Holla, selamat membaca update kedua bab ini. Berikan penilaian juga untuk buku ini, Dears. Jangan lupa, follow akun author juga. Ikuti terus ceritanya, hingga akhir. Spoiler, visual THPT bisa diliat di ig aku @meidiana.ayyara Terima kasih🥰
Beyonce menelan ludahnya dengan kasar, tidak ada siapapun di sana—kecuali dia dan Aldrich. Hening. Musk berpadu pepper nya yang khas bergelut napas memburu—merambah hidung. Aroma meresahkan ini bersumber dari tubuh Aldrich. Takut, sedekat ini. Dagu Beyonce terangkat tinggi, menatap pria itu yang sejak tadi memandangnya penuh maksud. Beyonce menunjukkan sisinya yang bukan wanita lemah. Meski terselip rasa takut di hatinya, seandainya—Aldrich mengulang—memperkosanya lagi. Namun, Beyonce tak akan lengah kali ini dan lebih waspada. Ya, terang saja. Posisinya begitu intim. Jemari lentik serta kuku indah Beyonce, yang bercat warna soft—bertengger di atas dada bidang pria itu yang keras. Ditahan Aldrich begitu kuat, meskipun Beyonce nekat membebaskan diri. Nyatanya, dia kalah. “Akh! Kenapa kau menahanku brengsek?!" Dia tampak sangat marah, dadanya membuncah menyita pandangan Aldrich. Sialnya, bentuk payudara yang sangat pas di genggaman tangannya itu masih dihafalnya. Masih terasa,
"Suamimu, lalu siapa lagi?" Zack jemawa di sana, menyeringai puas membayangkan ekspresi Beyonce sekarang. Pasti wanita itu panik sekaligus ketakutan. Tiba–tiba Zack menghubunginya setelah lama menghilang tanpa kabar. Zack benar. Bahkan, wanita itu hampir saja menutup telepon. Dia menyesal telah mengangkatnya jika tahu itu—Zack. Kehadiran si bajingan itu hanya akan membawa petaka. Ya, lebih baik memutus telepon itu. "Kenapa hanya diam?" Zack tertawa lepas, membuat Beyonce kesal. "Oh! Pasti, karena ... kau begitu merindukanku, bukan?" "Tidak sama sekali! Memangnya kau siapa harus dirindukan?" ucap Beyonce dengan tegas, meski nadanya sedikit gemetar ketika air matanya turut tumpah. Dadanya sesak, di kala kemarahan melanda. Siapa tak sakit hati ketika eringat kepingan—memori buruk di masa lalu yang sekaligus bermunculan? "Ingat, Zack. Kau bukan suamiku lagi. Kita, sudah bercerai! Dan kumohon, jangan pernah menganggu hidupku!" "Sayang—" "Buang kata sayangmu itu ke tong sampah
Sudah terlalu dipusingkan dengan teror Zack, Beyonce merasa lelah. Ia juga tak berminat lagi mengetahui obrolan yang dibahas Zico bersama Aldrich. Paling–paling, hanya sekitar usaha pria itu yang ingin mendekati anaknya. "Zico, kepala mama sakit. Mama akan beristirahat di kamar, kau di rumah saja dan jangan ke mana–mana," ucap Beyonce tampak lemas. Seolah pernyataan itu juga mengarah padanya. Gema langsung berdiri di sisi Zico untuk menjaga. "Nyonya Bey jangan khawatir, saya akan menemani Zico."Beyonce tersenyum singkat kepada wanita tua itu yang setia menemaninya dari nol. "Terima kasih, Bibi."Gema mengangguk perlahan bukti jawabannya. Sementara itu, Zico yang mencemaskan Beyonce—menarik jari wanita itu. Diseretnya ke arah sofa, tapi Beyonce mencegahnya. "Sayang ....""Mama sakit. Aku pijat, ya?" Kilau sedih di mata Zico menunjukkan rasa kekhawatiran berlebih jika sang mama sakit. Telapak tangan Beyonce membelai pipi gembul Zico. Ah, menciumnya rasanya tak cukup sekali."Sayan
"Dasar gila. Brengsek kau Vene, cepat menyingkir dari pintu itu!" hardik Aldrich yang justu muak dengan kelakuan wanita itu. "Kau pikir memanasi dengan masturbasi di depanku. Aku akan tertarik, huh? Malahan, kau seperti wanita murahan!" Mata Veneta menyala marah. Tangannya yang sedang memilin puncak dilepas. Tanpa sedikit pun rasa malu, dia berjalan menghampiri Aldrich dengan kondisinya yang telanjang. Veneta berusaha menangkap tubuh Aldrich, namun dia gagal karena sebelum tangannya menggapai anggota tubuh pria itu. Dia diorong ke lantai dan terjerembab sangat keras, terlebih dengan posisi ini. "Auw, ssh!" desisnya kesakitan, tatapannya berpaling cepat kepada Aldrich yang berjalan cepat ke arah pintu. "Tunggu, Al. Kau mau ke mana? Jangan pergi!" Suara memohon yang dibuat–buat itu, diabaikan Aldrich. Dia pura–pura tak mendengar, dengan terus memutar kunci. Gerakannya akan menekan knop pintu terhenti, bersamaan Veneta yang bangun kepayahan. "Aku menerima kehadiranmu di rumahku, buk
