Beranda / Fiksi Remaja / The Siblings / Sendirian itu menakutkan

Share

Sendirian itu menakutkan

Penulis: Atina Fathia
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-11 04:35:06

Aku terpaku di tempatku berdiri. Ketukan di pintu dan suara orang yang memanggil namaku terdengar samar.

Dada dan napasku terasa sesak, keringat dingin membasahi telapak tangan, tengkuk juga dahi. Panick attack kah ini?

Kalau manusia masih bisa dilawan dengan jurus bela diri yang kukuasai, tetapi kalau jin perempuan dengan tampilan menyeramkan seperti yang dulu kecil pernah aku lihat bagaimana?

Tiba-tiba pandanganku kabur, tubuhku lemas tak berdaya. Pandanganku kini benar-benar gelap.

"Kak Suri, bangun! Kakak kenapa?" Samar kudengar suara Juna mencoba membangunkanku.

"Suri, kamu kenapa? Coba istigfar ya, pelan-pelan ikuti aku. Astaghfirullah ... Astaghfirullahaladzim ...."

Entah suara siapa yang kini membimbingku beristigfar.

Perlahan sesak di dada menghilang, napasku mulai kembali normal, badanku juga sedikit bisa kugerakkan, kala kudengar suara seorang perempuan membacakan surat Al Fatihah, An Naas, Al Falaq, Al Ikhlas, dan ayat Kursi sambil memegang ubun-ubunku.

"Kak ... Kak Suri. Jangan nakutin, dong. Kakak kenapa?" tanya Juna yang kini mulai bisa kulihat jelas. Ia memegang erat tanganku.

"Kok, kakak di sini?" tanyaku linglung. Seingatku tadi aku berada di dapur, tetapi sekarang aku ada di tempat tidur.

"Kamar Mama. Tadi pas Juna pulang ada Kak Ayana dan kakaknya di depan rumah mau kasih lilin karena lihat rumah kita gelap, tapi kakak katanya nggak jawab-jawab pas mereka panggil. Pas Juna masuk, Kak Suri kayak nggak sadar sambil nangis di dapur, terus nggak lama pingsan," cerita Juna, wajahnya kini tampak benar-benar khawatir.

"Maafin Ayana, Sur. Aku dan Teh Ayesha jadi ikut masuk ke rumah pas Juna teriak minta tolong," ujar Ayana, di sebelahnya ada Teh Ayesha, kakaknya.

"Alhamdulillah, Suri udah nggak apa-apa sekarang, 'kan? Kalau sedang halangan, walau nggak bisa baca Qur'an, tapi tetap boleh, kok, dengar murotal. Kadang jin suka iseng kalau ada perempuan yang sedang haid," kata Teh Ayesha dengan senyum lembut menenangkan.

"Tadi emang aku kenapa? Kesurupan?" tanyaku.

"Nggak apa-apa, mungkin tadi Suri sedang lelah aja," jawab Teh Ayesha lagi, ia mengambil ponselnya yang ada di samping kepalaku. Ponselnya mengalunkan bacaan Al Qur'an dengan suara merdu.

"Juna baru kali ini lihat Kak Suri begitu. Kakak emang bisa lihat hantu? Bisa kesurupan juga?" tanya Juna penasaran.

Aku menjitak kepalanya.

"Udah ditolongin juga. Betewe, Kak Suri mesti diet, nih. Tadi Juna gendong, badannya berat banget," keluh Juna.

Aku mencubit tangannya supaya diam. Ayana dan kakaknya tertawa.

"Emang tadi Juna hebat, kok. Keren, bisa menolong kakaknya gendong ke kamar sendirian. Hebat! Jadi pengen punya adik laki-laki kayak Juna," puji Ayana.

Juna tersipu malu.

"Kak Ayana pengen digendong juga?" tanya Juna tiba-tiba.

Ah, Junaaa ... apa kamu memang benar adik kandungku?

Ayana dan kakaknya pamit setelah meyakinkan diri aku sudah baik-baik saja. Juna mengantar mereka sampai ke pintu ruang tamu sambil tak henti-hentinya berterima kasih.

Tiba-tiba aku teringat masakan untuk makan malam keluarnggaku. Jam berapa sekarang?

