Share

Makan malam

Author: byy_aissy
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Kini Mereka berdua sudah sampai di depan rumah Aisyah. Setelah membeli martabak manis dan cemilan snack di supermarket. Dengan berjalan beriringan Arkan dan Aisyah masuk bersamaan ke dalam rumah.

" Assalamualaikum." ucap mereka berdua dengan masuk ke dalam rumah.

" Wa'alaikumsalam." jawab Pak Lanik dan bu Yati bersamaan. Mereka menoleh melihat Arkan dan Aisyah yang sudah pulang dari antar besannya.

Arkan dan Aisyah mendekat ke arah pak Lanik dan bu Yati yang sedang duduk di karpet ruang tamu. Sepasang suami istri itu menyalami pak Lanik dan bu Yati secara bergantian. Setelah selesai salim Aisyah langsung pergi ke arah kamarnya dengan membawa kedua kantong plastik untuknya sendiri.

Pak Lanik dan bu Yati melihat anaknya yang sudah biasa seperti itu ketika habis dari keluar. Sedangkan Arkan terlihat bingung dengan Aisyah yang sudah pergi duluan ke kamar tanpa mengajaknya.

" Aisyah tuh.. gak ingat apa sudah punya suami. Malah di tinggalkan suaminya di sini." ucap bu Yati sambil memakan martabak manis yang di berikan menantunya Arkan.

Pak Lanik menggelengkan kepalanya melihat tingkah keluarganya. Pak Lanik melanjutkan kembali menonton televisi sambil memakan martabak manis.

" Mak, pak. Arkan izin masuk ke kamar." tutur Arkan berbicara lembut dengan kedua mertuanya.

Pak Lanik dan bu Yati mengangguk. " Ya Arkan."

Arkan bangkit dari duduknya melangkah kakinya berjalan menuju kamar Aisyah, yang tidak terlalu jauh dari ruang tamu berada. Kini pria itu sudah masuk ke dalam kamar yang tidak terlalu besar dan luas, tapi mampu membuat nyaman bagi penghuninya.

" Sayang lagi ngapain? lihat handphone kok senyum-senyum?" tanya Arkan yang sudah berada di dekat Aisyah.

Tubuh Aisyah tersentak ketika mendengar suara Arkan berada di dekatnya. Gadis itu mengangkat kepalanya melihat Arkan yang sedang menatap layar handphonenya yang masih hidup. Dengan gerakan cepat Aisyah langsung mematikan handphone dan menaruhnya di samping.

" Apa?" tanya Aisyah dengan menaikkan satu alisnya.

" Kamu kenapa senyum-senyum lihat handphone?" ulang Arkan yang sedang tersenyum melihat sekitar bibir Aisyah sudah belepotan coklat dari martabak manis.

" Kenapa? gak boleh?"

" Bukan gak boleh sayang. Kamu lagi gak sembunyikan sesuatu dari aku kan. Tadi kenapa handphone kamu langsung di matikan di saat aku lihat." jawabnya dengan tangannya menghapus coklat yang menempel di sekitar bibir Aisyah.

Kira-kira dia tadi baca gak ya? chatting aku sama bestie yang bahas tentang kegiatan besok sore mau keluar. Ya Allah bantulah hamba, semoga Arkan tidak baca chatting Aisyah yang mau pergi besok sore bersama bestie.

" Heh! kenapa usap-usap bibir orang!" protes Aisyah dengan menatap tajam Arkan.

Arkan mengulum senyum mendengar ucapan Aisyah. " Sayang di sekitaran bibir kamu ada coklat. Aku cuma bantu kamu membersihkan coklat yang ada sekitar bibir kamu." setelah mengucapkan itu Arkan duduk di samping Aisyah yang berada di tempat tidur.

Aisyah mendengus mendengar ucapan Arkan yang katanya hanya membantu membersihkan coklat di sekitar bibirnya.

" Kamu gak mandi?"

" Nanti!" jawab Aisyah dengan mengambil handphonenya kembali untuk scroll I*******m.

" Nanti kapan sayang? ini sudah mau magrib." tanya Arkan kepada Aisyah yang malah memainkan handphone. Arkan mengambil handphone di tangan Aisyah dengan gerakan cepat.

Aisyah menahan emosi supaya tidak meledak cuman handphonenya di ambil. Kepalanya menoleh melihat Arkan yang sedang menatapnya.

" Mau apa?"

" Sayang aku mau mandi. Aku minta tolong sama kamu untuk siapkan pakaian aku." pinta Arkan dengan suara lembut dan berat secara bersamaan.

Aisyah mengusap wajahnya dengan kasar. " Punya tangan kan? punya kaki juga kan?"

