"Suamimu, lalu siapa lagi?" Zack jemawa di sana, menyeringai puas membayangkan ekspresi Beyonce sekarang. Pasti wanita itu panik sekaligus ketakutan. Tiba–tiba Zack menghubunginya setelah lama menghilang tanpa kabar. Zack benar. Bahkan, wanita itu hampir saja menutup telepon. Dia menyesal telah mengangkatnya jika tahu itu—Zack. Kehadiran si bajingan itu hanya akan membawa petaka. Ya, lebih baik memutus telepon itu. "Kenapa hanya diam?" Zack tertawa lepas, membuat Beyonce kesal. "Oh! Pasti, karena ... kau begitu merindukanku, bukan?" "Tidak sama sekali! Memangnya kau siapa harus dirindukan?" ucap Beyonce dengan tegas, meski nadanya sedikit gemetar ketika air matanya turut tumpah. Dadanya sesak, di kala kemarahan melanda. Siapa tak sakit hati ketika eringat kepingan—memori buruk di masa lalu yang sekaligus bermunculan? "Ingat, Zack. Kau bukan suamiku lagi. Kita, sudah bercerai! Dan kumohon, jangan pernah menganggu hidupku!" "Sayang—" "Buang kata sayangmu itu ke tong sampah
Sudah terlalu dipusingkan dengan teror Zack, Beyonce merasa lelah. Ia juga tak berminat lagi mengetahui obrolan yang dibahas Zico bersama Aldrich. Paling–paling, hanya sekitar usaha pria itu yang ingin mendekati anaknya. "Zico, kepala mama sakit. Mama akan beristirahat di kamar, kau di rumah saja dan jangan ke mana–mana," ucap Beyonce tampak lemas. Seolah pernyataan itu juga mengarah padanya. Gema langsung berdiri di sisi Zico untuk menjaga. "Nyonya Bey jangan khawatir, saya akan menemani Zico."Beyonce tersenyum singkat kepada wanita tua itu yang setia menemaninya dari nol. "Terima kasih, Bibi."Gema mengangguk perlahan bukti jawabannya. Sementara itu, Zico yang mencemaskan Beyonce—menarik jari wanita itu. Diseretnya ke arah sofa, tapi Beyonce mencegahnya. "Sayang ....""Mama sakit. Aku pijat, ya?" Kilau sedih di mata Zico menunjukkan rasa kekhawatiran berlebih jika sang mama sakit. Telapak tangan Beyonce membelai pipi gembul Zico. Ah, menciumnya rasanya tak cukup sekali."Sayan
"Dasar gila. Brengsek kau Vene, cepat menyingkir dari pintu itu!" hardik Aldrich yang justu muak dengan kelakuan wanita itu. "Kau pikir memanasi dengan masturbasi di depanku. Aku akan tertarik, huh? Malahan, kau seperti wanita murahan!" Mata Veneta menyala marah. Tangannya yang sedang memilin puncak dilepas. Tanpa sedikit pun rasa malu, dia berjalan menghampiri Aldrich dengan kondisinya yang telanjang. Veneta berusaha menangkap tubuh Aldrich, namun dia gagal karena sebelum tangannya menggapai anggota tubuh pria itu. Dia diorong ke lantai dan terjerembab sangat keras, terlebih dengan posisi ini. "Auw, ssh!" desisnya kesakitan, tatapannya berpaling cepat kepada Aldrich yang berjalan cepat ke arah pintu. "Tunggu, Al. Kau mau ke mana? Jangan pergi!" Suara memohon yang dibuat–buat itu, diabaikan Aldrich. Dia pura–pura tak mendengar, dengan terus memutar kunci. Gerakannya akan menekan knop pintu terhenti, bersamaan Veneta yang bangun kepayahan. "Aku menerima kehadiranmu di rumahku, buk
Situasinya rumit, Beyonce tak pernah membayangkan hal ini akan terjadi. Meskipun ada Zico di tengah–tengah mereka, tapi berada sekamar dan duduk seranjang dengan pria yang telah menodainya membuat Beyonce tak nyaman.‘Hmm … semoga saja pria itu tidak besar kepala, karena semua yang aku lakukan semata–mata karena permintaan Zico yang sulit aku tolak.’Bukan tak tahu juga, kalau Aldrich sejak awal membacakan buku dongeng, Aldrich kerap mencuri pandang ke arah Beyonce dengan leluasa.“... dan pangeran berkuda mengantar putri ke istananya—”“Zico sudah tidur, Bey,” sahut Aldrich yang duduk di sisi Zico. Melirik Beyonce yang menutup buku dengan ekspresi galak. Aldrich membuka obrolan, saling diam itu tidak enak. Lagi pula di balik kedatangannya ke sini, memiliki niat terselubung ingin memperbaiki hubungan. Tetapi Beyonce kembali bersikap dingin.Bicaralah sampai mulutnya berbusa, wanita itu tak akan peduli. Tak usah diberitahu, Beyonce juga sudah melihatnya sendiri kalau tidur. Ya, mema