Aku bergegas ke dapur dan alangkah kagetnya di meja makan ada semangkok besar soto ayam, beberapa biji perkedel kentang, dua bungkus kolak pisang, seplastik gorengan dan sekilo gula. Dari mana semua ini?

"Tadi Kak Ayana ke sini selain mau kasih lilin juga mau kasih lauk di meja itu. Kalau kolak dan gorengan, tadi Juna beli di dekat minimarket, ada ibu-ibu gendong anaknya jualan macam-macam cemilan. Kasihan, jualannya masih banyak, mana hujan pula. Jadi Juna beli, deh. Uang lima puluh ribu tadi habis. Nggak apa-apa, ya?" Lapor Juna. Dia cengengesan sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Nggak apa-apa. Makasih ya, udah nolongin kakak. Kamu tadi kehujanan nggak? Mandi dulu sana, biar nggak masuk angin," suruhku ketika menyadari baju dan celana Juna basah kuyup kehujanan.

Juna mengangguk lalu sikap hormat ala tentara. "Siap, Bos!"

Tak selang berapa lama keluarnggaku satu persatu pulang. Juna tak henti-hentinya menceritakan kejadian sore ini pada mereka dengan seru. Abang-abangku menepuk pundakku. Mama mencium kepalaku. Papa memelukku, sepertinya beliau tahu trauma masa kecilku sore ini kambuh. Wajahnya tampak sedih.

Sendirian memang menakutkan.

❤️

 

Di sekolah, Ayana selalu berusaha dekat denganku, Andre yang biasanya selalu menemaniku saat jam istirahat atau menunggu jemputanku, mulai merasa tersingkir.

"Kamu sekarang dekat sama Ayana, Sur? Udah nggak butuh aku lagi, nih?" kata Andre di telinnggaku, aku tahu ia hanya menggodaku.

"Ayana sepertinya memang baik, Ndre. Ia dan keluarganya juga ramah. Mungkin karena rumah kami bertetangga, depan-depanan," jawabku.

Aku membuka buku catatan biologi Andre yang kupinjam. Tulisannya dari dulu memang rapi dan enak dibaca, aku yang perempuan saja merasa kalah darinya.

"Manusia itu makhluk sosial. Artinya nggak bisa hidup sendiri. Sekarang mungkin saatnya kamu membuka hati lagi untuk bisa bersahabat dengan sesama perempuan. Kemarin kakak-kakakmu juga cerita, pengen lihat kamu lebih feminim. Hmm, aku juga. Pasti kamu jauh lebih cantik jika sedikit berdandan seperti teman-teman perempuan sekelas kita yang suka make up. Tipis saja, sepertinya nggak masalah," saran Andre.

Aku melongo mendengarnya bicara begitu. Andre kesambet apa?

"Lo ngomong apa sih, Ndre? Tau sendiri, 'kan? Gue paling ogah dandan-dandanan. Rok yang gue punya aja cuma rok sekolah, apalagi make up? Tumben-tumbenan lo. Kenapa, hayo? Lo lagi suka sama cewek yang suka dandan? Nnggaku, deh!" tuduhku sambil menepuk bahunya.

Andre menghela napas. Wajahnya terlihat kesal.

"Susah ngomong sama perempuan kayak lo, Sur. Diajak serius malah becanda. Mana ada gue suka ama cewek lain? Lo aja yang nggak peka. Udahan ah, gue cabut dulu!" pamit Andre dari samping tempat dudukku. Ia berjalan menuju tempat duduknya.

"Sepertinya kalian sangat dekat, ya?" tanya Ayana yang kini duduk di depanku.

"Siapa? Andre?" jawabku.

Ayana mengangguk.

"Aku nggak pernah punya sahabat dekat. Satu-satunya sahabatku ya, Teh Ayesha dan Teh Alya, kakakku. Gimana rasanya punya sahabat dan kakak laki-laki yang banyak, Sur?" tanya Ayana, wajahnya penasaran seperti menanti jawabanku.

"Biasa aja. Cenderung rusuh kalau ngumpul. Kadang juga melelahkan kalau udah pada berantem. Hmm, aku juga penasaran bagaimana rasanya punya dua kakak perempuan sepertimu," kataku.