Arkan mengangguk pelan walaupun sebenarnya bingung dengan pertanyaan Aisyah barusan.

" Yaudah, cari aja sendiri!"

Arkan menghela napas dengan beristighfar untuk harus banyak kan sabar menghadapi Aisyah yang masih labil. " Sayang kamu istri aku kan?"

" Bukan!"

" Astagfirullah. Sayang tolong siapkan pakaian aku ya." pinta Arkan dengan terus membujuk Aisyah.

" Hm!" dengan langkah seperti terpaksa Aisyah berjalan ke arah koper Arkan yang belum ada di susun ke lemari pakaiannya.

" Sayang sudah?" tanya Arkan yang sudah berada di samping Aisyah yang masih sibuk menyiapkan pakaiannya.

Sontak tubuh Aisyah tersentak kaget ketika mendengar suara Arkan berada di sampingnya. " Ya Allah untuk gak punya riwayat jantung aku. Kau nih kagetin orang aja!"

" Kamu sayang bukan kau." koreksi Arkan dengan mengusap puncak kepala Aisyah yang masih memakai hijab.

" Hm."

" Sayang maaf ya. Sudah buat kamu kaget barusan." ucap Arkan dengan tatapan bersalah sudah membuat Aisyah kaget.

" Nih. Sudah kan?" Aisyah yang sudah selesai menyiapkan pakaiannya langsung memberikan ke Arkan.

Arkan mengangguk dengan tersenyum tipis kepada Aisyah. Setelah itu Arkan langsung berjalan keluar dari kamar menuju kamar mandi.

Setelah pintu tertutup oleh Arkan. Aisyah berjalan kembali ke tempat tidurnya dengan makan martabak manis yang masih ada sisa separuh.

" Sayang sudah mau magrib. Lebih baik kamu pergi mandi sekarang. " Arkan yang baru selesai dari kamar mandi langsung masuk ke kamar Aisyah. Pria itu terlihat berwibawa memakai baju kemeja hitam, di padukan dengan celana panjang hitam dan lengkap berserta pecinya.

" Iya. Minggir aku mau keluar." ucapnya yang di depannya ada Arkan sedang berdiri menghalangi jalannya. Tangan Aisyah penuh dengan membawa handuk dan pakaian ganti.

Arkan mengangguk dengan menggeser tubuhnya untuk Aisyah keluar dari kamar. Tidak seperti di rumahnya kalau kamar mandi di satukan dengan kamar. Berbeda di rumah istrinya yang kamar mandi cuman ada satu yang terletak berdekatan dengan dapur.

Arkan menyukai wangi-wangian yang selalu dia pakai sebelum melakukan sesuatu. Pria itu selain menyukai wangi-wangian, juga sangat menyukai istrinya dan bahkan sudah cinta ketika pertama bertemu setelah akad nikah. Sembari menunggu Aisyah yang belum selesai mandi, Arkan berzikir dengan menggunakan tasbih di tangannya. Sudah azan magrib tapi Aisyah tidak kunjung masuk ke dalam kamar yang membuat Arkan cemas dan khawatir. Ketika ingin menghampiri Aisyah di belakang, tiba-tiba bapak mertuanya mengajaknya untuk pergi ke mesjid karena sudah waktunya shalat magrib.

Aisyah memang sengaja lama-lama gak masuk ke dalam kamar sampai Arkan pergi bersama bapaknya ke mesjid. Gadis itu setelah selesai mandi duduk di meja makan dengan memakan kue yang masih ada dari tadi siang. Merasa sudah aman Aisyah berjalan ke arah kamarnya dengan langkah senang. Setelah itu Aisyah mencari drakor di handphonenya untuk dia tonton sambil memakan cemilan yang di beli di supermarket tadi sore.

Dengan volume paling besar yang di temani cemilan sebagai pelengkap untuk menonton drakor yang sedang Aisyah tonton. Sampai tidak sadar bahwa Arkan sudah pulang dari mesjid dan masuk ke dalam kamarnya. Kening Arkan berkerut mendengar suara seperti sebuah drama yang berasal dari handphone Aisyah. Dengan langkah perlahan Arkan mendekati Aisyah yang belum sadar akan dirinya.

" Assalamualaikum sayang. Kamu sudah shalat magrib?" tanya Arkan yang sudah duduk di samping Aisyah yang sedang fokus menonton sebuah film di handphone.

" Wa'alaikumsalam. Lagi haid." jawab Aisyah yang matanya masih fokus menonton drakor.

" Sayang lihat apa itu?" tanya Arkan yang melihat perempuan dan pria sedang bergandengan berjalan di trotoar. Terlihat jelas adegan di handphone Aisyah.

