Seusai melaksanakan hukuman mandiri mereka, kedua anak Qin Lang dan Wang Yin berlari ke kamar Qin Qiu. Ketidakpuasan dalam hati Qin Lian mendorong dirinya untuk terus bertanya soal ibunya.
Sebelum pergi meninggalkan kamar Wang Yin, anak itu sempat mencium pipi ibunya dan berbisik agar perempuan itu segera bangun.
"Kakek!" teriak Qin Lian.
"Apa yang membuatmu seorang pangeran bertindak seperti ini?" tanya Qin Qiu begitu menyadari semua tamu agak terkejut dengan tingkah tidak biasa itu di kalangan bangsawan.
Qin Lian membereskan pakaian dan mendadak bertingkah bagai pangeran yang terhormat.
"Pangeran ini mencari kakeknya karena ingin membicarakan banyak hal," ucapnya santai dengan penuh wibawa.
Qin Lian adalah tipe periang dan suka membuat kekacauan seperti layaknya ibunya.
"Selamat datang, Pangeran," sapa mereka semua.
"Begini saja baru kalian menyapa aku. Tak heran ibuku tidak suka dengan semua kepalsuan dan basa-basi ini," pikir Qin Lian dalam hatinya.
Tak lama kemudian, Qin Yue datang menyusul dengan anggun. Perempuan itu sangat mirip dengan Qin Lang termasuk wajahnya. Kalau saja dia laki-laki, bisa dipastikan mereka adalah kembaran yang sempurna dalam segala hal.
"Selamat datang, Putri," sapa beberapa tamu Qin Qiu.
"Sejak, pangeran dan putri sudah di sini, maka kurasa lebih baik kami kembali," kata Ling Wen yang datang berkunjung.
Sebenarnya, ini adalah kunjungan kerajaan. Akan tetapi, lelaki itu memilih untuk berbicara secara personal dengan Qin Qiu. Mereka dulunya adalah sahabat dan Liu Xun anaknya sudah menggantikan dirinya sebagai raja.
Jadi, sekarang dia hanyalah seorang ayah Yang Mulia yang pengangguran. Berbeda dengan Qin Qiu yang super sibuk.
Karena itulah, dia memilih untuk mengunjungi sahabatnya sesekali.
"Tak disangka pangeran ini sudah menganggu," kata Qin Lian mencoba menahan Ling Wen.
Dia tidak tahu apa hubungan lelaki itu dengan Liu Ji. Dirinya menebak, kemungkinan mereka ada kaitannya. Hal itu terlihat dari reaksi Ling Wen setiap kali mereka membicarakan nama manusia yang membuat Wang Yin koma sampai sekarang.
"Tidak masalah, Pangeran, saya hanyalah tamu. Orang tua ini tidak boleh mengganggu kepentingan kerajaan," kata Ling Wen meminta pamit dari ruangan itu.
Setelah dia pergi, barulah Qin Lian kembali ke habitatnya, maksudnya kembali ke sifat aslinya.
"Kakek, ceritakan pada kami, bagaimana ayah dan ibu bisa menikah!"
Qin Qiu awalnya ingin marah, tetapi mengingat kedua cucunya masih lima tahun dan yang ditanyakan adalah hal penting, aura kemarahannya mendadak lenyap dan dia duduk dengan tenang lalu menyesap tehnya.
"Tidak adakah yang bisa kau lakukan selain bertanya soal itu?"
Qin Lian kecewa mengapa kakeknya memberikan respons seperti itu. Setiap kali mereka bertanya, kakek tua itu hanya mengelus jenggotnya dan berkata, "Nanti kau akan tahu. Belum saatnya. Atau, lain kali akan kujelaskan."
"Kakek, ayolah. Aku merasa kau hanya mengulur waktu, apa sahabatmu itu Ling Wen ada hubungannya dengan Liu Ji?" tanya Qin Lian dengan nada mendesak.
Qin Qiu terbatuk dan dia mendadak terkejut mengapa anak kecil itu bertanya demikian.