Situasinya rumit, Beyonce tak pernah membayangkan hal ini akan terjadi. Meskipun ada Zico di tengah–tengah mereka, tapi berada sekamar dan duduk seranjang dengan pria yang telah menodainya membuat Beyonce tak nyaman.‘Hmm … semoga saja pria itu tidak besar kepala, karena semua yang aku lakukan semata–mata karena permintaan Zico yang sulit aku tolak.’Bukan tak tahu juga, kalau Aldrich sejak awal membacakan buku dongeng, Aldrich kerap mencuri pandang ke arah Beyonce dengan leluasa.“... dan pangeran berkuda mengantar putri ke istananya—”“Zico sudah tidur, Bey,” sahut Aldrich yang duduk di sisi Zico. Melirik Beyonce yang menutup buku dengan ekspresi galak. Aldrich membuka obrolan, saling diam itu tidak enak. Lagi pula di balik kedatangannya ke sini, memiliki niat terselubung ingin memperbaiki hubungan. Tetapi Beyonce kembali bersikap dingin.Bicaralah sampai mulutnya berbusa, wanita itu tak akan peduli. Tak usah diberitahu, Beyonce juga sudah melihatnya sendiri kalau tidur. Ya, mema
Kali ini Beyonce tak mampu menjawab. Kegelisahan terlukis di wajahnya yang pucat, karena sejauh ini, dirinya tak pernah memikirkan kalau Aldrich akan bertanya demikian. Aldrich membuang napas dengan kasar. “Jawab, Bey! Kenapa kau malah diam?” desak pria itu sambil membeberkan surat hasil tes DNA. Mata Beyonce terus bergerak ke sana kemari mencari alasan dan memutar tubuhnya membelakangi Aldrich. Otaknya tak berjalan baik sekarang, tapi Aldrich bisa menebak jika Beyonce tengah menyembunyikan sesuatu. “Baiklah. Jadi, kau tak bisa melarangku bertemu dengan Zico,” putus Aldrich merasa menang. Dia mengeluarkan rencananya yang sudah diniatkan sejak awal datang yang kini akan dia realisasikan. “Di luar langit sudah gelap. Pulang, aku malas. Baiklah, kalau begitu malam ini sebagai hukumannya kau telah membohongiku. Maka aku akan menginap di sini.”“Jangan menuduhku sembarangan kau, Al. Tidak boleh! Pokoknya kau tak boleh menginap di rumahku. Aku tuan rumahnya di sini dan soal Zico, memangla
“Apa? Aku sengaja menggodamu, tidak—”Mata Beyonce membeliak saat turun, melihat belahan dadanya sendiri telah menyembul terhimpit bra biru pastel. Dia dengan cepat merapatkan kancing kemejanya dengan kedua tangan.Wajah Beyonce semakin merah karena marah bercampur malu. Dia tak sanggup menghadapi Aldrich dan bermaksud pergi. Namun, dia malah tak mendapati keberadaan pria itu lagi yang ternyata sudah meninggalkannya sejak tadi.“Brengsek kau, Al!” rutuk Beyonce.Aldrich tersenyum gemas sendiri, mendengarnya sambil berjalan ke luar halaman. William yang baru saja tiba di sana langsung membukakan pintu, dia heran melihat ekspresi bosnya itu yang tak biasa. Aldrich seperti orang sedang jatuh cinta.“Silakan, Tuan,” kata William, setelahnya duduk di kemudi dan menyetirnya ke arah bandara karena hari itu Aldrich harus kembali ke Salvador untuk suatu urusan.Mencapai lampu merah, William memberitahu Aldrich sesuatu kalau dia berhasil mendapatkan darah Zico dari seorang dokter yang bekerja