" Drakor."

Arkan mengangguk saja walaupun tidak paham dengan namanya drakor yang di ucapkan Aisyah barusan.

Tok! Tok!

" Aisyah, Arkan di suruh ke dapur untuk makan malam." panggil mail dari luar kamar Aisyah.

" Ya." Aisyah mematikan handphonenya karena mau pergi ke dapur untuk makan. Ketika mau jalan tiba-tiba ada sebuah tangan yang menariknya sampai membuat tubuhnya menubruk dada bidang Arkan.

Dengan ekspresi terkejut dengan kejadian barusan. Membuat Aisyah menatap Arkan dengan menaikkan satu alisnya.

" Pergi bareng sayang." ucapnya dengan menggenggam tangan Aisyah lembut.

Ya Allah apalagi inih? bisa-bisanya mau ke dapur aja harus menggenggam tangan. Gak sekalian aja di seret biar lebih cepat sampai ke dapur. Letak dapur masih berada di dalam rumah loh bukan di luar. Laki siapa sih! ngeselin betul!

Arkan dan Aisyah berjalan bersama menuju ke arah dapur yang sudah ada bu Yati, pak Lanik, dan Mail yang sudah duduk di meja makan. Suami istri yang tidak muda lagi melihat anaknya dan menantunya bergandengan tangan ke dapur membuat mereka menggelengkan kepalanya.

Bu Yati melihat anaknya sibuk dengan makanan sendiri tanpa mengambil makanan untuk suaminya. Membuat bu Yati menghela napas dengan kelakuan anaknya.

" Aisyah suami dulu kau ambilkan makanannya. Baru ambil makanan punya kau."

" Harus?" tanyanya yang berbicara kepada mamaknya.

" Wah parah kau! sudah punya suami bukan di ambilkan makanannya. Malah sibuk ambil makanan dirinya sendiri. Kalau aku punya istri kayak kau, mana ada sama aku langsung ku buang aja di jembatan Aceh Tamiang." celutuk Mail yang tidak heran adiknya kalau soal makanan no satu. Sampai orang lain gak di anggap ada sama dia.

Aisyah tidak menggubris ocehan abangnya. Gadis itu menoleh ke samping piring Arkan yang masih kosong belum ada di isi makanan apapun. Hedehh! gini amat punya suami. Harus apa-apa suami dulu, baru kau. Orang belum mau nikah malah di suruh nikah. Jadi jangan salah kan diri ku yang tidak tahu apa-apa tentang tugas istri.

Mail yang sangat iseng kerjain adiknya, kini menepuk kening Aisyah dengan kuat bahkan ada suami adiknya di situ. Sampai membuat ekspresi wajah Aisyah langsung berubah menjadi marah dan kesal.

Aisyah menoleh menatap abangnya dengan tatapan tajam. " Kau gila heh! kening loh nih." kata Aisyah dengan menunjukkan keningnya. " Bukan tembok yang bisa kau pukul!" lanjut Aisyah dengan membalas cubitan yang kuat di lengan abangnya.

" Astagfirullah. Mamak, bapak tolong tangan aku di cubit bocil." ngadu Mail yang meminta tolong kepada kedua orang tuanya.

Pak Lanik dan bu Yati menghela napas berat melihat tingkah anaknya. Tanpa ingin membantu pak Lanik dan bu Yati melanjutkan makanan mereka seolah tidak mendengar apa-apa.

Sedangkan Arkan terkejut melihat Aisyah yang mulai bicara gila, bahkan sampai mencubit abang iparnya dengan tangannya tidak di lepas sedikit pun. Arkan yang merasa kasihan melihat Mail yang sudah sangat tertekan dan sakit karena Aisyah mencubit. Membuat Arkan langsung menarik tangan Aisyah sedikit dengan tenaga supaya terlepas mencubit lengan abangnya iparnya.

" Lepas!" Aisyah berontak ketika tangannya di pegang dengan kedua tangan Arkan di pahanya. Arkan tidak menggubris permintaan Aisyah, pria itu melihat mertuanya yang berada duduk di depannya.

" Arkan Mamak ambilkan makanan kau ya. Ini resiko kau nak, menikahi anak yang belum cukup umur untuk menjadi istri." ucap bu Yati yang menawarkan untuk mengambil makanan menantunya.

Arkan menggeleng. " Mamak makan saja. Arkan bisa makan satu piring dengan Aisyah."

" Ya kan sayang." sambung Arkan yang bertanya kepada Aisyah.

Ya Allah bisa tukar tambah gak? bisa-bisanya mau makan satu piring bersama. Besok-besok apa lagi yang mau pria nih? dengan sangat terpaksa Aisyah hanya mengangguk kepalanya. Karena ketika matanya melihat mata mamaknya sedang melotot ke arahnya seolah harus mengiyakan permintaan Arkan.

