Share

3. LITTLE BRAT!!

Author: Stvnyy
last update Last Updated: 2022-05-19 18:30:04

-Jakarta, 13.00 WIB-

Sean melangkahkan kaki di bandara internasional di Jakarta, sudah bertahun-tahun ia tidak melihat pemandangan seramai ini. Ia berjalan cepat, karena merindukan Bian, teman masa kecilnya yang berjanji akan menjemputnya di bandara hari ini. Kalau bukan karena Bian, mungkin sekarang Sean masih berada di apartemennya, bangun disebelah wanita yang berbeda dari hari sebelumnya.

Sean memutar pandangannya, mencari sosok yang sangat ia rindukan. Masih belum terlihat sosok wanita yang sangat ingin ditemuinya.

“Sean!!” seseorang berlari kearahnya dan tanpa basa-basi langsung memeluknya. Sean dengan sigap membalas pelukannya. “I miss you, I miss you so much!” Ujar sosok yang sangat Sean rindukan. Sean memeluk orang itu lebih erat, mencium bau parfum yang selama ini ia rindukan.

“Finally.. You are so skinny, Bian” Sean masih memeluk Bian, tak ada sedikit pun niat untuk melepaskan Bian dari pelukannya saat ini.

“Okay, It’s embarrassing now, let me go” Bian berusaha lepas dari pelukan Sean. “Seaaaaan! Lepasin nggak!” Ujar Bian lagi setelah Sean menghalangi usahanya untuk lepas dari pelukan Sean.

“Oke, oke” Sean akhirnya melepaskan pelukannya dan menatap Bian lembut. Bian tersenyum menatapnya. Sean baru menyadari bahwa Bian begitu cantik, rambut hitamnya yang bergelombang, mata bulat yang berwarna cokelat tua, hidungnya yang pesek, bibir mungil yang dilapisi lipstick berwarna pink.

“Kamu makin cakep deh, Sean. Aku jadi pangling” Ucap Bian. Suara Bian begitu imut, belum lagi lesung pipinya yang terlihat ketika ia tersenyum. Bagaimana Sean bisa menahan pesona mematikan dari Bian ini?

“Kamu juga, kamu makin cantik” Jawab Sean sambil membenarkan poni Bian yang sedikit menutupi mata indah Bian.

“Ayo pulang” Bian menggandeng tangan Sean. “Aku udah jago nyetir!” pamernya. Sean tertawa kecil.

“No, little lady, kali ini aku yang nyetir, ok?” Ucap Sean sambil mengacak-acak rambut Bian. Bian sontak mendongak menatap Sean yang jauh lebih tinggi darinya. Pipinya menggembung dan alisnya tertekuk.

“I’ll drive, Sean!” Bian melipat kedua tangannya didepan dada. Sean masih hapal betul itu yang akan dilakukan Bian kalau dia sedang kesal ataupun ngambek.

“Cewek itu nggak boleh nyetir, nyetir itu tugas cowok” Ujar Sean lagi. Bian masih menatap Sean dengan pandangan tidak terima.

“You don’t believe me, don’t you?” Bian tahu tidak ada gunanya berdebat dengan Sean Hartono. Sean sangat keras kepala dan seorang wanita mungil seperti Bian tidak memiliki kekuatan apa-apa untuk melawannya.

“I believe in you, dear. But a lady shouldn’t drive. Itu tugas cowok, buat ngejagain kamu, buat bikin kamu ngerasa nyaman. Kamu tugasnya cuma duduk manis, ngeliatin aku nyetir, ok?” jawab Sean.

“Tapi kamu tuh baru sampai, kamu pasti capek, udah aku aja yang nyetir” Bian masih berusaha mempertahankan keinginannya. Sean menggeleng.

“Kalau kamu nggak nurut aku pesan taksi aja, atau aku suruh supir jemput aku” Ujar Sean yang membuat Bian diam.

“Ok, you win. You always win” Bian berjalan mendahului Sean. Ia merasa kesal karena selalu kalah ketika berdebat dengan teman masa kecilnya ini. Sean selalu punya beribu alasan untuk melawan argumen-argumen Bian. Bahkan ketika masalahnya sepele.

