Sebelum, pernikahan Qin Lang dan Wang Yin dilaksanakan semua pihak merasa senang dan bahagia. Kecuali Liu Ji yang merasa dirinya lebih tampan dan gagah dibandingkan manusia es itu.
"Mengapa dia memilih pangeran biasa saja dibandingkan aku?!" teriak Liu Ji tidak terima dengan keputusan Wang Yin yang menurutnya tidak adil.
Dia lebih dulu bertemu dengan gadis cantik itu. Selain itu pesonanya tidak kalah dengan Qin Lang terbukti dengan banyaknya perempuan yang rela dia jadikan selir atau sekadar tidur bersama dalam semalam saja. Kebiasaan yang sudah dia pupuk sejak usia muda sampai-sampai dia sangat percaya diri kalau dirinya jauh lebih lihai dan handal di kasur dibandingkan Qin Lang yang tidak berpengalaman.
Sebenarnya, Kerajaan Kerajaan Liu sudah lama menjalin hubungan baik dengan Yi maupun Kerajaan Li.
Meski Wang Yin bukanlah anak kandung Li Ren, tetapi dia disayang dan dicintai sama seperti Li Yan dan Li Wanyin kedua putrinya.
Wang Yin di usia ke-17 sudah bergelar Lady of Wang dan sudah memiliki senjata spiritual kuat---Ren si seruling ajaib.
Selain itu, dia memiliki seorang Jenderal Li Wen yang dia ciptakan. Kisahnya sangat panjang, kalau diringkas, Wang Yin kehilangan orang tuanya sejak usia 3 tahun dan hidup sendiri di Bukit Ying sampai diadopsi dan ditemukan oleh Li Ren.
Setelah itu, perempuan itu mengolah ilmu bela diri dan kultivasi sampai menemukan banyak mantra dan juga sering memenangkan pertandingan.
Misalnya, memanah. Tidak ada yang pernah bisa mengalahkan Lady of Wang itu dalam segala hal.
Tentu saja maksudnya adalah di bidang bela diri dan kultivasi. Dan pertandingan yang dimaksud untuk anak seusianya.
Suatu ketika Liu Ji sedang tersesat di hutan dan Wang Yin membantunya. Sejak itu Liu Ji merasa dirinya dicintai oleh Wang Yin dan melakukan banyak cara agar mendapatkannya.
Wang Yin yang pada dasarnya suka bermain-main sudah berkali-kali menolak Liu Ji dengan lembut, agak kasar dan sangat kasar.
Suatu ketika Liu Ji mendapatkan kabar kalau Wang Yin, wanita pujaannya akan menikah dengan Pangeran Kedua Yi, Qin Lang.
Hatinya merasa sakit dan ingin merebut kembali pujaan hatinya.
"Bisa-bisanya dia memilih lelaki datar itu dibandingkan aku," geramnya dalam hati.
Berkali-kali Liu Xun kakaknya dan Ling Wen memperingatkan agar Liu Ji tidak melakukan kebodohan, tetapi rasa cemburu di hatinya membuatnya tidak bisa menahan amarahnya dan kepedihan atas cinta tak berbalas itu.
"Kau harus sadar diri," bentak Ling Wen dengan kasar pada anak keduanya itu.
Liu Ji menolak apa pun yang dikatakan atau nasihat apa pun.
"Kurasa kalau Wang Yin harus memilih salah satu pangeran Wen dia lebih rela menikah denganku daripada kau," kata Liu Xun mencoba menyadarkan adiknya yang tidak tahu diri itu.
"Dia sebenarnya menyukai aku. Buktinya dia menyelematkan diriku. Pesonaku lebih bagus dibandingkan Qin Lang. Apa yang dia miliki? Hanya wajah datar dan pamannya yang berjenggot itu," dengus Liu Ji menolak diberikan penyadaran.
"Apa katamu? Apa kau mengejek Qin Qiu?"
Ling Wen tidak terima sahabatnya menjadi korban ejekan dari anak yang sebenarnya tidak pantas mengejek ketampanan Qin Qiu.