“Kau meminta 100.000 USD, dari mana aku memilikinya, Zack? Sementara kau tahu, aku hanya penjual sayuran yang keuntungannya tidak seberapa.” Beyonce berucap sambil berancang–ancang mundur, posisinya yang semula dekat. Menjangkau Zack lebih mudah untuk mencelakainya. Dia melirik gugup ke arah Agatha, yang memahami isyaratnya dengan segera mulai menyalakan rekam video. Saat dia mendengar Zack menutup koper dengan kasar, Beyonce terjengit dan menetralkan dirinya. Menunjukkan seolah dia tak berbuat apa–apa.“Aku tak peduli, kau mendapatkan uang itu dari mana! Tapi sejak di telepon kau menyanggupi membawa 100.000 USD itu sekarang!” bentak pria ini menatap Beyonce dengan sinis, karena dia tak jadi mendapat uang itu yang akan digunakannya membayar utang di bandar judi dan gagal untuk bersenang–senang. “Pencairan uang sebanyak itu juga tidak bisa dalam waktu satu hari, Zack? Apa kau lupa kalau pernah menjadi direktur keuangan di bank? Harusnya kau lebih tau itu dariku.”Skakmat. Zak kehi
Raiden menyeringai dengan suaranya yang tegas dan bernada mengolok. "Yang dikatakan Beyonce benar! Sayangnya kematianmu tidak akan pernah membuatku puas Zico!"Aldrich dan Beyonce mengatupkan bibir lalu berpikir sama. Kenapa sekarang Raiden bersikap jahat? Apa dia mau membalas dendam atas nama Freya? "Lalu hal apa yang Tuan minta supaya aku bisa bersatu dengan Freya?" "Meski ku minta Beyonce menikah denganku. Barulah kau bisa menikahi Freya!"Tantangan dari Raiden membuat Zico tersentak mundur, berat dia melakukannya saat melihat wajah Aldrich menunjukan kesedihan. Sedangkan di sana Beyonce diam-diam mengusap lelehan matanya saat tak sengaja tertangkap mata Freya. "Co, lakukan saja permintaan Tuan Raiden," suruh Aldrich, baginya saat ini adalah kebahagiaan anak-anaknya. "Lagi pula, aku dan Bey juga sudah lama berpisah. Tinggal meresmikannya di pengadilan."Beyonce tak tahan lagi membungkus rapat sudut matanya yang terus dihujani tangisan. Ia tahu jika Aldrich kebalikannya. "Dad
Di dalam kamar yang ditempati Freya, wanita muda itu tampak berbaring ditemani seorang perawat yang mulai memasang infus. “Suara ribut-ribut apa di luar, Suster?” Freya tak dapat melihatnya lantaran terhalang pintu yang tertutup. Hal itu sengaja dilakukan Raiden yang tidak ingin Freya tahu, tadi Beyonce sempat mendatanginya ke kamar untuk menghalanginya melakukan tindakan terlarang tersebut.“Dad juga belum kembali dari toilet?” tambahnya lagi saat perasaan nya mulai gelisah. Sebenarnya Freya juga ragu dan takut melakukan ini. Ya, selain ini pertama kali juga melibatkan nyawa. “Maaf, Nona. Saya kurang tahu soal itu," jawab suster sembari tersenyum. Freya mengangguk paham. Perawat sejak tadi bersamanya dan sama sekali belum keluar, jadi ia pasti tak tahu soal keributan itu.“Eh, tapi kalau tidak salah …," jeda sang perawat mengingat-ingat. "Tidak salah apa, Sus?" Freya yang melamun karena banyak pikiran pun lalu menanyakan itu. "Mm, sepertinya keluarga pasien di kamar pavil
“Berhenti, aku tidak mengizinkan kau melakukan apapun pada bayi kita, Freya!" Rayden, Freya dan perawat kontan terkejut karena Zico berada tepat di depan mereka saat ini. Terlebih ketegasannya mengakui kehamilan Freya merupakan ulahnya. “Kau?” Setelah menyebut Zico, Freya meringsut dan berlindung di bahu Rayden dengan ekspresi ketakutan.. Melihat itu Zico kemudian mendekatinya. “Freya, dengarkan aku. Kau percaya denganku, kan? Tolong jangan gugurkan bayi kita!”“Apa hakmu huh?!” sambar Rayden lalu mendorong dada Zico hingga pria tanpa persiapan itu sedikit terhuyung. “Freya, demi apapun. Tolong pertahankan bayi kita!” Air mata yang semula membanjiri Freya seketika surut dan dihapus wanita itu dengan kasar. Penuh kesal jari Freya juga ikut mendorong Zico sebagai pelampiasan. “Kau mengatakan ini setelah mencampakkan aku. Apa motif mu, Co?” cecar Freya penuh kecewa sebelum dia mengingat sesuatu, “Oh, jadi benar kau barter dengan Nyonya Bey tentang pernikahan papamu itu dan dia.
