Share

2. ALESHA WIDJAJA

Penulis: Stvnyy
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-19 18:28:56

Seorang wanita sedang duduk manis di sebuah cafe di sudut kota Jakarta terlihat sibuk dengan notebook di depannya.

Berhari-hari di tempat yang sama ia hanya menatap notebooknya. Suasana cafe yang tenang dan jauh dari keramaian pusat kota membuatnya dapat berpikir lebih jernih begitu dalihnya. “Hey!”

Tepukan pelan di pundaknya membuat dia terkejut.“Galih?” Senyum mengembang di bibirnya yang tipis tampak sangat bahagia.

Seorang wanita dengan rambut ponytail dan tubuh semampai tersenyum manis saat menyadari teman lamanya yang sekarang duduk di depannya.

Pertemuannya kembali dengan Galih membawa kenangan lama mereka saat masih dalam masa-masa kuliah.

“Apakabar, Cha?” Galih tersenyum lembut melihat wanita didepannya yang dulu selalu manja saat bersamnya sekarang terlihat lebih dewasa dan tentu saja, cantik.

“Baik, lo gimana? Duh kebetulan banget kita ketemu disini. Ih kangen..”. Satu kata terakhir yang keluar dari bibir mungil Icha membuat Galih sedikit malu sekaligus sumringah.

“Baik juga, sama Cha. Gue juga....” Kalimat Galih terpotong oleh suara nada dering dari smartphone Icha.

“Halo? Oh iya, Pak. Tunggu di depan cafe ya. Iya saya udah selesai kok.” Icha menatap Galih sedih

“Oh udah mau balik ya, Cha? It’s okay. We will meet again soon,” Icha mengangguk pelan dan tersenyum melihat Galih.

“Kartu nama gue. You can call me anytime.”

Icha berpamitan dan melambaikan tangannya dari depan pintu cafe. Galih membalasnya dan tersenyum melihat sosok Icha yang mulai semakin menjauh dari hadapannya.

***

Pertemuan singkatnya dengan Galih akan memulai segalanya kembali. Itu yang Icha pikirkan. Galih, Galih Hardjanto merupakan teman Icha semasa kuliah. Sejak masuk kuliah, Galih termasuk orang yang paling dekat dengan Icha. Banyak gosip-gosip beredar bahwa mereka berdua sebenarnya menjalin hubungan.

Tapi keduanya selalu menyangkal gosip itu. Jawaban yang di dapatkan dari pertanyaan yang terlontar tetap saja “Cuma gosip, kita cuma temen kok.”

Kedekatan mereka berdua sejak masa kuliah memang sangat absurb. Melebihi sekedar teman pada umumnya. Dan pertemuannya dengan Galih membuat Icha merindukan masa-masa kuliah dimana ia entah sadar atau tidak pernah menyukai Galih. Seperti itulah kenyataannya. Mereka berdua tak ada hubungan apapun bahkan sampai saat ini.

Seminggu sejak saat itu, Icha sering berkomunikasi dengan Galih secara rutin. Hari ini pun, mereka membuat janji untuk bertemu di cafe tempat biasanya. Icha selalu duduk disudut cafe yang merupakan tempat favoritnya.

Suasananya yang tenang membuat ia mendapat ide untuk proposal yang sedang ia kerjakan untuk proyek yang akan datang. Suara musik "Galih dan Ratna" memenuhi sudut cafe itu. “Polusi udara, sampah, asap kendaraan, dan limbah pabrik. Satu-satunya ibukota suatu negara dengan segala kekacauan di dalamnya. Keluhan tentang kota Jakarta nggak pernah ada habisnya. Banjir, bau sampah yang semerbak seperti taman bunga..” Icha bergumam sembari mengetik kalimat apapun yang terlintas di kepalanya.

Icha sengaja membiarkan rambut panjangnya terurai cantik di punggungnya. Dress berwarna biru senada dengan riasan tipis yang ia kenakan semakin menambah pesona kecantikan wanita yang sedang menikmati lagu yang di putar saat itu.

“Proposal yang kemaren lo bilang itu, ini?”Galih melirik sedikit ke arah notebook Icha yang disambut anggukan lemas darinya.

Alesha Widjaja lebih akrab dengan panggilan Icha. Seorang pengusaha wanita sukses di Ibukota Jakarta. Hampir sepanjang tahun 2018 semua tabloid, koran bahkan stasiun televisi lokal meliput tentang kesuksesan Alesha Widjaja yang berhasil menarik perhatian negara-negara tetangga tentang kesuksesannya.

Meski membawa nama Widjaja yang merupakan salah satu keluarga konglomerat asli Indonesia, dia membuktikan bahwa kesuksesan bukan hanya dari nama besar keluarganya tapi juga dari kemampuan yang ia miliki. Meskipun tak luput dari dukungan keluarganya. Alesha Widjaja yang merupakan anak tunggal dari konglomerat Heru Widjaja pengusaha real estate yang memiliki koneksi dengan para pejabat negara. Memiliki ide-ide menarik untuk mengurangi polusi udara kota Jakarta yang sudah mencapai level Buruk.

