Share

1. SEAN HARTONO

Author: Stvnyy
last update Last Updated: 2022-05-19 18:27:10

     “Sean! You coming to the party tomorrow?” Wanita dengan pakaian ketat dan hot pants melingkarkan tangannya di leher Sean.

     “Of course, babe. Can’t wait to have fun with you” Ujar Sean lalu mencium pipi wanita itu.

     Sean Hartono, adik dari Shawn Hartono, seorang dokter yang memiliki jarak umur 3 tahun lebih tua dari Sean, sekaligus merupakan anak bungsu dan ahli waris dari perusahaan besar milik orangtuanya sekarang menjalani masa-masa akhir kuliahnya di Australia. Sebelum akhirnya harus kembali ke Indonesia untuk membantu menjalankan bisnis orangtuanya.

     “Lo jadinya balik ke Indonesia kapan, bro?” Jimmy menoleh kearah Sean sembari meminum soft drink yang dibelinya di kantin kampus. Graduation Ceremony akan dilaksanakan hari Sabtu, yang berarti adalah 4 hari dari sekarang. Sean masih bergumul dengan keinginannya untuk tetap tinggal di Australia tapi di sisi lain, dia tau, dia harus pulang untuk sekedar absen wajah didepan orangtuanya, yang berarti ia harus mulai mempelajari bisnis yang dijalankan keluarganya tersebut.

     “I don’t know yet. Gue masih belum mau balik, masih mau menikmati masa-masa bebas disini. You know this place is a whole lot better than Indonesia, right?” Jawab Sean. Jimmy mengangguk, mengiyakan perkataan temannya itu. Sean dan Jimmy sudah berteman lama, mereka kuliah di Australia pun karena ingin pergi sedikit jauh dari Indonesia, pergi dari hiruk pikuk Jakarta, serta ekspektasi keluarga.

     Bukan sebuah rahasia lagi kalau Sean yang kelak akan menjadi penerus usaha besar orangtuanya. Kakaknya, Shawn Hartono sudah melepaskan posisinya sebagai pewaris utama karena Shawn lebih memilih menjadi seorang dokter. Beban pewaris utama pun jatuh ke pundak Sean, yang mengakibatkan Sean memiliki tanggung jawab lebih besar daripada kakaknya. Kebebasannya sudah hilang semenjak Shawn menjadi seorang dokter.

     “Sean, handphone lo bunyi tuh” Jimmy menepuk pundak Sean, membuyarkan segala lamunan Sean tentang kebebasannya di Australia.

     “Ah, bokap gue chat.”

Papi: Sean, ada yang harus papi omongin dan ini penting jadi harus ngomong langsung. Kapan papi bisa telepon kamu?

     Sean membaca chat dari Rudi Hartono, pemillik Hartono properties, pemegang saham utama di berbagai perusahaan besar dan bank-bank besar Indonesia yang juga merupakan Ayah dari Sean Hartono.

Sean: Hai, Pap! I will call you tonight. Kalau Sean udah pulang dari kampus, Sean akan telepon Papi.

     Tanpa berlama-lama Sean langsung mengirim balasan itu kepada ayahnya. Rudi Hartono bukanlah seseorang yang sabar, segalanya harus serba cepat untuknya. Kurang dari 5 menit, Sean kembali menerima pesan dari ayahnya, hanya 2 huruf : Ok, yang membuat Sean tidak punya alasan untuk membalasnya lagi.

     “Anyway, lo ngajak siapa ke party-nya Amie?” Sean melihat kearah Jimmy yang sibuk dengan handphone-nya.

     “I don’t know. Lagipula kita nggak harus bawa pasangan kan? We can find one there, you know what I mean laaah,” Jimmy menyikut lengan Sean dan Sean hanya tertawa memahami maksud temannya itu.

     “Let’s get back home,” Sean mengambil laptop dan memasukkannya ke dalam tasnya. Ia pun beranjak dari taman, tempat dimana dia sering bersantai-santai menonton film atau sekedar melihat sekitar. Sebentar lagi ia harus meninggalkan kota tenang, tanpa tekanan, dan hidup bebas ini. Sedikit tidak rela, tetapi disisi lain ada seseorang yang sangat ingin ia temui di Indonesia. “I have to go back there and pick her up no matter what” Tekad Sean sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil dan bergegas pergi ke apartement-nya.

                                                                            ***

     Kelip lampu disco dan alunan musik-musik yang memekakkan telinga memenuhi ruangan dimana Sean duduk sambil meminum cocktail yang baru saja ia pesan dari bar. Jimmy terlihat sedang menggoda wanita dengan baju berwarna hitam dan rambut hitam senada dengan dressnya di pojok ruangan.

     Bola mata Sean berputar melihat sekitarnya dan masih belum menemukan wanita yang ingin didekatinya.