"Kakek, jujur sajalah. Aku tidak akan menyalahkan ayahnya karena kesalahan anaknya. Asalkan kakek mau menceritakan yang sebenarnya," kata Qin Lian lagi.
Qin Yue masih memperhatikan dan belum berbicara sama sekali. Dalam hati dia juga sama penasarannya dengan Qin Lian.
Terdiam cukup lama, akhirnya Qin Qiu bersuara.
"Baiklah, akan kuceritakan," katanya.
Mendengar itu, Qin Lian dan Qin Yue mendadak patuh dan duduk dengan tenang untuk mendengarkan kakeknya soal pernikahan ayah dan ibu mereka.
Melihat wajah keduanya, Qin Qiu merasa lemah dan tidak bisa lagi menolak permintaan dua anak kecil yang sangat merongrong jiwanya.
"Baiklah, aku tidak tahu ibu kalian akan bangun. Setidaknya mereka memiliki kenangan indah," gumam lelaki tua itu.
Perlahan dia mengingat kembali kejadian enam tahun lalu itu dan menceritakan pada kedua cucunya yang sudah tidak sabar menanti.
Flashback : pernikahan
Suasana Kerajaan Yi sudah dihias meriah, besok adalah pernikahan pangeran kedua mereka, Qin Lang. Tak disangka setelah beberapa kali menolak perempuan yang dituangkan dengannya.
Beberapa orang sempat menduga kalau Qin Lang mungkin saja tidak normal.
"Akhirnya dia menikah, tak kusangka gadis itu akan dipilih," ujar Qin Qiu yang juga pangeran Kerajaan Yi.
"Memangnya kenapa?" tanya Qin Jun heran.
"Tidak ada. Hanya tidak pernah terduga atau terpikirkan sebelumnya."
Qin Qiu mengingat beberapa hari lalu pemilihan istri pangeran.
Ratusan gadis terbaik sudah dikumpulkan dari lima kerajaan yang ingin menjadi istri Qin Lang.
"Ini yang terakhir dan semua sudah ditolak oleh pangeran, kuharap yang terakhir akan menjadi yang terbaik," kata pelayan mengumumkan gadis terakhir yang akan menjadi calon istri Qin Lang.
"Perempuan ini agak unik, suka berkuda, memanah dan melatih dirinya dengan ilmu bela diri."
Ucapan itu terhenti dan semua orang agak terkejut dengan ekspresi Qin Lang yang mengangkat kepalanya. Biasanya dia akan diam tanpa melirik walau perempuan itu disebutkan sangat cantik, seksi atau menarik. Bahkan, jika dia putri dari kerajaan lain.
"Selain itu, dia mempunyai hobi yang aneh, suka berlarian di hutan," kata pelayan itu membacakan biodata yang dia terima.
"Aiyo, gadis macam apa yang ditawarkan itu. Ini namanya menghina pangeran!" teriak seseorang pejabat kerajaan.
Qin Lang tidak tampak seperti terhina, netra emasnya malah semakin cerah dan wajahnya bersemangat.
"Namanya adalah---"
"Wang Yin!" teriak Qin Lang dengan suara dalam dan parau.
Belum selesai pelayan membacakan namanya, Qin Lang sudah berlari dari kursinya untuk mendapatkan perempuan aneh itu.
Semua orang terkejut, kecuali ayahnya sang raja dan juga pangeran mahkota, Qin Lan.
Mereka sudah menduga kalau Qin Lang selama ini memang menunggu seseorang dan akhirnya seseorang itu datang.
"Qin Lang," sapa Wang Yin dengan senyuman manis.
Dari semua perempuan di sana hanya dia yang tidak memakai riasan dan pakaiannya yang paling sederhana.
"Kau ingat?" tanya Qin Lang heran.
"Tentu saja, aku bahkan sering melihatmu mendatangi tempat itu," jelas Wang Yin sambil cekikikan membuat semua pelayan dan pejabat menutup mata dan telinga mereka.
"Tidak tahu malu," dengus Qin Qiu.
"Wang Yin, kau---"
Wang Yin tersenyum manis dan sangat manis.