" Ya." jawab Aisyah dengan suara pelan dan sedikit senyum paksa untuk di berikan kepada Arkan.

" Arkan gak perlu malu-malu di rumah ini. Kau sudah menjadi bagian keluarga kami sekarang. Makan yang banyak kalau perlu tambah lagi." ucap pak Lanik kepada menantunya supaya tidak perlu segan berada di rumahnya.

Arkan mengangguk dengan tersenyum kepada mertuanya. Pria itu dengan lahap memakan nasi yang sepiring dengan Aisyah. Arkan seperti mendapatkan rumah kedua setelah rumah keluarganya.

Aisyah tanpa ambil pusing dengan percakapan bapaknya dan Arkan barusan. Karena sedang fokus makan nasi tanpa melihat Arkan yang entah sejak kapan melihat ke arahnya.

Related chapters

  • Tiba-Tiba Dipinang Pak CEO   Terus kita satu kamar, gitu?

    Setelah selesai dengan makan malam bersama, Aisyah, suaminya, dan keluarganya pergi ke kamar mereka masing-masing. Di dalam kamar, Aisyah tidak sendirian melainkan bersama suaminya yang berada di dalam kamar bersamanya. Arkan yang sudah selesai shalat isya berjamaah di mesjid, langsung masuk ke dalam kamar istrinya ketika sudah pulang dari mesjid.Suasana di dalam kamar Aisyah tidak cuman hening saja, tapi juga terasa canggung bagi mereka berdua, bahkan untuk sekedar mengobrol. Arkan yang duduk di kursi meja belajar Aisyah, sedangkan Aisyah duduk di tempat tidurnya dengan memainkan handphone nya.Arkan melihat istrinya yang sibuk dengan memainkan handphone. " Sayang sudah malam, jangan main handphone lagi." ujar Arkan dengan mendekati istrinya.Aisyah yang sedang main handphone, sampai terkejut dengan kehadiran suaminya yang sudah berada di sampingnya. " Mau ngapain?" tanya Aisyah was-was, merasa takut sebab mereka berada di satu kamar.Arkan semakin memajukan wajahnya tepat di depan

  • Tiba-Tiba Dipinang Pak CEO   Malam minggu

    Malam ini adalah malam minggu yang sudah Aisyah tunggu-tunggu yaitu rencananya Aisyah mau keluar bersama bestienya di sore harinya. Dari tadi Aisyah sudah sibuk memikirkan bagaimana caranya ia bisa keluar sore nanti tanpa ketahuan keluarga nya terlebih dahulu, sebelum bestienya datang menjemput dirinya." Aisyah ngapain kau bengong di situ, antar nih ke depan sana." " Aku mak." " Bukan! ya, kau lah!" " Mak, suruh mail aja napa." pinta Aisyah dengan senyuman termanis kepada mamaknya." Yang di suruh kau, kenapa aku pulak!" sahut mail yang baru masuk ke dalam dapur.Aisyah dan Bu Yati menoleh ke arah belakang, entah sejak kapan Mail berada di dapur." Males kali kau!" ucap Mail sambil menoyor kepala adiknya." Yaakk!! kalau gak, kau aja yang bawa ituh." ujar Aisyah dengan menahan emosinya." Males!" " Aisyah!" panggil Bu Yati dengan lirikan mata melotot kepada anaknya.Aisyah cepat-cepat membawa nampan yang berisi makanan ke ruang tamu, yang sudah ada bapaknya dan suaminya. Pada kena

  • Tiba-Tiba Dipinang Pak CEO   Bestie Aisyah menginap, Arkan tidur dengan abang ipar

    Hati Arkan dari tadi merasa resah gelisah, sebab istrinya belum ada tanda-tanda pulang juga ke rumah, padahal sudah jam setengah sebelas malam. Bahkan Arkan sudah banyak menelpon dan chatting kepada istrinya tidak ada satupun di jawab teleponnya, macam mana tidak membuat Arkan gelisah karena istrinya belum pulang.Mail melihat bingung dengan adik iparnya, yang terlihat resah gelisah sekali dari tadi. Sampai capek mail melihat Arkan bolak balik melihat handphone, di tambah dengan wajahnya terlihat sedang gelisah. " Kau kenapa, dari tadi kayak resah gitu?" tanya Mail.Arkan menoleh dan menatap abang iparnya yang sedang menatap ke arahnya. " Bagaimana saya tidak resah, kalau istri saya belum pulang padahal sudah jam segini." Mail menggaguk paham dengan adik iparnya, yang sedang menghawatirkan adiknya. Padahal ia sebagai abang kandungnya sudah biasa melihat adiknya kalau keluar pasti agak lama pulangnya, kalau sudah jam sebelas baru Mail meneror adiknya untuk pulang. " Bentar lagi juga p