     “Hey Sean!”

     “Amie! What a great party!” sahut Sean.

     “The girls keep asking me about you. If you are free, come join us in the pool okay?” Amie menepuk pundak Sean. Sean mengangguk dan tersenyum kepada Amie sebelum akhirnya Amie pergi menyapa tamu-tamu lain.

     “Why with that face?” Seorang wanita cantik duduk di sebelah Sean.

     “Oh, Hi. Nothing, I was just enjoying the moment” Sean menatap wanita itu dari atas sampai bawah. Perfect. Wanita dengan rambut blonde dengan tubuh seksi yang seolah menggoda semua cowok di ruangan ini untuk menggodanya. “You are Scarlett, right?” lanjut Sean.

     “Yeah, Sean. How do you know me?” Tanya Scarlett sambil meletakkan gelas cocktail yang dibawanya sedari tadi.

     “How can I not? I mean, look at you, you are so perfect. Are you alone?” Sean perlahan mendekat kearah Scarlett. Memperpendek jarak diantara mereka.

     “Not exactly” Jawab Scarlett singkat.

     “Oh, really? Who's the lucky guy?” tanya Sean. Perlahan tangan Sean mendekati tangan Scarlett.

     “You” Scarlett tersenyum. “Well I’m with you right now, if you want me to stay, tho” lanjutnya.

     “Of course! Do you have plans tonight? I mean, you can spend the night in my apartement.” tanpa sadar jarak mereka semakin dekat, lengan Sean bersentuhan dengan lengan mulus Scarlett.

     “Force me,” Scarlett menarik kerah baju Sean, membuat Sean semakin tertantang untuk mengajaknya ke apartement.

     “What do you.. wait a second” telepon Sean berbunyi tepat disaat Sean akan mengeluarkan rayuan mautnya. “I’m busy, call me later” ujar Sean begitu ia mengangkat teleponnya.

     “You better pull yourself together, Sean Hartono! I was waiting for your call. It’s almost midnight here!” Sean kembali melihat ke handphone-nya. “Oh, shit. Papi” Batin Sean.

     “I’m in the middle of party, pap. Talk to you later” Ujar Sean sambil sesekali melirik ke arah Scarlett yang terlihat mulai bosan.

     “Kamu jangan buang-buang waktu papi! Ada yang mau papi omongin, Sean!"

     “Pap, please, I’m busy right now, I don’t have time to talk with you.” Sean kembali melirik Scarlett yang sekarang memutar bola matanya dan beranjak meninggalkan Sean.

     “Scarlett! Wait!” Jerit Sean, beradu dengan kerasnya musik yang mengalun diruangan itu. Gagal sudah rencana Sean untuk bisa mendapatkan Scarlett malam itu dan sekaligus hancur pula segala mood-nya di pesta perpisahannya dengan teman-teman angkatannya itu.

     “Pap! What’s wrong with you! You ruined my mood, okay?! Talk to you later” Ulang Sean dan langsung mematikan telepon dari Ayahnya tanpa menunggu jawaban dari sang ayah. Sean tahu apa yang akan terjadi setelah ini, Ayahnya pasti akan mengamuk dan memblokir segala kartu kreditnya.

     Dengan perasaan kesal Sean memutuskan untuk pulang lebih awal, ini kali pertama seorang Sean Hartono tidak tinggal sampai larut di pesta yang diadakan pada akhir semester. “Hhhh fml!” Sean merebahkan dirinya dikasur setelah melewati jalanan Australia yang sebentar lagi akan ditinggalkannya.

                                                                          ***

     Dua hari berlalu sejak saat Sean bertengkar dengan Ayahnya. Sean merasa yang terjadi di pesta kemarin bukanlah hal besar yang harus diributkan. Tetapi dugaan Sean salah, ayahnya betul-betul marah sampai tidak hadir di acara kelulusannya. Hanya Shawn Hartono yang datang menyelamati dirinya.

     “Really? Papi sama Mami nggak ada yang mau datang?” Tanya Sean kepada kakaknya dengan toga dikepalanya.

     “You don’t even tell them about this event, Sean. What do you expect?” Jawab Shawn dengan jas warna hitam yang membuatnya semakin gagah.

     “I did!”

     “When?

     “I don’t know, I guess I told them already” Sean menyerah, ia sadar kalau selama ini dia tidak pernah bercerita apapun kepada kedua orangtuanya. “But they knew, didn’t they?” Lanjut Sean.

     “Yea of course, seorang Rudi Hartono pasti tahu apa yang terjadi di kehidupan anaknya, termasuk kemarin lo lagi di party dan seenaknya nutup telepon dari papi” Ujar Shawn. Sean mendengus. Lebay. Itu yang dipikirkan Sean.