“Come on, next time you drive, okay princess?” Ujar Sean sambil sedikit menunduk, menyamakan tinggi mereka yang berbeda 20cm. Bian mengangguk lemah. Setelah Sean memasukkan barang-barangnya, Sean membukakan pintu untuk Bian kemudian duduk di kursi kemudi.

“Jadi apa rencana kamu setelah ini?” tanya Bian. Sean menggeleng.

“Nggak tahu, mungkin antar jemput kamu? Atau jalan-jalan sama kamu?” jawab Sean sambil terkekeh. Bian menjitak pelan kepala Sean.

“Serius ih, kamu langsung pulang?”

“Enggak ah, jalan-jalan dulu yuk” ajak Sean.

“Emang papi nggak nyariin kamu?”

“Nggak tahu, aku sebenernya lagi ribut sama papi” Sean memutuskan untuk bercerita kepada Bian tentang hal sepele yang membuat papinya marah.

“Yah lagian kamu, kalau nggak tahu bisa telepon kapan jangan janjiin ke papi dong, kan papi kamu nungguin. Kamu juga bisa-bisanya nggak bilang orangtua kalau mau wisuda. Nggak bilang ke aku juga lagi. Huft” Bian melipat tangannya didepan dadanya lagi.

“Yaudah jangan ngambek dong, kan aku udah minta maaf” Sean mengacak rambut Bian. Cewek satu ini emang menggemaskan. Apapun yang Bian lakukan terlihat lucu, imut dan menyenangkan dimata Sean.

“Kamu emang udah minta maaf sama orangtua kamu?” tanya Bian. Sean terdiam. “Ih belom kan!” Bian seolah tahu jawabannya tanpa perlu menunggu Sean menjawabnya.

“Kamu ya Sean. Nggak boleh kayak gitu. Kita ini kan masih bergantung sama orangtua. Kita harusnya menghormati orangtua, bahkan kadang walaupun kita nggak salah kita tetep harus minta maaf ke orangtua, karena mereka udah berjasa banyak buat kita” ceramah Bian. Sean hanya bisa tertawa mendengar celotehan cewek mungil disebelahnya itu.

“Iya iya, aku emang salah” ujar Sean akhirnya.

“Yaudah, langsung kerumah aja, aku juga mau jalan sama temen aja abis ini” ujar Bian. Sean baru ingin protes tapi melihat mata melotot Bian akhirnya Sean mengurungkan niatnya.

Setelah satu jam setengah berbincang-bincang dengan Bian di mobil, tanpa sadar mereka sudah berada di daerah Menteng, daerah tempat keluarga Sean tinggal. “Aku muter lagi ah, kayaknya cepet banget tiba-tiba udah sampai aja” Bian langsung memelototi Sean lagi.

“No, Sean! Kita bisa ketemu besok, pokoknya kamu harus minta maaf dulu sama orangtua kamu. Selama kamu belom minta maaf aku nggak mau ketemu kamu, bhay” Bian langsung membuang muka, seolah melihat wajah Sean adalah hal memuakkan saat ini.

“Okay, okay. You win. Aku minta maaf sama papi, besok kita jalan ya berarti?” ujar Sean. Bian mengangguk. Sean langsung keluar dari mobil, mengeluarkan barang-barangnya dan menunggu sampai mobil Bian tidak bisa ia lihat lagi, barulah setelah itu Sean masuk kedalam rumah yang sudah lama ia tinggalkan.

Tanpa perlu membunyikan bel, satpam sudah membukakan pintu gerbang dan pembantu berhamburan keluar membantu Sean membawa barang-barangnya. Sudah lama rasanya Sean tidak dilayani oleh orang-orang seperti ini, di Australia apa-apa harus dilakukannya sendiri, karena memang ia tidak ingin menyewa pembantu, itu hanya merepotkannya.

“Pak Anto, Papi ada di rumah?” tanya Sean begitu melihat kepala pembantu di rumahnya membuka pintu rumah untuknya.

“Bapak ada di rumah, Ko, di ruang kerja bapak. Kata bapak kalau Ko Sean cari bapak, langsung ke ruangan bapak aja” jawab Pak Anto yang dijawab dengan anggukan Sean.