Alesha Widjaja terkenal sebagai salah satu sosialita kalangan atas yang juga berteman dengan beberapa selebritis ternama di Indonesia. Namanya sudah tak asing lagi di telinga warga Jakarta.

Galih menyadari hanya dengan ia duduk berdampingan dengan Icha sudah membuat ia sangat gugup. Galih Hardjanto yang lebih akrab dengan panggilan Galih merupakan seorang pengusaha yang sedang berjuang dengan usaha furniture yang didirikannya saat ini. Ia yang merupakan anak pertama dari Denny Hardjanto seorang pemilik toko furniture kecil dari Jogjakarta. sangat bangga bisa berteman dengan seorang Alesha Widjaja yang juga merupakan cinta pertamanya semenjak masa kuliah.

Galih mulai menyukai Alesha karena ia tak pernah melihat statusnya yang hanya merupakan anak dari pemilik toko furniture kecil di Jogjakarta dengan sebelah mata. Sedikit berbeda dengan Icha yang menggeluti real estate, Galih lebih tertarik dengan furniture yang katanya dapat membantu Icha jika suatu saat Icha butuh bantuan ataupun pengetahuan tentang furniture.

“Eh, apa Lih?”Icha mendongak melihat Galih sedang menatapnya. Kulit putihnya seketika bersemu pink.

“Itu proposal mau dikirim kapan? Perlu bantuan nggak? Gue senggang banget nih, usaha kecil gue belom punya nama segede Widjaja. Biar sekalian gitu gue belajar cara ngurus perusahaan dari senior,” Galih menggoda Icha dengan senyum jahilnya.

“Ih, apasih. Gue juga masih pendatang baru di dunia ini. Kan kita sama-sama berjuang dari awal,”Icha menimpali guyonan Galih sembari menutup wajahnya yang merona.

“Ngeles aja, Cha. Faktanya kan emang lo senior gue di bidang ini.” Perkataan Galih memang ada benarnya, Icha memulai usahanya dari awal tahun 2018 dan mendapat sambutan yang sangat baik dari warga Jakarta.

Sedari yang ia ketahui tentang Galih. Icha menyadari Galih baru memulai usahanya sejak awal tahun 2019 ini yang otomatis membuat Icha menjadi senior dalam bisnis ini.

“Lih, lo besok free nggak? Kalo enggak temenin gue ke acara amal yuk. Biasanya gue di temenin mom, but she’s busy doing something i didn’t know.”

“Boleh, jam berapa? Mau gue jemput?”Tawaran Galih membuat Icha senyam-senyum sendiri.

“Nah boleh tuh. Gue males nyetir sendiri. Makanya dari kemaren gue minta diantar-jemput sopir aja.” Semenjak berita tentang perusahaan yang mengajukan merger dengan perusahaan sebelah Icha memang semakin sibuk dengan semua hal tentang proposal yang tidak ada habisnya.

“Okay, Cha. Kabarin aja besok dijemput jam berapa. As always, i will and will always be your guard.” Icha tertawa mendengar kalimat Galih yang terdengar manis di telinganya.

***

Jam 8 pagi tepat, suara mobil Galih berhenti di depan pagar berwarna hitam yang menjulang tinggi dengan pohon rindang yang terlihat dari sela-sela pagar.

Pemilik rumah keluar dengan kaos oblong dan jeans hitam casual dilengkapi sepatu sneakers berwarna biru. Tas selempang milik salah satu brand ternama tak luput menghiasi pundak kecilnya. Galih melambaikan tangannya dari dalam mobil dengan senyum manisnya.

“Woah, nona besar pake jeans and sneakers. Still look beautiful as you always are.” Galih memperhatikan Icha yang duduk disebelahnya dengan terkesima. Mendengar Galih mengucapkannya secara santai sontak membuat Icha malu. Wajahnya memerah, semerah kepiting rebus.

“Be-ri-sik. Move, move!”

Galih tertawa melihat Icha salah tingkah. Icha memukul lengan Galih pelan sembari menutupi wajahnya yang mulai memerah.

Keseharian seorang Alesha Widjaja memang sederhana. Tak seperti yang tertulis di tabloid yang sering melebih-lebihkan kehidupannya sebagai anak konglomerat.

Icha merupakan seseorang yang sangat peduli dengan keadaan lingkungan sekitarnya. Didikan dari kedua orangtuanya membuat ia tak selalu bergantung pada nama keluarga Widjaja.

Sejak berumur 10 tahun, Icha sering diajak mamanya pergi ke berbagai acara amal. Mulai dari kunjungan-kunjungan ke beberapa panti asuhan yang terletak di Jakarta maupun luarkota. Sampai mengunjungi rusun, sekolah bahkan kolong jembatan dipojokan ibukota.

