"Lepaskan tanganku!" Beyonce berusaha keras melawan namun Aldrich tak membiarkannya lolos. Pria itu tak peduli, meski sekarang dia dan Beyonce menjadi pusat perhatian pengunjung restoran seolah bertengkar. Tekadnya yang kuat ingin memperbaiki kesalahan di masa lalu, membuat Aldrich rela kembali dianggap egois. "Tidak akan, Bey. Beri aku kesempatan bicara dulu, baru aku akan melepaskanmu."Beyonce menggertakkan giginya dengan menatap tajam Aldrich. "Dari dulu kau tak pernah berubah. Tetap saja keras kepala dan jahat! Aku tidak mau bicara padamu ya, tidak! Jangan memaksaku!" Telinga Aldrich ditulikan, justru kemudian dia menarik tangan Beyonce menjauh dari meja semula ke tempat lain. "Agatha, kenapa kau diam saja. Cepat tolong aku!" teriak Beyonce.Melihat itu, Agatha yang sejak tadi dihalangi William mendekati Beyonce. Mulai panik dan berontak. "Eh, Tuan Jonas sialan. Cepat lepaskan Nyonya Bey! Mau kau bawa ke mana dia?" Sayangnya Agatha tak berhasil menghentikan Aldrich, karena
Seolah ada sinyal khusus jika Aldrich didekatnya. Beyonce yang masih trauma langsung menyingkir. Aldrich yang memutar kunci, melirik Beyonce diam–diam dengan miris. Dia mendesahkan napas berat saat mantan sahabat sekaligus wanita yang pernah disakitinya itu tampak ketakutan dan menjauhinya. Sungguh ironi, Aldrich bagaikan predator membahayakan.Padahal dulunya, mereka berdua dekat sekali. Semuanya dibagi, termasuk masalah pribadi yang sering dikeluhkan oleh Beyonce. Aldrich menjadi pendengar setia dan memberinya solusi, kini malah menjadi sumber masalah itu sendiri. Tak ayal, penyesalan acap kali menghinggapi Aldrich beberapa tahun belakangan dan hidupnya selalu dihantui perasaan bersalah. Gara–gara menuruti nafsunya persahabatannya menjadi hancur. "Keluarlah dari ruanganku, Bey. Tenang saja, aku tak akan mencegahmu lagi," suruh Aldrich dengan tersenyum getir. Bukan tanpa alasan saat Beyonce melewatinya begitu saja, seolah Aldrich hanya angin. 'Sampai kapanpun hanya kau satu–sa
“Di mana kurir yang mengantar bunga ini tadi Agatha?" "Sudah pergi Nyonya—" "Pergi secepat itu tanpa mengatakan siapa pengirim bunganya? Harusnya kau tak asal menerima Agatha, barangkali isinya bom." Wajah Agatha berangsur pucat memikirkan buket mawar merah itu yang diletakkan begitu saja oleh Beyonce di meja. Setelah dia tak menemukan pengirimnya di setiap celah bunga itu. Beyonce merasa diteror, Agatha ketakutan membayangkan buket mawar itu seandainya benar terdapat bom. "Nyoya Bey, maafkan saya," ucap Agatha menyesal. "Hmm. Lain kali jangan gegabah. Paham?" Beyonce melirik Agatha sebentar kemudian bangun dari duduk. Meski dengan langkah sempoyongan dan kepalanya agak pusing. Dia berjalan menuju ke luar ruko. Namun, Beyonce tak melihat siapapun kecuali pegawainya yang menyapa. Agatha yang menyusul tak lama setelahnya, ikut mencari kurir misterius tadi. "Dia sudah pergi dengan membawa motornya sejak lima menit yang lalu, Nyonya Bey," kata pegawainya saat ditanya Beyonce. "Oh
Resiko dipecat sungguh mengerikan setelah lama bekerja dengan Aldrich, meskipun tahu hanya gertakan. William yang tak ingin mengecewakan Aldrich segera melakukan tugasnya. "Siap Tuan Al. Saya akan mengatur penerbangan Anda ke Estado detik ini juga.""Kau memang bisa diandalkan, Willy." Aldrich mengangguk, tanpa menampilkan ekspresi.Dia gelisah ketika jiwa raganya tak sepenuhnya terpatri di ruang fitness. Namun melayang ke Estado, dengan perasaan tergesa ingin bertemu Zico dan Beyonce. Satu tujuan, satu keyakinan berbalut harapan pasti. Kedatangan Aldrich tak sia–sia. Apa yang disimpannya dalam benak terwujud kalau Zico adalah darah dagingnya. ****Tiba di bandara setempat, hari sudah larut. Aldrich terpaksa menginap di hotel yang tak berada jauh dari lokasi ruko Zilinch Vegetables. "Kau harus menyelidiki latar belakang Zico, Willy! Jangan sampai Beyonce tahu rencana kita," pesan Aldrich saat makan malam bersama William di restoran. Perutnya harus diisi setelah teringat sejak s