"Terserah kalian saja. Aku tidak pernah mengurusi urusan kalian, maka kusarankan kalian berhenti mengatur dan mengurusi aku," teriak Liu Ji dengan kasar.
Dia meninggalkan ayah dan kakaknya dan terus melanjutkan rencana jahat yang sudah pikirkan dengan baik-baik.
"Baiklah, kalau kau tidak bisa menerima aku. Maka tidak akan ada orang lain yang bisa bahagia bersamamu," rutuk Liu Ji sambil mulai memikirkan rencana jahatnya.
Pokoknya kalau saya tidak dapat, maka kamu juga tidak boleh mendapatkannya. Kira-kira begitulah prinsip Liu Ji.
Tujuannya adalah membunuh Qin Lang, tetapi jika gagal, membunuh Wang Yin juga boleh. Asalkan bukan hanya dia yang menderita dan kehilangan di dunia ini.
Singkat cerita, hati Liu Ji semakin sakit melihat Wang Yin tampak begitu bahagia di hari pernikahannya ditambah lagi wajah Qin Lang yang tersenyum dan berekspresi lebih dibandingkan dengan yang pernah dia perlihatkan pada dunia.
"Mereka mempermainkan aku," ujar Liu Ji dalam hatinya.
Beberapa bulan kemudian, Wang Yin dikabarkan sudah hamil. Jarak dari pernikahan pada kehamilannya sangat singkat, bisa dikatakan usia kehamilannya sama dengan usia pernikahannya mereka.
Bagi Qin Lang dan Wang Yin itu adalah kabar baik, sementara bagi Liu Ji itu adalah neraka.
Dia kemudian menyusun siasat jahat untuk merusak kebahagiaan yang hampir sempurna itu.
"Aku akan merebutnya kembali, entah dengan anak-anak sialan dalam perutnya atau tidak. Qin Lang harus mati," kata Liu Ji.
Dia meminta bantuan kultivator iblis, Xue Yang dan juga penyihir lainnya untuk mengumpulkan pasukan untuk menghancurkan Kerajaan Yi.
Meng Yao atau Jin Guangyao ikut dalam persekutuan jahat itu. Dia juga merupakan korban sakit hati karena ayahnya menolak untuk menjodohkan dirinya dengan Qin Lan, sang pangeran mahkota Yi.
Bisa dikatakan pasukan mereka adalah barisan sakit hati.
Wen Xiu yang sudah diberikan mantra oleh si penyihir jahat itu menuruti segala keinginan Liu Ji, padahal dia merupakan salah satu murid Baoshan Sanren dulunya. Ilmunya biasanya digunakan untuk menghukum murid yang melakukan kesalahan, melelehkan exilir atau jindan sehingga dia tidak bisa mengolah ilmu bela diri.
Murid terbaik itu ikut tersesat karena rayuan manusia yang memiliki siasat saat dan mantra jahat.
Di hari ulang tahun Qin Lang yang ke 19, Wang Yin hadir dengan sangat cantik. Perutnya yang membesar di usia kehamilannya yang ketujuh tampak sangat indah.
Tidak salah kalau Qin Lang merasa bahwa dirinya adalah manusia paling bahagia saat itu.
"Wang Yin, terima kasih," ujarnya sambil mengelus lembut perut besar Wang Yin.
Para tabib istana sudah memprediksi kalau anak dalam kandungan istri pangeran itu kembar, terlihat dari diri, detak jantung dan juga bentuk perutnya.
"Qin Lang, apa kau bahagia?" tanya Wang Yin.
Qin Lang mengangguk.
"Kau dan anak-anak kita adalah hadiah terbaik yang pernah aku dapatkan," kata Qin Lang mengecup lembut kening Wang Yin.
Masih sibuk dengan kemesraan itu, tiba-tiba pasukan gila yang dipimpin oleh Liu Ji menyerang Kerajaan Yi dan akan menghancurkan segalanya, terutama membunuh Qin Lang.
Segala serangan diarahkan kepada pangeran kedua itu.
Wang Yin yang mengetahui maksud dan tujuan Liu Ji, mengerti kalau Qin Lang adalah sasaran mereka.
