Tubuh Tian Xu menegang saat harum tubuh Fang Yue menyeruak dan memasuki hidungnya dengan lancang. Aroma segar bunga serta buah menjadi satu menghasilkan rasa manis. Berbeda dengan ucapan tajam yang selalu dilontarkan oleh wanita itu. Tian Xu tidak tahu bagaimana selama ini Fang Yue hidup, tapi tidak dia sangka masih satu hari hidup bersama saja dia sudah direndahkan oleh Fang Yue.
“Apakah seperti ini ucapanmu setiap hari? Benar-benar tidak mencerminkan seorang putri istana,” sindir Tian Xu setelah meneguk tehnya kasar.
“Apakah kamu akan menjadi wanita sok tahu di istana ini? Bersikap sesuka hati dan merendahkan aku?! Perhatikan ucapanmu! Kamu di istanaku sekarang!” geram Tian Xu.
Tanpa menjawab apapun, Fang Yue segera merebahkan dirinya setelah melepas lapisan hanfu nya menjadi lapisan merah muda tipis, beruntung bentuk tubuhnya tetap tak terlihat. Fang Yue mengabaikan Tian Xu yang terus mengoceh sambil memakinya.
“Sayangnya aku tidak peduli dengan umpatanmu Tian Xu,” batin Fang Yue tidak peduli.
Keesokan pagi.
Acara penyambutan istri dari Putra Mahkota kembali diadakan. Kaisar meminta Tian Xu dan Fang Yue untuk melaksanakan makan pagi di istana utama bersama istri dan anak dari selir lainnya.
“Perhatikan ucapanmu kalau tidak ingin ditendang keluar dengan mudah disini,” ucap Tian Xu tajam.
“Bahkan aku lebih cerdik darimu Tian Xu,” batin Fang Yue tertawa puas.
Tanpa menjawab apapun, Fang Yue segera berjalan disamping Tian Xu menggunakan penutup mukanya. Ukiran bunga peony pada penutup mukanya diharapkan bisa membawa keberuntungan untuknya. Masuk kedalam istana selatan sama artinya dengan menyerahkan nyawamu pada segerombolan harimau hutan, tapi Fang Yue berjanji dengan nyawanya sendiri bahwa dia akan segera mencari para pembunuh licik itu.
“Putra Mahkota dan putri memasuki istana utama,” teriakan kasim yang menggelegar membuat kegaduhan banyak orang di dalamnya diam seketika.
Bisa Fang Yue lihat Kaisar tengah mendudukan diri di atas singgasananya bersama ibu suri. Fang Yue melangkah dengan tegas, berjalan di tengah banyaknya selir dan anak dari Kaisar. Pilar kokoh yang berwarna emas serta tempat duduk yang berwarna emas pula.
“Sungguh mencintai kekayaan,” batin Fang Yue menyimpulkan.
Setelah memberi hormat, pasangan itu segera menduduki tempat yang disediakan khusus untuk mereka. Dengan anggun dan berkelas Fang Yue menyiapkan makanan untuk Tian Xu.
“Kenapa putri memakai penutup muka? Apakah ada sesutau pada wajah putri hingga tidak boleh dilihat orang lain? Lihatlah putri Seng Chian yang sangat cantik, putriku ini memiliki kepribadian yang sangat anggun, pintar, bahkan Kaisar di luar Yuan pun sangat ingin menjadikannya permaisuri,” ucap selir jang, istri keempat kaisar Tian.
“Maaf. Saya hanya ingin menyimpan wajah saya untuk suami saya dan hanya keluarga terdekat saya yang bisa melihat bagaimana wajah saya. Mungkin Putra Mahkota bisa menjelaskan bagaimana wajah saya di hadapan ibu selir Jang. Oh! Saya menutup wajah saya karena ingin menghormati kedudukan ayah saya sebagai kaisar. Saya berharga jadi saya harus menutupi wajah saya dan ayah saya setuju.” Fang Yue menatap tajam ke arah selir jang dengan senyum manis di bibirnya.
“Istriku adalah wanita yang sangat cantik. Tidak harus mengumbar ke seluruh orang bagaimana wajahnya. Saya juga tidak ingin wajah dari istri Putra Mahkota dipandangi bebas oleh semua prajurit istana, bahkan setiap orang di jalanan sana,” jawaban lembut dan tegas Tian Xu yang dihadiahi tawa puas oleh Kaisar.
Pria tua itu tidak menyangka anaknya bisa bersikap manis seperti ini dihadapan semua orang. Meski ucapan penuh sindiran sudah dimulai, dia sama sekali tidak melihat ketakutan pada wajah Fang Yue.
“Saya sudah memilih pasangan yang tepat untuk Putra Mahkota. Baiklah, kita hargai keinginan putri dan jangan lagi mendesaknya,” tutur Kaisar Tian ramah yang membuat selir Jang bersungut kesal ke arahnya.