"Maafkan aku, awalnya aku tidak tahu kalau kau memang pangeran. Tapi beberapa hari lalu, kakakmu datang padaku dan menjelaskan segalanya."
Para pendengar semakin riuh dan menjadi agak kacau. Bagaimana bisa pangeran mahkota berbuat seperti itu?
"Kakakku?" gumam Qin Lang mewakili para pendengar yang juga ikut penasaran.
"Iya, itu aku. Tak sengaja aku bertemu dengan Nona Wei ketika aku dan ayah diam-diam mengikutimu ke tengah hutan setiap hari. Kami penasaran dengan apa yang kau lakukan di sana. Adakah yang menarik atau apa yang membuatmu sangat senang ke sana, terutama saat kau menemukan pita merah itu," kata Qin Lan membocorkan rahasia adiknya.
Semua orang mendadak diam dan heran karena ternyata raja dan pangeran mahkota juga ikut menjadi komplotan pendukung gadis aneh itu?
"Lalu?" tanya Qin Lang.
"Akhirnya kami menemukan Ratu Wang dan meminta untuk datang hari ini. Apa kau senang, Wangji?" tanya Qin Lan di akhir kalimatnya.
"Ratu Wang?" tanya Qin Lang terkejut dengan keakraban itu. Telinganya memerah menandakan kalau dia senang.
"Ya, aku tahu kau senang. Ratu Wang adalah sepupu Li Wanyin, istriku."
Penjelasan singkat itu membuat semua orang terdiam walau dalam hatinya mereka sangat terkejut dengan fakta itu.
Sejak kapan istri pangeran pertama itu memiliki sepupu sejenis Wang Yin.
"Qin Lang, kau belum menjawab. Apa kau senang?" tanya Wang Yin memanggil nama lahir sang pangeran.
Tidak ada yang berani bertindak selancang itu, sebab menyebut nama pangeran hukumannya adalah penggal alias hukuman mati.
"Tentu saja," kata Qin Lang.
Wang Yin tersenyum manis dan begitu dia berbalik orang-orang sadar kalau perempuan itu memang sangat cantik dan tegas. Cantik, wajah tegas, seksi dan berwibawa. Dia lebih mirip panglima perang dibandingkan hanya sekadar perempuan biasa.
Begitulah pernikahan mereka terjadi setelah penantian lima tahun yang tak kunjung bersambut.
Di hari pernikahan, Wang Yin hanya mengenakan ikat rambut merah tanpa riasan wajah dan perhiasan.
Awalnya, semua orang akan memaksa Wang Yin untuk berpakaian layaknya istri pangeran, tetapi karena Qin Lang tidak memprotesnya dan membiarkan Wang Yin memakai pakaian sesukanya, maka tak ada lagi yang berani memaksanya.
"Qin Lang, apa kau bahagia?" bisik Wang Yin sebelum melakukan sujud tiga kali.
"Sangat bahagia," jawab Qin Lang mengintip wajah Wang Yin dari pinggir kerudungnya.
Wang Yin tertawa kecil dan mereka melaksanakan upacara pernikahan dengan lancar dan damai.
Pernikahan yang sederhana berjalan dan keduanya resmi menjadi suami-istri.
Bersambung ...