Walau terlarang dilakukan saat hamil, Wang Yin memainkan seruling Ren dan memanggil Jenderal Li Wen.
Tak butuh waktu lama, pasukan Liu Ji kalau dan mereka sudah diikat dan diringkus.
Tanpa terkendali, ternyata Liu Ji masih menyiapkan serangan terakhir dan itu ditujukan untuk melelehkan exilir Qin Lang.
"Qin Lang, awas!" teriak Wang Yin dan langsung maju tepat di depan tubuh Qin Lang untuk menahan serangan itu.
Begitu menyentuh dada perempuan itu, Wen Xiu tersadar dan dia berteriak sekencang mungkin karena tahu sudah melakukan kesalahan apalagi perempuan itu adalah cucu gurunya.
Itulah sebabnya dia bersumpah untuk melindungi apa pun yang tersisa dari Wang Yin dan siap menerima hukuman atas apa yang telah dia lakukan.
"Wang Yin, bangun!" teriak Qin Lang dengan mata memerah dan air mata yang tak terkendali.
"Qin Lang, tolong keluarkan anak ini," pinta Wang Yin menyadari dirinya mungkin tidak akan bertahan lagi.
"Wang Yin, tidak!"
Qin Lang terus meraung walau dia juga melakukan apa yang diperintahkan oleh Wang Yin.
Beberapa tabib bersiap untuk melakukan operasi dadakan. Untung saja usia kehamilan sang Ratu pangeran sudah cukup matang untuk melahirkan.
Qin Lang terus menangis dan berteriak-teriak menguatkan Wang Yin agar bertahan.
Tak lama kemudian, dua anak mereka laki-laki dan perempuan lahir dengan selamat.
Tangisan dua bayi itu sahut menyahut menjadi suka sekaligus duka terdalam bagi Qin Lang.
"Qin Lang, berjanjilah untuk menjaga mereka dengan baik," pinta Wang Yin sebelum memejamkan matanya.
"Wang Yin," panggil Qin Lang lagi belum berminat untuk melihat anak mereka.
"Qin Lang, berikan ini pada mereka. Katakan kalau ibunya sangat menyayangi mereka."
Wei memberikan pita rambutnya dan memamerkan senyuman yang sangat indah sebelum jatuh koma dan tertidur hingga saat ini.
Setelah membaca kisah itu Qin Yue menangis dan memeluk adiknya yang juga sudah menangis dan kesal pada Liu Ji.
Itulah awal mula mengapa Pangeran Qin Lian mendadak membuat keonaran dan ingin membunuh Liu Ji. Dia sangat marah pada lelaki jahat itu.
Dia adalah penyebab ibu mereka tertidur begitu lama dan membuat Qin Lang harus berduka untuk cintanya.
Dan yang paling jahat, kecemburuan Liu Ji membuat anak-anak terpisahkan dari ibunya.
Tidak ada kejahatan yang lebih serius dan mengerikan dibandingkan memisahkan anak-anak yang masih menyusui apalagi yang baru lahir dari ibunya.
"Liu Ji, lelaki itu harus mendapatkan balasan setimpal!" teriak Qin Lian sebelum mengambil baju zirahnya.
Bersambung ...