“Tolong!” Suara Beyonce sampai serak karena terus berteriak, Mischa jatuh di pelukan nya dalam posisi tak sadarkan diri. Ini sungguh mengejutkan, Beyonce syok hingga tak sengaja makanan yang dibawanya terlepas dari tangan. PRANG! “Sayang, bangun … apa yang telah kau lakukan ini?” Beyonce mengguncang kedua bahu Mischa agar bangun. Penyesalan di hati Ibu dua orang anak itu mencuat saat netranya tertuju pada bekas tangan yang bercap merah di pipi Mischa. Baru kali ini Beyonce menamparnya, mungkin hal itu yang membuat Mischa sakit hati dan melakukan tindakan konyol dengan bunuh diri. “Ada apa?” Zico yang berlari tiba di ambang pintu Mischa yang terbuka lebar. Matanya membelalak saat melihat dengan mata kepalanya sendiri, Mischa terkapar dalam pangkuan Beyonce dengan keadaan tidak baik-baik saja. “Co, tolong bantu adikmu?” mohon Beyonce dengan mata yang di linangi cairan basah kepada putranya terlihat memohon. Darah memang kental, sebelum Beyonce mengatakannya tuk y
"Kau mau menyogokku?!" Mischa menanyakan itu dengan tatapan sinis, berteriak seperti kesetanan pada Aldrich yang dia benci. Semua yang ada di sana pun terkejut dengan sikap Mischa yang terkesan arogan. Di keluarga Dhuarte tak ada yang berani melawan orang tua seperti itu. Sungguh Mischa sangat memalukan di mata Beyonce yang kehilangan mukanya saat ini. Apalagi sekilas Beyonce tak sengaja mendapati gurat sedih Aldrich. Bola mata pria yang pernah memberinya sejuta cinta terlihat memenuh, sebelum hilang setelah Aldrich diam-diam menghapusnya. "Mischa! Jaga ucapanmu kepada papamu!" tegur Beyonce dengan geram, mengepalkan kedua tangannya mendekati gadis itu. "Hormati dia! Paham?""Bey, sudah tidak apa-apa. Mungkin, karena kita tidak pernah bertemu jadi Mischa sedikit canggung," kata Aldrich yang tidak ingin memperkeruh situasi. Wanita yang dipanggilnya itu mengangguk, Aldrich sangat lembut jika bicara pada Zico, juga Mischa yang hanya dua kali bertemu. Kasih sayang Aldrich pada pu
“Kau be-benar Beyonce?” Halves bertanya dengan bibir bergetar. Begitupun tangannya, saat meraih wajah Beyonce untuk memastikan bahwa ia tidak berhalusinasi. Beyonce mengangguk, menyambut tangan Halves dan menggenggamnya sebelum menghamburkan diri memeluk Halves.“Iya, Bibi. Ini aku, Beyonce,” jawabnya dengan berurai air mata, semakin mendekap Halves begitu erat. Ia sangat merindukan Halves, walau dulunya Halves pernah sangat membencinya. Sedangkan Halves yang telah mendengar Beyonce masih hidup dari Zico dan Aldrich, tapi tidak melihatnya secara langsung membuat Halves kurang lega. Pasalnya, dulu istri dari keponakannya itu telah meninggal karena tragedi kebakaran. Ternyata Beyonce tidak meninggal. Sekarang Beyonce berada di depannya, Halves percaya dan benar-benar bahagia. “Aku senang bisa melihatmu lagi sayangku,” kata Halves menyisipkan kerinduannya di sela pelukan. Namun ketika tak sengaja pandangan Halves naik ke depan, dia melihat Mischa yang juga menatap Halves. Wani