  • Tiba-Tiba Dipinang Pak CEO   Terbongkar

    Zafira merasa ada sesuatu yang sedang di sembunyikan Aisyah, tengah malam ia tidak sengaja' melihat Aisyah dengan seseorang, lalu tadi pagi ia yang ingin kirim foto dari handphone Aisyah ke handphonenya tiba-tiba ada notif w******p yang membuat ia shock. " Aisyah jawab jujur, kau ada sembunyikan sesuatu dari kami berdua kan." " Maksudnya?" Reva nggak paham dengan pembahasan kedua sahabatnya." Maksud kau apa zaf?" tanya Aisyah bingung, dengan perkataan Zafira seperti itu kepadanya." Kau ada hubungan apa dengan teman abang kau itu." todong Zafira dengan menatap ke Aisyah." Aku masih nggak paham zaf?" elak Aisyah dengan pertanyaan dari Zafira." Ini ada apa sih, sebenarnya." Reva bertanya-tanya kepada Zafira dan Aisyah.Zafira menoleh ke arah Reva, lalu beralih menoleh ke arah Aisyah. " Reva teman kau nih ada sembunyikan sesuatu yang kita nggak tahu, dan tengah malam tadi aku yang nggak sengaja mau ke dapur melihat Aisyah dengan teman abangnya bukan hanya sekedar sapa biasa." Aisyah

  • Tiba-Tiba Dipinang Pak CEO   Welcome To Jakarta

    Suasana pagi ini akan menjadi momen bagi Aisyah, akan meninggalkan kampung halamannya. Dan akan pergi menuju tempat tinggal suaminya, yaitu di Jakarta." Aisyah jadi lah istri yang patuh apa kata suami, mamak tahu kalian belum saling mencintai. Tapi nak, jika kalian sering berinteraksi dan tinggal satu rumah insyaallah cinta itu akan tumbuh dengan seiring berjalannya waktu. Ingat Aisyah, kau sudah menjadi seorang istri belajar lah menjadi istrinya yang baik. Aisyah menjadi seorang istri itu tidak mudah seperti yang kita lihat di luar sana, istri itu bagaikan rumah. Jika rumah itu nyaman, penuh dengan cinta dan kasih sayang maka suami pun akan menjadi betah untuk berada di dalam rumah. Tapi jika rumah itu sebaliknya, tidak ada rasa kenyamanan, cinta maupun kasih sayang, maka suami pun bisa mencari rumah lain yang bisa membuat dia nyaman dan mendapatkan cinta maupun kasih sayang. Aisyah jadi lah perempuan yang mandiri, walaupun kita sudah menikah tidak masalah kalau kita jadi perempuan m

  • Tiba-Tiba Dipinang Pak CEO   Ini apartemen atau penthouse?

    " Alhamdulillah sudah sampai, sayang pelan-pelan saja turunnya." ujar Arkan dengan membantu Aisyah keluar dari mobil.Kini mereka sudah sampai di Ritz-Carlton penthouse, yang terletak di Jakarta Selatan. Ritz-Carlton penthouse sendiri tempat tinggal Arkan selama ini, dan kini ia akan membawa istrinya untuk tinggal bersamanya di penthouse miliknya.Aisyah menatap takjub dengan melihat sebuah tempat tinggal yang sangat mewah dari luar saja sudah terlihat, ia tidak bisa membayangkan kemewahan apa yang ada di dalamnya." Sayang ayok masuk." ajak Arkan, dengan menggandeng tangan Aisyah.Aisyah tersadar, lalu menoleh ke arah Arkan merasa malu karena ketahuan. " Itu kopernya gak di bawa?" tanya Aisyah bingung." Ada Reza, kita masuk aja ya." Aisyah melirik ke arah Reza, yang sedang mengeluarkan koper-koper miliknya dan Arkan dari bagasi mobil. " Memang si Arkan, mentang-mentang sudah punya bini. Gue pun di tinggal, mana di suruh bawa koper mereka lagi." gerutu Reza dengan membawa masuk kope