Setelah lelah membaca cerita yang dituliskan oleh Qin Lang, Qin Lian merasa mengantuk dan tertidur dengan kepalanya di atas buku tebal itu."Qin Lian apa yang kau lakukan?" Qin Yue terkejut mendapati adiknya malah mengiler di atas buku kesayangan ayah mereka itu."Kenapa? Aku kenapa?" tanya anak itu dengan matanya setengah tertutup.Anak lelaki yang satu ini memang agak berbeda. Meski dia pangeran, sikapnya tidak jauh berbeda dengan ibunya yang terkesan santai dan tidak terlalu memikirkan banyak aturan."Bersihkan," perintah Qin Yue pada pangeran blangsakan itu memberikan sapu tangan dan dia sendiri membereskan buku yang agak basah itu."Aku hanya mengantuk," protes anak itu masih malas membuka matanya."Tidurlah kalau mengantuk, mengapa kau malah tidur di sini. Kalau buku itu rusak kita akan menambah duka cita di hati ayah," jelas Qin Yue dengan sabar dan tabah.Seperti Qin Lang yang selalu sabar pada Wang Yin---menghadapi segala tingkahnya, begitu pula Qin Yue pada adiknya yang satu
Beberapa bulan kemudian, Qin Lang memutuskan untuk mengajak kedua anaknya berkunjung ke Kerajaan Ling. Li Yan, sepupu Wang Yin menikah dengan pangeran mahkota, Xiao Zixuan dan dia hendak membawa si kembar bertemu dengan bibi mereka.Barangkali bisa memberikan sedikit informasi yang lebih soal Wang Yin.Soalnya, kedua anak itu terus menanyakan banyak hal soal ibu mereka dan tidak pernah puas.Selama mereka berangkat, Jenderal Wen Xiu ikut bersama mereka sedangkan Lin Wen berjaga di Kerajaan Yi dan terutama fokus menjaga Wang Yin yang tertidur dengan cantiknya."Bibi," sapa Qin Lian tanpa malu-malu begitu bertemu dengan Li Yan."A Lian, bagaimana kabarmu?" tanya Li Yan dengan lembut dan memeluknya dengan lembut."Aku tentu saja tidak baik, Bibi tidak pernah melihatku bagaimana aku bisa baik-baik saja," kata anak itu dengan wajah merengut yang disengaja."Manja," ketus Xiao Ling dengan ekspresi berbeda.Anak itu usianya 7 tujuh, dia seorang pangeran tetapi sangat tidak elegen. Maksudnya,
Sepulangnya dari Kerajaan Ling, Qin Lian dan Qin Yue berlatih dengan rajin. Meski mereka berbeda jenis kelamin, Qin Lang tidak membedakan pola dan cara aduh. Dia membebaskan masing-masing mengembangkan dirinya sesuai dengan bakat dan minat.Mungkin, Yang Mulia memang sudah tertular dengan pemikiran Wang Yin yang mencintai kebebasan dan kemerdekaan."Qin Lian, ayo angkat pedangmu," kata Qin Yue sambil terus menyerang adiknya.Keduanya dilatih oleh ayah mereka dalam hal berpedang dan dua jenderal lainnya."Aku menyerah, aku menyerah," ucap Qin Lian sambil terus mengelak dengan gerakan cepat, tetapi tidak kuat dan kokoh."Angkat tanganmu, luruskan dan fokuskan pikiran!" kata Qin Lang yang mengawasi latihan kedua anaknya.Qin Lian melakukan seperti yang diperintahkan ayahnya dan sekalipun dia sudah berbuat demikian, dia tetap kalah dari kakaknya."Aku menyerah saja!" keluh Qin Lian sambil melempat pedangnya sembarangan."Sama aja dengan ibunya," gumam Qin Qiu mendekat dan bersiap untuk me