Sudah sejak lama Galih menyadari Icha adalah Nona besar dengan segala kesempurnaan yang dia punya namun tetap rendah hati.

Mobil mulai memasuki kawasan kumuh dengan deretan-deretan rumah sederhana yang berdempetan. Galih menyetir pelan takut-takut ada anak kecil yang saat itu banyak yang sedang bermain di sekitar rumah mereka.

“Belok kiri, Lih..”

Terlihat papan nama tua dari depan kaca mobilnya. PANTI ASUHAN TANAH PUTIH.

“Ini salah satu panti asuhan yang dikelola Widjaja family.” Penjelasan singkat Icha dijawab anggukan Galih. Galih melihat-lihat sekitar panti, sementara menunggu Icha berbincang dengan pemilik panti. Pandangannya tertuju pada anak-anak yang sedang asik bermain permainan sederhana yang sudah mulai punah di ibukota bahkan kota-kota besar lainnya.

Icha memperhatikan Galih dari kejauhan, melihat waktu sudah semakin sore ia berpamitan pada pemilik panti tak lama mobil mereka berjalan pelan meninggalkan suara ceria anak kecil yang terdengar semakin jauh. Mata Icha sempat terpaku pada satu rumah yang terdapat pagar putih reyot yang terlihat sangat kumuh di antara rumah lainnya terlihat sangat tak terawat seperti sudah lama ditinggal si empunya rumah.

Memasuki jalan besar, Galih mengajak Icha mampir ke cafe tempat mereka biasa bertemu. Lampu-lampu jalanan mulai menyala. Dari dalam cafe di sudut favorit Icha, mereka berbincang dan tertawa seperti biasanya. Saat waktu mulai menunjuk angka 11 malam. Galih melirik arlojinya dan mengajak Icha pulang.

“Udah lama banget kita nggak ngobrol kayak tadi” Icha memecah keheningan dari dalam mobil.

Kemacetan Jakarta tak pernah surut. Jam 11 malam dan mereka masih terjebak kemacetan yang luar biasa panjangnya. Perjalanan pulang yang harusnya bisa dicapai dalam 30 menit terpaksa harus diundur menjadi 1 jam. Mobil silver milik Galih memasuki kawasan perumahan elite di daerah Kelapa Gading. Dia berhenti tepat di gerbang hitam tinggi yang tadi pagi dilihatnya.

“Mampir yuk, Lih” ajakan Icha disambut gelengan kepala Galih.

“Kapan-kapan aja, Cha. Lo juga harus istirahat, perjalanan kita tadi seharian loh. Inget, besok SENIN.” Ichapun menyadari betapa sibuk dirinya hari esok. Ia membelalakan mata yang di sambut tawa cekikikan Galih.

“Lo udah temenan sama gue lebih dari 4 tahun, ke rumah gue cuma pas ada party doang,” gerutunya sembari mengerucutkan bibirnya membentuk paruh bebek.

" Lain kali ya, Cantik,"

Galih berpamitan pada Icha sambil tersenyum. Icha membalasnya lemas dan sedikit kecewa. “Makasih ya udah nemenin gue hari ini.” Lambaian tangan Icha disambut deru mesin mobil Galih yang perlahan menjauh dari pandangannya.

Suasana dari dalam rumah sangat sepi. Icha berjalan lemas dan pelan menuju kamarnya yang ada dilantai 2.

Jam menunjukkan setengah 1 dinihari, Ia memasuki kamarnya dan berganti baju tak lupa ia mencuci wajahnya sebelum tidur. Matanya terlihat sangat lelah hari ini, tapi mengingat senyuman Galih membuatnya lebih cepat terlelap.

***

“Honey, wake up. You will be late.”

Suara seorang wanita paruh baya membangunkan Icha dari mimpi indahnya.

“Ugh, Mom, i’m still sleepy.”

“We will be waiting you in the diningroom, okay?”

Menyadari Dad juga sedang menunggu di ruang makan membuat Icha langsung membuka matanya. Ayahnya memang terkenal sangat disiplin untuk urusan waktu.

Terlambat 1 menit bisa membuat Icha terbangun 3 malam berturut-turut.

Ia buru-buru mandi dan berpakaian rapi untuk ke kantor. Tak lupa tas kantornya ia bawa. Icha berjalan menuruni tangga menuju ruang makan yang letaknya pas di sebelah tangga.

“Hi mom, dad..”

Kecupan manis mendarat di pipi kedua orangtuanya.

“Hi honey..”

“Gimana proposalnya, Cha?”

Pertanyaan pagihari yang berat. Itu yang ada dalam pikiran Icha. “Still trying my best, Dad”

“Ah, honey. Inget yang mom bilang meeting sama klien hari sabtu ini?”