Suasana kamar pangeran mendadak riuh, Qin Lian sibuk mencari baju zirahnya dan mengenakannya.Tak hanya itu, dia juga mengambil pedangnya yang diasah dan diukir mirip seperti milik ibunya, Pedang Hong.*Pedang Hong : merah sesuai dengan warna sarungnya."Qin Lian mau ke mana?" tanya Qin Qiu terkejut.Pangeran kecil itu mengangkat pedangnya yang berwarna hitam kemerahan. Persis seperti milik Wang Yin."MEMBUNUH Liu Ji!" teriak anak itu dengan mata merah dan lengannya dengan susah payah mengangkat pedang besar itu.Tubuhnya masih kecil dan belum menguasai ilmu berpedang dengan baik. Dibandingkan kakaknya dia termasuk lambat. Namun, dalam urusan memanah, dia adalah ahlinya. Bahkan, jika matanya ditutup anak sekecil itu sudah bisa mengenai sasaran tanpa cacat.Tentu saja jaraknya disesuaikan dengan kebutuhan anak-anak seusianya."Liu Ji?"Qin Qiu mengeryitkan keningnya bingung dan terkejut di saat yang bersamaan."Qin Lian, duduklah," kata Qin Yue membujuk adiknya.Dalam kondisi seperti i
Sebelum, pernikahan Qin Lang dan Wang Yin dilaksanakan semua pihak merasa senang dan bahagia. Kecuali Liu Ji yang merasa dirinya lebih tampan dan gagah dibandingkan manusia es itu."Mengapa dia memilih pangeran biasa saja dibandingkan aku?!" teriak Liu Ji tidak terima dengan keputusan Wang Yin yang menurutnya tidak adil.Dia lebih dulu bertemu dengan gadis cantik itu. Selain itu pesonanya tidak kalah dengan Qin Lang terbukti dengan banyaknya perempuan yang rela dia jadikan selir atau sekadar tidur bersama dalam semalam saja. Kebiasaan yang sudah dia pupuk sejak usia muda sampai-sampai dia sangat percaya diri kalau dirinya jauh lebih lihai dan handal di kasur dibandingkan Qin Lang yang tidak berpengalaman.Sebenarnya, Kerajaan Kerajaan Liu sudah lama menjalin hubungan baik dengan Yi maupun Kerajaan Li.Meski Wang Yin bukanlah anak kandung Li Ren, tetapi dia disayang dan dicintai sama seperti Li Yan dan Li Wanyin kedua putrinya.Wang Yin di usia ke-17 sudah bergelar Lady of Wang dan suda
Setelah lelah membaca cerita yang dituliskan oleh Qin Lang, Qin Lian merasa mengantuk dan tertidur dengan kepalanya di atas buku tebal itu."Qin Lian apa yang kau lakukan?" Qin Yue terkejut mendapati adiknya malah mengiler di atas buku kesayangan ayah mereka itu."Kenapa? Aku kenapa?" tanya anak itu dengan matanya setengah tertutup.Anak lelaki yang satu ini memang agak berbeda. Meski dia pangeran, sikapnya tidak jauh berbeda dengan ibunya yang terkesan santai dan tidak terlalu memikirkan banyak aturan."Bersihkan," perintah Qin Yue pada pangeran blangsakan itu memberikan sapu tangan dan dia sendiri membereskan buku yang agak basah itu."Aku hanya mengantuk," protes anak itu masih malas membuka matanya."Tidurlah kalau mengantuk, mengapa kau malah tidur di sini. Kalau buku itu rusak kita akan menambah duka cita di hati ayah," jelas Qin Yue dengan sabar dan tabah.Seperti Qin Lang yang selalu sabar pada Wang Yin---menghadapi segala tingkahnya, begitu pula Qin Yue pada adiknya yang satu