     “Seriously? Papi marah cuma karena itu? Lebay amat sih” protes Sean.

     “You have to grow up, Sean. You knew he takes everything seriously. He was disappointed with you,” Shawn dengan sabarnya menasihati adiknya yang masih tidak tahu tanggung jawab itu. “You will inherit the company, you have to be responsible for everything” Ujar Shawn lagi. Ia melihat adiknya yang dulu sangat dekat dengannya itu. "Or if you don't want to, show them what you really did. Pursue your dream, Sean" lanjut Shawn. Rasa bersalah menghantuinya semenjak kejadian itu, dimana ia bertengkar hebat dengan Rudi Hartono karena memilih untuk mengejar cita-citanya untuk menolong orang-orang dengan menjadi Dokter. Jarak antara ia dan Sean yang dulunya tidak pernah ada, lama kelamaan makin terbentang ditambah lagi karena beban Sean yang makin banyak karena keegoisannya.

     “Whatever.” Ucap Sean sebelum para wanita berdatangan untuk meminta foto dengannya. Sean memang populer, selain karena ia tampan, Sean juga terkenal kaya dan atletis.

     "I'm sorry, okay?" ujar Shawn pelan, berharap adiknya masih bisa mendengar suaranya itu. Baru kali ini ia berani mengucapkan kalimat itu, kalimat yang selama ini ia pendam dalam-dalam.

     “Shawn, you can go back to Indonesia first, I will stay here for a while” lanjut Sean, yang sepertinya tidak bisa mendengar kata-kata yang sudah lama dipendam oleh Shawn.

                                                                           ***

     Sean membuka matanya, gorden tebal berwarna cokelat menyelamatkannya dari terik sinar matahari. Tidak terasa satu minggu berlalu sejak wisudanya. Hari-harinya ia jalani tanpa beban, bangun tidur, makan, jalan-jalan dengan wanita yang berbeda setiap harinya, makan, lalu tidur lagi. Tidak muluk-muluk, inilah surga bagi Sean, dimana ia bebas melakukan apapun yang ia inginkan.

     Ia beranjak dari tempat tidurnya. Masih tidak bisa lepas dari handphone-nya, Sean berjalan kearah dapur untuk mengambil secangkir air putih dan setelahnya memesan makanan dari restaurant dekat apartemennya. Sean menatap kosong kearah balkon apartemen, menatap birunya langit Australia. “Is she okay? What is she doing right now?” Batin Sean, sambil sesekali menyeruput air putih didalam gelas yang ia bawa sedari tadi.

     Lily was a little girl~

     Lagu Alan Walker yang berjudul Lily mengalun dari hanpdhone-nya, pertanda ada seorang spesial yang meneleponnya. Sean melihat ke layar handphone dan ia menyadari itu adalah nama yang selalu ia rindukan.

     “Hi” ucap suara diseberang sana.

     “Hai” Jawab Sean kaku. Pandangannya lurus kearah meja makan. Tidak tahu apa yang harus dia katakan.

     “How are you?” suara wanita itu selalu berhasil membuat Sean tenang. Sean tersenyum membayangkan wajah wanita itu saat menelepon dirinya.

     “Never been better,” Jawab Sean lagi. Ia menutup matanya berharap ia bisa berada disamping wanita itu sekarang, memeluknya.

     “Aku dengar kamu udah lulus, Sean?” Ucap wanita itu lagi. Sean mengangguk. “Sean? Hey, are you there? It’s me, Bian.. Bianca Liem” lanjutnya.

     “Yes, yes, Bian, How can I forget your voice?” Bian terkekeh.

     “Iya, aku udah lulus seminggu yang lalu. I’m sorry, I didn’t even tell my family, I forgot.. I’m sorry” Ucap Sean.

     “Sean? Kamu nggak papa? Kok suara kamu kayak lemes banget gitu?” Tanya Bian.

     “Nggak papa, Bian. Aku baru bangun. Kamu telepon kenapa?” Sean membuka pintu balkon apartemennya, membuat apartemennya dipenuhi bau laut dan matahari.

     “Kenapa kamu nggak pulang ke Indonesia, Sean? Kapan kamu mau pulang?”

     “Why should I?”

     “You have family and friends here, Sean, they miss you” Jawab Bian.

     “Do you miss me?” hati Sean berdebar. Entah mengapa menanyakan hal simple seperti itu pada Bian membuat hatinya tidak keruan.

     “A lot..” mata Sean terbelalak. What did she said?

     “Can you say that once again?” pinta Sean.

     “Sean Hartono, I miss you, so much, when can I see you again?” Bian melakukan apa yang dipinta Sean dan otomatis membuat wajah Sean memerah. Ucapan yang biasa ia dengar dari teman-teman kampusnya, wanita-wanita yang ia pacari saat di Australia tidak terasa sebegitu indah. Tidak seperti saat Bian yang mengatakannya.