  • Tiba-Tiba Dipinang Pak CEO   Alasan Arkan menikahi Aisyah

    " Aaaaaa...." teriak Aisyah dengan mendorong dada bidang Arkan.Arkan yang mendengar suara teriakan, menjadi terbangun lalu melihat istrinya di dalam pelukannya. " Kenapa sayang?" tanya Arkan dengan suara berat dan serak, yang semakin mempererat pelukannya." Lepas!!!" cicit Aisyah dengan memukul dada bidang Arkan." Kenapa hm?" tanya Arkan dengan merapikan rambut Aisyah yang menutupi wajahnya." Lepas gak!!" Arkan menggeleng, semakin memeluk Aisyah dengan erat." ARKAN LEPAS!! SESAK NAPAS AKU LOH!!" " Maaf sayang." Arkan melonggarkan pelukannya." Kemana pembatasannya? kok hilang?" tanya Aisyah kepada Arkan.Arkan menggeleng pura-pura tidak tahu, padahal sebelum tidur tadi malam Arkan sendiri yang pindahkan semua pembatasan yang di buat Aisyah tadi malam, supaya Arkan bisa memeluk istrinya dengan leluasa." Kamu kan pelakunya?" todong Aisyah dengan menunjuk Arkan." Kamu nuduh aku?" tanya Arkan dengan pura-pura terkejut." Mana tahu." " Nanti kamu yang mau peluk aku, tapi nuduh ke

  • Tiba-Tiba Dipinang Pak CEO   Perkara panggilan

    " Sayang mau keluar gak, jalan-jalan gitu?" saran Arkan mencoba mengajak Aisyah untuk menghilangkan rasa sedih. " Gak mau, mata aku sembab gini mana ngajak jalan-jalan lagi." gerutu Aisyah dengan menatap kesal Arkan." Tapi mata kamu makin sipit, bukan sembab matanya sayang." " Ya sama aja, tetap aja malu keluar." kekeh Aisyah yang tidak ingin keluar rumah." Tolong lepaskan tangannya di pinggang aku." pinta Aisyah dengan nada sabar, sedangkan Arkan menggeleng tetap tangganya erat memeluk pinggang Aisyah." Issh, lepas Arkan!" Aisyah mendengus melihat Arkan yang suka sekali menempel kepada dirinya." Sayang bisa gak kamu jangan panggil aku nama?" pinta Arkan dengan menatap Aisyah serius.Dua alis Aisyah naik bingung." Kalau kemarin kamu panggil aku nama, aku maklumi. Tapi sekarang jangan panggil nama lagi ya." pinta Arkan." Kenapa?"" Sayang aku suami kamu, aku lebih tua tujuh tahun dari kamu. Apalagi kalau di dengar orang lain kamu panggil aku nama, tidak enak aja di dengarnya.""

Latest chapter

  • Tiba-Tiba Dipinang Pak CEO   Wanita itu harus mahal

    Kantor Sampai di kantor Arkan langsung masuk ke dalam ruangan kerjanya. Secangkir kopi bersama tumpukan berkas di atas meja, setia menunggu kedatangannya. Lembar- lembaran kertas belum tersentuh, seolah memanggil- mangilnya untuk meminta segera di kerjakan. Sesekali Arkan menyesap kopinya, tak lupa memperbaiki letak kacamata yang sempat merosot ke bawah. Matanya menatap serius pada layar di depannya, begitu pula dengan tangannya. Bergerak lincah ke sana ke mari di atas papan ketik komputer itu. Hening dan tenang gambaran suasana di dalam ruangan kerja Arkan. Hanya terdengar suara ketikan keyboard komputer saja. Tok! Tok! " Masuk!" titah Arkan, matanya tetap fokus pada layar komputer. Tanpa tau jika seseorang sedang melangkah masuk. Setelah mendapatkan izin dari dalam, seorang wanita dengan membawa berkas di tangan kanannya. Melangkah masuk ke dalam ruangan, seketika tubuh wanita itu menegang di tempat. Tak berselang lama ekspresi wajahnya langsung berubah, senyum tipis ters

  • Tiba-Tiba Dipinang Pak CEO   Kok ngamook!

    " Hm, boleh deh." " Serius sayang?" Aisyah mengangguk sambil tersenyum pada Arkan. " Iyaa. Tapi..." Arkan yang sudah senang mendengar itu, langsung menyahut cepat. " Tapi apa sayang?" tanyanya yang terdengar tidak sabaran. " Tidur di luar!!" Setelah mengatakan itu, Aisyah langsung keluar dari mobil dengan keadaan kesal. Wajah cantiknya berubah jadi jutek dengan sorot mata tajam. Mendengar ucapan Aisyah, Arkan berpikir sesaat. " Sayang. Loh ke mana?" seketika Arkan tersadar jika istrinya sudah keluar dari mobil. Bergegas Arkan keluar dari mobil, dengan langkah lebar dia berusaha mengejar Aisyah. Beberapa tatapan dan pekikan terdengar, satu pun tidak ada di tanggapi olehnya. Di pikirannya hanya satu, istrinya. Apapun menyangkut tentang istrinya akan Arkan lakukan tanpa ada terkecuali. " Sayang tunggu." " Berhenti sebentar, sayang." Mendengar ucapan Arkan, seketika langkah kakinya berhenti. Aisyah menghela napas sebelum berbalik tubuhnya, kini dia bisa melihat suaminya sedang