Bisa Fang Yue bayangkan bagaimana selir itu memakainya didalam hati. Tapi sayangnya Fang Yue tidak peduli. Baginya selir seperti mereka tidak jauh dari kata parasit yang merepotkan.
Senyum kemenangan sangat terlihat dari mata Fang Yue. Dia tahu dia sudah seperti mengibarkan bendera perang pada seluruh penghuni istana, tapi sayangnya dia tidak peduli. Dia hanya perlu berhati-hati dan tidak menerima apapun sebagai pemberian dari mereka.
Setelah makan pagi berakhir, Kaisar Tian menginginkan untuk Putra Mahkota dan istrinya pergi untuk menikmati suasana di danau istana, ditemani teh serta kudapan manis. Bahkan kaisar Tian juga membebaskan Tian Xu dari segala urusan istana.
Keduanya duduk dengan meja di tengah mereka sebagai pemisah. Fang Yue melirik Tian Xu yang sedang membaca sebuah buku peperangan. Benar-benar tidak ada waktu bersantai dalam hidup orang itu. Tangan Fang Yue menuangkan teh dalam cawan kecil, ia sodorkan cawan itu ke arah Putra Mahkota.
“Setidaknya bersikap seperti kamu menerima pernikahan ini di hadapan banyak orang. Aku tidak peduli meski kita tidur di tempat terpisah, tapi melawan seseorang haruslah menggunakan cara cerdik. Secerdik tupai yang melompat, secerdik kuda yang terus berlari meski matanya tertutup,” lirih Fang Yue.
Tidak lama dari Fang Yue mengakhiri ucapannya, munculah Jin Chen ke hadapan mereka. Fang Yue hanya menghela napas jengah, tidak habis pikir tentang sikap jin Chen yang menurutnya bodoh. Dia ini sepertinya tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa.
“Bisakah kamu pergi meninggalkan kakakku? Ada yang ingin aku katakan padanya,” sinis Jin Chen.
“Pergilah jika ingin mengatakan sesuatu. Ini adalah tempatku duduk dan aku menyukai tempat ini. Kalau kamu tidak mau maka pergilah. Tidak ada seorangpun yang bisa memerintahku,” jawab Fang Yue ranah dengan tatapan tajam menyorot ke arah Jin Chen.
“Katakana disini Jin’er dan hormati putri karena dia istriku. Katakan maaf padanya.”
“Cepat Jin’er,” geram Tian Xu.
Mendengar ucapan Tian Xu yang memihak istrinya membuat kemarahan Jin Chen semakin meradang, laki-laki itu semakin mengepalkan tangannya erat seraya memandang tajam ke arah Fang Yue. Dia akan secepatnya membuat Fang Yue keluar dari istana ini. Istana ini adalah wilayah kekuasaanya, maka tak akan ada satu orang pun yang bisa menindasnya disini.
“Aku ingin mengatakan tentang perebutan wilayah di Guangzhin. Biarkan aku yang merebutnya, aku yang akan menyerangnya, aku pula yang akan mendapat pujian dari Kaisar Tian. Kakak carilah wilayah lain untuk kamu ambil alih. Guangzhin adalah milikku.”
“Dan Aku, Jin Chen, tidak akan meminta maaf pada orang luar seperti Xiao Fang Yue meski dia istri putra mahkota,” lanjut Jin Chen tajam lalu segera pergi dari hadapan pasangan pengantin baru itu.
“Ckckck ... Inikah kehidupan istana selatan yang kamu agung-agungkan padaku?” Fang Yue menaikan sebelah alisnya seraya menatap Tian Xu lekat.
