyah yang sudah frustasi tangannya belum di lepaskan." Apa sayang? coba bicaranya lebih keras lagi, saya tidak mendengar suara kamu."" Kau sengaja kan!?"Arkan mengangguk lalu menggeleng kepalanya sampai membuat Aisyah emosi." Lepaskan!!" Aisyah menarik kuat tangannya tapi tidak terlepas juga genggamannya.Dengan lembut Arkan mengusap tangan Aisyah yang berada di genggaman tangannya." Jangan di tarik tangannya sayang. Nanti tangan kamu sakit."Arkan definisi memancing harimau yang sedang tidur, seperti halnya dengan Aisyah. Dari tadi mati-matian menahan emosi, kini sudah tidak bisa lagi untuk menahan emosinya.Dia menarik tangan Arkan dan langsung menggigitnya, Arkan sedikit terkejut tapi tidak berselang lama langsung tersenyum.Tidak melepaskan genggamannya Arkan mengigit dalam bibirnya untuk menahan rasa sakit pada tangannya, dia tidak marah saat Aisyah mengigit tangannya." Sudah sayang?" tanya Arkan dengan tersenyum pada Aisyah.Aisyah mengabaikan pertanyaan Arkan dengan mengalihkan pandangannya ke arah lain, berinsiatif Arkan meletakkan kepalanya di pundak Aisyah.Merasakan berat pada pundaknya Aisyah langsung menoleh. " Jauhkan kepala kau dari pundak aku!"Arkan menggeleng dengan segera melepaskan genggaman tangan, dan langsung memeluk Aisyah dari samping." Aku ngantuk sayang. Izinkan saya tidur di pundak kamu sebentar ya."🍄🍄🍄Beberapa menit yang lalu Arkan pergi dari kamar, sedangkan Aisyah masih berada di dalam kamar dengan melamun.CeklekSuara pintu terbuka membuyarkan lamunan Aisyah, dia melihat Arkan tersenyum saat masuk ke dalam kamar." Sayang sudah ganti baju ya?" tanya Arkan basa-basi seraya berjalan mendekati Aisyah.Ketika Arkan keluar dari kamar Aisyah langsung berganti pakaiannya, dia merasa tidak nyaman dengan pakaian pengantin." Buta mata kau!? gak lihat apa, udah ganti baju apa belum!" jawab Aisyah membuat Arkan langsung menampilkan tatapan datar.Sudah berada di dekat Aisyah, Arkan menaruhkan nampan berisi makanan di atas tempat tidur. Dia mengambil duduk di samping Aisyah sembari mengusap lembut kepala Aisyah." Sayang tidak boleh berbicara seperti itu. Berbicara seperti itu tidak baik sayang, apalagi sama suami kamu sendiri." tegur Arkan tanpa ada nada marah.Aisyah hanya diam dan menatap datar Arkan yang sedang menasehatinya itu.Tidak mendapatkan respon apapun dari istrinya, Arkan langsung mengambil makanan yang dia bawa tadi. Dan memberikannya kepada Aisyah.Aisyah hanya menatap makanan yang di berikan Arkan, tanpa ada niatan untuk mengambilnya." Aku suapin ya sayang. Kamu belum makan apapun dari tadi." Arkan langsung berinisiatif untuk menyuapi Aisyah.Aisyah langsung mengambil makanan dari tangan Arkan. " Gak usah. Aku bisa makan sendiri!" ketusnya.Arkan tersenyum dan mengangguk." Ngapain lagi!? keluar sana!!" usir Aisyah." Ngapain saya keluar kalau istri saya ada di sini." balas Arkan.Aisyah tidak mempedulikan tatapan Arkan yang terus menatapnya, dia lebih mempedulikan makanan yang ada di tangannya.Arkan tersenyum melihat Aisyah makan, ketika makan pipi chubby Aisyah akan membulat lucu. Dan Arkan tersenyum melihat itu.Dari tadi makan saja membuat Aisyah ingin minum, melihat ke sampingnya Arkan masih saja menatapnya. Dia tidak mempedulikan tatapan Arkan, yang dia inginkan sekarang adalah minum.Arkan melihat arah pandang Aisyah yang melihat nampan yang berada di belakangnya." Astaghfirullah maaf sayang, aku lupa bawa minum. Pasti kamu haus ya. Tunggu sebentar, aku akan mengambil minum buat kamu."Arkan baru teringat jika tidak ada membawa minum untuk Aisyah, dia langsung keluar dari kamar dan tidak lama