Tanpa ragu-ragu Sean berjalan ke lantai 3, lantai yang hanya berisi ruang kerja ayahnya itu. Sudah lama rasanya Sean tidak melihat rumah yang biasanya ditempatinya itu. Suasananya jauh berbeda dari sebelum Sean pergi ke Australia. Biasanya Shawn akan melarang Sean pergi ke lantai 3 karena ayahnya tidak suka diganggu apalagi kalau sedang ada client.

“Pap. It’s me, Sean” Sean mengetuk pintu ruang kerja ayahnya. Sean baru sadar kalau jantungnya berdebar kencang. Ayahnya bukan seseorang yang menyenangkan kalau sedang marah dan Sean sudah membuatnya marah.

“Masuk” mendengar suara tegas ayahnya membuat Sean makin ingin kabur. Ia tidak siap dimarahi, harusnya ia tidak buru-buru minta maaf hanya karena ingin jalan dengan Bian besok.

“Pap” ucap Sean sambil sedikit-sedikit berjalan mendekati ayahnya. Sean melihat ayahnya sedang duduk di kursi besar di depan meja sambil memegang dokumen dan pulpen. “Lagi sibuk pap?” lanjut Sean.

“Enggak. Duduk” Ujar ayahnya Sean tanpa menatap anaknya. Sean langsung duduk di kursi yang terletak persis didepan ayahnya. Setelah menunggu selama 5 menit, akhirnya ayahnya meletakkan dokumen yang sedari tadi dibacanya. “Papi mau besok kamu langsung masuk kerja di kantor”

“Hah?”

“Papi bikin proyek besar, papi mau merger usaha kita yang bergerak di real-estate. Kamu jadi penanggung jawabnya. Besok kamu masuk kantor dan pelajari berkas-berkas perusahaan yang mau dimerger sama perusahaan kita” Jelas ayahnya Sean tanpa basa-basi.

“Pap, Sean baru sampai Indonesia. Papi mau langsung memperbudak Sean gitu?” protes Sean. Pupus sudah segala rencananya untuk bisa jalan-jalan setiap hari dengan Bian.

“Ya. Papi kuliahin kamu jauh-jauh bukan untuk jadi pengangguran dan ngabis-ngabisin uang papi, Sean. Papi udah berusaha sabar sama kamu, sekarang kamu harus belajar bertanggung jawab, belajar kerja” ujar ayahnya.

“Nggak pap, Sean belom mau berurusan dengan usaha papi” tolak Sean. Wajah ayahnya sudah memerah.

“Papi nggak memberi kamu pilihan. Kamu harus kerja besok. Nggak ada alasan” ucap ayah Sean dengan nada tinggi. Sean terdiam. Hal seperti ini yang membuatnya tidak ingin kembali ke Indonesia. Ia masih ingin bersenang-senang, tapi selama ada papinya, segala keinginannya itu harus dikesampingkan untuk perusahaan.

“Sorry, pap. Sean nggak mau” ujar Sean. Setelah mengatakan kalimat itu, Sean beranjak dari ruang kerja ayahnya tanpa menunggu jawaban sang ayah. Sean tahu apa yang dilakukannya akan memperkeruh suasana. Tapi ia benar-benar tidak mau bekerja dulu. Dia baru saja lulus, masa ia harus langsung jadi budak perusahaan?

“Pak Anto, tolong siapin mobil, Sean mau pergi” Sean mengambil lagi koper dari kamarnya dan langsung bergegas meninggalkan rumah. Sean memutuskan untuk tinggal di apartement miliknya yang dibelikan ayahnya saat Sean ulang tahun ke 16. “I can meet Bian whenever I want now” batin Sean.

***

“Icha. I’ve got a bad news for us” Mamanya Icha mengetuk pintu kamar anaknya.

“What?” Icha membuka pintu kamarnya sambil menguap. Setelah beberapa hari tidur selama 4 jam saja, Icha akhirnya punya waktu luang dan tentu saja waktunya itu ia gunakan untuk tidur.