     “I miss you, Bian..” Ucap Sean. Bian tertawa, tawa yang sangat dirindukan Sean. “I will go back to Indonesia tomorrow. Can you wait? Or should I buy a flight ticket for tonight?” Tanya Sean.

     “No, tomorrow is fine. I’ll see you at the airport, okey?” Ucap Bian.

     “Mm.. I miss you” ucap Sean lagi.

     “You said that already, fool.” Sean tersenyum, akhirnya setelah beberapa tahun menahan rasa ingin bertemu, ia bisa bertemu dengan seseorang yang sangat berarti untuknya. “Sean? I got something to do, I will call you again tomorrow, okay? Don’t forget to eat and pack your things now.” Lanjut Bian. Sean mengangguk lagi. Seolah ia lupa kalau Bian tidak bisa melihat anggukannya.

     “I can’t wait to see you, Sean. I.. ah nevermind. See you, Sean” Bian memutuskan pembicaraan mereka, dan Sean sama sekali tidak tersinggung. Ia masih tersenyum membayangkan wajah Bian, mengingat ketika Bian mengatakan bahwa Bian merindukan dirinya.

     “Gue nggak kangen sendiri.. hehe” gumam Sean. Dengan langkah enteng Sean berlari ke kamarnya, mengambil kopernya dan memasukkan baju-bajunya. Setelah itu Sean memesan tiket pesawat dari Australia ke Indonesia, besok jam 8 pagi.

Related chapters

  • The Darkest Secret of LILY   2. ALESHA WIDJAJA

    Seorang wanita sedang duduk manis di sebuah cafe di sudut kota Jakarta terlihat sibuk dengan notebook di depannya. Berhari-hari di tempat yang sama ia hanya menatap notebooknya. Suasana cafe yang tenang dan jauh dari keramaian pusat kota membuatnya dapat berpikir lebih jernih begitu dalihnya. “Hey!” Tepukan pelan di pundaknya membuat dia terkejut.“Galih?” Senyum mengembang di bibirnya yang tipis tampak sangat bahagia. Seorang wanita dengan rambut ponytail dan tubuh semampai tersenyum manis saat menyadari teman lamanya yang sekarang duduk di depannya. Pertemuannya kembali dengan Galih membawa kenangan lama mereka saat masih dalam masa-masa kuliah.“Apakabar, Cha?” Galih tersenyum lembut melihat wanita didepannya yang dulu selalu manja saat bersamnya sekarang terlihat lebih dewasa dan tentu saja, cantik.“Baik, lo gimana? Duh kebetulan banget kita ketemu disini. Ih kangen..”. Satu kata terakhir yang keluar dari bibir mungil Icha membuat Galih sedikit malu sekaligus sumringah.“Baik

    Last Updated : 2022-05-19
  • The Darkest Secret of LILY   3. LITTLE BRAT!!

    -Jakarta, 13.00 WIB- Sean melangkahkan kaki di bandara internasional di Jakarta, sudah bertahun-tahun ia tidak melihat pemandangan seramai ini. Ia berjalan cepat, karena merindukan Bian, teman masa kecilnya yang berjanji akan menjemputnya di bandara hari ini. Kalau bukan karena Bian, mungkin sekarang Sean masih berada di apartemennya, bangun disebelah wanita yang berbeda dari hari sebelumnya. Sean memutar pandangannya, mencari sosok yang sangat ia rindukan. Masih belum terlihat sosok wanita yang sangat ingin ditemuinya. “Sean!!” seseorang berlari kearahnya dan tanpa basa-basi langsung memeluknya. Sean dengan sigap membalas pelukannya. “I miss you, I miss you so much!” Ujar sosok yang sangat Sean rindukan. Sean memeluk orang itu lebih erat, mencium bau parfum yang selama ini ia rindukan. “Finally.. You are so skinny, Bian” Sean masih memeluk Bian, tak ada sedikit pun niat untuk melepaskan Bian dari pelukannya saat ini. “Okay, It’s embarrassing now, let me go” Bian berusaha lepas