balik dengan membawa segelas air minum." Ini sayang di minum. Jangan lupa baca bismillah." Arkan memberikan air minum kepada Aisyah.Aisyah hanya mengangguk dan langsung minum air yang di berikan Arkan, setelah itu piring dan gelas sudah kosong langsung di ambil alih dengan Arkan.Tanpa ada berbicara apapun pria itu langsung keluar dari kamar, dengan membawa piring dan gelas kotor. Tidak lama Arkan masuk kembali ke dalam kamar dengan membawa koper.Aisyah hanya melihat Arkan saja tanpa ada niatan untuk membantu, sudah dapat pakaian yang akan dia pakai.Arkan langsung membuka pakaiannya tanpa ada rasa malu di depan Aisyah, sedangkan Aisyah melotot melihat itu. Dan langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain.' Gak malu apa dia ganti baju di depan aku!?'Selesai dengan Menganti pakaian Arkan mendekati Aisyah kembali, keningnya mengerut melihat Aisyah yang sedang menatap ke arah lain." Sayang kenapa lihat ke arah sana. Lihat ke sini sayang, suami kamu ada di samping kamu."Pak Lanik, pak Albert, Arkan, Sahyan, dan Mail. Ketika mereka sudah selesai shalat Jum'at berjamaah di mesjid. Langsung saja para pria yang berbeda umur itu pulang ke rumah untuk bertemu istri mereka dan makan siang bersama." Assalamualaikum." ucap mereka bersamaan dengan masuk ke dalam rumah." Wa'alaikumsalam." jawab bu Yati, bu Sarah, dan Lela secara bersamaan. Bu Yati, bu Sarah, dan Lela tersenyum dengan menyambut suami mereka masing-masing." Ya Allah, kenapa bisa pulak permandangan seperti ini, ketika Mail pulang?" gumam Mail yang terdengar oleh Arkan yang berada di sampingnya.Arkan melirik ke arah Mail. " Punya bini bang." ucap Arkan dengan menepuk pundak Mail.Mail menoleh ke arah Arkan. " Gak dulu lah, hadapi adik aku aja susah. Apalagi punya bini, kapan-kapan aja kalau ingat." celutuk Mail dengan masuk ke dalam kamarnya.Kening Arkan berkerut, tidak melihat istrinya berada di ruang tamu. " Mak, Aisyah kemana?" tanya Arkan kepada mamak mertuanya.Semua orang yang berada di
Hotel Jagoci Inn, adalah sebuah penginapan yang banyak di kunjungi oleh para wisatawan atau orang yang sedang melakukan bisnis antar daerah, tempat penginapan itu terkenal karena view hotelnya memanjakan mata bagi pengunjungnya, dan hotel Jagoci Inn juga terletak di tengah-tengah kota Aceh Tamiang. Arkan dan Aisyah mengantarkan bu Sarah dan pak Albert ke tempat penginapan di hotel Jagoci Inn." Alhamdulillah, terimakasih sayang sudah mengantar mamah sama papah sampai ke hotel." bu Sarah memeluk menantunya yang terlihat senang karena ikut mengantar ke hotel." Aisyah terimakasih ya, nak, sudah mau menerima anak mamah. Arkan itu orang nya dingin, cuek, dan gak peka terhadap sekitarnya. Kamu banyak sabar aja menghadapi sifat Arkan yang bisa membuat kamu darah tinggi menghadapi sifat Arkan. Kalau Arkan macam-macam atau sakiti kamu, bilang langsung sama mamah atau papah. Biar mamah marahin dia kalau menyakiti putri cantik dan manis mamah ini." bisik bu Sarah kepada Aisyah yang sudah di angg
Kini Mereka berdua sudah sampai di depan rumah Aisyah. Setelah membeli martabak manis dan cemilan snack di supermarket. Dengan berjalan beriringan Arkan dan Aisyah masuk bersamaan ke dalam rumah." Assalamualaikum." ucap mereka berdua dengan masuk ke dalam rumah." Wa'alaikumsalam." jawab Pak Lanik dan bu Yati bersamaan. Mereka menoleh melihat Arkan dan Aisyah yang sudah pulang dari antar besannya.Arkan dan Aisyah mendekat ke arah pak Lanik dan bu Yati yang sedang duduk di karpet ruang tamu. Sepasang suami istri itu menyalami pak Lanik dan bu Yati secara bergantian. Setelah selesai salim Aisyah langsung pergi ke arah kamarnya dengan membawa kedua kantong plastik untuknya sendiri.Pak Lanik dan bu Yati melihat anaknya yang sudah biasa seperti itu ketika habis dari keluar. Sedangkan Arkan terlihat bingung dengan Aisyah yang sudah pergi duluan ke kamar tanpa mengajaknya." Aisyah tuh.. gak ingat apa sudah punya suami. Malah di tinggalkan suaminya di sini." ucap bu Yati sambil memakan mar
