Share

19. Uncle Lancelot

"Good Morning, Uncle." sapa Dion yang memberikan senyum tipis pada seorang pria yang duduk di depan meja kerja pemilik restoran. Jujur saja, dia gugup setengah mati melihat raut wajah yang berhadapan dengannya sangat datar dan tidak bersahabat.

Bahkan, Dion berani bersaksi kalau tatapan mata Lancelot bisa membunuh nyawanya jika terus-menerus melihat dengan ekspresi seperti itu.

Lancelot masih menatapnya dengan tatapan yang sama sejak kehadiran Dion yang datang dengan setelan yang lebih formal dari biasanya. Sebuah kemeja putih dengan blazer pink pastel yang senada dengan rok span di bawah lututnya, dipadu high heels tiga sentimeter beradu dengan lantai adalah pakaiannya untuk seharian ini.

Dion perlu menghabiskan waktu malamnya untuk berjalan di atas tumpuan sepatu tersebut berjam-jam setelah di atas jam sepuluh dengan lampu yang meredup. Usaha tidak akan mengkhianati hasil ternyata bergerak di dalam kehidupan aneh pemuda Addison itu.

"Leyna Olivia," kata sang paman yang juga memakai setelan formal dengan blazer yang dikancing, berbeda dengannya yang sengaja dibiarkan bebas. Dion segera menegakkan postur tubuhnya walaupun sebenarnya telah tegak.

Gadis dengan jiwa laki-laki itu menunggu kelanjutan pembicaraan sang pria yang lebih tua di ruangan cukup sempit ini.

"Uncle kehilangan pekerjaan lima hari yang lalu," ucap Lancelot yang semakin membuat Dion sulit bergeming. Raut pria itu terlihat lebih tenang dengan mata yang berkaca-kaca melihat masa lalunya, tepatnya lima hari yang lalu melalui jendela ruangan yang terbuka lebar menampilkan pemandangan kanvas putih bercampur biru pagi itu.

"Uncle sulit untuk berpikir jernih setelah itu, memikirkan masih banyak tanggungan yang harus Uncle pikul, kau tahu sendiri Uncle perlu membiayai sekolah dua anak Uncle. Paman Kakekmu itu tidak berniat memberikan Uncle untuk bekerja di sana, membiarkan Uncle memikirkan jalan keluar sendiri." sambung pria tersebut yang masih didengar oleh Dion dengan jelas. Bagaimanapun, ini harus yang didengar baik-baik.

"Uncle teringat dengan Ayahmu yang membangun restoran dengannya dan meminta untuk dipekerjakan," kata Lancelot sebagai penutup penjelasannya.

"Tapi, Uncle memakai cara yang salah. Itu memaksa bukan meminta." sanggah Dion yang mencubit pemikiran dan relung hati pria beranak tiga itu. "Aku tahu persoalan Uncle, aku mengikuti Daddy bukan tanpa alasan," katanya lagi.

Lancelot mengangguk menyetujui, "Benar. Seusiamu pastilah kau paham dengan permasalahan orang dewasa seperti Uncle dan Ayahmu."

"Uncle menemuiku untuk ini?"

Lancelot membenarkan. Dion kembali merapikan blazernya, membiarkan sang pelayan menghidangkan minuman untuk mereka. Lalu, kembali berbicara sesudah pelayan tersebut mengundurkan diri. "Baiklah. Aku akan mengatakannya pada Daddy. Untuk hasilnya, aku tidak menjamin akan berbuah manis. Tetapi, kalau Uncle menunjukkan keseriusan mungkin Daddy akan mempertimbangkannya," kata Dion dengan nada tegas.

Pikirannya memikirkan cerita dari Leyna tentang kejadian yang terjadi di restoran ini di hari yang sama mereka bertukar raga dengannya, membuatnya merasa emosi. Dirinya tadi berniat untuk menyadarkan Lancelot dengan perkataan yang menusuk. Namun, akhirnya dia pikir lebih baik bersikap netral, agar tidak terpancing.

Dion tidak percaya dengan Lancelot, berpikir kalau mungkin saja pria di depannya ini sedang membuat akal bulus yang halus sehingga meluluhlantakannya dan pemimpin Burk's Falls. Semua bisa menjadi kemungkinan ketika mencurigai seseorang.

“Omong-omong, Uncle berterima kasih padamu, Leyna,” kata pria tersebut setelah menyesap teh manis di dalam cangkir yang diberikan oleh pelayan.

Dion mengangkat sebelah alisnya untuk mengumandangkan pertanyaan dalam diam.

“Yang kemarin itu, Uncle merasa kau menyelamatkan Uncle sebelum Uncle bertindak lebih jauh.” Lancelot menampilkan gurat tenang.

Dion mengangguk dan paham dengan perkataan pria tersebut, tubuhnya terdorong ke depan untuk melihat Lancelot lebih jelas dengan tatapan intimidasi, “Aku tidak akan melakukannya kalau Uncle bersikap baik-baik. Untungnya, Uncle datang di pagi hari, tentu saja itu mengusik ketenangan hari karyawan Daddy. Semua anak tidak akan mau tulang punggung keluarganya ditindas dan diremehkan seperti itu.”

“Aku tidak berucap sebagai orang dewasa muda yang mengenal permasalahan dewasa. Aku berucap sebagai anak dari pria yang Uncle remehkan.”

Lalu, dia kembali menarik diri dan melipat tangannya di depan dada. Tidak ada yang sia-sia melihat bagaimana Leyna Olivia bertindak selama ini. Lancelot tersenyum tipis dan beranjak dari tempat duduknya, “Uncle duluan. Sampaikan perkataan Uncle pada Ayahmu.”

Dion hanya membalas senyuman yang berusaha terlihat ramah, ternyata berguna kemampuannya tetap tersenyum walaupun anak didiknya berubah menjadi monster kecil dalam beberapa waktu. Begitu Lancelot keluar, Dion menghembuskan napasnya. Firasatnya bagus tentang ini, secara tidak langsung dia ingin menjelaskan peristiwa ini kepada Leyna nanti malam.

_The Stranger’s Lust_

To Be Continue

Related chapter

Latest chapter

DMCA.com Protection Status