Apa aku sedang iri pada Ayana, mengingat sikap menenangkannya Teh Ayesha yang sangat lembut kemari?.

Entah kenapa, aku melihat binar di mata Ayana seakan meredup.

"Andai kita bisa tukar tempat sehari aja kayak di drama Korea ...," bisik Ayana.

Aku tak tahu maksudnya.

❤️

 

Mas Doni menjemputku dan Juna sepulang sekolah. Hari ini dia libur bimbingan skripsi, jadi di rumah seharian.

"Mas, jalan-jalan, yuk. Juna bosen di rumah," kata Juna sambil minum sebotol jus buah kepunyaan Mas Doni.

"Bosen kenapa? Ada masalah?" tanya Mas Doni perhatian.

"Bosen aja. Di rumah juga paling kita bertiga doang. Juna kangen jalan-jalan kumpul sekeluarga, tapi kayaknya semua lagi pada sibuk." Juna merengut.

"Fisa gimana? Bosen juga? Biasanya Andre nemenin kamu pas pulang sekolah, tumben tadi nggak ada. Lagi marahan? Kayak orang pacaran aja, berantem-beranteman," ledek Mas Doni.

Juna terkekeh. Aku membuang napas.

"Andre? Dia tuh yang aneh! Tumben-tumbenan dia nyuruh supaya lebih feminim. Kalian emang ngomongin apa kemarin?" kataku sedikit kesal.

"Ngomongin apa? Biasa aja kayaknya ya, Jun? Andre itu naksir kamu dari dulu. Wajar aja dia pengen kamu tampil lebih cantik. Masa kamu nggak ngerti?" Mas Doni berkilah.

"Kalau Kak Suri nikah sama Bang Andre seru nih, Bang! Nanti nama anaknya singkatan nama mereka. Suriken. Nama lengkapnya Bang Andre ‘kan, Kenzio Andre," kata Juna sambil pura-pura menjadi ninja yang melempar suriken ala Naruto dalam imajinasinya.

Mas Doni tertawa keras, membuat setir mobil sedikit oleng. Aku melengos sebal melihat jalan.

Mas Doni mengarahkan mobil tidak ke arah jalan pulang. Juna teriak kegirangan ketika mobil berbelok menuju mal yang letaknya tak begitu jauh dari sekolah.

"Mas Doni mau beli kertas sama sekalian cari novel barunya penulis best seller, Atina Fathia. Kalau kalian mau beli-beli, pakai uang sendiri!" kata Mas Doni seakan memberi kami peringatan jangan minta jajan.

"Kalau beli komik aja, boleh 'kan?" tawar Juna. Mas Doni menggeleng.

Mas Doni merangkul bahu Juna dan menggandeng tanganku. Risih kalau jalan begini, pasti dikiranya nanti aku pacar Mas Doni. Aku melepaskan gandengannya, tetapi Mas Doni malah merangkul bahuku seperti ia merangkul Juna.

Sesampainya di toko buku, Juna setengah berteriak seraya menunjuk ke arah jam dua belas. Juna berbisik di telinga Mas Doni, "Ada Bang Jerry sama perempuan, Bang."

Aku dan Mas Doni segera melihat ke arah yang ditunjuk Juna.

Ya, Benar! Kulihat dengan jelas Bang Jerry sedang jalan berdua dengan seorang perempuan muda berambut sebahu. Mereka tertawa dan tampak akrab.

Aku dan Mas Doni berpandangan. Siapa perempuan yang sedang bersama saudara kami itu?

Bab terkait

  • The Siblings   Bang Jerry itu ....