Setelah selesai dengan makan malam bersama, Aisyah, suaminya, dan keluarganya pergi ke kamar mereka masing-masing. Di dalam kamar, Aisyah tidak sendirian melainkan bersama suaminya yang berada di dalam kamar bersamanya. Arkan yang sudah selesai shalat isya berjamaah di mesjid, langsung masuk ke dalam kamar istrinya ketika sudah pulang dari mesjid.Suasana di dalam kamar Aisyah tidak cuman hening saja, tapi juga terasa canggung bagi mereka berdua, bahkan untuk sekedar mengobrol. Arkan yang duduk di kursi meja belajar Aisyah, sedangkan Aisyah duduk di tempat tidurnya dengan memainkan handphone nya.Arkan melihat istrinya yang sibuk dengan memainkan handphone. " Sayang sudah malam, jangan main handphone lagi." ujar Arkan dengan mendekati istrinya.Aisyah yang sedang main handphone, sampai terkejut dengan kehadiran suaminya yang sudah berada di sampingnya. " Mau ngapain?" tanya Aisyah was-was, merasa takut sebab mereka berada di satu kamar.Arkan semakin memajukan wajahnya tepat di depan
Malam ini adalah malam minggu yang sudah Aisyah tunggu-tunggu yaitu rencananya Aisyah mau keluar bersama bestienya di sore harinya. Dari tadi Aisyah sudah sibuk memikirkan bagaimana caranya ia bisa keluar sore nanti tanpa ketahuan keluarga nya terlebih dahulu, sebelum bestienya datang menjemput dirinya." Aisyah ngapain kau bengong di situ, antar nih ke depan sana." " Aku mak." " Bukan! ya, kau lah!" " Mak, suruh mail aja napa." pinta Aisyah dengan senyuman termanis kepada mamaknya." Yang di suruh kau, kenapa aku pulak!" sahut mail yang baru masuk ke dalam dapur.Aisyah dan Bu Yati menoleh ke arah belakang, entah sejak kapan Mail berada di dapur." Males kali kau!" ucap Mail sambil menoyor kepala adiknya." Yaakk!! kalau gak, kau aja yang bawa ituh." ujar Aisyah dengan menahan emosinya." Males!" " Aisyah!" panggil Bu Yati dengan lirikan mata melotot kepada anaknya.Aisyah cepat-cepat membawa nampan yang berisi makanan ke ruang tamu, yang sudah ada bapaknya dan suaminya. Pada kena
Hati Arkan dari tadi merasa resah gelisah, sebab istrinya belum ada tanda-tanda pulang juga ke rumah, padahal sudah jam setengah sebelas malam. Bahkan Arkan sudah banyak menelpon dan chatting kepada istrinya tidak ada satupun di jawab teleponnya, macam mana tidak membuat Arkan gelisah karena istrinya belum pulang.Mail melihat bingung dengan adik iparnya, yang terlihat resah gelisah sekali dari tadi. Sampai capek mail melihat Arkan bolak balik melihat handphone, di tambah dengan wajahnya terlihat sedang gelisah. " Kau kenapa, dari tadi kayak resah gitu?" tanya Mail.Arkan menoleh dan menatap abang iparnya yang sedang menatap ke arahnya. " Bagaimana saya tidak resah, kalau istri saya belum pulang padahal sudah jam segini." Mail menggaguk paham dengan adik iparnya, yang sedang menghawatirkan adiknya. Padahal ia sebagai abang kandungnya sudah biasa melihat adiknya kalau keluar pasti agak lama pulangnya, kalau sudah jam sebelas baru Mail meneror adiknya untuk pulang. " Bentar lagi juga p