Enam bulan kemudian, Qin Lang mengadakan rapat kerajaan untuk mengatur segala urusan dalam dan luar kerajaan.Semua pejabat kerajaan wajib hadir pada kesempatan itu untuk melaporkan segala kebutuhan, hasil pekerjaan dan juga rekomendasi bagi keberlangsungan Yi.Dua jenderal, Jenderal Penghancur Jindan dan Jenderal Li Wen juga hadir secara bergantian, karena salah satu dari mereka harus menjaga Wang Yin.Qin Lang tidak mempercayai siapa pun setelah terjadi penyerangan pada Wang Yin di hari ulang tahunnya."Yang Mulia, kami melaporkan untuk urusan sosial semuanya lancar," kata pejabat sosial.Urusan makan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat Kerajaan Yi sangat terjamin. Mereka memiliki sumber daya alam yang melimpah, terlebih mereka lebih menyukai sayuran dan hasil alam dibandingkan daging-dagingan.Qin Ming dan Xiao Jing selaku yang mengurusi segala urusan dalam dan luar negeri melaporkan pekerjaan mereka.Qin Ming adalah anak angkat Wang Yin sebelum dia jatuh koma. Dia dan Qin Lang
Empat ratus hari kemudian, Yi melaksanakan perayaan ulang tahun Yang Mulia Qin Lang dan kedua anaknya, Qin Yue dan Qin Lian yang hari ini genap berusia tujuh tahun.Hari ini jugalah peringatan ibu mereka mulai koma. Jadi bisa dikatakan, hari ini adalah hari bahagia dan sekaligus hari paling menyedihkan bagi Qin Lang.Kedua pangeran dan putri tampil dengan sangat cantik dan tampan. Qin Ming dan Xiao Jing juga turut hadir.Xiao Ling mewakili ayah dan ibunya berangkat bersama pamannya Xiao Xuan Yu.Qin Qiu senang sekaligus sedih. Begitu juga dengan keluarga kerajaan lainnya serta pejabat terdekat yang terpercaya.Tidak ada yang bahagia murni hari itu, kecuali Shu She. Dia senang karena akhirnya setelah tujuh tahun berlalu, mungkin tawarannya akan bisa diajukan kembali.Ini adalah kesempatan bagus baginya."Selamat, panjang umur untuk Yang Mulia," ucap semuanya seraya meneguk teh mereka.Qin Lang mengikuti acara perjamuan yang baginya lebih menyedihkan dari pemakaman itu."Ayah, selamat u
Raja dan Ratu kembali ke ruangan pribadi mereka. Kedua anaknya, pangeran dan putri tentu saja begitu lekat dengan ibu mereka.Sudah tujuh tahun dua anak itu hanya melihat ibu mereka yang tertidur. Tanpa suara dan gerakan.Hari ini, keduanya bisa menyaksikan bagaimana senyuman Wang Yin yang manis, hangat dan ada aura nakal dalam artian usil. Wajar saja Qin Lang tergila-gila padanya.Deretan gigi putih itu, bibir merah tanpa riasan, lalu bagaimana bisa wajahnya seputih dan secantik itu bahkan setelah tujuh tahun tertidur saja?"Mama, aku tidak menyangka kau memang begitu cantik," kata Qin Lian masih belum bisa melepaskan pandangannya dari ibunya."Apa setelah mendapatkan kebebasan memanggil mama sekarang kau bisa mengatakan kau, huh? Katakan padaku anak nakal ini anak siapa?" goda Wang Yin sambil menggelitik perut kecil anak itu.Qin Lian terguling-guling karena merasa geli. Hari ini mereka melupakan semua sopan santun dan segala formalitas."Itu geli, itu geli, ampun Yang Mulia," pinta
Ratu Wang Yin mengalami koma berkepanjangan setelah melahirkan anak kembarnya, Qin Lian dan Qin Yue. Tidur panjang Sang Ratu masih menjadi misteri dan menjadi pertanyaan bagi banyak orang. Entah sihir apa yang telah dirapalkan pada Sang Ratu sampai-sampai dia tertidur selama itu.Qin Lang, selaku Raja yang berkuasa saat ini masih terus menunggu Ratu cantiknya bangun layaknya Phoenix yang bangkit dari kematian, karena semua tabib terbaik dari lima kerajaan sudah mengatakan, tidak ada harapan lagi. Namun baginya, Wang Yin tidak mungkin mati begitu saja. Cinta sejatinya akan bangkit, apa pun yang terjadi.Kedua anak kembar mereka--Pangeran dan Putri yang kini sudah berusia lima tahun selalu saja menanyakan kapan ibu mereka akan membuka mata dan terbangun.Qin Lang tidak tahu harus mengatakan apa lagi, tetapi dia juga tidak mau menyerah. Dia akan terus memperjuangkan cintanya. Baginya, tiada lagi orang yang akan dia cintai di dunia ini selain Sang Ratu."Wang Yin, bangunlah, aku dan anak