"Huaaa, Mama ... aku mau pulang!" Zico menangis sambil mengucek matanya. Bocah kecil itu bersembunyi di balik pohon. Bak main petak umpet, dia menyandarkan wajahnya di sana dengan waspada. "Lama–lama ngeri juga, ke mana semua orang pagi begini, sih? Kenapa tak ada yang lewat? Terus, kalau ada penculik bagaimana?" keluh Zico mulai takut, di sana sepi sekali. Pikirannya mengelana, apa dia bukan tersesat di alam manusia tapi di alam lain? "Huaaa!"Bocah itu kembali menangis, Aldrich yang sudah di belakangnya ragu menyapa. Dia takut anak kecil ini semakin ketakutan. Tapi tangisan Zico lucu, terdengar seperti tikus terjepit. Aldrich tak kuasa menahan tawa. Kasihan, lalu dia pun menepuk halus punggung Zico. "Adik kecil."Tubuh Zico tergemap. Napasnya ditahan, matanya membulat sempurna ketika bulu kuduknya berdiri. "Ih, kok hawanya mulai seram? Kata nenek Gema, jika ada yang memanggil sekali itu jangan dijawab. Siapa tahu itu hantu?" gerutu Zico bergidik. 'Hantu? Jadi, aku dikira han
"Wah! Apakah mobil model batman itu milik Paman Al?" Zico takjub memandangi mobil bugatti warna hitam mengkilat, yang berhenti tepat di depannya. "Ya, mobil ini milikku." Aldrich tersenyum sambil mencium pipi Zico. Bocah itu tak menolak atau berontak, pasrah saja dicium. "Kita akan menaikinya ke restoran.""Sungguh?" Zico seakan tak percaya, matanya mengerjap–ngerjap."Why not?" kekeh Aldrich menurunkan bocah itu karena meminta. Kakinya berlarian mendekati jenis Bugatti LA Voiture Noire itu dengan mulut terbuka dan mengelus body nya penuh kagum. Seketika dia tersentak, mendapati William keluar dari sana. "Paman Al bohong, ya. Ternyata mobilnya milik Pak William!" Zico bertolak pinggang dengan bibir manyun, agaknya kesal merasa dibohongi. "Eh, mana benar? Itu mobilku, William hanya—""Kata nenek Gema, bohong itu dosa! Dosa hidupnya sengsara!" Zico ingat betul petuah Gema yang menasehatinya seperti pendeta. Panjang ... sekali. Sampai anak bandel itu sering menutup telinga dan kabur
Aldrich mengusap pipinya yang baru ditampar Beyonce, semua orang yang terkejut meringis. Seolah merasakan sendiri, tamparan Beyonce yang begitu keras itu. Kini bahkan tak ada yang berani ikut campur. Sabar sekali pikirnya. Mungkinkah—pria kaya raya—setampan itu—ke sini dengan mobil mewah seharga belasan dollar, kurang kerjaan menculik Zico?Terkecuali bagi yang tahu sosok Aldrich itu siapa. Ingin rasanya menambahkan tamparan di rahang berbulunya itu—dialah Agatha, menahan geram dalam bentuk kepalan tangan.“Huh? Tampan sih, tampan. Kalau pemerkosa, aku juga tidak sudi punya suami model begitu!” gerutu Agatha, mencebikkan bibir.Alis Gema menyatu saat melirik Agatha, dia tak tahu apa yang disinggung. Terlihat marah pada Aldrich yang baru kali ini dia temui. Namun, fokusnya bukan itu?Dalam benak Gema, security dan Zico keheranan. Kenapa Aldrich sekalipun tak marah dan pasrah ditampar?‘Siapa pria ini? Apakah Nyonya Bey mengenalnya?’ Dalam hatinya, Gema penasaran.Atmosfer di teras yang