“Meeting buat merger diundur dulu. Jadi minggu depan” Mamanya Icha langsung duduk di kasur anaknya itu. Icha menyusul mamanya duduk di kasurnya.

“Kenapa lagi? Anaknya masih nggak mau balik?” Sahut Icha kesal. Ayolah, berlaku profesional. Memang mereka kira perusahaan besar seperti perusahaan Icha mau dipermainkan terus seperti ini?

“No, kali ini lagi ada masalah keluarga. Anaknya nanti yang jadi penanggung jawab untuk proyek merger ini, tapi anaknya masih belum masuk kantor” jelas mamanya Icha.

“Come on, Mom. Kita mau merger sama perusahaan apa sih sampai kita mau digantung kayak gini? Tegasin sama mereka, kalau nggak minggu ini, berarti batal!” Protes Icha.

“Perusahaannya Rudi Hartono, honey” Icha langsung diam, mengurungkan segala kemarahannya. “Oh... Hartono Estate.. yaudah gue tungguin dah, rela gue” batin Icha. “Kok diem? Baru tahu kan kenapa Mom and Dad setuju-setuju aja. Apalagi nanti yang jadi penanggung jawab itu si Sean Hartono, anak bungsu mereka. Dia keren banget, Cha, kuliah di Australia, cumlaude lagi. Dia banyak dapat medali karena menang lomba-lomba olahraga gitu” lanjut mamanya. Icha mengangguk.

“Ini, kartu nama Sean. Kamu nanti langsung kontak-kontakan sama dia aja. Kalian berdua yang ngurus proyek ini soalnya” Mamanya Icha menyodorkan kartu nama dengan design elegan dan tulisan SEAN HARTONO diatasnya. Icha mengangguk. Setelah memberikan kartu nama Sean, mamanya Icha langsung pergi dari kamar Icha, meninggalkan Icha sendiri dengan kartu nama orang asing ditangannya.

Sean Hartono? Icha tanpa sadar sudah membuka laptopnya dan mengetik nama orang itu di browser-nya. Berbagai penghargaan dibidang olahraga muncul, tidak terlewat juga pesta sweet seventeen mewah yang diadakan keluarga Hartono untuk Sean.

“So.. He’s a spoiled little brat. Okay” Gumam Icha sambil menutup laptopnya.

“That’s all I need to know for now.”

Related chapters

  • The Darkest Secret of LILY   4. Meeting

    Setelah mendapat kartu nama Sean dari ibunya, Icha mulai mencari tahu tentang Sean semalaman. Tapi ia tak menemukan sesuatu yang spesial ataupun detail selain Sean Hartono anak konglomerat real estate Rudi Hartono yang berhasil lulus dengan nilai terbaik di salah satu kampus Australia. Pagi menjelang saat Icha membuka matanya, Icha memutuskan untuk datang ke cafe favoritnya pagi ini karena ia masih harus menyelesaikan proposal yang ia kerjakan untuk proyek merger yang seharusnya dirapatkan minggu ini. Icha masih ingat kata-kata Mamanya kemarin, ‘Icha, meeting-nya diundur minggu depan’. What the hell. “Sampai minggu depan diundur lagi, gue rajam si Sean Hartono itu” batin Icha yang tanpa sadar mematahkan pensil mekanik yang digenggamnya. “Eh.. atau gue telepon aja ya orangnya? Siapa tahu gue bisa bikin rapatnya dimajuin” gumam Icha. Setelah berdebat dengan dirinya sendiri yang memakan waktu hampir 30 menit, Icha akhirnya mengeluarkan kartu nama yang disimpannya di dalam buku jurnal