“Yes, I do. Why mom?”

“Meetingnya diundur sabtu depan. Kemarin kamu pulang kemaleman mom lupa ngasih tau kamu.”

“Ah okay. But why?”

“Anaknya masih stay di Aussie. Kepulangannya ditunda gara-gara anaknya nggak mau pulang ke Indo.”

So childish. Bisnis ditunda-tunda cuma gara-gara anaknya nggak mau pulang. Lol.

“Ah i see. Okay mom.”

“And remember to wear your white dress with white heels we bought last time.” Kata white dress membuat Icha melongo.

“I have to wear that dress? For real?”

“Yes. You will be perfect in it.” Nada ancaman terdengar di kalimat terakhir yang diucapkan ibunya.

Diana Widjaja istri dari Heru Widjaja yang notabene adalah ibu kandung Icha, seorang ibu yang terkenal sangat strict dalam urusan apapun baik dalam keluarga maupun perusahaan. Kerjasama sempurna diantara suami-istri itulah yang membuat nama Widjaja semakin besar beberapa tahun ke belakang.

Kecantikan Icha jelas menurun dari Diana. Wanita berumur 50 tahunan itu masih terlihat cantik diumurnya yang sudah tak muda lagi. Pernikahannya sudah menginjak 27 tahun lamanya dan 25 tahun yang lalu ia melahirkan Icha, putri semata wayangnya.

“Siapa sih yang bisa ngelawan mom” Icha bergumam pada dirinya sendiri.

Mengingat kata white dress yang di ucapkan mamanya Icha menghela nafas. Serius? White dress yang itu? Astaga, itu yang punggungnya kebuka banget. Apasih meeting aja harus make white dress segala.

“But Mom.. it’s just for business, right?”

Pertanyaan Icha tak terjawab karena mamanya sibuk berbicara dengan papanya mengenai merger yang membuat dia harus mengenakan that backless dress.

“Icha ke kantor duluan Mom, Dad.”

Keduanya tersenyum dan kembali berbincang tentang merger itu. Icha buru-buru keluar dari rumah dan masuk ke mobilnya. "I'll drive to let my stress out." Gumamnya.

***

Bab terkait

  • The Darkest Secret of LILY   3. LITTLE BRAT!!

    -Jakarta, 13.00 WIB- Sean melangkahkan kaki di bandara internasional di Jakarta, sudah bertahun-tahun ia tidak melihat pemandangan seramai ini. Ia berjalan cepat, karena merindukan Bian, teman masa kecilnya yang berjanji akan menjemputnya di bandara hari ini. Kalau bukan karena Bian, mungkin sekarang Sean masih berada di apartemennya, bangun disebelah wanita yang berbeda dari hari sebelumnya. Sean memutar pandangannya, mencari sosok yang sangat ia rindukan. Masih belum terlihat sosok wanita yang sangat ingin ditemuinya. “Sean!!” seseorang berlari kearahnya dan tanpa basa-basi langsung memeluknya. Sean dengan sigap membalas pelukannya. “I miss you, I miss you so much!” Ujar sosok yang sangat Sean rindukan. Sean memeluk orang itu lebih erat, mencium bau parfum yang selama ini ia rindukan. “Finally.. You are so skinny, Bian” Sean masih memeluk Bian, tak ada sedikit pun niat untuk melepaskan Bian dari pelukannya saat ini. “Okay, It’s embarrassing now, let me go” Bian berusaha lepas

    Terakhir Diperbarui : 2022-05-19
  • The Darkest Secret of LILY   4. Meeting

    Setelah mendapat kartu nama Sean dari ibunya, Icha mulai mencari tahu tentang Sean semalaman. Tapi ia tak menemukan sesuatu yang spesial ataupun detail selain Sean Hartono anak konglomerat real estate Rudi Hartono yang berhasil lulus dengan nilai terbaik di salah satu kampus Australia. Pagi menjelang saat Icha membuka matanya, Icha memutuskan untuk datang ke cafe favoritnya pagi ini karena ia masih harus menyelesaikan proposal yang ia kerjakan untuk proyek merger yang seharusnya dirapatkan minggu ini. Icha masih ingat kata-kata Mamanya kemarin, ‘Icha, meeting-nya diundur minggu depan’. What the hell. “Sampai minggu depan diundur lagi, gue rajam si Sean Hartono itu” batin Icha yang tanpa sadar mematahkan pensil mekanik yang digenggamnya. “Eh.. atau gue telepon aja ya orangnya? Siapa tahu gue bisa bikin rapatnya dimajuin” gumam Icha. Setelah berdebat dengan dirinya sendiri yang memakan waktu hampir 30 menit, Icha akhirnya mengeluarkan kartu nama yang disimpannya di dalam buku jurnal

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-22
  • The Darkest Secret of LILY   5. Memories