Beyonce menelan ludahnya dengan kasar, tidak ada siapapun di sana—kecuali dia dan Aldrich. Hening. Musk berpadu pepper nya yang khas bergelut napas memburu—merambah hidung. Aroma meresahkan ini bersumber dari tubuh Aldrich. Takut, sedekat ini. Dagu Beyonce terangkat tinggi, menatap pria itu yang sejak tadi memandangnya penuh maksud. Beyonce menunjukkan sisinya yang bukan wanita lemah. Meski terselip rasa takut di hatinya, seandainya—Aldrich mengulang—memperkosanya lagi. Namun, Beyonce tak akan lengah kali ini dan lebih waspada. Ya, terang saja. Posisinya begitu intim. Jemari lentik serta kuku indah Beyonce, yang bercat warna soft—bertengger di atas dada bidang pria itu yang keras. Ditahan Aldrich begitu kuat, meskipun Beyonce nekat membebaskan diri. Nyatanya, dia kalah. “Akh! Kenapa kau menahanku brengsek?!" Dia tampak sangat marah, dadanya membuncah menyita pandangan Aldrich. Sialnya, bentuk payudara yang sangat pas di genggaman tangannya itu masih dihafalnya. Masih terasa,
Raiden menyeringai dengan suaranya yang tegas dan bernada mengolok. "Yang dikatakan Beyonce benar! Sayangnya kematianmu tidak akan pernah membuatku puas Zico!"Aldrich dan Beyonce mengatupkan bibir lalu berpikir sama. Kenapa sekarang Raiden bersikap jahat? Apa dia mau membalas dendam atas nama Freya? "Lalu hal apa yang Tuan minta supaya aku bisa bersatu dengan Freya?" "Meski ku minta Beyonce menikah denganku. Barulah kau bisa menikahi Freya!"Tantangan dari Raiden membuat Zico tersentak mundur, berat dia melakukannya saat melihat wajah Aldrich menunjukan kesedihan. Sedangkan di sana Beyonce diam-diam mengusap lelehan matanya saat tak sengaja tertangkap mata Freya. "Co, lakukan saja permintaan Tuan Raiden," suruh Aldrich, baginya saat ini adalah kebahagiaan anak-anaknya. "Lagi pula, aku dan Bey juga sudah lama berpisah. Tinggal meresmikannya di pengadilan."Beyonce tak tahan lagi membungkus rapat sudut matanya yang terus dihujani tangisan. Ia tahu jika Aldrich kebalikannya. "Dad
Di dalam kamar yang ditempati Freya, wanita muda itu tampak berbaring ditemani seorang perawat yang mulai memasang infus. “Suara ribut-ribut apa di luar, Suster?” Freya tak dapat melihatnya lantaran terhalang pintu yang tertutup. Hal itu sengaja dilakukan Raiden yang tidak ingin Freya tahu, tadi Beyonce sempat mendatanginya ke kamar untuk menghalanginya melakukan tindakan terlarang tersebut.“Dad juga belum kembali dari toilet?” tambahnya lagi saat perasaan nya mulai gelisah. Sebenarnya Freya juga ragu dan takut melakukan ini. Ya, selain ini pertama kali juga melibatkan nyawa. “Maaf, Nona. Saya kurang tahu soal itu," jawab suster sembari tersenyum. Freya mengangguk paham. Perawat sejak tadi bersamanya dan sama sekali belum keluar, jadi ia pasti tak tahu soal keributan itu.“Eh, tapi kalau tidak salah …," jeda sang perawat mengingat-ingat. "Tidak salah apa, Sus?" Freya yang melamun karena banyak pikiran pun lalu menanyakan itu. "Mm, sepertinya keluarga pasien di kamar pavil
“Berhenti, aku tidak mengizinkan kau melakukan apapun pada bayi kita, Freya!" Rayden, Freya dan perawat kontan terkejut karena Zico berada tepat di depan mereka saat ini. Terlebih ketegasannya mengakui kehamilan Freya merupakan ulahnya. “Kau?” Setelah menyebut Zico, Freya meringsut dan berlindung di bahu Rayden dengan ekspresi ketakutan.. Melihat itu Zico kemudian mendekatinya. “Freya, dengarkan aku. Kau percaya denganku, kan? Tolong jangan gugurkan bayi kita!”“Apa hakmu huh?!” sambar Rayden lalu mendorong dada Zico hingga pria tanpa persiapan itu sedikit terhuyung. “Freya, demi apapun. Tolong pertahankan bayi kita!” Air mata yang semula membanjiri Freya seketika surut dan dihapus wanita itu dengan kasar. Penuh kesal jari Freya juga ikut mendorong Zico sebagai pelampiasan. “Kau mengatakan ini setelah mencampakkan aku. Apa motif mu, Co?” cecar Freya penuh kecewa sebelum dia mengingat sesuatu, “Oh, jadi benar kau barter dengan Nyonya Bey tentang pernikahan papamu itu dan dia.