Beberapa bulan kemudian, Qin Lang memutuskan untuk mengajak kedua anaknya berkunjung ke Kerajaan Ling. Li Yan, sepupu Wang Yin menikah dengan pangeran mahkota, Xiao Zixuan dan dia hendak membawa si kembar bertemu dengan bibi mereka.Barangkali bisa memberikan sedikit informasi yang lebih soal Wang Yin.Soalnya, kedua anak itu terus menanyakan banyak hal soal ibu mereka dan tidak pernah puas.Selama mereka berangkat, Jenderal Wen Xiu ikut bersama mereka sedangkan Lin Wen berjaga di Kerajaan Yi dan terutama fokus menjaga Wang Yin yang tertidur dengan cantiknya."Bibi," sapa Qin Lian tanpa malu-malu begitu bertemu dengan Li Yan."A Lian, bagaimana kabarmu?" tanya Li Yan dengan lembut dan memeluknya dengan lembut."Aku tentu saja tidak baik, Bibi tidak pernah melihatku bagaimana aku bisa baik-baik saja," kata anak itu dengan wajah merengut yang disengaja."Manja," ketus Xiao Ling dengan ekspresi berbeda.Anak itu usianya 7 tujuh, dia seorang pangeran tetapi sangat tidak elegen. Maksudnya,
Sepulangnya dari Kerajaan Ling, Qin Lian dan Qin Yue berlatih dengan rajin. Meski mereka berbeda jenis kelamin, Qin Lang tidak membedakan pola dan cara aduh. Dia membebaskan masing-masing mengembangkan dirinya sesuai dengan bakat dan minat.Mungkin, Yang Mulia memang sudah tertular dengan pemikiran Wang Yin yang mencintai kebebasan dan kemerdekaan."Qin Lian, ayo angkat pedangmu," kata Qin Yue sambil terus menyerang adiknya.Keduanya dilatih oleh ayah mereka dalam hal berpedang dan dua jenderal lainnya."Aku menyerah, aku menyerah," ucap Qin Lian sambil terus mengelak dengan gerakan cepat, tetapi tidak kuat dan kokoh."Angkat tanganmu, luruskan dan fokuskan pikiran!" kata Qin Lang yang mengawasi latihan kedua anaknya.Qin Lian melakukan seperti yang diperintahkan ayahnya dan sekalipun dia sudah berbuat demikian, dia tetap kalah dari kakaknya."Aku menyerah saja!" keluh Qin Lian sambil melempat pedangnya sembarangan."Sama aja dengan ibunya," gumam Qin Qiu mendekat dan bersiap untuk me
Enam bulan kemudian, Qin Lang mengadakan rapat kerajaan untuk mengatur segala urusan dalam dan luar kerajaan.Semua pejabat kerajaan wajib hadir pada kesempatan itu untuk melaporkan segala kebutuhan, hasil pekerjaan dan juga rekomendasi bagi keberlangsungan Yi.Dua jenderal, Jenderal Penghancur Jindan dan Jenderal Li Wen juga hadir secara bergantian, karena salah satu dari mereka harus menjaga Wang Yin.Qin Lang tidak mempercayai siapa pun setelah terjadi penyerangan pada Wang Yin di hari ulang tahunnya."Yang Mulia, kami melaporkan untuk urusan sosial semuanya lancar," kata pejabat sosial.Urusan makan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat Kerajaan Yi sangat terjamin. Mereka memiliki sumber daya alam yang melimpah, terlebih mereka lebih menyukai sayuran dan hasil alam dibandingkan daging-dagingan.Qin Ming dan Xiao Jing selaku yang mengurusi segala urusan dalam dan luar negeri melaporkan pekerjaan mereka.Qin Ming adalah anak angkat Wang Yin sebelum dia jatuh koma. Dia dan Qin Lang
Empat ratus hari kemudian, Yi melaksanakan perayaan ulang tahun Yang Mulia Qin Lang dan kedua anaknya, Qin Yue dan Qin Lian yang hari ini genap berusia tujuh tahun.Hari ini jugalah peringatan ibu mereka mulai koma. Jadi bisa dikatakan, hari ini adalah hari bahagia dan sekaligus hari paling menyedihkan bagi Qin Lang.Kedua pangeran dan putri tampil dengan sangat cantik dan tampan. Qin Ming dan Xiao Jing juga turut hadir.Xiao Ling mewakili ayah dan ibunya berangkat bersama pamannya Xiao Xuan Yu.Qin Qiu senang sekaligus sedih. Begitu juga dengan keluarga kerajaan lainnya serta pejabat terdekat yang terpercaya.Tidak ada yang bahagia murni hari itu, kecuali Shu She. Dia senang karena akhirnya setelah tujuh tahun berlalu, mungkin tawarannya akan bisa diajukan kembali.Ini adalah kesempatan bagus baginya."Selamat, panjang umur untuk Yang Mulia," ucap semuanya seraya meneguk teh mereka.Qin Lang mengikuti acara perjamuan yang baginya lebih menyedihkan dari pemakaman itu."Ayah, selamat u