    Ketika Sean dan Icha bersamaan menggebrak meja, Sean mendengar suara orang terjatuh dan melihat Bian terduduk sambil menundukkan kepalanya. Tanpa pikir panjang Sean bergegas menghampiri Bian tanpa memperdulikan panggilan dari Ayahnya yang terdengar setengah berteriak.Bian melihat Sean menghampirinya, biasanya ia akan menghampiri Sean dengan senang dan memeluknya, tapi tidak kali ini, wajahnya yang merah, belum lagi make up nya yang luntur karena menangis membuatnya memilih untuk berlari menghindari Sean. Untungnya lift berpihak kepadanya, sebelum Sean sempat menghampirinya, pintu lift sudah tertutup yang membuat Sean harus menunggu lift berikutnya. Setelah sampai di lobby Bian langsung berlari keluar hotel dan mencari taksi yang lewat. Tidak berapa lama, sebuah taksi berhenti tepat di depannya. Ia langsung masuk dan menutup pintu mobilnya. Sean melihat taksi yang Bian naiki berjalan menjauh dari hotel.Selama hampir satu minggu Sean berkali-kali menghubungi Bian. Namun tak ada jawaba

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-07
  • The Darkest Secret of LILY   6. Headline News

    Keesokan harinya mereka harus bertemu kembali untuk memastikan semua berkas-berkas kepentingan merger sudah lengkap. Mereka mampir ke cafe yang terletak tak jauh dari lokasi kantor Icha.“Gue strawberry smoothie sama tenderloin steak well done. Lo apa?” Icha memberikan pesanannya pada waiters yang sedang mencatat pesanannya.“Coffee latte sama sirloin steak well-med.” Sean mengakhiri pesanannya dengan tersenyum manis pada waiters cewek di depannya. “Caper amat” batin Icha. Sean memperhatikan ekspresi Icha saat ia menebarkan pesonanya pada waiters tadi. Tiba-tiba terlintas ide jahil dalam diri Sean melihat ekspresi Icha.“Yang di foto kemarin pacar lo?”Icha yang sedang asik melihat interior cafe yang terkesan ramai langsung membelalakkan matanya. “Gue liat pas lo milih jas sambil ngecek hp” Sean menjawab pertanyaan dimata Icha yang seakan-akan bertanya ‘TAU DARIMANA MONYET’. Sean sedikit tertawa melihat tingkah Icha.“Jadi? Siapa tuh yang di foto lo kemarin?” tanya Sean lagi setelah

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-07
  • The Darkest Secret of LILY   7. Engagement

    “Ichaa!! Hurry up! Sean udah nunggu di ruang tamu,” Mama Icha mengetuk pintu kamar Icha. Sudah 15 menit Sean menunggu Icha yang tidak kunjung keluar dari kamarnya. Ck. Dia yang suruh datang jam 1, dia juga yang lelet umpat Sean.“Sorry, tadi ada yang minta dokumen buat kelengkapan merger,” ucap Icha setelah berlari dari kamarnya. Sean menatap Icha sedikit kagum. Icha begitu peduli dengan perusahaan dan bertanggung jawab dengan tugasnya, tidak seperti Sean.“Slow, gue juga baru dateng. Yaudah, tante, kita berangkat ya, setelah selesai lihat gedung, Sean langsung antar Icha pulang.” Pamit Sean sambil tersenyum manis kepada Mama Icha.“Iya, Sean. Hati-hati, nggak pulang juga nggak apa-apa, tante percaya sama kamu kok” Jawab Mama Icha sambil mengelus kepala Sean yang diiringi dengan pelototan Icha.“Bye Mom” Icha mencium pipi Mamanya. Setelah itu Icha dan Sean bergegas ke mobil Sean yang di parkir di halaman rumah Icha, tepat di depan air mancur berwarna putih yang membuat nuansa rumah Ic

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-07
  • The Darkest Secret of LILY   8. That should be You

    Icha menyadari Sean berjalan menyusulnya ketika melihat kehadiran Bian dan keluarganya. You are predictable, Sean.“Sean! Apa kabar? Wah kamu tambah ganteng nih, udah ketemu Bian belum?” Papa Bian memeluk Sean.“Tambah ganteng darimana. Tambah nakal dia” jawab Rudi Hartono. Diana Widjaja memperhatikan kedekatan keluarga Hartono dengan keluarga Bian.“Bi..” Ucap Sean lagi sambil menyentuh pundak Bian.“Congratulations, Sean. I’m happy for you” Bian berdiri dan memeluk Sean. Sean sadar tubuh kecil Bian bergetar, ia menahan tangisnya sedari tadi.“I’m so sorry” Sean memeluk Bian lebih erat.“E-hem” Lidya Hartono berdeham berusaha menyadarkan anaknya kalau ia sedang berpelukan dengan wanita lain didepan tunangannya.“Sean, ayo duduk” ucap Rudi Hartono. Bian melepas paksa pelukan Sean dan duduk disamping ayahnya. Sean menatap Bian lalu duduk dikursi yang sudah disediakan, tentunya disebelah Icha, berseberangan dengan Bian. “Bian ini berjasa sekali untuk Sean” Lanjut Rudi Hartono, membuka p

