Share

26. Saturday Morning

"Granny, good morning."

"Good morning, boy. Where do you want to go?" tanya Greisy yang baru menutup pintu kamarnya sendiri melihat cucunya memakai baju rapi tetapi tampak nyaman. Mata wanita uzur itu melihat sebuah kaus berkerah polo berwarna putih melekat di bagian tas dan jeans untuk bawahannya.

"Aku ada urusan, Granny. Temanku memerlukan bantuan, jadi aku harus ke sana."

“Pergilah.”

Leyna meletakkan piring berisi tumisan sayur. Lalu, dia mencium pipi wanita tersebut.

"Granny, mau ikut denganku?"

Greisy menggeleng kepalanya pelan, membalas ciuman di kening pria tersebut, "Pergilah. Granny baik-baik saja di sini, nikmati harimu."

"Kalau begitu, aku pergi dulu, ya, Granny. Pulangnya aku akan bawa smoothies untuk Granny. Bye, Granny."

Wanita tua itu melihat Leyna yang memakai sepatu dan meninggalkan rumah. Dengan senyum lembut yang telah mengeriput, dia berucap, "Granny tahu yang kamu alami, Dion."

_The Stranger's Lust_

Dion Addison

[Aku akan ke restoran nanti. Kau ada di sana, kan?]

Leyna Olivia

[Tentu saja]

Leyna tersenyum saat melihat balasan tersebut. Bertukar raga tentulah berarti bertukar seluruh hidup termasuk alat komunikasi tercanggih seperti ini. Jiwa wanita itu tidak menemukan sesuatu yang janggal seperti pesan dari seseorang perempuan atau sebagainya.

Dion Addison benar-benar tidak memberikan perhatian kepada hal-hal romansa seperti itu. Walaupun, Leyna merasa kasihan karena di usia matang tidak memiliki calon pasangan, dia juga merasa bersyukur atas pilihan jiwa pria itu. Wanita itu tidak bisa membayangkan dirinya harus mencintai sesama jenis kalau sungguh Dion memiliki pasangan.

Wanita itu mengayuh sepeda sampai ke sebuah jalur panjang yang akan membawanya ke kota, dia memarkir kendaraan roda dua sederhana itu ke tempat yang disediakan oleh pemerintah, menguncinya dan anak kunci disimpan di kantung celana. Leyna berniat untuk memakai kereta bawah tanah untuk sampai ke sana.

Butuh tiga puluh menit baginya untuk sampai ke kota karena dia melewatkan kereta yang akan ke sana. Leyna tersenyum saat kondisi restoran tidak berubah di jam seperti ini. Dia langsung masuk ke dalam restoran tersebut dan mengambil posisi di dekat jendela.

Leyna selalu ingin duduk di sana selama ini.

"Fries and burger. One lemon tea," kata Leyna saat diberikan buku menu. Dia asal memesan yang terlintas di penglihatannya. Lalu, dia tersenyum ramah ke fisiknya sendiri yang tengah berada di belakang kasir.

Bibir jiwa laki-laki yang mendekam di tubuhnya bergerak meminta untuk menunggunya sejenak. Wanita itu mengiyakan, dia menyilangkan kakinya. Kebiasaan yang tidak pernah hilang karena selalu memakai rok di luar kamarnya. Tetapi, tidak ada yang peduli dengannya.

Karena, sekarang dia bukanlah siapa-siapa.

Berbeda dengan Dion yang memakai gaun sabrina berwarna hijau pastel dengan bawahannya yang sedikit mengembang. Tentu saja, dia harus banyak memoles dirinya sebagai bagian dari anak pemimpin Burk's Falls. Leyna memilih untuk menghabiskan waktunya melihat jalanan kota yang terlihat ramai akan kendaraan.

"Ini pesanannya, Tuan. Silakan dinikmati," ujar suara ringan dan halus. Leyna terkekeh pelan saat mengetahui siapa yang memanggilnya. Saat pemilik suara tersebut pamit mengundurkan diri, Leyna menahan pergelangannya.

Leyna menatap manik Dion yang tidak berniat melepaskan tangannya, "Wait up. Could you sit with me while I'm eating?"

Lalu suara ketawa terdengar di antara mereka.

"Sure." Jawab Dion langsung dan mengambil posisi duduk di seberang Leyna, meletakkan nampannya di atas meja.

"Granny sangat sehat kemarin. Dia sangat baik dalam menjaga dirinya sendiri," katanya membuka topik.

Dion menyetujui, "Bekas piringnya selalu bersih. Dia sangat memperhatikan dirinya sendiri. Granny membicarakan apa denganmu masalah kasus itu?"

Leyna tersenyum tipis, mengambil sepotong kentang goreng dan mengunyahnya dengan perlahan, "Aku tidak menjelaskannya. Aku takut dia akan semakin memikirkan perkataanku mengingat dia sangat menyayangi cucu laki-lakinya ini. Jadi, aku hanya menjanjikan kalau hal ini tidak akan terulang lagi."

"Tentu saja. Itu hanya sebuah kesalahpahaman dan seseorang membesarkannya seperti kasus berat."

"Kau mendengar kelanjutan kasusnya dari Daddy?" tanya Leyna pelan dengan bisikan.

"Dia mengatakan kalau mungkin Nicolas akan dibawa ke penjara. Tapi, entah lah. Aku tidak tahu pastinya, karena entah mengapa aku diminta untuk tidak mengurusi kasus tersebut lagi dan jadwal balet bertambah," kata Dion dengan lesu. Leyna tersenyum, tangannya refleks mengusap rambut di depannya ini.

"Kurasa kau akan semakin banyak hukuman berdiri di atas pointe shoes," ujar Leyna yang semakin merosot kan bahu Dion.

Dion menghela napas, "Aku bahkan bisa ikut ke sini setelah memastikan mereka kalau aku akan menampilkan yang maksimal di panggung."

"Leyna!"

Keduanya melihat ke belakang, menemukan kalau pemilik restoran itu berdiri di sana. Leyna akan bangkit namun kesadarannya kembali menguasai membuatnya hanya bisa berdiri dan membungkuk kepala dengan hormat.

"Daddy," kata Dion yang ikut berdiri, Chayton melangkah mendekati mereka berdua. Netra tersebut melihat kedua anak Adam Hawa di depannya ini berkali-kali sebelum mengucap sebuah kalimat dan melenggang pergi dari sana.

"Kamu akan mengikuti Daddy bertemu dengan pemimpin Ontario nanti siang untuk makan siang sekaligus membicarakan beberapa hal."

"Yes, Daddy." Jawab Dion singkat. Lalu, kembali duduk di tempatnya. Kedua pasang mata itu saling menyelam samudra satu sama lain, menjadi anak dari seorang pemimpin tidaklah mudah dijalani, begitu juga menjadi seorang guru biasa dengan hari yang biasa.

"Aku akan mengirimkan video gerakannya padamu serta sesi latihan selama ini. Abaikan saja saat aku dikoreksi berkali-kali oleh Miss."

Leyna tersenyum mengangguk, dia bangkit dari tempatnya untuk pergi dari restoran tersebut setelah mengucap sepatah kata. Dia tidak mungkin mengacaukan hari seseorang.

"Okay. I'll go. Bye."

_The Stranger's Lust_

To Be Continue

Sky

Stay healthy

| Like

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status