Suasana hutan di belakang pusat Kerajaan Yi, Hutan Larangan begitu hening dan damai. Qin Lang, pangeran kedua kerajaan Yi berjalan-jalan untuk menenangkan hatinya.Sudah berkali-kali dia menolak untuk menikah, akan tetapi ada begitu banyak tawaran dan hadiah berupa calon istri yang diberikan kepadanya.Entah bagaimana lagi cara menolaknya. Haruskah dia mengatakan kalau dirinya tidak memiliki ketertarikan?Ah, tidak mungkin!Dia bukan tidak tertarik, hanya saja belum menemukan yang menarik perhatiannya."Hey, kau ... apa yang kau lakukan di sini?"Qin Lang mendengar suara seseorang---perempuan dari tengah hutan."Siapa yang bermain-main di sini? Apakah dia seorang gadis? Bukankah tempat ini berbahaya?" gumam Qin Lang dalam hatinya."Kau sangat lucu," ucap gadis yang belum jelas wajahnya terlihat.Di tangannya, perempuan itu memegangi seekor kelinci putih yang memiliki telinga lebar dan panjang. Sangat imut."Siapa dia?" pikir Qin Lang sambil terus mendekat dengan perlahan---tanpa membua
Raja dan Ratu kembali ke ruangan pribadi mereka. Kedua anaknya, pangeran dan putri tentu saja begitu lekat dengan ibu mereka.Sudah tujuh tahun dua anak itu hanya melihat ibu mereka yang tertidur. Tanpa suara dan gerakan.Hari ini, keduanya bisa menyaksikan bagaimana senyuman Wang Yin yang manis, hangat dan ada aura nakal dalam artian usil. Wajar saja Qin Lang tergila-gila padanya.Deretan gigi putih itu, bibir merah tanpa riasan, lalu bagaimana bisa wajahnya seputih dan secantik itu bahkan setelah tujuh tahun tertidur saja?"Mama, aku tidak menyangka kau memang begitu cantik," kata Qin Lian masih belum bisa melepaskan pandangannya dari ibunya."Apa setelah mendapatkan kebebasan memanggil mama sekarang kau bisa mengatakan kau, huh? Katakan padaku anak nakal ini anak siapa?" goda Wang Yin sambil menggelitik perut kecil anak itu.Qin Lian terguling-guling karena merasa geli. Hari ini mereka melupakan semua sopan santun dan segala formalitas."Itu geli, itu geli, ampun Yang Mulia," pinta
Empat ratus hari kemudian, Yi melaksanakan perayaan ulang tahun Yang Mulia Qin Lang dan kedua anaknya, Qin Yue dan Qin Lian yang hari ini genap berusia tujuh tahun.Hari ini jugalah peringatan ibu mereka mulai koma. Jadi bisa dikatakan, hari ini adalah hari bahagia dan sekaligus hari paling menyedihkan bagi Qin Lang.Kedua pangeran dan putri tampil dengan sangat cantik dan tampan. Qin Ming dan Xiao Jing juga turut hadir.Xiao Ling mewakili ayah dan ibunya berangkat bersama pamannya Xiao Xuan Yu.Qin Qiu senang sekaligus sedih. Begitu juga dengan keluarga kerajaan lainnya serta pejabat terdekat yang terpercaya.Tidak ada yang bahagia murni hari itu, kecuali Shu She. Dia senang karena akhirnya setelah tujuh tahun berlalu, mungkin tawarannya akan bisa diajukan kembali.Ini adalah kesempatan bagus baginya."Selamat, panjang umur untuk Yang Mulia," ucap semuanya seraya meneguk teh mereka.Qin Lang mengikuti acara perjamuan yang baginya lebih menyedihkan dari pemakaman itu."Ayah, selamat u