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-07
  • The Darkest Secret of LILY   9. Wedding Party

    Pernikahan Icha dan Sean tinggal menghitung hari. Semakin dekat harinya keduanya semakin sering bertengkar, mulai dari lokasi, makanan dan hal-hal sepele lainnya. Meskipun bukan pernikahan yang mereka inginkan tetap saja mereka tak mau terlihat buruk di acara besar yang sudah jelas akan d liput banyak media.Hari ini keduanya bertemu dan untuk pertama kalinya tanpa kehadiran Bian ataupun Galih. Mulai dari proses fitting sampai pemilihan cake mereka lakukan berempat. Kejadian itu langsung diketahui kedua ibu mereka, yang membuat Diana dan Lidya murka.Keduanya sepakat untuk mengatur segalanya kecuali lokasi. Karena itulah saat ini Sean dan Icha bertemu untuk memutuskan lokasi pernikahan mereka. Dan seperti biasa mereka selalu berbeda pendapat.“Pokoknya Aussie. Gue nggak mau tempat lain.” Urat-urat Sean mulai berkedut melihat Icha menatapnya tajam.“Indonesia aja sih. Ngapain jauh-jauh ke Aussie? Toh ini bukan pernikahan bahagia.” Icha menjulurkan lidahnya membayangkan akan menikah de

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-07
  • The Darkest Secret of LILY   10. House

    Sabtu sore, setelah dari kantor Icha berencana untuk langsung menuju panti asuhan Tanah Putih.Entah kenapa Icha yang biasa selalu ditemani sopir, saat ini memilih untuk menyetir mobilnya sendiri. Ia melaju pelan menuju lokasi panti yang selalu ia kunjungi tiap bulannya itu. Hari itu tak terasa kemacetan seperti seharusnya. Padahal weekend pikirnya.Hampir seluruh tamu yang hadir dalam acara pernikahannya memberikannya berbagai hadiah. Ia sempat membuka beberapa diantaranya. Karena terlalu sibuk ia tak sempat membuka sisanya.Ia hanya terpikir untuk mengumpulkan uang dari hasil pernikahannya untuk di sumbangkan ke berbagai panti asuhan yang letaknya masih sekitaran Jabodetabek. Ia merencanakan akan mengadakan acara amal minggu depan untuk panti asuhan lainnya.Icha sempat mendiskusikannya dengan Sean. Sean pun menyetujui rencana Icha karena sejujurnya mereka benar-benar tak membutuhkannya. Akan lebih baik jika digunakan untuk hal yang lebih bermanfaat itu pikirnya.Icha sampai di peru

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-07

Bab terbaru

  • The Darkest Secret of LILY   10. House

    Sabtu sore, setelah dari kantor Icha berencana untuk langsung menuju panti asuhan Tanah Putih.Entah kenapa Icha yang biasa selalu ditemani sopir, saat ini memilih untuk menyetir mobilnya sendiri. Ia melaju pelan menuju lokasi panti yang selalu ia kunjungi tiap bulannya itu. Hari itu tak terasa kemacetan seperti seharusnya. Padahal weekend pikirnya.Hampir seluruh tamu yang hadir dalam acara pernikahannya memberikannya berbagai hadiah. Ia sempat membuka beberapa diantaranya. Karena terlalu sibuk ia tak sempat membuka sisanya.Ia hanya terpikir untuk mengumpulkan uang dari hasil pernikahannya untuk di sumbangkan ke berbagai panti asuhan yang letaknya masih sekitaran Jabodetabek. Ia merencanakan akan mengadakan acara amal minggu depan untuk panti asuhan lainnya.Icha sempat mendiskusikannya dengan Sean. Sean pun menyetujui rencana Icha karena sejujurnya mereka benar-benar tak membutuhkannya. Akan lebih baik jika digunakan untuk hal yang lebih bermanfaat itu pikirnya.Icha sampai di peru