    Juna memulai investigasi ala-ala sejak kami melihat Bang Jerry bersama seorang perempuan beberapa hari yang lalu. Aku dan Mas Doni kadang bergantian mengamati kebiasaan Bang Jerry lebih saksama, mulai dari bangun sampai mau tidur lagi, dari belum mandi sampai harum mewangi.Rasa-rasanya tidak ada yang aneh. Bang Jerry malah kebingungan sendiri melihat kami yang tampak berlebihan memperhatikannya."Napa, sih? Pada mau ngapain?" tanya Bang Jerry saat Juna dan Mas Doni mencium parfum di kemeja yang baru saja dikenakannya."Gue tau gue wangi, mau pinjem parfum gue, ya? Nehi!" katanya lagi."Bang, mau ke mana, sih? Tumben cakepan," tanyaku basa-basi walau sedetik kemudian menyesali kalimat terakhir yang kulontarkan."Tumben muji, ada maunya lo, ya?" tuduhnya. Juna cengengesan seakan membenarkan apa kata Bang Jerry."Jun, Suryo baru sada

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-02
  • The Siblings   Konferensi Meja Bundar

    Aku, Juna, Mas Doni dan Bang Jerry berkumpul di kamarku. Ini seperti konferensi meja bundar yang judulnya important meeting talking about Bang Chandra."Bang Chandra udah punya pacar??" tanya Mas Doni tak percaya.Aku dan Bang Jerry mengangguk bersamaan. Sebelumnya kami berdua menceritakan hasil 'nguping' pembicaraan orang dewasa ala Bang Chandra dengan kedua orang tua kami.Mama kaget dengan permintaan izin menikah dari Bang Chandra. Papa cenderung memahami permintaan Bang Chandra. Papa bilang sudah sewajarnya Bang Chandra mulai memikirkan pernikahan di usianya. Namun, Bang Chandra belum mengatakan siapa nama calonnya. Dia hanya mengatakan akan mengenalkan calonnya ke rumah jika Mama dan Papa sudah membolehkannya menikah dalam waktu dekat. .

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-02
  • The Siblings   Last love

    Minggu pagi, seperti biasa kami sekeluarga jalan pagi seusai salat Subuh berjamaah di masjid. Mama absen karena sedang datang bulan, padahal biasanya hal itu bukan jadi alasan. Sepertinya cukup jelas kalau Mama cenderung menghindari kontak dengan Bang Chandra.Beberapa hari ini atmosfer di rumah memang terasa berbeda sejak Bang Chandra membuka wacana soal pernikahan. Mama terlihat sekali belum siap melepas anak sulungnya. Mungkin bagi Mama, kami berlima selalu menjadi anak bayi yang semakin besar saja, padahal seiring waktu kami semakin tua dan mau tak mau harus belajar dewasa."Pelan-pelan saja. Mama begini karena sayang banget sama kalian. Kami berdua dulu komitmen, setelah menikah dan punya anak, kami harus membesarkan kalian tanpa pengasuh, makanya kita saling bergantung satu sama lainnya, bukan? Harap maklumi jika kam

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-02
  • The Siblings   Kebakaran di rumah Ayana

    Aku membuka pintu gerbang, membimbing Ayana dan kakaknya masuk ke rumah. Panik, kalut juga takut tergambar jelas dari wajah keduanya."A-Ayesha masih di dalam rumah. Di-dia tadi di kamarnya, sedang tidur. To-tolong bantu kami." Teh Aliya, kakak pertama Ayana tergagap, ia tampak shock.Ayana menangis sambil memeluk lengan kakaknya.Bang Jerry dan Juna berlari ke rumah Ayana walaupun itu cukup berbahaya, mereka mencoba menolong Teh Ayesha yang berteriak minta tolong dari lantai dua rumahnya dengan wajah ketakutan.Kami semua berteriak histeris ketika ledakan kedua terdengar keras dari dalam rumah Ayana. Bang Jerry dan Juna berhenti sejenak, lalu menyambar tangga lipat yang tergantung

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-14
  • The Siblings   Perkenalan

    Suara riuh terdengar dari lantai dua balkon rumah. Ada tiga anak muda bersuara emas bernyanyi merdu seirama petikan gitar.Tak lama, suara tepukan tangan membahana. Seorang perempuan muda dengan rambut kuncir kuda, berkaos abu-abu dengan celana hitam selutut melangkah maju dan duduk santai bersama mereka. Perempuan muda itu adalah aku, Suri Nafisa. Satu-satunya anak perempuan di keluarga ini. Usiaku tahun ini delapan belas tahun, meninggalkan sweet seventen yang ternyata biasa saja, tidak semanis gula.Aku adalah anak ke-empat dari lima bersaudara. Kata Tante Mira, tetangga depan rumah, seharusnya aku jadi anak bungsu, kalau saja Juna adikku tidak lahir bertepatan di ulang tahunku yang kedua. Seperti yang kubilang tadi, aku satu-satunya perempuan di antara empat saudaraku yang kesemuanya berjenis kelamin laki-laki. Terkadang aku hampir kehilangan jati diriku sebagai perempuan jika sudah bertengkar dengan mereka. Gaya bicara, cara berjalan dan kelakua