  • Tiba-Tiba Dipinang Pak CEO   Sayang pengen

    " Sayang pengen." " Gak ada!" " Sayang please." " No!" " Satu kali saja. Ya, ya boleh ya sayang." " Sayaaaang please." Aisyah menghela napas melihat Arkan, mendengar rengekan suaminya sudah seperti mendengar anak kecil merengek meminta permen pada mamahnya.Salahnya dia juga sih, memakai pakaian tersebut, entah kenapa malam ini Aisyah tiba-tiba kepengen memakai pakaian kurang bahan itu. Apa itu termasuk ngidam juga? Arkan sendiri tidak merasa gentar atau pun putus asa membujuk sang pujaan hati, agar rencananya bisa terlaksanakan dengan lancar dan baik. Dengan perlahan Arkan merapatkan tubuhnya pada Aisyah, tangannya menarik pinggang sang istri supaya lebih dekat lagi dengannya. Lalu kepalanya bersandar di kedua gundukan gunung istrinya, sambil mencari-cari kenyamanan di sana. " Istrikuu, sayangku boleh ya. Janji deh cuman sekali saja. Aku lagi pengen banget sayang." tatapan sayu Arkan mendongak menatap Aisyah, jujur melihat istrinya memakai pakaian seperti itu. Sangat berha

  • Tiba-Tiba Dipinang Pak CEO   Sabar ya bang ya, yang sabar!

    Waktu silih berganti, perasaan baru kemarin mereka merasakan berkumpul bersama dengan penuh canda tawa. Namun, kini harus berpisah kembali seperti sediakala. Minggu sore ini di bandara Soekarno-Hatta, terlihat Arkan dan Aisyah sedang mengantarkan keluarganya. Beberapa wejangan di berikan kepada pasangan suami-istri itu, tak lupa ada aksi nangis menangis terjadi. " Jaga diri kalian baik-baik, terutama untuk Aisyah. Di jaga kesehatannya, makanannya, dan jangan banyak pikiran. Walaupun sedang hamil jangan malas bergerak, bukannya hamil gak boleh gerak dan kerja. Kerja boleh, tapi jangan yang berat-berat. Misalnya angkat rumah gitu. Nah, kalau itu jangan ya dek ya." " Kalau bisa pun kalian pindah di kamar bawah aja, kasian nanti nih anak bontot satu. Udah lagi hamil, naik turun tangga setiap hari, yang ada anaknya brojol duluan sebelum waktunya." Arkan hanya mengangguk mengerti, berbanding terbalik dengan Aisyah. Bibirnya maju beberapa senti seperti bebek yang hendak nyosor saja. Mel

  • Tiba-Tiba Dipinang Pak CEO   Plato

    " Ok, fine! aku tau, aku salah. Tapi jangan seperti ini sayang, jangan diamin aku terus. Rasanya sakit. Sakit banget sayang." Arkan tidak berbohong jika diamnya Aisyah bisa se effect itu baginya, sebentar saja tidak mendengar suara istrinya. Mendadak dia kecarian dan merasa sepi seperti kehidupannya dulu. Ini salahnya, andai dia lebih bisa mengatur emosi dan cemburu. Pasti hal seperti ini tidak akan pernah terjadi.Tapi nasi sudah menjadi bubur, berandai-andai apapun itu jika sudah terjadi maka tak akan bisa di ubah kembali. Aisyah menoleh, menatap Arkan dengan pandangan sulit di artikan. Helaan napas sedari tadi terus terdengar. Punya suami pencemburu patut di syukuri, sebab suami pencemburu pasti paham akan ilmunya. Dan, Aisyah mensyukuri mempunyai suami pencemburu, tapi kadang-kadang dia merasa sedikit kesal. Seperti halnya hari ini! Kepala Arkan mendongak menatap manik mata Aisyah, bibirnya tersungging senyum. Dadanya berdebar kencang seolah dia baru saja lari marathon. " M