Raja dan Ratu kembali ke ruangan pribadi mereka. Kedua anaknya, pangeran dan putri tentu saja begitu lekat dengan ibu mereka.Sudah tujuh tahun dua anak itu hanya melihat ibu mereka yang tertidur. Tanpa suara dan gerakan.Hari ini, keduanya bisa menyaksikan bagaimana senyuman Wang Yin yang manis, hangat dan ada aura nakal dalam artian usil. Wajar saja Qin Lang tergila-gila padanya.Deretan gigi putih itu, bibir merah tanpa riasan, lalu bagaimana bisa wajahnya seputih dan secantik itu bahkan setelah tujuh tahun tertidur saja?"Mama, aku tidak menyangka kau memang begitu cantik," kata Qin Lian masih belum bisa melepaskan pandangannya dari ibunya."Apa setelah mendapatkan kebebasan memanggil mama sekarang kau bisa mengatakan kau, huh? Katakan padaku anak nakal ini anak siapa?" goda Wang Yin sambil menggelitik perut kecil anak itu.Qin Lian terguling-guling karena merasa geli. Hari ini mereka melupakan semua sopan santun dan segala formalitas."Itu geli, itu geli, ampun Yang Mulia," pinta
Raja dan Ratu kembali ke ruangan pribadi mereka. Kedua anaknya, pangeran dan putri tentu saja begitu lekat dengan ibu mereka.Sudah tujuh tahun dua anak itu hanya melihat ibu mereka yang tertidur. Tanpa suara dan gerakan.Hari ini, keduanya bisa menyaksikan bagaimana senyuman Wang Yin yang manis, hangat dan ada aura nakal dalam artian usil. Wajar saja Qin Lang tergila-gila padanya.Deretan gigi putih itu, bibir merah tanpa riasan, lalu bagaimana bisa wajahnya seputih dan secantik itu bahkan setelah tujuh tahun tertidur saja?"Mama, aku tidak menyangka kau memang begitu cantik," kata Qin Lian masih belum bisa melepaskan pandangannya dari ibunya."Apa setelah mendapatkan kebebasan memanggil mama sekarang kau bisa mengatakan kau, huh? Katakan padaku anak nakal ini anak siapa?" goda Wang Yin sambil menggelitik perut kecil anak itu.Qin Lian terguling-guling karena merasa geli. Hari ini mereka melupakan semua sopan santun dan segala formalitas."Itu geli, itu geli, ampun Yang Mulia," pinta
Empat ratus hari kemudian, Yi melaksanakan perayaan ulang tahun Yang Mulia Qin Lang dan kedua anaknya, Qin Yue dan Qin Lian yang hari ini genap berusia tujuh tahun.Hari ini jugalah peringatan ibu mereka mulai koma. Jadi bisa dikatakan, hari ini adalah hari bahagia dan sekaligus hari paling menyedihkan bagi Qin Lang.Kedua pangeran dan putri tampil dengan sangat cantik dan tampan. Qin Ming dan Xiao Jing juga turut hadir.Xiao Ling mewakili ayah dan ibunya berangkat bersama pamannya Xiao Xuan Yu.Qin Qiu senang sekaligus sedih. Begitu juga dengan keluarga kerajaan lainnya serta pejabat terdekat yang terpercaya.Tidak ada yang bahagia murni hari itu, kecuali Shu She. Dia senang karena akhirnya setelah tujuh tahun berlalu, mungkin tawarannya akan bisa diajukan kembali.Ini adalah kesempatan bagus baginya."Selamat, panjang umur untuk Yang Mulia," ucap semuanya seraya meneguk teh mereka.Qin Lang mengikuti acara perjamuan yang baginya lebih menyedihkan dari pemakaman itu."Ayah, selamat u
