Beranda / Fantasi / The Legend of Fang Yue / Amarah dan Perlawanan

Share

Amarah dan Perlawanan

“Putri, apakah akan baik-baik saja saat menghadiri perjamuan makan malam ini?’

“Apa maksudmu asisten Chu?” Fang Yue melirik asisten Chu yang tengah berdiri di belakangnya.

“Maksud saya, Perdana Menteri.”

Fang Yue hanya terkekeh pelan. “Aku kan mengendalikan pria tua itu dengan otakku. Aku akan membuat pria tua itu menyesal sudah menyarankan perjamuan makan malam dimana ada aku di sana.”

 Fang Yue juga berjanji akan mengumpulkan segala bukti mengenai kasus kakak laki-lakinya, terlebih statusnya yang akan berubah menjadi istri dari Putra Mahkota yang tidak lama lagi akan diangkat menjadi seorang Kaisar. Sudah bisa Fang Yue pastikan bahwa Perdana Menteri Hong yang tamak itu akan menerima segala konsekuensi atas perbuatannya.

“Putri Fang Yue memasuki istana utama,” teriak seorang kasim istana.

Fang Yue melangkah dengan tegas, mengabaikan tatapan mata dari semua pejabat istana. Pembawaan Fang Yue yang tegas dan angkuh membuat siapapun akan segan terhadapnya. Terlebih tembok besar yang Fang Yue dirikan benar-benar tidak bisa ditembus oleh siapapun. Fang Yue tidak akan membiarkan siapapun untuk mengenalnya jika bukan keinginan wanita itu sendiri.

 Fang Yue duduk di singgasananya dengan anggun, menatap semua pejabat yang ada di depannya dengan tajam. Para pengkhianat ini memang sudah seharusnya dibunuh, tapi hanya karena satu orang parasit, para pengkhianat tidak bisa ia bunuh semudah itu. Mata Fang Yue beralih ke arah Perdana Menteri Hong yang tengah tersenyum licik.

 “Aku memang tidak tahu apa yang akan kamu lakukan. Tapi aku tidak akan membiarkan kamu menang,” batin Fang Yue.

“Terimakasih atas undangan jamuan makan malam. Saya dengar ini merupakan ide dari para pejabat istana. Terimakasih atas perhatian kalian, semoga Dewa selalu melindungi kalian, selalu memberikan balasan yang tepat pada kalian,” tutur Fang Yue tajam. Ucapan yang penuh dengan sindirian bisa ia tutupi dengan senyuman yang terlihat melalui matanya.

“Putri yang selalu diberkati Dewa,” ucap mereka bersamaan.

Batin Fang Yue tertawa mendengar ucapan mereka semua. Dia tahu pejabat siapa yang bersih dan siapa yang kotor disini. Sebuah pencitraan hanya untuk sebuah nama baik. Sungguh membuat Fang Yue muak.

“Pada jamuan makan malam ini juga, saya akan menyampaikan beberapa pesta yang akan diselenggarakan. Pesta perayaan pernikahan putri Fang Yue, aku mau mengundang semua rakyatku, aku ingin mereka merasakan bagaimana pesta istana yang mewah. Kaisar wilayah selatan pun juga akan melakukan hal yang sama. Jadi aku harap pada kalian untuk segera membuat pengumuman untuk rakyat agar menghadiri pesta itu.”

 “Bagaimana menurut putri?” Kaisar Xiao menatap putri Fang Yue.

 “Sungguh hati Kaisar yang sangat penuh welas asih. Putri sangat setuju dengan keputusan Kaisar. Sebagai tambahan, sampaikan pada semua rakyat, pesta ini dibuka untuk mereka semua tanpa terkecuali. Meski hanya seorang pengemis sekalipun, aku ingin mereka merasakan makanan istana,” jawab Fang Yue lembut.

 “Aku tidak menerima bantahan dari siapapun,” tegas Fang Yue saat melihat salah seorang dari pejabat istana akan menyanggah keinginannya.

Fang Yue hanya mendecih sinis saat melihat kisar diam saja karena setuju dengannya. “Dasar tikus tidak tahu diri. Sudah dirawat di istana tapi masih berkhianat. Apa yang sebenarnya kalian inginkan? Kursi Kaisar? Atau jabatan selir untuk anak kalian?”batin Fang Yue sinis.

Jamuan makan malam berlangsung sangat tenang meski diiringi sindiran tajam dari pihak pejabat istana yang berusia tua. Mereka selalu menentang Fang Yue serta tidak benar-benar mendukung kaisar. Termasuk Perdana Menteri Hong yang memiliki banyak muka setiap bertemu orang lain.