    Last Updated : 2022-05-19
  • The Darkest Secret of LILY   4. Meeting

    Setelah mendapat kartu nama Sean dari ibunya, Icha mulai mencari tahu tentang Sean semalaman. Tapi ia tak menemukan sesuatu yang spesial ataupun detail selain Sean Hartono anak konglomerat real estate Rudi Hartono yang berhasil lulus dengan nilai terbaik di salah satu kampus Australia. Pagi menjelang saat Icha membuka matanya, Icha memutuskan untuk datang ke cafe favoritnya pagi ini karena ia masih harus menyelesaikan proposal yang ia kerjakan untuk proyek merger yang seharusnya dirapatkan minggu ini. Icha masih ingat kata-kata Mamanya kemarin, ‘Icha, meeting-nya diundur minggu depan’. What the hell. “Sampai minggu depan diundur lagi, gue rajam si Sean Hartono itu” batin Icha yang tanpa sadar mematahkan pensil mekanik yang digenggamnya. “Eh.. atau gue telepon aja ya orangnya? Siapa tahu gue bisa bikin rapatnya dimajuin” gumam Icha. Setelah berdebat dengan dirinya sendiri yang memakan waktu hampir 30 menit, Icha akhirnya mengeluarkan kartu nama yang disimpannya di dalam buku jurnal

    Last Updated : 2022-06-22
  • The Darkest Secret of LILY   5. Memories

    Ketika Sean dan Icha bersamaan menggebrak meja, Sean mendengar suara orang terjatuh dan melihat Bian terduduk sambil menundukkan kepalanya. Tanpa pikir panjang Sean bergegas menghampiri Bian tanpa memperdulikan panggilan dari Ayahnya yang terdengar setengah berteriak.Bian melihat Sean menghampirinya, biasanya ia akan menghampiri Sean dengan senang dan memeluknya, tapi tidak kali ini, wajahnya yang merah, belum lagi make up nya yang luntur karena menangis membuatnya memilih untuk berlari menghindari Sean. Untungnya lift berpihak kepadanya, sebelum Sean sempat menghampirinya, pintu lift sudah tertutup yang membuat Sean harus menunggu lift berikutnya. Setelah sampai di lobby Bian langsung berlari keluar hotel dan mencari taksi yang lewat. Tidak berapa lama, sebuah taksi berhenti tepat di depannya. Ia langsung masuk dan menutup pintu mobilnya. Sean melihat taksi yang Bian naiki berjalan menjauh dari hotel.Selama hampir satu minggu Sean berkali-kali menghubungi Bian. Namun tak ada jawaba

    Last Updated : 2022-07-07
  • The Darkest Secret of LILY   6. Headline News

    Keesokan harinya mereka harus bertemu kembali untuk memastikan semua berkas-berkas kepentingan merger sudah lengkap. Mereka mampir ke cafe yang terletak tak jauh dari lokasi kantor Icha.“Gue strawberry smoothie sama tenderloin steak well done. Lo apa?” Icha memberikan pesanannya pada waiters yang sedang mencatat pesanannya.“Coffee latte sama sirloin steak well-med.” Sean mengakhiri pesanannya dengan tersenyum manis pada waiters cewek di depannya. “Caper amat” batin Icha. Sean memperhatikan ekspresi Icha saat ia menebarkan pesonanya pada waiters tadi. Tiba-tiba terlintas ide jahil dalam diri Sean melihat ekspresi Icha.“Yang di foto kemarin pacar lo?”Icha yang sedang asik melihat interior cafe yang terkesan ramai langsung membelalakkan matanya. “Gue liat pas lo milih jas sambil ngecek hp” Sean menjawab pertanyaan dimata Icha yang seakan-akan bertanya ‘TAU DARIMANA MONYET’. Sean sedikit tertawa melihat tingkah Icha.“Jadi? Siapa tuh yang di foto lo kemarin?” tanya Sean lagi setelah

    Last Updated : 2022-07-07
  • The Darkest Secret of LILY   7. Engagement

    “Ichaa!! Hurry up! Sean udah nunggu di ruang tamu,” Mama Icha mengetuk pintu kamar Icha. Sudah 15 menit Sean menunggu Icha yang tidak kunjung keluar dari kamarnya. Ck. Dia yang suruh datang jam 1, dia juga yang lelet umpat Sean.“Sorry, tadi ada yang minta dokumen buat kelengkapan merger,” ucap Icha setelah berlari dari kamarnya. Sean menatap Icha sedikit kagum. Icha begitu peduli dengan perusahaan dan bertanggung jawab dengan tugasnya, tidak seperti Sean.“Slow, gue juga baru dateng. Yaudah, tante, kita berangkat ya, setelah selesai lihat gedung, Sean langsung antar Icha pulang.” Pamit Sean sambil tersenyum manis kepada Mama Icha.“Iya, Sean. Hati-hati, nggak pulang juga nggak apa-apa, tante percaya sama kamu kok” Jawab Mama Icha sambil mengelus kepala Sean yang diiringi dengan pelototan Icha.“Bye Mom” Icha mencium pipi Mamanya. Setelah itu Icha dan Sean bergegas ke mobil Sean yang di parkir di halaman rumah Icha, tepat di depan air mancur berwarna putih yang membuat nuansa rumah Ic