“Tolong!” Suara Beyonce sampai serak karena terus berteriak, Mischa jatuh di pelukan nya dalam posisi tak sadarkan diri. Ini sungguh mengejutkan, Beyonce syok hingga tak sengaja makanan yang dibawanya terlepas dari tangan. PRANG! “Sayang, bangun … apa yang telah kau lakukan ini?” Beyonce mengguncang kedua bahu Mischa agar bangun. Penyesalan di hati Ibu dua orang anak itu mencuat saat netranya tertuju pada bekas tangan yang bercap merah di pipi Mischa. Baru kali ini Beyonce menamparnya, mungkin hal itu yang membuat Mischa sakit hati dan melakukan tindakan konyol dengan bunuh diri. “Ada apa?” Zico yang berlari tiba di ambang pintu Mischa yang terbuka lebar. Matanya membelalak saat melihat dengan mata kepalanya sendiri, Mischa terkapar dalam pangkuan Beyonce dengan keadaan tidak baik-baik saja. “Co, tolong bantu adikmu?” mohon Beyonce dengan mata yang di linangi cairan basah kepada putranya terlihat memohon. Darah memang kental, sebelum Beyonce mengatakannya tuk y
"Kau mau menyogokku?!" Mischa menanyakan itu dengan tatapan sinis, berteriak seperti kesetanan pada Aldrich yang dia benci. Semua yang ada di sana pun terkejut dengan sikap Mischa yang terkesan arogan. Di keluarga Dhuarte tak ada yang berani melawan orang tua seperti itu. Sungguh Mischa sangat memalukan di mata Beyonce yang kehilangan mukanya saat ini. Apalagi sekilas Beyonce tak sengaja mendapati gurat sedih Aldrich. Bola mata pria yang pernah memberinya sejuta cinta terlihat memenuh, sebelum hilang setelah Aldrich diam-diam menghapusnya. "Mischa! Jaga ucapanmu kepada papamu!" tegur Beyonce dengan geram, mengepalkan kedua tangannya mendekati gadis itu. "Hormati dia! Paham?""Bey, sudah tidak apa-apa. Mungkin, karena kita tidak pernah bertemu jadi Mischa sedikit canggung," kata Aldrich yang tidak ingin memperkeruh situasi. Wanita yang dipanggilnya itu mengangguk, Aldrich sangat lembut jika bicara pada Zico, juga Mischa yang hanya dua kali bertemu. Kasih sayang Aldrich pada pu
“Kau be-benar Beyonce?” Halves bertanya dengan bibir bergetar. Begitupun tangannya, saat meraih wajah Beyonce untuk memastikan bahwa ia tidak berhalusinasi. Beyonce mengangguk, menyambut tangan Halves dan menggenggamnya sebelum menghamburkan diri memeluk Halves.“Iya, Bibi. Ini aku, Beyonce,” jawabnya dengan berurai air mata, semakin mendekap Halves begitu erat. Ia sangat merindukan Halves, walau dulunya Halves pernah sangat membencinya. Sedangkan Halves yang telah mendengar Beyonce masih hidup dari Zico dan Aldrich, tapi tidak melihatnya secara langsung membuat Halves kurang lega. Pasalnya, dulu istri dari keponakannya itu telah meninggal karena tragedi kebakaran. Ternyata Beyonce tidak meninggal. Sekarang Beyonce berada di depannya, Halves percaya dan benar-benar bahagia. “Aku senang bisa melihatmu lagi sayangku,” kata Halves menyisipkan kerinduannya di sela pelukan. Namun ketika tak sengaja pandangan Halves naik ke depan, dia melihat Mischa yang juga menatap Halves. Wani