Enam bulan kemudian, Qin Lang mengadakan rapat kerajaan untuk mengatur segala urusan dalam dan luar kerajaan.Semua pejabat kerajaan wajib hadir pada kesempatan itu untuk melaporkan segala kebutuhan, hasil pekerjaan dan juga rekomendasi bagi keberlangsungan Yi.Dua jenderal, Jenderal Penghancur Jindan dan Jenderal Li Wen juga hadir secara bergantian, karena salah satu dari mereka harus menjaga Wang Yin.Qin Lang tidak mempercayai siapa pun setelah terjadi penyerangan pada Wang Yin di hari ulang tahunnya."Yang Mulia, kami melaporkan untuk urusan sosial semuanya lancar," kata pejabat sosial.Urusan makan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat Kerajaan Yi sangat terjamin. Mereka memiliki sumber daya alam yang melimpah, terlebih mereka lebih menyukai sayuran dan hasil alam dibandingkan daging-dagingan.Qin Ming dan Xiao Jing selaku yang mengurusi segala urusan dalam dan luar negeri melaporkan pekerjaan mereka.Qin Ming adalah anak angkat Wang Yin sebelum dia jatuh koma. Dia dan Qin Lang
Sepulangnya dari Kerajaan Ling, Qin Lian dan Qin Yue berlatih dengan rajin. Meski mereka berbeda jenis kelamin, Qin Lang tidak membedakan pola dan cara aduh. Dia membebaskan masing-masing mengembangkan dirinya sesuai dengan bakat dan minat.Mungkin, Yang Mulia memang sudah tertular dengan pemikiran Wang Yin yang mencintai kebebasan dan kemerdekaan."Qin Lian, ayo angkat pedangmu," kata Qin Yue sambil terus menyerang adiknya.Keduanya dilatih oleh ayah mereka dalam hal berpedang dan dua jenderal lainnya."Aku menyerah, aku menyerah," ucap Qin Lian sambil terus mengelak dengan gerakan cepat, tetapi tidak kuat dan kokoh."Angkat tanganmu, luruskan dan fokuskan pikiran!" kata Qin Lang yang mengawasi latihan kedua anaknya.Qin Lian melakukan seperti yang diperintahkan ayahnya dan sekalipun dia sudah berbuat demikian, dia tetap kalah dari kakaknya."Aku menyerah saja!" keluh Qin Lian sambil melempat pedangnya sembarangan."Sama aja dengan ibunya," gumam Qin Qiu mendekat dan bersiap untuk me
Beberapa bulan kemudian, Qin Lang memutuskan untuk mengajak kedua anaknya berkunjung ke Kerajaan Ling. Li Yan, sepupu Wang Yin menikah dengan pangeran mahkota, Xiao Zixuan dan dia hendak membawa si kembar bertemu dengan bibi mereka.Barangkali bisa memberikan sedikit informasi yang lebih soal Wang Yin.Soalnya, kedua anak itu terus menanyakan banyak hal soal ibu mereka dan tidak pernah puas.Selama mereka berangkat, Jenderal Wen Xiu ikut bersama mereka sedangkan Lin Wen berjaga di Kerajaan Yi dan terutama fokus menjaga Wang Yin yang tertidur dengan cantiknya."Bibi," sapa Qin Lian tanpa malu-malu begitu bertemu dengan Li Yan."A Lian, bagaimana kabarmu?" tanya Li Yan dengan lembut dan memeluknya dengan lembut."Aku tentu saja tidak baik, Bibi tidak pernah melihatku bagaimana aku bisa baik-baik saja," kata anak itu dengan wajah merengut yang disengaja."Manja," ketus Xiao Ling dengan ekspresi berbeda.Anak itu usianya 7 tujuh, dia seorang pangeran tetapi sangat tidak elegen. Maksudnya,
Setelah lelah membaca cerita yang dituliskan oleh Qin Lang, Qin Lian merasa mengantuk dan tertidur dengan kepalanya di atas buku tebal itu."Qin Lian apa yang kau lakukan?" Qin Yue terkejut mendapati adiknya malah mengiler di atas buku kesayangan ayah mereka itu."Kenapa? Aku kenapa?" tanya anak itu dengan matanya setengah tertutup.Anak lelaki yang satu ini memang agak berbeda. Meski dia pangeran, sikapnya tidak jauh berbeda dengan ibunya yang terkesan santai dan tidak terlalu memikirkan banyak aturan."Bersihkan," perintah Qin Yue pada pangeran blangsakan itu memberikan sapu tangan dan dia sendiri membereskan buku yang agak basah itu."Aku hanya mengantuk," protes anak itu masih malas membuka matanya."Tidurlah kalau mengantuk, mengapa kau malah tidur di sini. Kalau buku itu rusak kita akan menambah duka cita di hati ayah," jelas Qin Yue dengan sabar dan tabah.Seperti Qin Lang yang selalu sabar pada Wang Yin---menghadapi segala tingkahnya, begitu pula Qin Yue pada adiknya yang satu