    Last Updated : 2022-07-07
  • The Darkest Secret of LILY   8. That should be You

    Icha menyadari Sean berjalan menyusulnya ketika melihat kehadiran Bian dan keluarganya. You are predictable, Sean.“Sean! Apa kabar? Wah kamu tambah ganteng nih, udah ketemu Bian belum?” Papa Bian memeluk Sean.“Tambah ganteng darimana. Tambah nakal dia” jawab Rudi Hartono. Diana Widjaja memperhatikan kedekatan keluarga Hartono dengan keluarga Bian.“Bi..” Ucap Sean lagi sambil menyentuh pundak Bian.“Congratulations, Sean. I’m happy for you” Bian berdiri dan memeluk Sean. Sean sadar tubuh kecil Bian bergetar, ia menahan tangisnya sedari tadi.“I’m so sorry” Sean memeluk Bian lebih erat.“E-hem” Lidya Hartono berdeham berusaha menyadarkan anaknya kalau ia sedang berpelukan dengan wanita lain didepan tunangannya.“Sean, ayo duduk” ucap Rudi Hartono. Bian melepas paksa pelukan Sean dan duduk disamping ayahnya. Sean menatap Bian lalu duduk dikursi yang sudah disediakan, tentunya disebelah Icha, berseberangan dengan Bian. “Bian ini berjasa sekali untuk Sean” Lanjut Rudi Hartono, membuka p

    Last Updated : 2022-07-07
  • The Darkest Secret of LILY   9. Wedding Party

    Pernikahan Icha dan Sean tinggal menghitung hari. Semakin dekat harinya keduanya semakin sering bertengkar, mulai dari lokasi, makanan dan hal-hal sepele lainnya. Meskipun bukan pernikahan yang mereka inginkan tetap saja mereka tak mau terlihat buruk di acara besar yang sudah jelas akan d liput banyak media.Hari ini keduanya bertemu dan untuk pertama kalinya tanpa kehadiran Bian ataupun Galih. Mulai dari proses fitting sampai pemilihan cake mereka lakukan berempat. Kejadian itu langsung diketahui kedua ibu mereka, yang membuat Diana dan Lidya murka.Keduanya sepakat untuk mengatur segalanya kecuali lokasi. Karena itulah saat ini Sean dan Icha bertemu untuk memutuskan lokasi pernikahan mereka. Dan seperti biasa mereka selalu berbeda pendapat.“Pokoknya Aussie. Gue nggak mau tempat lain.” Urat-urat Sean mulai berkedut melihat Icha menatapnya tajam.“Indonesia aja sih. Ngapain jauh-jauh ke Aussie? Toh ini bukan pernikahan bahagia.” Icha menjulurkan lidahnya membayangkan akan menikah de

    Last Updated : 2022-07-07

Latest chapter

  • The Darkest Secret of LILY   10. House

    Sabtu sore, setelah dari kantor Icha berencana untuk langsung menuju panti asuhan Tanah Putih.Entah kenapa Icha yang biasa selalu ditemani sopir, saat ini memilih untuk menyetir mobilnya sendiri. Ia melaju pelan menuju lokasi panti yang selalu ia kunjungi tiap bulannya itu. Hari itu tak terasa kemacetan seperti seharusnya. Padahal weekend pikirnya.Hampir seluruh tamu yang hadir dalam acara pernikahannya memberikannya berbagai hadiah. Ia sempat membuka beberapa diantaranya. Karena terlalu sibuk ia tak sempat membuka sisanya.Ia hanya terpikir untuk mengumpulkan uang dari hasil pernikahannya untuk di sumbangkan ke berbagai panti asuhan yang letaknya masih sekitaran Jabodetabek. Ia merencanakan akan mengadakan acara amal minggu depan untuk panti asuhan lainnya.Icha sempat mendiskusikannya dengan Sean. Sean pun menyetujui rencana Icha karena sejujurnya mereka benar-benar tak membutuhkannya. Akan lebih baik jika digunakan untuk hal yang lebih bermanfaat itu pikirnya.Icha sampai di peru

  • The Darkest Secret of LILY   9. Wedding Party

    Pernikahan Icha dan Sean tinggal menghitung hari. Semakin dekat harinya keduanya semakin sering bertengkar, mulai dari lokasi, makanan dan hal-hal sepele lainnya. Meskipun bukan pernikahan yang mereka inginkan tetap saja mereka tak mau terlihat buruk di acara besar yang sudah jelas akan d liput banyak media.Hari ini keduanya bertemu dan untuk pertama kalinya tanpa kehadiran Bian ataupun Galih. Mulai dari proses fitting sampai pemilihan cake mereka lakukan berempat. Kejadian itu langsung diketahui kedua ibu mereka, yang membuat Diana dan Lidya murka.Keduanya sepakat untuk mengatur segalanya kecuali lokasi. Karena itulah saat ini Sean dan Icha bertemu untuk memutuskan lokasi pernikahan mereka. Dan seperti biasa mereka selalu berbeda pendapat.“Pokoknya Aussie. Gue nggak mau tempat lain.” Urat-urat Sean mulai berkedut melihat Icha menatapnya tajam.“Indonesia aja sih. Ngapain jauh-jauh ke Aussie? Toh ini bukan pernikahan bahagia.” Icha menjulurkan lidahnya membayangkan akan menikah de