  • Tiba-Tiba Dipinang Pak CEO   Kesalahpahaman

    Di sini lah mereka berada, di sebuah taman yang indah dengan suasana sejuk dari pohonnya langsung. Terlihat Aisyah tampak begitu menikmati pemandangan taman tersebut, segala kepenatannya seketika hilang saat semilir angin menerpa wajahnya.Tanpa Aisyah sadari jika ada sepasang mata sedari tadi menatap ke arahnya, dengan langkah ringan seseorang tersebut berjalan mendekati Aisyah yang masih belum sadar akan kedatangannya.Semakin dekat seseorang tersebut semakin membuat jantungnya berdebar kencang, seketika dia refleks memegang dadanya.Huuftt.. helaan napas seseorang tersebut, terdengar sekali sedang gugup.Dia sudah sampai dan sekarang sedang berdiri tepat di depan perempuan itu. " Hai." sapa nya dengan menahan gugup.Sontak Aisyah terkejut mendengar suara seseorang yang begitu dekat dengannya, refleks dia memundurkan tubuhnya menjauh dari pria itu.Ya, seorang pria. Bahkan Aisyah tidak tau kapan pria itu datang dan tiba-tiba sudah berada di depannya, perasaannya mulai merasa gelisah

  • Tiba-Tiba Dipinang Pak CEO   A limited edition

    Selesai memencet bell penthouse Nurul memainkan handphonenya sembari menunggu pemiliknya membuka pintu, terlalu asik memainkan handphone dia sampai tak sadar jika pintu sudah terbuka sama pemiliknya. " EKHEM!!" suara deheman itu sontak membuat Nurul kaget sampai handphone yang berada di tangannya melayang, dan berakhir jatuh di lantai. Nurul segera mengambil handphonenya yang mati dengan keadaan layar separuh retak, sungguh sangat menyakiti hatinya. Padahal baru saja dia menganti anti gores. Melihat seorang pria yang dia kenali membuat Nurul sedikit terkejut, tak lama dia menormalkan kembali ekspresinya. " Ada perlu apa?" tanya Mail tanpa merasa bersalah pada teman adiknya itu. Sejenak Nurul menghela napas, supaya berbicara tak pakai emosi pada pelaku yang mengejutkannya tadi. " Aisyah. Mana?" Mail tak menjawab tapi membukakan pintunya lebih lebar lagi agar teman adiknya itu bisa masuk, setelah teman adiknya itu masuk. Langsung saja Mail menutup kembali pintunya, lalu pergi meni

  • Tiba-Tiba Dipinang Pak CEO   Morning sickness

    " Huekk.." Aisyah tertunduk lemas dengan tangannya menopang pada meja wastafel, akhir-akhir ini dia sering merasa mual dan hanya memuntahkan cairan bening saja. Setelah mencuci wajah dan tangannya, Aisyah mendongakkan kepalanya menatap ke arah kaca yang ada di depannya. Terlihat wajahnya pucat, bibir pecah-pecah, rambut acak-acakan, pakaian kusut, sungguh penampilannya sudah seperti orang yang tak terurus. Membuat Aisyah sedikit terkejut setelah sadar jika penampilannya, memang sekacau itu. Ceklek! Arkan masuk ke dalam kamar setelah itu menutup pintunya kembali, pandangannya mengedar ke seluruh ruangan kamar, keningnya mengernyit bingung dengan perasaan khawatir yang tak menemukan keberadaan Aisyah di dalam kamar. " Huekk.." Tiba-tiba dia mendengar suara yang berasal dari kamar mandi. Tanpa membuang waktu, segera Arkan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. " Huekk.." lagi-lagi Aisyah memuntahkan isi perutnya yang hanya keluar cairan bening itu, tiba-tiba tubuhnya kurang kese

  • Tiba-Tiba Dipinang Pak CEO   Buah dan susu hamil

    Pagi yang cerah sama seperti secerah wajah Arkan saat ini, suami Aisyah itu tengah berjalan menuju ke arah kamar. Sambil tangannya membawa nampan berisi buah-buahan dan susu hamil. Setengah jam lalu mereka tiba di kediaman penthouse, mereka di sambut dengan raut wajah bahagia dan juga pelukan. Baik dari pihak keluarga istrinya maupun juga dari pihak keluarganya. Kedua keluarga itu, begitu kompak menyambut kepulangan anak dan menantu mereka. Dan tak lupa memberikan kata selamat pada pasangan suami-istri yang sebentar lagi akan menjadi orang tua itu.Ceklek! " Taruh dulu handphone nya sayang." perintah Arkan. Setelah menutup pintu dan menguncinya, dengan langkah ringan Arkan berjalan menuju ke arah Aisyah, yang sedang duduk di atas tempat tidur itu.Tanpa bantahan Aisyah mengangguk dan menaruh handphone nya di samping dia duduk, matanya melirik kecil ke arah nampan yang berada di tangan Arkan. Dia mengira suaminya itu membawa makanan yang pedas dan gurih, oh ternyata oh ternyata buah

DMCA.com Protection Status