Di dalam perisai pelindung, Kelvin merasa tegang ketika menyaksikan pertarungan sengit antara Dewi Lily dan Ratu Iblis. Ketika dia melihat datangnya sosok lain yang akan menembakkan laser merah ke arah Dewi Lily, dia membuka mulut ingin berteriak. Namun sebelum melakukan itu, dia melihat Dewi Lily tiba-tiba menghilang di kala laser itu hampir mengenainya.“Di mana Ibu?” Kelvin menoleh sembari memutar bola matanya ke kanan dan ke kiri, mencari ke mana Dewi Lily berpindah. Saat indera penglihatannya itu menemukan keberadaan ibu angkatnya itu, dia mengehembuskan napas lega. “Syukurlah, ternyata ibu di sana.” Dia sudah menduga, kalau Dewi Lily pasti menggunakan kemampuan teleportasinya untuk menghindari serangan dari sosok musuh baru itu. Dari sini, dia mengernyitkan dahi ketika melihat sosok musuh baru itu berjalan menghampiri Ratu Iblis. Dalam hati dia berkata, “Siapa dia?”Tiba-tiba saja Dewi Lily menjawab pertanyaannya melalui pikiran. “Dia adalah Raja Iblis! Lawan kita bertambah, i
Raja Iblis berkata kepada Ratu Iblis. “Kau urus saja keroco-keroco itu, biar aku sendiri yang menghadapi burung puter ini!” “Baiklah.” Ratu Iblis menyeringai sadis, lalu dia langsung melesat ke arah Jaka dan anggota kelompoknya yang sedang berlari ke arahnya, sembari bersiap mengumpulkan energi spiritual merahnya ke dalam pedangnya untuk menebas mereka. “Rasakan ini!”Sebuah gelombang energi merah berbentuk seperti bulan sabit keluar dari bilah pedangnya, saat Ratu Iblis itu mengayunkan pedangnya secara vertikal ke arah mereka.Melihat itu, Jaka dan anggota kelompoknya langsung menghentikan langkahnya, sementara sorot mata mereka menggambarkan kepanikan. Dalam hati masing-masing mereka beranggapan, bahwa ini mungkin akan menjadi akhir hayat mereka.Namun sebelum tebasan energi merah berbentuk seperti bulan sabit itu mengenai mereka, tiba-tiba saja sebuah api berbentuk seperti naga menabrak serangan Ratu Iblis itu, menimbulkan ledakan yang sangat nyaring di udara.Duar!Ledakan yang d
“Ultimate Skill: Bloody Aurora!” Tiba-tiba, kedua Naga Kembar dan tujuh belati yang terus mengejar Ratu Iblis membeku di udara, seolah-olah waktu berhenti. Kemudian, cahaya semerah darah menguar dari pedang Ratu Iblis, memancar dengan intensitas yang membakar retina. Dia mengayunkan pedangnya secara vertikal, sorot matanya memancarkan aura tajam yang menyayat. Sebuah gelombang cahaya semerah darah melesat keluar, melenyapkan Naga Kembar dan belati-belati dengan ledakan energi yang menggetarkan udara dan membuatnya berdesir. *** “Ayah, Kakak, dan juga semuanya...!” Diva berteriak, jari telunjuknya menunjuk ke langit. “Lihat itu!” Jaka mengikuti arah yang ditunjuk Diva, melihat ke arah langit. Seketika itu juga, matanya langsung membulat. Sebuah cahaya merah menyala, mirip aurora di langit kutub, menghiasi langit dengan spektakuler. “Apa itu?” gumam Jaka, keningnya berkerut. Kelvin dan Bagas, yang tadinya duduk bersila dengan mata terpejam, langsung membuka mata dengan cepa
“Jurus Pamungkas: Amukan Roh Raja Kentala!” Jaka langsung mengarahkan Keris Kentala Jaka-nya ke arah Raja Iblis yang terpental ke udara akibat ledakan energi spiritual yang Dewi Lily lakukan. Dilihatnya sorot mata ketakutan terukir jelas di wajah Raja Iblis, tetapi Jaka tetap melanjutkan jurusnya tanpa belas kasihan sedikit pun padanya.“Hyaaaaaak!”Duar!Serangan jurus pamungkas Jaka memang tak kasat mata, akan tetapi serangan itu terasa sangat dahsyat! Raja Iblis merasa tubuhnya seperti dihantam batu raksasa yang sangat kuat dan panas. Saat itu juga matanya melotot dan wajahnya memucat, dia membuka mulutnya hendak berteriak, tetapi sebelum jeritan itu keluar dari mulutnya, nyawanya telah terpisah dari raganya. Tubuh Raja Iblis itu terpental sekitar tiga puluh meter ke belakang, lalu jatuh dan terguling-guling di tanah tanpa kendali—sang penguasa Alam Iblis itu telah mati dengan mata melotot dan mulut terbuka, menyerupai mayat mengerikan yang membeku dalam ekspresi terakhirnya.Jak
