Share

23. D-Day

Dion mengikuti jejak Chayton yang berdiri di samping Hakim Johnson, dia duduk di barisan kiri pria yang sementara ini menjadi ayahnya sampai batas waktu yang tidak bisa ditentukan. Tapi, dia masih mengharapkan sebuah keajaiban datang. Di ruangan cukup luas menampung lima belas orang, Chayton duduk di singgasananya.

Ya, hari ini adalah hari penyidangan. Sebenarnya Dion lebih suka bilang ini adalah tahap mediasi. Karena, tidak mungkin Leyna yang berada di raganya itu bisa dibawa ke sana, semuanya sudah sempurna. Dia berhasil mendapatkan bukti yang cukup akurat. 

Leyna masuk melalui pintu yang ada di samping ruangan, didudukan di bagian tengah berhadapan dengan hakim.

"Sidang sudah boleh dimulai, Hakim," kata Dion ketika melihat Leyna sudah duduk di tempatnya. Dia sempat bertanya prosedurnya kepada Leyna kemarin malam dengan alibi urusan mendadak.

Hakim Johnson yang mengambil posisi tempat di sebelah Chayton bersiap memulai sidang.

"Sidang kasus pencurian pada tanggal 4 Februari 2030 dimulai pukul delapan pagi. Jaksa Jason Parker, silakan memulai."

Seorang pria di umur kepala tiga dengan jubah panjang warna merah gelap bangkit berdiri dan mengambil posisi di depan hakim, membungkuk badan sebagai sebuah penghormatan.

"Kasus pencurian yang terjadi di Burk's Falls Primary School pada 4 Februari 2030 yang diajukan oleh Tuan Lucas pada hari yang sama. Korban pencurian mengatakan kalau Tuan Dion Addison sebagai pelaku. Saya dan rekan saya, Leyna Olivia mendapatkan barang bukti yang bisa dijadikan pertimbangan untuk membebaskan Tuan Addison. Daftar bukti diserahkan oleh anggota," kata Jaksa Jason yang melihat ke arah Leyna lalu kembali berbicara. Lalu membungkuk hormat membiarkan Dion membagikan lembaran kertas yang dibawanya.

Pengacara Gerald yang duduk di samping Lucas, pemilik ruangan yang merupakan kepala sekolah menerima dokumen tersebut dan melihat isinya.

"Dari pihak Tuan Lucas, ada yang mau dikatakan?"

"Ada. Bukti nomor 4, dan 8, saya merasa keberatan."

Dion tersenyum menyeringai. Tentu saja merasa keberatan. Berbeda dengan Jaksa Jason yang mengerutkan dahinya.

"Bukti nomor 4 adalah bukti kesaksian dari anak

kecil. Bagaimana bisa memaksa anak kecil untuk bersaksi? Mereka bisa saja berbohong."

Dion berbisik, "Haruskah saya yang maju, Jaksa? Itu hanyalah bukti rekam. Karena, ini masih hari sekolah."

"Silakan, Nona."

Dion mengangguk, "Hakim, saya menemui anak kecil itu kemarin pagi dan bertanya kepadanya. Karena penduduk di sini tidak begitu banyak, maka bisa dilakukan dengan cara komunikasi langsung. Anak kecil itu bernama Bryant, satu-satunya saksi yang melihat semuanya. Bukti rekamannya ada di sini."

"Bukti rekaman ini akan mendukung kejadian yang terekam berdasarkan bukti nomor empat."

Hakim menyetujui. Dion langsung memberikan kepada anggota lainnya yang bekerja sama untuk memperlancar sidang ini. Dion membungkuk hormat dan duduk di tempatnya.

"Leyna!"

"Bryant melihatnya dan jujur mengatakannya pada Leyna."

"Sir Nico yang melakukannya."

Jason bangun dan menjelaskan sisi rekaman video yang tertangkap oleh salah satu kamera tersembunyi yang ada di sekolah, lebih tepatnya kamera pengawas yang tersedia untuk memantau ruangan Lucas.

"Karena ini, saya meminta anggota saya untuk mendatangkan saksi mata, Hakim Johnson."

"Silakan," ucap Hakim Johnson. Jason mengangguk dan memberi gestur kepada penjaga untuk membuka pintu. Semua makhluk hidup di sana terkesiap.

"Dia adalah Nicholas, Hakim."

Dion tersenyum dan mengarah pada Leyna yang duduk di seberang iris mata itu saling bertabrakan dengan teduh.

Leyna ikut mengembangkan senyumannya saat melihat semuanya akan berjalan dengan lancar.

_The Stranger's Lust_

12.00 p.m

Burk's Falls, Ontario

"Leyna!"

Dion berbalik dengan setelan formal hari ini berwarna hitam, senyumnya muncul bersinar ketika melihat raganya datang menghampiri. Dia terkesiap ketika tubuhnya masuk ke dalam dekapan tersebut.

"Thank you so much." Bisik sang pelaku pemeluk tanpa niat untuk melepaskan kungkungannya.

Dion membalas pelukan, dia berada di samping gedung yang menjadi tempat tinggalnya sekaligus multifungsi tempat lainnya. Berjalan di koridor luar sembari melihat perkarangan yang dijaga oleh para pekerja di sini.

"Aku bebas."

Dion mengulas senyuman, "Aku yang pantas mengucapkan terima kasih. Aku tidak jadi masuk ke dalam penjara utama."

Leyna menjauhkan kepalanya, dengan tangan yang masih melingkar dierat di pinggang, lalu merendahkan tatapannya.

"Tapi, aku yang menjalani." Balas Leyna tidak terima.

Dion tertawa, "Alright, you win."

"Aku berhutang banyak penjelasan. Tapi, kurasa yang paling penting adalah ini," ucap Leyna yang melepaskan pelukannya lalu menyerahkan sebuah benda yang kantung bajunya. Baju yang telah ditukar dengan baju pertama kali dia memasuki gedung ini.

Sebuah ponsel. Itu miliknya.

Dion mengerutkan dahi dan melihat Leyna sekejap lalu mengangguk paham. Mengambil ponsel tersebut dan menyimpan nomor Leyna di ponselnya.

"Passwordnya 1208."

"Ulang tahunmu?"

Dion menggeleng, "Ulang tahun Granny."

Leyna mengangguk paham, dia tahu banyak kalau cucu dari satu nenek ini sangat menyayangi wanita uzur itu.

"Sebaiknya, sekarang kau pulang. Aku yakin Granny akan banyak bertanya tentang ini. Jawablah dengan jujur tetapi pastikan Granny tidak risau."

"Iya, cucu kesayangan." Jawab Leyna lalu segera keluar dari gedung tersebut.

Selain Dion yang memiliki hari yang berbeda dari sebelumnya, dia juga punya dan akan mulai dari sekarang.

_The Stranger’s Lust_

To Be Continue

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status