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-26
  • The Siblings   Rutinitas Minggu Pagi

    Hari minggu pagi merupakan waktu kumpul keluarga. Selepas subuh berjamaah di masjid, biasanya keluarga kami mempunyai ritual jalan pagi sambil mencari sarapan. Kegiatan yang wajib diikuti semua anggota keluarga tanpa terkecuali.Jika tidak ada kesibukan dan mood traveling Papa bagus, disertai cuaca cerah yang mendukung, kadang Papa spontan mengajak kami jalan-jalan ke mana saja, bahkan piknik ke luar kota. One day traveling, berangkat pagi pulang sore.Namun, pagi ini cuaca mendung. Tadi malam hujan deras disertai angin yang lumayan kencang. Bang Chandra cerita, dia hampir kecelakaan karena ada pohon rubuh di perjalanan ketika pulang dari kantornya. Mas Doni pulang kemalaman karena menunggu hujan reda di kostan temannya. Hanya Bang Jerry yang pulang ke rumah dengan jas hujan yang basah kuyup dari atas kep

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-11
  • The Siblings   Bang Jerry Sakit

    Bang Jerry dirawat. Ini pertama kalinya aku melihat kakak yang lahir tepat dua tahun di atasku itu masuk ruang perawatan rumah sakit, ia tampak terkulai tak berdaya dengan selang infus di pergelangan tangan kirinya.Lama-lama aku kasihan juga, apalagi ketika deru nafasnya terdengar berat, bukan dengkuran tidur pulas, tetapi karena merintih kesakitan.Mama dan Papa kini sedang makan siang di kantin rumah sakit, setelah berkonsultasi dengan dokter tentang Bang Jerry yang ternyata positif tifus, ia mesti dirawat inap setidaknya tiga hari ke depan karena demamnya tinggi, dan kesadarannya menurun hingga tadi pingsan di mal.Bang Chandra dan Mas Doni pulang ke rumah untuk mengambil pakaian ganti Bang Jerry.

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-11
  • The Siblings   Ayana Family

    Seperti kata Papa tadi pagi, sore ini, aku, Juna dan Mas Doni akan ke rumah sakit untuk menjenguk Bang Jerry. Sekalian aplausan dengan Mama yang pasti sudah lelah menjaga Bang Jerry sejak kemarin.Mas Doni yang baru pulang dari kampus, bergegas mengambil pakaian ganti untuknya dan Bang Jerry. Setelah itu ia memanaskan mobil sedan yang biasa di pakai Bang Chandra ke kantor.“Assalamu’alaikum, Suri,” sapa seseorang. Ayana.Aku menjawab salam Ayana. Ia kini tersenyum pada Mas Doni dan Juna yang sedang bersiap mengeluarkan mobil.“Mau pergi, ya?” tanya Ayana. Kedua tangannya memeluk sesuatu yang dibungkus goody bag berwarna merah.

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-11

Bab terbaru

  • The Siblings   Kebakaran di rumah Ayana

    Aku membuka pintu gerbang, membimbing Ayana dan kakaknya masuk ke rumah. Panik, kalut juga takut tergambar jelas dari wajah keduanya."A-Ayesha masih di dalam rumah. Di-dia tadi di kamarnya, sedang tidur. To-tolong bantu kami." Teh Aliya, kakak pertama Ayana tergagap, ia tampak shock.Ayana menangis sambil memeluk lengan kakaknya.Bang Jerry dan Juna berlari ke rumah Ayana walaupun itu cukup berbahaya, mereka mencoba menolong Teh Ayesha yang berteriak minta tolong dari lantai dua rumahnya dengan wajah ketakutan.Kami semua berteriak histeris ketika ledakan kedua terdengar keras dari dalam rumah Ayana. Bang Jerry dan Juna berhenti sejenak, lalu menyambar tangga lipat yang tergantung