Sebelum, pernikahan Qin Lang dan Wang Yin dilaksanakan semua pihak merasa senang dan bahagia. Kecuali Liu Ji yang merasa dirinya lebih tampan dan gagah dibandingkan manusia es itu."Mengapa dia memilih pangeran biasa saja dibandingkan aku?!" teriak Liu Ji tidak terima dengan keputusan Wang Yin yang menurutnya tidak adil.Dia lebih dulu bertemu dengan gadis cantik itu. Selain itu pesonanya tidak kalah dengan Qin Lang terbukti dengan banyaknya perempuan yang rela dia jadikan selir atau sekadar tidur bersama dalam semalam saja. Kebiasaan yang sudah dia pupuk sejak usia muda sampai-sampai dia sangat percaya diri kalau dirinya jauh lebih lihai dan handal di kasur dibandingkan Qin Lang yang tidak berpengalaman.Sebenarnya, Kerajaan Kerajaan Liu sudah lama menjalin hubungan baik dengan Yi maupun Kerajaan Li.Meski Wang Yin bukanlah anak kandung Li Ren, tetapi dia disayang dan dicintai sama seperti Li Yan dan Li Wanyin kedua putrinya.Wang Yin di usia ke-17 sudah bergelar Lady of Wang dan suda
Suasana kamar pangeran mendadak riuh, Qin Lian sibuk mencari baju zirahnya dan mengenakannya.Tak hanya itu, dia juga mengambil pedangnya yang diasah dan diukir mirip seperti milik ibunya, Pedang Hong.*Pedang Hong : merah sesuai dengan warna sarungnya."Qin Lian mau ke mana?" tanya Qin Qiu terkejut.Pangeran kecil itu mengangkat pedangnya yang berwarna hitam kemerahan. Persis seperti milik Wang Yin."MEMBUNUH Liu Ji!" teriak anak itu dengan mata merah dan lengannya dengan susah payah mengangkat pedang besar itu.Tubuhnya masih kecil dan belum menguasai ilmu berpedang dengan baik. Dibandingkan kakaknya dia termasuk lambat. Namun, dalam urusan memanah, dia adalah ahlinya. Bahkan, jika matanya ditutup anak sekecil itu sudah bisa mengenai sasaran tanpa cacat.Tentu saja jaraknya disesuaikan dengan kebutuhan anak-anak seusianya."Liu Ji?"Qin Qiu mengeryitkan keningnya bingung dan terkejut di saat yang bersamaan."Qin Lian, duduklah," kata Qin Yue membujuk adiknya.Dalam kondisi seperti i
Seusai melaksanakan hukuman mandiri mereka, kedua anak Qin Lang dan Wang Yin berlari ke kamar Qin Qiu. Ketidakpuasan dalam hati Qin Lian mendorong dirinya untuk terus bertanya soal ibunya.Sebelum pergi meninggalkan kamar Wang Yin, anak itu sempat mencium pipi ibunya dan berbisik agar perempuan itu segera bangun."Kakek!" teriak Qin Lian."Apa yang membuatmu seorang pangeran bertindak seperti ini?" tanya Qin Qiu begitu menyadari semua tamu agak terkejut dengan tingkah tidak biasa itu di kalangan bangsawan.Qin Lian membereskan pakaian dan mendadak bertingkah bagai pangeran yang terhormat."Pangeran ini mencari kakeknya karena ingin membicarakan banyak hal," ucapnya santai dengan penuh wibawa.Qin Lian adalah tipe periang dan suka membuat kekacauan seperti layaknya ibunya."Selamat datang, Pangeran," sapa mereka semua."Begini saja baru kalian menyapa aku. Tak heran ibuku tidak suka dengan semua kepalsuan dan basa-basi ini," pikir Qin Lian dalam hatinya.Tak lama kemudian, Qin Yue datan