    Last Updated : 2022-06-22
  • The Darkest Secret of LILY   5. Memories

    Ketika Sean dan Icha bersamaan menggebrak meja, Sean mendengar suara orang terjatuh dan melihat Bian terduduk sambil menundukkan kepalanya. Tanpa pikir panjang Sean bergegas menghampiri Bian tanpa memperdulikan panggilan dari Ayahnya yang terdengar setengah berteriak.Bian melihat Sean menghampirinya, biasanya ia akan menghampiri Sean dengan senang dan memeluknya, tapi tidak kali ini, wajahnya yang merah, belum lagi make up nya yang luntur karena menangis membuatnya memilih untuk berlari menghindari Sean. Untungnya lift berpihak kepadanya, sebelum Sean sempat menghampirinya, pintu lift sudah tertutup yang membuat Sean harus menunggu lift berikutnya. Setelah sampai di lobby Bian langsung berlari keluar hotel dan mencari taksi yang lewat. Tidak berapa lama, sebuah taksi berhenti tepat di depannya. Ia langsung masuk dan menutup pintu mobilnya. Sean melihat taksi yang Bian naiki berjalan menjauh dari hotel.Selama hampir satu minggu Sean berkali-kali menghubungi Bian. Namun tak ada jawaba

    Last Updated : 2022-07-07
  • The Darkest Secret of LILY   6. Headline News

    Keesokan harinya mereka harus bertemu kembali untuk memastikan semua berkas-berkas kepentingan merger sudah lengkap. Mereka mampir ke cafe yang terletak tak jauh dari lokasi kantor Icha.“Gue strawberry smoothie sama tenderloin steak well done. Lo apa?” Icha memberikan pesanannya pada waiters yang sedang mencatat pesanannya.“Coffee latte sama sirloin steak well-med.” Sean mengakhiri pesanannya dengan tersenyum manis pada waiters cewek di depannya. “Caper amat” batin Icha. Sean memperhatikan ekspresi Icha saat ia menebarkan pesonanya pada waiters tadi. Tiba-tiba terlintas ide jahil dalam diri Sean melihat ekspresi Icha.“Yang di foto kemarin pacar lo?”Icha yang sedang asik melihat interior cafe yang terkesan ramai langsung membelalakkan matanya. “Gue liat pas lo milih jas sambil ngecek hp” Sean menjawab pertanyaan dimata Icha yang seakan-akan bertanya ‘TAU DARIMANA MONYET’. Sean sedikit tertawa melihat tingkah Icha.“Jadi? Siapa tuh yang di foto lo kemarin?” tanya Sean lagi setelah

    Last Updated : 2022-07-07
  • The Darkest Secret of LILY   7. Engagement

    “Ichaa!! Hurry up! Sean udah nunggu di ruang tamu,” Mama Icha mengetuk pintu kamar Icha. Sudah 15 menit Sean menunggu Icha yang tidak kunjung keluar dari kamarnya. Ck. Dia yang suruh datang jam 1, dia juga yang lelet umpat Sean.“Sorry, tadi ada yang minta dokumen buat kelengkapan merger,” ucap Icha setelah berlari dari kamarnya. Sean menatap Icha sedikit kagum. Icha begitu peduli dengan perusahaan dan bertanggung jawab dengan tugasnya, tidak seperti Sean.“Slow, gue juga baru dateng. Yaudah, tante, kita berangkat ya, setelah selesai lihat gedung, Sean langsung antar Icha pulang.” Pamit Sean sambil tersenyum manis kepada Mama Icha.“Iya, Sean. Hati-hati, nggak pulang juga nggak apa-apa, tante percaya sama kamu kok” Jawab Mama Icha sambil mengelus kepala Sean yang diiringi dengan pelototan Icha.“Bye Mom” Icha mencium pipi Mamanya. Setelah itu Icha dan Sean bergegas ke mobil Sean yang di parkir di halaman rumah Icha, tepat di depan air mancur berwarna putih yang membuat nuansa rumah Ic