“Tutup mulutmu Fang Yue!” geram Tian Xu tertahan. Tian Xu memejamkan matanya, mencoba untuk mengendalikan emosinya. Dia tidak tahu bahwa Fang Yue akan selancang ini berkomentar. Terlebih sikap Jin Chen yang membuatnya marah. Anak selir itu masih tetap tidak tahu diri, bahkan di depan Fang Yue sekalipun. Jika seperti ini, Tian Xu pun tidak bisa diam saja. Dia harus melakukan sesuatu dan tentunya dia akan menggunakan Fang Yue untuk menjatuhkan anak selir yang bodoh itu. “Kamu ikut denganku,” perintah Tian Xu pada Fang Yue yang tak bisa dibantah sedikitpun. Fang Yue hanya mendengus jengah melihat sikap Tian Xu yang menurutnya sangat bodoh. Laki-laki itu sangat memperlihatkan bahwa dia sedang tidak baik-baik saja. “Beg
“Jangan pedulikan aku karena aku akan dengan mudah masuk ke aula menara itu dan naik ke atas menara. Tapi apa yang akan aku lihat? Kehancuran kalian? Kematian kalian?” Tian Xu sontak menatap tajam Fang Yue setelah mendengar ucapan penuh cemooh dari wanita itu. “Jangan pernah bersikap seolah kamu tahu segalanya di depanku! Kamu tidak lebih pintar dariku Xiao Fang Yue!” Fang Yue hanya menganggukan kepalanya. Dia menuruti saja apa yang dikatakan Tian Xu. Dia benar-benar tak habis pikir dengan Tian Xu, kenapa laki-laki yang sudah menjadi suaminya ini tidak bisa menahan emosi dan mudah sekali tersinggung. jadi jangan salahkan seorang Fang Yue yang bermulut tajam. “Baiklah. Kita gunakan cara darimu dan aku akan menyiapkan rencanaku sendiri. Saat kamu kalah nanti, kamu harus menuruti perkataanku dan hilangkan sikap sombongmu di depanku!” Fang Yue meremas kuat peta w
BRKK“Putri …,” teriak asisten Chu panik.Fang Yue hanya mengangkat tanganya tanda dia tidak butuh bantuan siapapun. Fang Yue lekas berdiri dengan tegap, menahan rasa sakit yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Ia yakin, luka kali ini cukup dalam, lengan atasnya terasa terbelah menjadi dua, serta rasa sakit yang sampai ke ubun-ubun kepala. Tapi Fang Yue bukanlah wanita lemah. Hanya menolong seseorang tidak akan membuatnya terbunuh.“Putri, anda baik-baik saja? Mata anda sudah terlihat sayu, apa perampok jalanan itu melukai anda terlalu dalam? Atau perlu saya kembali kesana dan membunuh mereka satu persatu?” Asisten Chu meraih lengan Fang Yue pelan.“Aku baik-baik saja. Jangan cemas. Hanya perampok payah tidak akan membuatku mati, asisten Chu.&r
“Asisten Chu, aku mau kamu mencari informasi mengenai Tian Xu, putra dari Kaisar wilayah selatan. Ayah ingin aku menikah dengannya, aku ingin memastikan dia sesuai dengan kriteriaku atau setidaknya dia bisa aku kendalikan,” ucap Fang Yue saat keduanya sampai di kamar Fang Yue.“Baik putri, akan saya laksanakan. Tapi ... Putri benar akan menikah dengannya?”Fang Yue menghela napasnya lelah, masih memainkan kipas lipat di tangannya, memutarnya dengan cepat. “Masih kupikirkan. Tapi kalau menikah dengannya bisa membuatku lebih kuat, kurasa perlu dipertimbangkan.”“Putri, saya akan menyelidikinya sendiri. Anda tidak perlu ikut, luka anda masih belum kering putri,” sahut asisten Chu cepat saat mendapat lirikan penuh semangat milik Fang Yue.
“Putri, apakah akan baik-baik saja saat menghadiri perjamuan makan malam ini?’“Apa maksudmu asisten Chu?” Fang Yue melirik asisten Chu yang tengah berdiri di belakangnya.“Maksud saya, Perdana Menteri.”Fang Yue hanya terkekeh pelan. “Aku kan mengendalikan pria tua itu dengan otakku. Aku akan membuat pria tua itu menyesal sudah menyarankan perjamuan makan malam dimana ada aku di sana.”Fang Yue juga berjanji akan mengumpulkan segala bukti mengenai kasus kakak laki-lakinya, terlebih statusnya yang akan berubah menjadi istri dari Putra Mahkota yang tidak lama lagi akan diangkat menjadi seorang Kaisar. Sudah bisa Fang Yue pastikan bahwa Perdana Menteri Hong yang tamak itu akan menerima segala konsekuensi atas perbuatannya.
“Yue’er, ibu yakin kamu bisa menjadi pasangan yang baik nanti dan kamu harus lebih hati-hati pada setiap orang. Tidak lama lagi Putra Mahkota akan segera naik tahta menjadi menjadi seorang Kaisar. Kaisar satu-satunya di Yuan. Kalian harus saling melindungi dan jangan berubah menjadi orang yang tamak,” nasihat Shu Fei, ibu Fang Yue.“Ibu tidak perlu khawatir, Fang Yue akan selalu mendengar amanat ibu dan kakak Ming.” Fang Yue memeluk Shu Fei erat.“Permisi putri, saatnya berangkat ke istana wilayah selatan.” Asisten Chu memasuki kamar Fang Yue.Fang Yue hanya menganggukkan kepalanya bergegas menaiki kereta kuda yang telah dihias mewah dengan ornamen warna merah. Fang Yue melangkah anggun lalu menginjakkan kakinya pada undakan kereta dengan tangan asisten Chu sebagai tumpuannya.