Kelvin mengamati wajah ibunya yang sekarang sedang bermeditasi itu. Seiring berjalannya waktu, dia melihat wajah pucat ibunya itu menjadi semakin cerah. Hal tersebut membuat rasa cemasnya berkurang.“Kenapa kalian masih memasang pelindung gaib?” tanya Carver. Dia dan ratusan burung-burung puter lainnya hinggap di tanah, di dalam pelindung gaib ini bersama mereka. “Apakah masih ada musuh yang belum dikalahkan?”“Ratu Iblis belum kalah,” jawab Jaka, yang kini masih duduk di samping istrinya yang sedang bermeditasi.“Jadi perisai gaib ini untuk jaga-jaga jika nanti dia tiba-tiba datang menyerang lagi.”“Ratu Iblis sudah mati,” kata Carver, membuat semua orang yang mendengar itu bertanya-tanya dalam benak mereka masing-masing. “Kami yang membunuhnya.”Kelvin langsung bertanya mendengar itu. “Bagaimana mungkin seekor burung puter seperti kalian bisa membunuh Ratu Iblis? Senjata pusakaku dan senjata pusaka Bagas saja berhasil dihancurkan olehnya.”“Waktu di perjalanan, tadi kami melihat Ratu
Kelvin masih memejamkan matanya, tetapi sekarang dia telah merasakan hawa yang berbeda. Dia menebak kalau proses teleportasinya sepertinya telah selesai, tetapi dia berniat untuk tidak membuka mata dulu kalau ibunya belum menyuruhnya membuka mata.“Bukalah matamu!” kata Dewi Lily akhirnya. “Kita sudah sampai!”Kelvin pun langsung membuka matanya, dan benar saja dengan yang dia tebak, kalau proses teleportasinya telah selesai—dia melihat kota, dia sekarang ini sedang berdiri di pinggir jalan raya di Kota Terratory, dan di depannya dia melihat kendaraan-kendaraan seperti mobil dan motor berlalu lalang di jalanan.“Di mana Master Pemilik Sistem Kegelapan?” Itu suara Dewi Lily. Suaranya itu terdengar di sebelah kiri Kelvin.Kelvin langsung menoleh ke arah kiri. “Master Pemilik Sistem Kegelapan itu—”Ucapannya terhenti ketika dia melihat penampilan Dewi Lily yang kini telah berubah, tercengang—ia melihat ibu tirinya itu kini telah berganti pakaian—tadinya Dewi Lily mengenakan pakaian serba
“Kau ... kau benar Kelvin, kan?” Kelvin menganggukkan kepalanya sembari tersenyum hangat. Melihat air mata gadis itu keluar membasahi pipinya, dia mengangkat kedua tangannya dengan niat untuk memeluknya. Namun sebelum dia melakukan itu, gadis itu dengan cepat langsung maju dan memeluknya lebih dulu. “Xenovia ....” Kelvin bingung harus berkata apa untuk menenangkan gadis ini. Dia membalas pelukankannya, dan membelai rambut kepalanya dengan lembut. Mendengar suara isak tangisannya, Kelvin mencoba menenangkan gadis itu dengan berkata, “Sudahlah, Xenovia. Jangan menangis terus. Aku sudah di sini sekarang.” “Aku ... aku kira kau telah melupakanku. ” Xenovia berkata sembari terisak-isak. Dia masih memeluk Kelvin, seolah seperti tidak ingin melepaskannya. “Saat di sekolah dulu, kau adalah satu-satunya orang yang selalu membelaku di saat semua orang menyalakanku dan membulyku,” kata Kelvin. “Bahkan kau membenci kakakmu sendiri hanya demi menolongku. Mana mungkin aku melupakan orang yang d
“Apa yang ingin kau lakukan?” Pria itu menepis tangan Kelvin dengan kasar di saat pemuda itu hendak menyentuh tangan Xenovia. Kelvin terkejut dengan apa yang baru saja pria itu lakukan padanya. Dia menundukkan kepalanya di saat melihat tatapan mata pria itu yang terlihat sangat tidak bersahabat. Kemudian, dia bertanya pada sistem melalui pikiran. “Sistem, apakah pria ini tahu kalau aku ingin menteleport Xenovia?”[Sepertinya Sistem Kegelapan bisa mendeteksi tindakan yang akan Master lakukan.]“Apa yang ayah lakukan?” Xenovia pun dibuat terkejut dengan perlakuan kasar ayahnya pada Kelvin. “Dia ini temanku!”“Iya, Xenovia benar! Kenapa kau bertindak kasar kepada calon menantu kita?” kata ibu Xenovia sembari berjalan dengan cepat menghampiri mereka. “Menantu kita?” Pria itu mendengus. “Aku tidak sudi memiliki menantu sampah seperti dia!”“Sampah?” ulang Kelvin sembari mengepalkan tangannya. “Ya! Kau hanyalah anak sampah!” kata pria itu. “Kau si anak pemulung yang tinggal di kolong jem