    Last Updated : 2022-07-07
  • The Darkest Secret of LILY   8. That should be You

    Icha menyadari Sean berjalan menyusulnya ketika melihat kehadiran Bian dan keluarganya. You are predictable, Sean.“Sean! Apa kabar? Wah kamu tambah ganteng nih, udah ketemu Bian belum?” Papa Bian memeluk Sean.“Tambah ganteng darimana. Tambah nakal dia” jawab Rudi Hartono. Diana Widjaja memperhatikan kedekatan keluarga Hartono dengan keluarga Bian.“Bi..” Ucap Sean lagi sambil menyentuh pundak Bian.“Congratulations, Sean. I’m happy for you” Bian berdiri dan memeluk Sean. Sean sadar tubuh kecil Bian bergetar, ia menahan tangisnya sedari tadi.“I’m so sorry” Sean memeluk Bian lebih erat.“E-hem” Lidya Hartono berdeham berusaha menyadarkan anaknya kalau ia sedang berpelukan dengan wanita lain didepan tunangannya.“Sean, ayo duduk” ucap Rudi Hartono. Bian melepas paksa pelukan Sean dan duduk disamping ayahnya. Sean menatap Bian lalu duduk dikursi yang sudah disediakan, tentunya disebelah Icha, berseberangan dengan Bian. “Bian ini berjasa sekali untuk Sean” Lanjut Rudi Hartono, membuka p

    Last Updated : 2022-07-07
  • The Darkest Secret of LILY   9. Wedding Party

    Pernikahan Icha dan Sean tinggal menghitung hari. Semakin dekat harinya keduanya semakin sering bertengkar, mulai dari lokasi, makanan dan hal-hal sepele lainnya. Meskipun bukan pernikahan yang mereka inginkan tetap saja mereka tak mau terlihat buruk di acara besar yang sudah jelas akan d liput banyak media.Hari ini keduanya bertemu dan untuk pertama kalinya tanpa kehadiran Bian ataupun Galih. Mulai dari proses fitting sampai pemilihan cake mereka lakukan berempat. Kejadian itu langsung diketahui kedua ibu mereka, yang membuat Diana dan Lidya murka.Keduanya sepakat untuk mengatur segalanya kecuali lokasi. Karena itulah saat ini Sean dan Icha bertemu untuk memutuskan lokasi pernikahan mereka. Dan seperti biasa mereka selalu berbeda pendapat.“Pokoknya Aussie. Gue nggak mau tempat lain.” Urat-urat Sean mulai berkedut melihat Icha menatapnya tajam.“Indonesia aja sih. Ngapain jauh-jauh ke Aussie? Toh ini bukan pernikahan bahagia.” Icha menjulurkan lidahnya membayangkan akan menikah de

    Last Updated : 2022-07-07
  • The Darkest Secret of LILY   10. House

    Sabtu sore, setelah dari kantor Icha berencana untuk langsung menuju panti asuhan Tanah Putih.Entah kenapa Icha yang biasa selalu ditemani sopir, saat ini memilih untuk menyetir mobilnya sendiri. Ia melaju pelan menuju lokasi panti yang selalu ia kunjungi tiap bulannya itu. Hari itu tak terasa kemacetan seperti seharusnya. Padahal weekend pikirnya.Hampir seluruh tamu yang hadir dalam acara pernikahannya memberikannya berbagai hadiah. Ia sempat membuka beberapa diantaranya. Karena terlalu sibuk ia tak sempat membuka sisanya.Ia hanya terpikir untuk mengumpulkan uang dari hasil pernikahannya untuk di sumbangkan ke berbagai panti asuhan yang letaknya masih sekitaran Jabodetabek. Ia merencanakan akan mengadakan acara amal minggu depan untuk panti asuhan lainnya.Icha sempat mendiskusikannya dengan Sean. Sean pun menyetujui rencana Icha karena sejujurnya mereka benar-benar tak membutuhkannya. Akan lebih baik jika digunakan untuk hal yang lebih bermanfaat itu pikirnya.Icha sampai di peru

    Last Updated : 2022-07-07
  • The Darkest Secret of LILY   PROLOG

    Sebuah mobil mewah memasuki lahan parkir sebuah rumah bernomor 001. Mobil tersebut berhenti tepat di depan teras rumah yang disokong dengan dua pillar besar berwarna putih pucat di sisi kanan kirinya. Seorang laki-laki turun dari mobil tersebut sembari memperhatikan halaman dan tanaman-tanaman kering di sekitarnya. Ia hanya bisa menggelengkan kepalanya, menyadari betapa usangnya rumah yang ditempatinya tersebut. Cklek. Pintu terbuka. Seorang wanita cantik dengan dress merah lengkap dengan tas LV berwarna senada muncul di antara sela pintu yang terbuka. Sean - laki-laki itu - terpaku melihat Icha yang sekarang berstatus sebagai istrinya keluar rumah dengan begitu anggunnya, tanpa menyadari kegaduhan apa yang baru saja ia buat. “Lo udah gila ya?!” sebuah kalimat yang sangat unik didengar untuk memulai pembicaraan pun terlontar dari bibir Sean. Alih-alih menjawab sapaan Sean, Icha memilih diam sambil menaikkan satu alisnya. “Nggak bisa gini lah caranya! Seenak-enak