"Raiden, aku ingin bicara padamu." Suara Beyonce menahan pria itu ketika akan masuk ke dalam kamar. Bergeming di depan pintu, Raiden kemudian menjawab tanpa berbalik.Pria itu mengembuskan napas kasar dengan tampak malas ia berkata, "Aku sedang lelah. Besok saja kita bicara, Bey."Tidak ingin melewatkan kesempatan bicara dengan Raiden. Beyonce memajukan dirinya berdiri di depan pria itu. Raiden pun berdecak kesal dengan membuang muka, Beyonce dapat melihat keengganan pria itu berbicara padanya dan menghindarinya belakangan ini. "Tapi ini mengenai Freya dan Zico?"Seketika mendengar itu Raiden menolehkan wajahnya menatap Beyonce dengan alis menyatu. Tampak datar membuat Beyonce menelan ludahnya susah payah. "Mengenai putramu itu yang tidak mau bertanggung jawab?" Raiden bertanya tanpa memberi Beyonce kesempatan membalas. Meskipun wanita yang pernah mengisi hatinya itu terus menggeleng—menepis semua tuduhan Raiden. "Hah, sudah bisa ditebak kalau pecundang itu pasti tidak akan p
Sarkas! Ucapan Zico bagaikan panah menembus ulu hati Beyonce yang merasakan sakit teramat dalam. Ibu mana tak sakit hati dikatakan putranya demikian? "Kenapa kau mengatakan itu, Co?" Beyonce bertanya dengan suara gemetar. Zico menyeringai, "Huh? Buat apa kau tersinggung! Bukankah kenyataannya memang begitu?!" Olokan Zico seketika membuat hati Beyonce meringis. Tapi Beyonce tak bisa menyalahkan Zico sepenuhnya, karena sang putra tak tahu kebenarannya yang ia rahasiakan. "Dengarkan mama dulu, Co?" bujuk Beyonce tapi malas didengar Zico yang menggeleng. "Cepat pergi dari sini! Dan perlu kau ingat. Aku tidak akan pernah mengabulkan permintaanmu sampai kapanpun!" tukas Zico dengan suara menggelegar hingga tubuh Beyonce berjengit kaget. Buliran bening di antara mata sayu itu pun runtuh tanpa dapat ditahan lagi. Dadanya sesak. Namun, Beyonce yang sudah bertekad datang ke sana untuk meminta pertanggung jawaban Zico menikahi Freya tak bisa ditunda. "Huh? Kenapa kau tidak pe
"Anak?" Kevin dan Yoel bersilang pandang dengan ekspresi tercengang seperti baru saja melihat hantu. Benarkah Raiden tidak berbohong? Sementara itu, Zico sendiri tampak mematung mencerna semua pernyataan Raiden saat kedua sepupunya itu menatapnya penuh tanya. Kepala Zico terus berputar-putar ke masa-masa Freya dalam jeratannya dan sempat mencoba bunuh diri. Zico terus menerus menggauli Freya sebagai pelampiasan. Mata Zico kemudian membelalak, saat pria itu teringat sesuatu yang membuatnya gelisah dan merasa lemas. 'Astaga! Sial, sial! Waktu itu, aku tak pernah mengenakan pengaman!' rutuk Zico pada dirinya yang dianggap bodoh. "Co." Panggilan dan usapan Kevin di bahunya membuat Zico sampai berjengit dengan raut masih tegang itu. "Benarkah kau... Menghamili putri orang itu? Freya yang dimaksud, apakah Freya yang mengejarmu?" tanya Kevin mencerca Zico meski ragu. Berita itu sangat menggemparkan sampai Kevin dan Yoel sulit menerima. Karena ini semua terlalu mend