  • The Siblings   Last love

    Minggu pagi, seperti biasa kami sekeluarga jalan pagi seusai salat Subuh berjamaah di masjid. Mama absen karena sedang datang bulan, padahal biasanya hal itu bukan jadi alasan. Sepertinya cukup jelas kalau Mama cenderung menghindari kontak dengan Bang Chandra.Beberapa hari ini atmosfer di rumah memang terasa berbeda sejak Bang Chandra membuka wacana soal pernikahan. Mama terlihat sekali belum siap melepas anak sulungnya. Mungkin bagi Mama, kami berlima selalu menjadi anak bayi yang semakin besar saja, padahal seiring waktu kami semakin tua dan mau tak mau harus belajar dewasa."Pelan-pelan saja. Mama begini karena sayang banget sama kalian. Kami berdua dulu komitmen, setelah menikah dan punya anak, kami harus membesarkan kalian tanpa pengasuh, makanya kita saling bergantung satu sama lainnya, bukan? Harap maklumi jika kam

  • The Siblings   Konferensi Meja Bundar

    Aku, Juna, Mas Doni dan Bang Jerry berkumpul di kamarku. Ini seperti konferensi meja bundar yang judulnya important meeting talking about Bang Chandra."Bang Chandra udah punya pacar??" tanya Mas Doni tak percaya.Aku dan Bang Jerry mengangguk bersamaan. Sebelumnya kami berdua menceritakan hasil 'nguping' pembicaraan orang dewasa ala Bang Chandra dengan kedua orang tua kami.Mama kaget dengan permintaan izin menikah dari Bang Chandra. Papa cenderung memahami permintaan Bang Chandra. Papa bilang sudah sewajarnya Bang Chandra mulai memikirkan pernikahan di usianya. Namun, Bang Chandra belum mengatakan siapa nama calonnya. Dia hanya mengatakan akan mengenalkan calonnya ke rumah jika Mama dan Papa sudah membolehkannya menikah dalam waktu dekat. .

  • The Siblings   Bang Jerry itu ....

    Juna memulai investigasi ala-ala sejak kami melihat Bang Jerry bersama seorang perempuan beberapa hari yang lalu. Aku dan Mas Doni kadang bergantian mengamati kebiasaan Bang Jerry lebih saksama, mulai dari bangun sampai mau tidur lagi, dari belum mandi sampai harum mewangi.Rasa-rasanya tidak ada yang aneh. Bang Jerry malah kebingungan sendiri melihat kami yang tampak berlebihan memperhatikannya."Napa, sih? Pada mau ngapain?" tanya Bang Jerry saat Juna dan Mas Doni mencium parfum di kemeja yang baru saja dikenakannya."Gue tau gue wangi, mau pinjem parfum gue, ya? Nehi!" katanya lagi."Bang, mau ke mana, sih? Tumben cakepan," tanyaku basa-basi walau sedetik kemudian menyesali kalimat terakhir yang kulontarkan."Tumben muji, ada maunya lo, ya?" tuduhnya. Juna cengengesan seakan membenarkan apa kata Bang Jerry."Jun, Suryo baru sada

  • The Siblings   Sendirian itu menakutkan

    Aku terpaku di tempatku berdiri. Ketukan di pintu dan suara orang yang memanggil namaku terdengar samar.Dada dan napasku terasa sesak, keringat dingin membasahi telapak tangan, tengkuk juga dahi. Panick attack kah ini? Kalau manusia masih bisa dilawan dengan jurus bela diri yang kukuasai, tetapi kalau jin perempuan dengan tampilan menyeramkan seperti yang dulu kecil pernah aku lihat bagaimana? Tiba-tiba pandanganku kabur, tubuhku lemas tak berdaya. Pandanganku kini benar-benar gelap."Kak Suri, bangun! Kakak kenapa?" Samar kudengar suara Juna mencoba membangunkanku."Suri, kamu kenapa? Coba istigfar ya, pelan-pelan ikuti aku. Astaghfirullah ... Astaghfirullahaladzim ...." Entah suara siapa yang kini membimbingku beristigfar.Perlahan sesak di dadamenghilang, napasku mulai kembali normal, badanku juga sedikit bisa kugerakkan, kala kudengar suara seorang perempuan membacakan surat Al Fatihah, An Naas, Al Falaq, A