Zafira merasa ada sesuatu yang sedang di sembunyikan Aisyah, tengah malam ia tidak sengaja' melihat Aisyah dengan seseorang, lalu tadi pagi ia yang ingin kirim foto dari handphone Aisyah ke handphonenya tiba-tiba ada notif w******p yang membuat ia shock. " Aisyah jawab jujur, kau ada sembunyikan sesuatu dari kami berdua kan." " Maksudnya?" Reva nggak paham dengan pembahasan kedua sahabatnya." Maksud kau apa zaf?" tanya Aisyah bingung, dengan perkataan Zafira seperti itu kepadanya." Kau ada hubungan apa dengan teman abang kau itu." todong Zafira dengan menatap ke Aisyah." Aku masih nggak paham zaf?" elak Aisyah dengan pertanyaan dari Zafira." Ini ada apa sih, sebenarnya." Reva bertanya-tanya kepada Zafira dan Aisyah.Zafira menoleh ke arah Reva, lalu beralih menoleh ke arah Aisyah. " Reva teman kau nih ada sembunyikan sesuatu yang kita nggak tahu, dan tengah malam tadi aku yang nggak sengaja mau ke dapur melihat Aisyah dengan teman abangnya bukan hanya sekedar sapa biasa." Aisyah
Suasana pagi ini akan menjadi momen bagi Aisyah, akan meninggalkan kampung halamannya. Dan akan pergi menuju tempat tinggal suaminya, yaitu di Jakarta." Aisyah jadi lah istri yang patuh apa kata suami, mamak tahu kalian belum saling mencintai. Tapi nak, jika kalian sering berinteraksi dan tinggal satu rumah insyaallah cinta itu akan tumbuh dengan seiring berjalannya waktu. Ingat Aisyah, kau sudah menjadi seorang istri belajar lah menjadi istrinya yang baik. Aisyah menjadi seorang istri itu tidak mudah seperti yang kita lihat di luar sana, istri itu bagaikan rumah. Jika rumah itu nyaman, penuh dengan cinta dan kasih sayang maka suami pun akan menjadi betah untuk berada di dalam rumah. Tapi jika rumah itu sebaliknya, tidak ada rasa kenyamanan, cinta maupun kasih sayang, maka suami pun bisa mencari rumah lain yang bisa membuat dia nyaman dan mendapatkan cinta maupun kasih sayang. Aisyah jadi lah perempuan yang mandiri, walaupun kita sudah menikah tidak masalah kalau kita jadi perempuan m
Kantor Sampai di kantor Arkan langsung masuk ke dalam ruangan kerjanya. Secangkir kopi bersama tumpukan berkas di atas meja, setia menunggu kedatangannya. Lembar- lembaran kertas belum tersentuh, seolah memanggil- mangilnya untuk meminta segera di kerjakan. Sesekali Arkan menyesap kopinya, tak lupa memperbaiki letak kacamata yang sempat merosot ke bawah. Matanya menatap serius pada layar di depannya, begitu pula dengan tangannya. Bergerak lincah ke sana ke mari di atas papan ketik komputer itu. Hening dan tenang gambaran suasana di dalam ruangan kerja Arkan. Hanya terdengar suara ketikan keyboard komputer saja. Tok! Tok! " Masuk!" titah Arkan, matanya tetap fokus pada layar komputer. Tanpa tau jika seseorang sedang melangkah masuk. Setelah mendapatkan izin dari dalam, seorang wanita dengan membawa berkas di tangan kanannya. Melangkah masuk ke dalam ruangan, seketika tubuh wanita itu menegang di tempat. Tak berselang lama ekspresi wajahnya langsung berubah, senyum tipis ters
" Hm, boleh deh." " Serius sayang?" Aisyah mengangguk sambil tersenyum pada Arkan. " Iyaa. Tapi..." Arkan yang sudah senang mendengar itu, langsung menyahut cepat. " Tapi apa sayang?" tanyanya yang terdengar tidak sabaran. " Tidur di luar!!" Setelah mengatakan itu, Aisyah langsung keluar dari mobil dengan keadaan kesal. Wajah cantiknya berubah jadi jutek dengan sorot mata tajam. Mendengar ucapan Aisyah, Arkan berpikir sesaat. " Sayang. Loh ke mana?" seketika Arkan tersadar jika istrinya sudah keluar dari mobil. Bergegas Arkan keluar dari mobil, dengan langkah lebar dia berusaha mengejar Aisyah. Beberapa tatapan dan pekikan terdengar, satu pun tidak ada di tanggapi olehnya. Di pikirannya hanya satu, istrinya. Apapun menyangkut tentang istrinya akan Arkan lakukan tanpa ada terkecuali. " Sayang tunggu." " Berhenti sebentar, sayang." Mendengar ucapan Arkan, seketika langkah kakinya berhenti. Aisyah menghela napas sebelum berbalik tubuhnya, kini dia bisa melihat suaminya sedang