Enam bulan kemudian, Qin Lang mengadakan rapat kerajaan untuk mengatur segala urusan dalam dan luar kerajaan.Semua pejabat kerajaan wajib hadir pada kesempatan itu untuk melaporkan segala kebutuhan, hasil pekerjaan dan juga rekomendasi bagi keberlangsungan Yi.Dua jenderal, Jenderal Penghancur Jindan dan Jenderal Li Wen juga hadir secara bergantian, karena salah satu dari mereka harus menjaga Wang Yin.Qin Lang tidak mempercayai siapa pun setelah terjadi penyerangan pada Wang Yin di hari ulang tahunnya."Yang Mulia, kami melaporkan untuk urusan sosial semuanya lancar," kata pejabat sosial.Urusan makan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat Kerajaan Yi sangat terjamin. Mereka memiliki sumber daya alam yang melimpah, terlebih mereka lebih menyukai sayuran dan hasil alam dibandingkan daging-dagingan.Qin Ming dan Xiao Jing selaku yang mengurusi segala urusan dalam dan luar negeri melaporkan pekerjaan mereka.Qin Ming adalah anak angkat Wang Yin sebelum dia jatuh koma. Dia dan Qin Lang
Sepulangnya dari Kerajaan Ling, Qin Lian dan Qin Yue berlatih dengan rajin. Meski mereka berbeda jenis kelamin, Qin Lang tidak membedakan pola dan cara aduh. Dia membebaskan masing-masing mengembangkan dirinya sesuai dengan bakat dan minat.Mungkin, Yang Mulia memang sudah tertular dengan pemikiran Wang Yin yang mencintai kebebasan dan kemerdekaan."Qin Lian, ayo angkat pedangmu," kata Qin Yue sambil terus menyerang adiknya.Keduanya dilatih oleh ayah mereka dalam hal berpedang dan dua jenderal lainnya."Aku menyerah, aku menyerah," ucap Qin Lian sambil terus mengelak dengan gerakan cepat, tetapi tidak kuat dan kokoh."Angkat tanganmu, luruskan dan fokuskan pikiran!" kata Qin Lang yang mengawasi latihan kedua anaknya.Qin Lian melakukan seperti yang diperintahkan ayahnya dan sekalipun dia sudah berbuat demikian, dia tetap kalah dari kakaknya."Aku menyerah saja!" keluh Qin Lian sambil melempat pedangnya sembarangan."Sama aja dengan ibunya," gumam Qin Qiu mendekat dan bersiap untuk me
Beberapa bulan kemudian, Qin Lang memutuskan untuk mengajak kedua anaknya berkunjung ke Kerajaan Ling. Li Yan, sepupu Wang Yin menikah dengan pangeran mahkota, Xiao Zixuan dan dia hendak membawa si kembar bertemu dengan bibi mereka.Barangkali bisa memberikan sedikit informasi yang lebih soal Wang Yin.Soalnya, kedua anak itu terus menanyakan banyak hal soal ibu mereka dan tidak pernah puas.Selama mereka berangkat, Jenderal Wen Xiu ikut bersama mereka sedangkan Lin Wen berjaga di Kerajaan Yi dan terutama fokus menjaga Wang Yin yang tertidur dengan cantiknya."Bibi," sapa Qin Lian tanpa malu-malu begitu bertemu dengan Li Yan."A Lian, bagaimana kabarmu?" tanya Li Yan dengan lembut dan memeluknya dengan lembut."Aku tentu saja tidak baik, Bibi tidak pernah melihatku bagaimana aku bisa baik-baik saja," kata anak itu dengan wajah merengut yang disengaja."Manja," ketus Xiao Ling dengan ekspresi berbeda.Anak itu usianya 7 tujuh, dia seorang pangeran tetapi sangat tidak elegen. Maksudnya,
Setelah lelah membaca cerita yang dituliskan oleh Qin Lang, Qin Lian merasa mengantuk dan tertidur dengan kepalanya di atas buku tebal itu."Qin Lian apa yang kau lakukan?" Qin Yue terkejut mendapati adiknya malah mengiler di atas buku kesayangan ayah mereka itu."Kenapa? Aku kenapa?" tanya anak itu dengan matanya setengah tertutup.Anak lelaki yang satu ini memang agak berbeda. Meski dia pangeran, sikapnya tidak jauh berbeda dengan ibunya yang terkesan santai dan tidak terlalu memikirkan banyak aturan."Bersihkan," perintah Qin Yue pada pangeran blangsakan itu memberikan sapu tangan dan dia sendiri membereskan buku yang agak basah itu."Aku hanya mengantuk," protes anak itu masih malas membuka matanya."Tidurlah kalau mengantuk, mengapa kau malah tidur di sini. Kalau buku itu rusak kita akan menambah duka cita di hati ayah," jelas Qin Yue dengan sabar dan tabah.Seperti Qin Lang yang selalu sabar pada Wang Yin---menghadapi segala tingkahnya, begitu pula Qin Yue pada adiknya yang satu