  • The Siblings   Trauma Suri

    Di depan rumahku telah berdiri tenggak tenda ungu muda dengan hiasan bunga warna warni. Sepertinya acara pengajian rumah baru Ayana hari ini akan dihadiri orang luar, bukan dari tetangga perumahan saja.Aku yang sedang menjemur pakaian di lantai dua melihat beberapa perempuan berseragam putih hitam sedang merapikan meja prasmanan."Suriii, nanti datang, ya. Aku tunggu," teriak Ayana yang ternyata melihatku dari teras lantai dua rumahnya. Hijab coklatnya senada dengan gamis peach yang dikenakannya."Ayana, ya?" tanya Bang Jerry yang sedang berjemur sambil olahraga ringan dekat aku menjemur pakaian.Penampakan Bang Jerry benar-benar cuek, ia hanya memakai kaos singlet putih tanpa lengan dan ce

  • The Siblings   Ayana Family

    Seperti kata Papa tadi pagi, sore ini, aku, Juna dan Mas Doni akan ke rumah sakit untuk menjenguk Bang Jerry. Sekalian aplausan dengan Mama yang pasti sudah lelah menjaga Bang Jerry sejak kemarin.Mas Doni yang baru pulang dari kampus, bergegas mengambil pakaian ganti untuknya dan Bang Jerry. Setelah itu ia memanaskan mobil sedan yang biasa di pakai Bang Chandra ke kantor.“Assalamu’alaikum, Suri,” sapa seseorang. Ayana.Aku menjawab salam Ayana. Ia kini tersenyum pada Mas Doni dan Juna yang sedang bersiap mengeluarkan mobil.“Mau pergi, ya?” tanya Ayana. Kedua tangannya memeluk sesuatu yang dibungkus goody bag berwarna merah.

  • The Siblings   Bang Jerry Sakit

    Bang Jerry dirawat. Ini pertama kalinya aku melihat kakak yang lahir tepat dua tahun di atasku itu masuk ruang perawatan rumah sakit, ia tampak terkulai tak berdaya dengan selang infus di pergelangan tangan kirinya.Lama-lama aku kasihan juga, apalagi ketika deru nafasnya terdengar berat, bukan dengkuran tidur pulas, tetapi karena merintih kesakitan.Mama dan Papa kini sedang makan siang di kantin rumah sakit, setelah berkonsultasi dengan dokter tentang Bang Jerry yang ternyata positif tifus, ia mesti dirawat inap setidaknya tiga hari ke depan karena demamnya tinggi, dan kesadarannya menurun hingga tadi pingsan di mal.Bang Chandra dan Mas Doni pulang ke rumah untuk mengambil pakaian ganti Bang Jerry.

  • The Siblings   Rutinitas Minggu Pagi

    Hari minggu pagi merupakan waktu kumpul keluarga. Selepas subuh berjamaah di masjid, biasanya keluarga kami mempunyai ritual jalan pagi sambil mencari sarapan. Kegiatan yang wajib diikuti semua anggota keluarga tanpa terkecuali.Jika tidak ada kesibukan dan mood traveling Papa bagus, disertai cuaca cerah yang mendukung, kadang Papa spontan mengajak kami jalan-jalan ke mana saja, bahkan piknik ke luar kota. One day traveling, berangkat pagi pulang sore.Namun, pagi ini cuaca mendung. Tadi malam hujan deras disertai angin yang lumayan kencang. Bang Chandra cerita, dia hampir kecelakaan karena ada pohon rubuh di perjalanan ketika pulang dari kantornya. Mas Doni pulang kemalaman karena menunggu hujan reda di kostan temannya. Hanya Bang Jerry yang pulang ke rumah dengan jas hujan yang basah kuyup dari atas kep

DMCA.com Protection Status