  • The Darkest Secret of LILY   9. Wedding Party

    Pernikahan Icha dan Sean tinggal menghitung hari. Semakin dekat harinya keduanya semakin sering bertengkar, mulai dari lokasi, makanan dan hal-hal sepele lainnya. Meskipun bukan pernikahan yang mereka inginkan tetap saja mereka tak mau terlihat buruk di acara besar yang sudah jelas akan d liput banyak media.Hari ini keduanya bertemu dan untuk pertama kalinya tanpa kehadiran Bian ataupun Galih. Mulai dari proses fitting sampai pemilihan cake mereka lakukan berempat. Kejadian itu langsung diketahui kedua ibu mereka, yang membuat Diana dan Lidya murka.Keduanya sepakat untuk mengatur segalanya kecuali lokasi. Karena itulah saat ini Sean dan Icha bertemu untuk memutuskan lokasi pernikahan mereka. Dan seperti biasa mereka selalu berbeda pendapat.“Pokoknya Aussie. Gue nggak mau tempat lain.” Urat-urat Sean mulai berkedut melihat Icha menatapnya tajam.“Indonesia aja sih. Ngapain jauh-jauh ke Aussie? Toh ini bukan pernikahan bahagia.” Icha menjulurkan lidahnya membayangkan akan menikah de

  • The Darkest Secret of LILY   8. That should be You

    Icha menyadari Sean berjalan menyusulnya ketika melihat kehadiran Bian dan keluarganya. You are predictable, Sean.“Sean! Apa kabar? Wah kamu tambah ganteng nih, udah ketemu Bian belum?” Papa Bian memeluk Sean.“Tambah ganteng darimana. Tambah nakal dia” jawab Rudi Hartono. Diana Widjaja memperhatikan kedekatan keluarga Hartono dengan keluarga Bian.“Bi..” Ucap Sean lagi sambil menyentuh pundak Bian.“Congratulations, Sean. I’m happy for you” Bian berdiri dan memeluk Sean. Sean sadar tubuh kecil Bian bergetar, ia menahan tangisnya sedari tadi.“I’m so sorry” Sean memeluk Bian lebih erat.“E-hem” Lidya Hartono berdeham berusaha menyadarkan anaknya kalau ia sedang berpelukan dengan wanita lain didepan tunangannya.“Sean, ayo duduk” ucap Rudi Hartono. Bian melepas paksa pelukan Sean dan duduk disamping ayahnya. Sean menatap Bian lalu duduk dikursi yang sudah disediakan, tentunya disebelah Icha, berseberangan dengan Bian. “Bian ini berjasa sekali untuk Sean” Lanjut Rudi Hartono, membuka p

  • The Darkest Secret of LILY   7. Engagement

    “Ichaa!! Hurry up! Sean udah nunggu di ruang tamu,” Mama Icha mengetuk pintu kamar Icha. Sudah 15 menit Sean menunggu Icha yang tidak kunjung keluar dari kamarnya. Ck. Dia yang suruh datang jam 1, dia juga yang lelet umpat Sean.“Sorry, tadi ada yang minta dokumen buat kelengkapan merger,” ucap Icha setelah berlari dari kamarnya. Sean menatap Icha sedikit kagum. Icha begitu peduli dengan perusahaan dan bertanggung jawab dengan tugasnya, tidak seperti Sean.“Slow, gue juga baru dateng. Yaudah, tante, kita berangkat ya, setelah selesai lihat gedung, Sean langsung antar Icha pulang.” Pamit Sean sambil tersenyum manis kepada Mama Icha.“Iya, Sean. Hati-hati, nggak pulang juga nggak apa-apa, tante percaya sama kamu kok” Jawab Mama Icha sambil mengelus kepala Sean yang diiringi dengan pelototan Icha.“Bye Mom” Icha mencium pipi Mamanya. Setelah itu Icha dan Sean bergegas ke mobil Sean yang di parkir di halaman rumah Icha, tepat di depan air mancur berwarna putih yang membuat nuansa rumah Ic

  • The Darkest Secret of LILY   6. Headline News

    Keesokan harinya mereka harus bertemu kembali untuk memastikan semua berkas-berkas kepentingan merger sudah lengkap. Mereka mampir ke cafe yang terletak tak jauh dari lokasi kantor Icha.“Gue strawberry smoothie sama tenderloin steak well done. Lo apa?” Icha memberikan pesanannya pada waiters yang sedang mencatat pesanannya.“Coffee latte sama sirloin steak well-med.” Sean mengakhiri pesanannya dengan tersenyum manis pada waiters cewek di depannya. “Caper amat” batin Icha. Sean memperhatikan ekspresi Icha saat ia menebarkan pesonanya pada waiters tadi. Tiba-tiba terlintas ide jahil dalam diri Sean melihat ekspresi Icha.“Yang di foto kemarin pacar lo?”Icha yang sedang asik melihat interior cafe yang terkesan ramai langsung membelalakkan matanya. “Gue liat pas lo milih jas sambil ngecek hp” Sean menjawab pertanyaan dimata Icha yang seakan-akan bertanya ‘TAU DARIMANA MONYET’. Sean sedikit tertawa melihat tingkah Icha.“Jadi? Siapa tuh yang di foto lo kemarin?” tanya Sean lagi setelah