“Putri mohon undur diri Kaisar, ibu suri.” Fang Yue membungkukkan badannya ke arah  orangtuanya lalu berjalan keluar dari istana utama diikuti asisten Chu dibelakangnya.

 “Permisi calon ibu permaisuri Fang Yue.” Langkah Fang Yue terhenti bersamaan dengan matanya yang menyorot tajam. Wanita itu segera membalikkan tubuhnya ke arah Perdana Menteri Hong yang sudah berada di belakangnya.

“Bisakah anda bercerita mengenai perasaan anda yang akan segera keluar dari istana ini? Tidakkah anda hanya digunakan sebagai alat untuk Kaisar menguasai wilayah Yuan?” Perdana menteri Hong tertawa keras.

 Kini keduanya sedang berdiri berhadapan di samping pilar kanan istana utama. Tidak ada seorangpun yang tahu bahwa sejak lama keduanya sudah melakukan perang dingin. Sikap keduanya pun tidak menunjukkan bahwa mereka sedang dalam pertentangan. Hanya ucapan keduanya yang saling menghunus tajam, berharap ujung pisau pada lidah mereka bisa menancap kuat pada dada musuh mereka masing-masing.

“Perlukah saya mengatakannya? Ataukah anda justru khawatir karena dengan pernikahan ini, anda akan mudah untuk saya lenyapkan. Bukan begitu? Sebaiknya anda berhati-hati karena setelah ini, saya bukanlah Fang Yue si putri lemah yang tidak bisa berbuat apa-apa Perdana Menteri Hong yang terhormat.”

 “Kita pergi asisten Chu,” lanjut Fang Yue tegas.

 Fang Yue yang merasa diremehkan pun hanya bisa mengepalkan tangannya dibalik lengan hanfu. Giginya bergemeletuk pertandan menahan emosi.

“Kubunuh kamu Perdana Menteri Hong!” geram Fang Yue saat sudah berada di dalam ruang bacanya.

Ruang yang Fang Yue gunakan untuk mendinginkan pikirannya karena di tempat ini pula banyak kenangannya bersama sang kakak, Xiao Ming Ge. Beranjak dewasa di bawah pantauan sang kakak membuat watak keduanya hampir sama. Memiliki watak tegas dan berani. Hal itu pula lah yang membuat Fang Yue ingin melenyapkan Perdana Menteri Hong.

“Putri, anda harus tenang. Ingatlah anda tidak boleh gegabah dalam melakukan suatu hal,” perintah asisten Chu.

 SRINGG

 SRKK

 Suara dentingan pedang milik asisten Chu yang tiba-tiba saja ditarik oleh Fang Yue dan ia arahkan dengan cepat ke arah pembatas kayu di ruang bacanya. Kayu pembatas yang berakhir menjadi beberapa bagian karena ulah Fang Yue. Bukan hal asing lagi bagi asisten Chu melihat bagaimana putri Kaisar satu ini meredakan amarahnya dengan bermain pedang.

TING

Fang Yue melepaskan genggaman pedang di tangannya tanda ia sudah jauh lebih baik. Napasnya masih terengah degan mata yang menyorot tajam seolah membayangkan Perdana Menteri sedang berada di depannya saat ini.

“Aku akan menyambut pernikahan ini dengan hati yang lapang dan aku akan membunuh mereka dengan mudah seperti aku menginjak seekor ular,” gumam Fang Yue seraya tersenyum licik.

“Jangan ganggu aku asisten Chu. Aku akan kembali ke kamarku saat tengah malam tiba.” Fang Yue keluar dari ruang baca dengan langkah pasti, menuju sisi samping kanan ruang baca, dimana tak ada banyak prajurit istana di sana.

 Dengan mudah Fang Yue melompat, tubuhnya sudah berada diatas atap ruang baca. Menikmati terangnya rembulan di malam hari serta menikmati segarnya udara malam yang menerpa kulitnya. Tempat dimana ia menjadi dirinya sendiri, tidak akan ada yang mengganggunya di sini.

 Mata Fang Yue menatap lurus ke arah rembulan yang saat ini terlihat bulat sempurna, seolah menatap mata sang kakak yang ia rindukan. Mata hitam segelap malam dan seluas langit. Mengenang seseorang hingga membuat air matanya menetes membasahi pipi.

 “Kakak Ming, aku merindukanmu.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status