Sebelum, pernikahan Qin Lang dan Wang Yin dilaksanakan semua pihak merasa senang dan bahagia. Kecuali Liu Ji yang merasa dirinya lebih tampan dan gagah dibandingkan manusia es itu."Mengapa dia memilih pangeran biasa saja dibandingkan aku?!" teriak Liu Ji tidak terima dengan keputusan Wang Yin yang menurutnya tidak adil.Dia lebih dulu bertemu dengan gadis cantik itu. Selain itu pesonanya tidak kalah dengan Qin Lang terbukti dengan banyaknya perempuan yang rela dia jadikan selir atau sekadar tidur bersama dalam semalam saja. Kebiasaan yang sudah dia pupuk sejak usia muda sampai-sampai dia sangat percaya diri kalau dirinya jauh lebih lihai dan handal di kasur dibandingkan Qin Lang yang tidak berpengalaman.Sebenarnya, Kerajaan Kerajaan Liu sudah lama menjalin hubungan baik dengan Yi maupun Kerajaan Li.Meski Wang Yin bukanlah anak kandung Li Ren, tetapi dia disayang dan dicintai sama seperti Li Yan dan Li Wanyin kedua putrinya.Wang Yin di usia ke-17 sudah bergelar Lady of Wang dan suda
Suasana kamar pangeran mendadak riuh, Qin Lian sibuk mencari baju zirahnya dan mengenakannya.Tak hanya itu, dia juga mengambil pedangnya yang diasah dan diukir mirip seperti milik ibunya, Pedang Hong.*Pedang Hong : merah sesuai dengan warna sarungnya."Qin Lian mau ke mana?" tanya Qin Qiu terkejut.Pangeran kecil itu mengangkat pedangnya yang berwarna hitam kemerahan. Persis seperti milik Wang Yin."MEMBUNUH Liu Ji!" teriak anak itu dengan mata merah dan lengannya dengan susah payah mengangkat pedang besar itu.Tubuhnya masih kecil dan belum menguasai ilmu berpedang dengan baik. Dibandingkan kakaknya dia termasuk lambat. Namun, dalam urusan memanah, dia adalah ahlinya. Bahkan, jika matanya ditutup anak sekecil itu sudah bisa mengenai sasaran tanpa cacat.Tentu saja jaraknya disesuaikan dengan kebutuhan anak-anak seusianya."Liu Ji?"Qin Qiu mengeryitkan keningnya bingung dan terkejut di saat yang bersamaan."Qin Lian, duduklah," kata Qin Yue membujuk adiknya.Dalam kondisi seperti i
Seusai melaksanakan hukuman mandiri mereka, kedua anak Qin Lang dan Wang Yin berlari ke kamar Qin Qiu. Ketidakpuasan dalam hati Qin Lian mendorong dirinya untuk terus bertanya soal ibunya.Sebelum pergi meninggalkan kamar Wang Yin, anak itu sempat mencium pipi ibunya dan berbisik agar perempuan itu segera bangun."Kakek!" teriak Qin Lian."Apa yang membuatmu seorang pangeran bertindak seperti ini?" tanya Qin Qiu begitu menyadari semua tamu agak terkejut dengan tingkah tidak biasa itu di kalangan bangsawan.Qin Lian membereskan pakaian dan mendadak bertingkah bagai pangeran yang terhormat."Pangeran ini mencari kakeknya karena ingin membicarakan banyak hal," ucapnya santai dengan penuh wibawa.Qin Lian adalah tipe periang dan suka membuat kekacauan seperti layaknya ibunya."Selamat datang, Pangeran," sapa mereka semua."Begini saja baru kalian menyapa aku. Tak heran ibuku tidak suka dengan semua kepalsuan dan basa-basi ini," pikir Qin Lian dalam hatinya.Tak lama kemudian, Qin Yue datan