  • The Darkest Secret of LILY   5. Memories

    Ketika Sean dan Icha bersamaan menggebrak meja, Sean mendengar suara orang terjatuh dan melihat Bian terduduk sambil menundukkan kepalanya. Tanpa pikir panjang Sean bergegas menghampiri Bian tanpa memperdulikan panggilan dari Ayahnya yang terdengar setengah berteriak.Bian melihat Sean menghampirinya, biasanya ia akan menghampiri Sean dengan senang dan memeluknya, tapi tidak kali ini, wajahnya yang merah, belum lagi make up nya yang luntur karena menangis membuatnya memilih untuk berlari menghindari Sean. Untungnya lift berpihak kepadanya, sebelum Sean sempat menghampirinya, pintu lift sudah tertutup yang membuat Sean harus menunggu lift berikutnya. Setelah sampai di lobby Bian langsung berlari keluar hotel dan mencari taksi yang lewat. Tidak berapa lama, sebuah taksi berhenti tepat di depannya. Ia langsung masuk dan menutup pintu mobilnya. Sean melihat taksi yang Bian naiki berjalan menjauh dari hotel.Selama hampir satu minggu Sean berkali-kali menghubungi Bian. Namun tak ada jawaba

  • The Darkest Secret of LILY   4. Meeting

    Setelah mendapat kartu nama Sean dari ibunya, Icha mulai mencari tahu tentang Sean semalaman. Tapi ia tak menemukan sesuatu yang spesial ataupun detail selain Sean Hartono anak konglomerat real estate Rudi Hartono yang berhasil lulus dengan nilai terbaik di salah satu kampus Australia. Pagi menjelang saat Icha membuka matanya, Icha memutuskan untuk datang ke cafe favoritnya pagi ini karena ia masih harus menyelesaikan proposal yang ia kerjakan untuk proyek merger yang seharusnya dirapatkan minggu ini. Icha masih ingat kata-kata Mamanya kemarin, ‘Icha, meeting-nya diundur minggu depan’. What the hell. “Sampai minggu depan diundur lagi, gue rajam si Sean Hartono itu” batin Icha yang tanpa sadar mematahkan pensil mekanik yang digenggamnya. “Eh.. atau gue telepon aja ya orangnya? Siapa tahu gue bisa bikin rapatnya dimajuin” gumam Icha. Setelah berdebat dengan dirinya sendiri yang memakan waktu hampir 30 menit, Icha akhirnya mengeluarkan kartu nama yang disimpannya di dalam buku jurnal

  • The Darkest Secret of LILY   3. LITTLE BRAT!!

    -Jakarta, 13.00 WIB- Sean melangkahkan kaki di bandara internasional di Jakarta, sudah bertahun-tahun ia tidak melihat pemandangan seramai ini. Ia berjalan cepat, karena merindukan Bian, teman masa kecilnya yang berjanji akan menjemputnya di bandara hari ini. Kalau bukan karena Bian, mungkin sekarang Sean masih berada di apartemennya, bangun disebelah wanita yang berbeda dari hari sebelumnya. Sean memutar pandangannya, mencari sosok yang sangat ia rindukan. Masih belum terlihat sosok wanita yang sangat ingin ditemuinya. “Sean!!” seseorang berlari kearahnya dan tanpa basa-basi langsung memeluknya. Sean dengan sigap membalas pelukannya. “I miss you, I miss you so much!” Ujar sosok yang sangat Sean rindukan. Sean memeluk orang itu lebih erat, mencium bau parfum yang selama ini ia rindukan. “Finally.. You are so skinny, Bian” Sean masih memeluk Bian, tak ada sedikit pun niat untuk melepaskan Bian dari pelukannya saat ini. “Okay, It’s embarrassing now, let me go” Bian berusaha lepas

  • The Darkest Secret of LILY   2. ALESHA WIDJAJA

    Seorang wanita sedang duduk manis di sebuah cafe di sudut kota Jakarta terlihat sibuk dengan notebook di depannya. Berhari-hari di tempat yang sama ia hanya menatap notebooknya. Suasana cafe yang tenang dan jauh dari keramaian pusat kota membuatnya dapat berpikir lebih jernih begitu dalihnya. “Hey!” Tepukan pelan di pundaknya membuat dia terkejut.“Galih?” Senyum mengembang di bibirnya yang tipis tampak sangat bahagia. Seorang wanita dengan rambut ponytail dan tubuh semampai tersenyum manis saat menyadari teman lamanya yang sekarang duduk di depannya. Pertemuannya kembali dengan Galih membawa kenangan lama mereka saat masih dalam masa-masa kuliah.“Apakabar, Cha?” Galih tersenyum lembut melihat wanita didepannya yang dulu selalu manja saat bersamnya sekarang terlihat lebih dewasa dan tentu saja, cantik.“Baik, lo gimana? Duh kebetulan banget kita ketemu disini. Ih kangen..”. Satu kata terakhir yang keluar dari bibir mungil Icha membuat Galih sedikit malu sekaligus sumringah.“Baik

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status