" Sayang pengen." " Gak ada!" " Sayang please." " No!" " Satu kali saja. Ya, ya boleh ya sayang." " Sayaaaang please." Aisyah menghela napas melihat Arkan, mendengar rengekan suaminya sudah seperti mendengar anak kecil merengek meminta permen pada mamahnya.Salahnya dia juga sih, memakai pakaian tersebut, entah kenapa malam ini Aisyah tiba-tiba kepengen memakai pakaian kurang bahan itu. Apa itu termasuk ngidam juga? Arkan sendiri tidak merasa gentar atau pun putus asa membujuk sang pujaan hati, agar rencananya bisa terlaksanakan dengan lancar dan baik. Dengan perlahan Arkan merapatkan tubuhnya pada Aisyah, tangannya menarik pinggang sang istri supaya lebih dekat lagi dengannya. Lalu kepalanya bersandar di kedua gundukan gunung istrinya, sambil mencari-cari kenyamanan di sana. " Istrikuu, sayangku boleh ya. Janji deh cuman sekali saja. Aku lagi pengen banget sayang." tatapan sayu Arkan mendongak menatap Aisyah, jujur melihat istrinya memakai pakaian seperti itu. Sangat berha
Waktu silih berganti, perasaan baru kemarin mereka merasakan berkumpul bersama dengan penuh canda tawa. Namun, kini harus berpisah kembali seperti sediakala. Minggu sore ini di bandara Soekarno-Hatta, terlihat Arkan dan Aisyah sedang mengantarkan keluarganya. Beberapa wejangan di berikan kepada pasangan suami-istri itu, tak lupa ada aksi nangis menangis terjadi. " Jaga diri kalian baik-baik, terutama untuk Aisyah. Di jaga kesehatannya, makanannya, dan jangan banyak pikiran. Walaupun sedang hamil jangan malas bergerak, bukannya hamil gak boleh gerak dan kerja. Kerja boleh, tapi jangan yang berat-berat. Misalnya angkat rumah gitu. Nah, kalau itu jangan ya dek ya." " Kalau bisa pun kalian pindah di kamar bawah aja, kasian nanti nih anak bontot satu. Udah lagi hamil, naik turun tangga setiap hari, yang ada anaknya brojol duluan sebelum waktunya." Arkan hanya mengangguk mengerti, berbanding terbalik dengan Aisyah. Bibirnya maju beberapa senti seperti bebek yang hendak nyosor saja. Mel
" Ok, fine! aku tau, aku salah. Tapi jangan seperti ini sayang, jangan diamin aku terus. Rasanya sakit. Sakit banget sayang." Arkan tidak berbohong jika diamnya Aisyah bisa se effect itu baginya, sebentar saja tidak mendengar suara istrinya. Mendadak dia kecarian dan merasa sepi seperti kehidupannya dulu. Ini salahnya, andai dia lebih bisa mengatur emosi dan cemburu. Pasti hal seperti ini tidak akan pernah terjadi.Tapi nasi sudah menjadi bubur, berandai-andai apapun itu jika sudah terjadi maka tak akan bisa di ubah kembali. Aisyah menoleh, menatap Arkan dengan pandangan sulit di artikan. Helaan napas sedari tadi terus terdengar. Punya suami pencemburu patut di syukuri, sebab suami pencemburu pasti paham akan ilmunya. Dan, Aisyah mensyukuri mempunyai suami pencemburu, tapi kadang-kadang dia merasa sedikit kesal. Seperti halnya hari ini! Kepala Arkan mendongak menatap manik mata Aisyah, bibirnya tersungging senyum. Dadanya berdebar kencang seolah dia baru saja lari marathon. " M