Kali ini Beyonce tak mampu menjawab. Kegelisahan terlukis di wajahnya yang pucat, karena sejauh ini, dirinya tak pernah memikirkan kalau Aldrich akan bertanya demikian. Aldrich membuang napas dengan kasar. “Jawab, Bey! Kenapa kau malah diam?” desak pria itu sambil membeberkan surat hasil tes DNA. Mata Beyonce terus bergerak ke sana kemari mencari alasan dan memutar tubuhnya membelakangi Aldrich. Otaknya tak berjalan baik sekarang, tapi Aldrich bisa menebak jika Beyonce tengah menyembunyikan sesuatu. “Baiklah. Jadi, kau tak bisa melarangku bertemu dengan Zico,” putus Aldrich merasa menang. Dia mengeluarkan rencananya yang sudah diniatkan sejak awal datang yang kini akan dia realisasikan. “Di luar langit sudah gelap. Pulang, aku malas. Baiklah, kalau begitu malam ini sebagai hukumannya kau telah membohongiku. Maka aku akan menginap di sini.”“Jangan menuduhku sembarangan kau, Al. Tidak boleh! Pokoknya kau tak boleh menginap di rumahku. Aku tuan rumahnya di sini dan soal Zico, memangla
“Apa? Aku sengaja menggodamu, tidak—”Mata Beyonce membeliak saat turun, melihat belahan dadanya sendiri telah menyembul terhimpit bra biru pastel. Dia dengan cepat merapatkan kancing kemejanya dengan kedua tangan.Wajah Beyonce semakin merah karena marah bercampur malu. Dia tak sanggup menghadapi Aldrich dan bermaksud pergi. Namun, dia malah tak mendapati keberadaan pria itu lagi yang ternyata sudah meninggalkannya sejak tadi.“Brengsek kau, Al!” rutuk Beyonce.Aldrich tersenyum gemas sendiri, mendengarnya sambil berjalan ke luar halaman. William yang baru saja tiba di sana langsung membukakan pintu, dia heran melihat ekspresi bosnya itu yang tak biasa. Aldrich seperti orang sedang jatuh cinta.“Silakan, Tuan,” kata William, setelahnya duduk di kemudi dan menyetirnya ke arah bandara karena hari itu Aldrich harus kembali ke Salvador untuk suatu urusan.Mencapai lampu merah, William memberitahu Aldrich sesuatu kalau dia berhasil mendapatkan darah Zico dari seorang dokter yang bekerja
“Kau meminta 100.000 USD, dari mana aku memilikinya, Zack? Sementara kau tahu, aku hanya penjual sayuran yang keuntungannya tidak seberapa.” Beyonce berucap sambil berancang–ancang mundur, posisinya yang semula dekat. Menjangkau Zack lebih mudah untuk mencelakainya. Dia melirik gugup ke arah Agatha, yang memahami isyaratnya dengan segera mulai menyalakan rekam video. Saat dia mendengar Zack menutup koper dengan kasar, Beyonce terjengit dan menetralkan dirinya. Menunjukkan seolah dia tak berbuat apa–apa.“Aku tak peduli, kau mendapatkan uang itu dari mana! Tapi sejak di telepon kau menyanggupi membawa 100.000 USD itu sekarang!” bentak pria ini menatap Beyonce dengan sinis, karena dia tak jadi mendapat uang itu yang akan digunakannya membayar utang di bandar judi dan gagal untuk bersenang–senang. “Pencairan uang sebanyak itu juga tidak bisa dalam waktu satu hari, Zack? Apa kau lupa kalau pernah menjadi direktur keuangan di bank? Harusnya kau lebih tau itu dariku.”Skakmat. Zak kehi
“Memang Anda tak memesannya, Nyonya. Tetapi seseorang mengirimkannya untukmu,” jelas pelayan itu membuat Beyonce semakin penasaran. Wanita itu menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Dari sekian banyak pengunjung Coffee Shop, Beyonce tak menemukan pengirimnya di antara mereka. Sementara itu, Aldrich justru bersembunyi di belakang dinding seperti penguntit. “Siapa pengirimnya? Tolong katakan,” todong Beyonce, menatap pelayan itu dengan tatapan menuntut. Tetapi Beyonce mengambil buket bunga itu di atas meja dengan senang hati.Pelayan belum menjawab, Beyonce kembali mengatakan sesuatu dan tindakan yang dilakukannya saat ini, membuahkan senyum di bibir Aldrich yang mengintip. Dia malah berpikir sendiri. “Oh … apakah memang Coffee Shop ini menyediakan buket bunga untuk pelanggan?” Tanpa Ragu, lalu Beyonce mencium aroma bunga krisan yang sangat harum dan menjadikan dia rileks. “Humm … bosmu baik sekali, pantas saja Coffee Shop nya laris.”Pelayan itu menggaruk tengkuknya sambil mel