"Raiden, aku ingin bicara padamu." Suara Beyonce menahan pria itu ketika akan masuk ke dalam kamar. Bergeming di depan pintu, Raiden kemudian menjawab tanpa berbalik.Pria itu mengembuskan napas kasar dengan tampak malas ia berkata, "Aku sedang lelah. Besok saja kita bicara, Bey."Tidak ingin melewatkan kesempatan bicara dengan Raiden. Beyonce memajukan dirinya berdiri di depan pria itu. Raiden pun berdecak kesal dengan membuang muka, Beyonce dapat melihat keengganan pria itu berbicara padanya dan menghindarinya belakangan ini. "Tapi ini mengenai Freya dan Zico?"Seketika mendengar itu Raiden menolehkan wajahnya menatap Beyonce dengan alis menyatu. Tampak datar membuat Beyonce menelan ludahnya susah payah. "Mengenai putramu itu yang tidak mau bertanggung jawab?" Raiden bertanya tanpa memberi Beyonce kesempatan membalas. Meskipun wanita yang pernah mengisi hatinya itu terus menggeleng—menepis semua tuduhan Raiden. "Hah, sudah bisa ditebak kalau pecundang itu pasti tidak akan p
Sarkas! Ucapan Zico bagaikan panah menembus ulu hati Beyonce yang merasakan sakit teramat dalam. Ibu mana tak sakit hati dikatakan putranya demikian? "Kenapa kau mengatakan itu, Co?" Beyonce bertanya dengan suara gemetar. Zico menyeringai, "Huh? Buat apa kau tersinggung! Bukankah kenyataannya memang begitu?!" Olokan Zico seketika membuat hati Beyonce meringis. Tapi Beyonce tak bisa menyalahkan Zico sepenuhnya, karena sang putra tak tahu kebenarannya yang ia rahasiakan. "Dengarkan mama dulu, Co?" bujuk Beyonce tapi malas didengar Zico yang menggeleng. "Cepat pergi dari sini! Dan perlu kau ingat. Aku tidak akan pernah mengabulkan permintaanmu sampai kapanpun!" tukas Zico dengan suara menggelegar hingga tubuh Beyonce berjengit kaget. Buliran bening di antara mata sayu itu pun runtuh tanpa dapat ditahan lagi. Dadanya sesak. Namun, Beyonce yang sudah bertekad datang ke sana untuk meminta pertanggung jawaban Zico menikahi Freya tak bisa ditunda. "Huh? Kenapa kau tidak pe
"Anak?" Kevin dan Yoel bersilang pandang dengan ekspresi tercengang seperti baru saja melihat hantu. Benarkah Raiden tidak berbohong? Sementara itu, Zico sendiri tampak mematung mencerna semua pernyataan Raiden saat kedua sepupunya itu menatapnya penuh tanya. Kepala Zico terus berputar-putar ke masa-masa Freya dalam jeratannya dan sempat mencoba bunuh diri. Zico terus menerus menggauli Freya sebagai pelampiasan. Mata Zico kemudian membelalak, saat pria itu teringat sesuatu yang membuatnya gelisah dan merasa lemas. 'Astaga! Sial, sial! Waktu itu, aku tak pernah mengenakan pengaman!' rutuk Zico pada dirinya yang dianggap bodoh. "Co." Panggilan dan usapan Kevin di bahunya membuat Zico sampai berjengit dengan raut masih tegang itu. "Benarkah kau... Menghamili putri orang itu? Freya yang dimaksud, apakah Freya yang mengejarmu?" tanya Kevin mencerca Zico meski ragu. Berita itu sangat menggemparkan sampai Kevin dan Yoel sulit menerima. Karena ini semua terlalu mend