Di sini lah mereka berada, di sebuah taman yang indah dengan suasana sejuk dari pohonnya langsung. Terlihat Aisyah tampak begitu menikmati pemandangan taman tersebut, segala kepenatannya seketika hilang saat semilir angin menerpa wajahnya.Tanpa Aisyah sadari jika ada sepasang mata sedari tadi menatap ke arahnya, dengan langkah ringan seseorang tersebut berjalan mendekati Aisyah yang masih belum sadar akan kedatangannya.Semakin dekat seseorang tersebut semakin membuat jantungnya berdebar kencang, seketika dia refleks memegang dadanya.Huuftt.. helaan napas seseorang tersebut, terdengar sekali sedang gugup.Dia sudah sampai dan sekarang sedang berdiri tepat di depan perempuan itu. " Hai." sapa nya dengan menahan gugup.Sontak Aisyah terkejut mendengar suara seseorang yang begitu dekat dengannya, refleks dia memundurkan tubuhnya menjauh dari pria itu.Ya, seorang pria. Bahkan Aisyah tidak tau kapan pria itu datang dan tiba-tiba sudah berada di depannya, perasaannya mulai merasa gelisah
Selesai memencet bell penthouse Nurul memainkan handphonenya sembari menunggu pemiliknya membuka pintu, terlalu asik memainkan handphone dia sampai tak sadar jika pintu sudah terbuka sama pemiliknya. " EKHEM!!" suara deheman itu sontak membuat Nurul kaget sampai handphone yang berada di tangannya melayang, dan berakhir jatuh di lantai. Nurul segera mengambil handphonenya yang mati dengan keadaan layar separuh retak, sungguh sangat menyakiti hatinya. Padahal baru saja dia menganti anti gores. Melihat seorang pria yang dia kenali membuat Nurul sedikit terkejut, tak lama dia menormalkan kembali ekspresinya. " Ada perlu apa?" tanya Mail tanpa merasa bersalah pada teman adiknya itu. Sejenak Nurul menghela napas, supaya berbicara tak pakai emosi pada pelaku yang mengejutkannya tadi. " Aisyah. Mana?" Mail tak menjawab tapi membukakan pintunya lebih lebar lagi agar teman adiknya itu bisa masuk, setelah teman adiknya itu masuk. Langsung saja Mail menutup kembali pintunya, lalu pergi meni
" Huekk.." Aisyah tertunduk lemas dengan tangannya menopang pada meja wastafel, akhir-akhir ini dia sering merasa mual dan hanya memuntahkan cairan bening saja. Setelah mencuci wajah dan tangannya, Aisyah mendongakkan kepalanya menatap ke arah kaca yang ada di depannya. Terlihat wajahnya pucat, bibir pecah-pecah, rambut acak-acakan, pakaian kusut, sungguh penampilannya sudah seperti orang yang tak terurus. Membuat Aisyah sedikit terkejut setelah sadar jika penampilannya, memang sekacau itu. Ceklek! Arkan masuk ke dalam kamar setelah itu menutup pintunya kembali, pandangannya mengedar ke seluruh ruangan kamar, keningnya mengernyit bingung dengan perasaan khawatir yang tak menemukan keberadaan Aisyah di dalam kamar. " Huekk.." Tiba-tiba dia mendengar suara yang berasal dari kamar mandi. Tanpa membuang waktu, segera Arkan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. " Huekk.." lagi-lagi Aisyah memuntahkan isi perutnya yang hanya keluar cairan bening itu, tiba-tiba tubuhnya kurang kese
Pagi yang cerah sama seperti secerah wajah Arkan saat ini, suami Aisyah itu tengah berjalan menuju ke arah kamar. Sambil tangannya membawa nampan berisi buah-buahan dan susu hamil. Setengah jam lalu mereka tiba di kediaman penthouse, mereka di sambut dengan raut wajah bahagia dan juga pelukan. Baik dari pihak keluarga istrinya maupun juga dari pihak keluarganya. Kedua keluarga itu, begitu kompak menyambut kepulangan anak dan menantu mereka. Dan tak lupa memberikan kata selamat pada pasangan suami-istri yang sebentar lagi akan menjadi orang tua itu.Ceklek! " Taruh dulu handphone nya sayang." perintah Arkan. Setelah menutup pintu dan menguncinya, dengan langkah ringan Arkan berjalan menuju ke arah Aisyah, yang sedang duduk di atas tempat tidur itu.Tanpa bantahan Aisyah mengangguk dan menaruh handphone nya di samping dia duduk, matanya melirik kecil ke arah nampan yang berada di tangan Arkan. Dia mengira suaminya itu membawa makanan yang pedas dan gurih, oh ternyata oh ternyata buah