Share

18. Sudden Meeting

[Dion Addison]

Aku memilih melamun subuh ini di balkon kamarku sendiri. Tidak, maksudnya kamar Leyna Olivia. Kamar wanita muda itu mengarah ke belakang gedung ini berada di tingkat tiga seperti yang dikatakan sebelumnya. Dia menghirup napas sebanyak mungkin dan menghembuskannya pelan sebanyak lima kali dan melihat berbagai macam pohon menjulang di depannya.

“Apa yang harus kulakukan sekarang?” tanyaku dan menyangga tangan di balkon.

“Your uncle came again this morning.”

Perkataan Tuan Chayton membuatku pusing karena tidak mengerti kemana arah topik ini berjalan. Tetapi, satu sisi Leyna sudah menceritakan semuanya membuatku merasa lebih baik. Aku melirik ponsel yang menunjuk gambar seorang pria yang dipanggil paman oleh keturunan Tuan Chayton. Tanpa sadar aku mengacak surai rambut yang tergerai karena terlalu pusing mengingatnya.

“Dia ingin bertemu denganmu, Leyna. Katanya dia ingin mengatakan sesuatu padamu.”

Sambung Tuan Chayton di taman belakang gedung yang menyatu pada pepohonan yang ditanam untuk keasrian Burk’s Falls. Walaupun merupakan sebuah village kecil, juga harus mempercantik wilayah sendiri untuk menarik turis. Aku tanpa sengaja bertanya akan alasannya. Namun, Tuan Chayton hanya tersenyum dan menepuk pundakku kemudian berlalu dari taman.

“Yup, apapun itu. Kau bisa melaluinya, Dion,” kataku menyemangati diri sendiri. Aku menarik daun pintu dan mengeluarkan kepalaku melihat sekitar seperti pencuri harta, koridor sepi. Okay, berarti aku aman. Membuka akses pintu lebih lebar dan berani melangkah kakiku keluar.

Berjalan sampai menuruni lantai dua dan tidak bertemu siapapun membuatku menghembuskan napas lega. Hanya tinggal menuruni sampai lantai dasar dan menyebrang lalu menuruni tangga melingkar untuk mencapai bawah tanah. Aku tidak tahu kalau ada kemungkinan jalur lain ke sana, di benakku hanya ingin menemui Leyna sepagi mungkin untuk mencari jawaban yang mungkin terjadi nanti.

“Selamat pagi, Nona Muda Olivia.”

Aku tersentak kaget dan berbalik melihat arah suara, sedikitnya aku merasa lega karena hanya seorang asisten yang menghampiri, “Ya, selamat pagi juga untukmu.”

Sesuai dugaan, dia membungkuk dan berjalan melaluiku. Setelah memastikan dia tidak berada di sekitar, aku kembali meneruskan perjalanan dan sampai ke ruang bawah tanah. Seorang penjaga duduk di meja yang tersedia terjaga saat mendengar ketukan dari sandal buluku.

“Nona Muda Olivia,” katanya. Aku mengangguk dan memintanya untuk tetap berada di tempat dengan gestur tangan. Sebuah mantel coklat yang menyampir di tubuhku menutup pakaian kasual yang masih terpakai. Aku tidak masalah dengan pakaian sama sekali.

Ini masih normal daripada tetap bertahan dengan piyama untuk berkunjung di tahanan.

“Saya akan menemui Tuan Addison,” kataku, sang penjaga itupun berdiri dan akan menunjukkan jalan. Aku segera menghalanginya.

“Tidak apa-apa, saya bisa sendiri ke sana. Anda harus beristirahat sejenak.” Aku kembali bersuara, mataku menekan untuk segera disetujui. Sesuai harapan, dia kembali duduk dan mengucapkan kehati-hatian untukku dalam perjalanan.

Aku berjalan dan berhenti di tahanan terisi tubuhku dengan jiwa Leyna di sana.

“Dion Addison.”

Kulihat dia terlihat terkejut dengan kehadiranku dan menghampiriku dengan mata yang mempertahankan ekspresinya. Itu lucu dan bagiku seperti menertawai diri sendiri.

“Sedang apa kau di sini?” tanyanya dengan bisikan.

“Mengunjungimu.”

Dia mendengus pelan, “Omong kosong.”

Aku mengangguk menyetujui. Karena apapun itu, pastilah aku lebih memilih berjalan-jalan di taman belakang gedung daripada berada di penjara seperti sekarang. “Kau punya paman bernama Lancelot?” tanyaku yang memiringkan kepala saat melihat ekspresinya berubah menjadi datar dalam sekejap mata.

“Kenapa? Dia datang lagi? Hardik saja dia, restoran itu sedang tidak membutuhkan pegawai baru, apalagi untuk manajer keuangan,” katanya dengan malas tetapi aku bisa merasakan nada emosi masih terasa di sana.

“Sebenarnya ada apa denganmu dan pamanmu?” tanyaku lagi. Aku hanya tahu garis besarnya tanpa bisa mendapatkan informasi lebih rinci.

Kulihat dia memutar bola matanya malas, “Ayahnya dan ayahku bekerja sama membangun restoran tersebut saat aku masih kecil. Singkat cerita, ayahnya mengundurkan diri karena umurnya. Istilahnya dia pensiun. Daddy memberikan uang pensiun yang layak bahkan menambahkannya sendiri karena menghargai kerja keras ayahnya selama ini.”

“Ayahnya itu memiliki banyak anak dan salah satunya Uncle Lancelot. Ayahnya mendirikan bakery dengan hasil jerih payahnya sendiri untuk memberikan masa depan yang lebih baik untuknya dan keturunannya. Tetapi, tampaknya anaknya tidak tahu diri dan meminta untuk menerimanya menjadi manajer keuangan di restoran Daddy. Padahal, Daddy tidak memerlukan pegawai baru.”

“Mengikuti Daddy dan Mommy seharian bukan berarti aku hanya mengintil seperti anak bebek. Aku tahu banyak tentang permasalahan orang dewasa. Dan kejadian itu terjadi karena aku sudah tidak tahan dengan kelakuannya yang semena-mena. Aku juga tidak bisa menerimanya walaupun masih ada lowongan. Sikapnya tidak bisa kupercaya.”

Aku menganggukkan kepala mendengar cerita wanita muda itu, “Kalau begitu kau harusnya tahu apa yang akan dia bicarakan nanti pagi, kan? Tuan Chayton mengatakan dia akan menemuimu.”

Leyna mengangguk yakin dan firasatku pun tak jauh dari pikiranku sendiri.

“Aku punya dua pilihan yang bisa terjadi nanti. Kau harus mendengarnya. Karena Uncle Lancelot cukup memperhatikan gerak-gerik saat bicara, walaupun dia sedikit berkelakuan berantakan.”

Aku segera memasang telinga. Demi kelangsungan hidup yang nyaman, aku harus menjalankannya dengan sempurna.

_The Stranger’s Lust_

To Be Continue

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status