  • The Darkest Secret of LILY   8. That should be You

    Icha menyadari Sean berjalan menyusulnya ketika melihat kehadiran Bian dan keluarganya. You are predictable, Sean.“Sean! Apa kabar? Wah kamu tambah ganteng nih, udah ketemu Bian belum?” Papa Bian memeluk Sean.“Tambah ganteng darimana. Tambah nakal dia” jawab Rudi Hartono. Diana Widjaja memperhatikan kedekatan keluarga Hartono dengan keluarga Bian.“Bi..” Ucap Sean lagi sambil menyentuh pundak Bian.“Congratulations, Sean. I’m happy for you” Bian berdiri dan memeluk Sean. Sean sadar tubuh kecil Bian bergetar, ia menahan tangisnya sedari tadi.“I’m so sorry” Sean memeluk Bian lebih erat.“E-hem” Lidya Hartono berdeham berusaha menyadarkan anaknya kalau ia sedang berpelukan dengan wanita lain didepan tunangannya.“Sean, ayo duduk” ucap Rudi Hartono. Bian melepas paksa pelukan Sean dan duduk disamping ayahnya. Sean menatap Bian lalu duduk dikursi yang sudah disediakan, tentunya disebelah Icha, berseberangan dengan Bian. “Bian ini berjasa sekali untuk Sean” Lanjut Rudi Hartono, membuka p

  • The Darkest Secret of LILY   7. Engagement

    “Ichaa!! Hurry up! Sean udah nunggu di ruang tamu,” Mama Icha mengetuk pintu kamar Icha. Sudah 15 menit Sean menunggu Icha yang tidak kunjung keluar dari kamarnya. Ck. Dia yang suruh datang jam 1, dia juga yang lelet umpat Sean.“Sorry, tadi ada yang minta dokumen buat kelengkapan merger,” ucap Icha setelah berlari dari kamarnya. Sean menatap Icha sedikit kagum. Icha begitu peduli dengan perusahaan dan bertanggung jawab dengan tugasnya, tidak seperti Sean.“Slow, gue juga baru dateng. Yaudah, tante, kita berangkat ya, setelah selesai lihat gedung, Sean langsung antar Icha pulang.” Pamit Sean sambil tersenyum manis kepada Mama Icha.“Iya, Sean. Hati-hati, nggak pulang juga nggak apa-apa, tante percaya sama kamu kok” Jawab Mama Icha sambil mengelus kepala Sean yang diiringi dengan pelototan Icha.“Bye Mom” Icha mencium pipi Mamanya. Setelah itu Icha dan Sean bergegas ke mobil Sean yang di parkir di halaman rumah Icha, tepat di depan air mancur berwarna putih yang membuat nuansa rumah Ic

  • The Darkest Secret of LILY   6. Headline News

    Keesokan harinya mereka harus bertemu kembali untuk memastikan semua berkas-berkas kepentingan merger sudah lengkap. Mereka mampir ke cafe yang terletak tak jauh dari lokasi kantor Icha.“Gue strawberry smoothie sama tenderloin steak well done. Lo apa?” Icha memberikan pesanannya pada waiters yang sedang mencatat pesanannya.“Coffee latte sama sirloin steak well-med.” Sean mengakhiri pesanannya dengan tersenyum manis pada waiters cewek di depannya. “Caper amat” batin Icha. Sean memperhatikan ekspresi Icha saat ia menebarkan pesonanya pada waiters tadi. Tiba-tiba terlintas ide jahil dalam diri Sean melihat ekspresi Icha.“Yang di foto kemarin pacar lo?”Icha yang sedang asik melihat interior cafe yang terkesan ramai langsung membelalakkan matanya. “Gue liat pas lo milih jas sambil ngecek hp” Sean menjawab pertanyaan dimata Icha yang seakan-akan bertanya ‘TAU DARIMANA MONYET’. Sean sedikit tertawa melihat tingkah Icha.“Jadi? Siapa tuh yang di foto lo kemarin?” tanya Sean lagi setelah

  • The Darkest Secret of LILY   5. Memories

    Ketika Sean dan Icha bersamaan menggebrak meja, Sean mendengar suara orang terjatuh dan melihat Bian terduduk sambil menundukkan kepalanya. Tanpa pikir panjang Sean bergegas menghampiri Bian tanpa memperdulikan panggilan dari Ayahnya yang terdengar setengah berteriak.Bian melihat Sean menghampirinya, biasanya ia akan menghampiri Sean dengan senang dan memeluknya, tapi tidak kali ini, wajahnya yang merah, belum lagi make up nya yang luntur karena menangis membuatnya memilih untuk berlari menghindari Sean. Untungnya lift berpihak kepadanya, sebelum Sean sempat menghampirinya, pintu lift sudah tertutup yang membuat Sean harus menunggu lift berikutnya. Setelah sampai di lobby Bian langsung berlari keluar hotel dan mencari taksi yang lewat. Tidak berapa lama, sebuah taksi berhenti tepat di depannya. Ia langsung masuk dan menutup pintu mobilnya. Sean melihat taksi yang Bian naiki berjalan menjauh dari hotel.Selama hampir satu minggu Sean berkali-kali menghubungi Bian. Namun tak ada jawaba

  • The Darkest Secret of LILY   4. Meeting

    Setelah mendapat kartu nama Sean dari ibunya, Icha mulai mencari tahu tentang Sean semalaman. Tapi ia tak menemukan sesuatu yang spesial ataupun detail selain Sean Hartono anak konglomerat real estate Rudi Hartono yang berhasil lulus dengan nilai terbaik di salah satu kampus Australia. Pagi menjelang saat Icha membuka matanya, Icha memutuskan untuk datang ke cafe favoritnya pagi ini karena ia masih harus menyelesaikan proposal yang ia kerjakan untuk proyek merger yang seharusnya dirapatkan minggu ini. Icha masih ingat kata-kata Mamanya kemarin, ‘Icha, meeting-nya diundur minggu depan’. What the hell. “Sampai minggu depan diundur lagi, gue rajam si Sean Hartono itu” batin Icha yang tanpa sadar mematahkan pensil mekanik yang digenggamnya. “Eh.. atau gue telepon aja ya orangnya? Siapa tahu gue bisa bikin rapatnya dimajuin” gumam Icha. Setelah berdebat dengan dirinya sendiri yang memakan waktu hampir 30 menit, Icha akhirnya mengeluarkan kartu nama yang disimpannya di dalam buku jurnal

  • The Darkest Secret of LILY   3. LITTLE BRAT!!

    -Jakarta, 13.00 WIB- Sean melangkahkan kaki di bandara internasional di Jakarta, sudah bertahun-tahun ia tidak melihat pemandangan seramai ini. Ia berjalan cepat, karena merindukan Bian, teman masa kecilnya yang berjanji akan menjemputnya di bandara hari ini. Kalau bukan karena Bian, mungkin sekarang Sean masih berada di apartemennya, bangun disebelah wanita yang berbeda dari hari sebelumnya. Sean memutar pandangannya, mencari sosok yang sangat ia rindukan. Masih belum terlihat sosok wanita yang sangat ingin ditemuinya. “Sean!!” seseorang berlari kearahnya dan tanpa basa-basi langsung memeluknya. Sean dengan sigap membalas pelukannya. “I miss you, I miss you so much!” Ujar sosok yang sangat Sean rindukan. Sean memeluk orang itu lebih erat, mencium bau parfum yang selama ini ia rindukan. “Finally.. You are so skinny, Bian” Sean masih memeluk Bian, tak ada sedikit pun niat untuk melepaskan Bian dari pelukannya saat ini. “Okay, It’s embarrassing now, let me go” Bian berusaha lepas

  • The Darkest Secret of LILY   2. ALESHA WIDJAJA

    Seorang wanita sedang duduk manis di sebuah cafe di sudut kota Jakarta terlihat sibuk dengan notebook di depannya. Berhari-hari di tempat yang sama ia hanya menatap notebooknya. Suasana cafe yang tenang dan jauh dari keramaian pusat kota membuatnya dapat berpikir lebih jernih begitu dalihnya. “Hey!” Tepukan pelan di pundaknya membuat dia terkejut.“Galih?” Senyum mengembang di bibirnya yang tipis tampak sangat bahagia. Seorang wanita dengan rambut ponytail dan tubuh semampai tersenyum manis saat menyadari teman lamanya yang sekarang duduk di depannya. Pertemuannya kembali dengan Galih membawa kenangan lama mereka saat masih dalam masa-masa kuliah.“Apakabar, Cha?” Galih tersenyum lembut melihat wanita didepannya yang dulu selalu manja saat bersamnya sekarang terlihat lebih dewasa dan tentu saja, cantik.“Baik, lo gimana? Duh kebetulan banget kita ketemu disini. Ih kangen..”. Satu kata terakhir yang keluar dari bibir mungil Icha membuat Galih sedikit malu sekaligus sumringah.“Baik

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status