    Last Updated : 2022-05-19

Latest chapter

  • The Darkest Secret of LILY   10. House

    Sabtu sore, setelah dari kantor Icha berencana untuk langsung menuju panti asuhan Tanah Putih.Entah kenapa Icha yang biasa selalu ditemani sopir, saat ini memilih untuk menyetir mobilnya sendiri. Ia melaju pelan menuju lokasi panti yang selalu ia kunjungi tiap bulannya itu. Hari itu tak terasa kemacetan seperti seharusnya. Padahal weekend pikirnya.Hampir seluruh tamu yang hadir dalam acara pernikahannya memberikannya berbagai hadiah. Ia sempat membuka beberapa diantaranya. Karena terlalu sibuk ia tak sempat membuka sisanya.Ia hanya terpikir untuk mengumpulkan uang dari hasil pernikahannya untuk di sumbangkan ke berbagai panti asuhan yang letaknya masih sekitaran Jabodetabek. Ia merencanakan akan mengadakan acara amal minggu depan untuk panti asuhan lainnya.Icha sempat mendiskusikannya dengan Sean. Sean pun menyetujui rencana Icha karena sejujurnya mereka benar-benar tak membutuhkannya. Akan lebih baik jika digunakan untuk hal yang lebih bermanfaat itu pikirnya.Icha sampai di peru

  • The Darkest Secret of LILY   9. Wedding Party

    Pernikahan Icha dan Sean tinggal menghitung hari. Semakin dekat harinya keduanya semakin sering bertengkar, mulai dari lokasi, makanan dan hal-hal sepele lainnya. Meskipun bukan pernikahan yang mereka inginkan tetap saja mereka tak mau terlihat buruk di acara besar yang sudah jelas akan d liput banyak media.Hari ini keduanya bertemu dan untuk pertama kalinya tanpa kehadiran Bian ataupun Galih. Mulai dari proses fitting sampai pemilihan cake mereka lakukan berempat. Kejadian itu langsung diketahui kedua ibu mereka, yang membuat Diana dan Lidya murka.Keduanya sepakat untuk mengatur segalanya kecuali lokasi. Karena itulah saat ini Sean dan Icha bertemu untuk memutuskan lokasi pernikahan mereka. Dan seperti biasa mereka selalu berbeda pendapat.“Pokoknya Aussie. Gue nggak mau tempat lain.” Urat-urat Sean mulai berkedut melihat Icha menatapnya tajam.“Indonesia aja sih. Ngapain jauh-jauh ke Aussie? Toh ini bukan pernikahan bahagia.” Icha menjulurkan lidahnya membayangkan akan menikah de

  • The Darkest Secret of LILY   8. That should be You

    Icha menyadari Sean berjalan menyusulnya ketika melihat kehadiran Bian dan keluarganya. You are predictable, Sean.“Sean! Apa kabar? Wah kamu tambah ganteng nih, udah ketemu Bian belum?” Papa Bian memeluk Sean.“Tambah ganteng darimana. Tambah nakal dia” jawab Rudi Hartono. Diana Widjaja memperhatikan kedekatan keluarga Hartono dengan keluarga Bian.“Bi..” Ucap Sean lagi sambil menyentuh pundak Bian.“Congratulations, Sean. I’m happy for you” Bian berdiri dan memeluk Sean. Sean sadar tubuh kecil Bian bergetar, ia menahan tangisnya sedari tadi.“I’m so sorry” Sean memeluk Bian lebih erat.“E-hem” Lidya Hartono berdeham berusaha menyadarkan anaknya kalau ia sedang berpelukan dengan wanita lain didepan tunangannya.“Sean, ayo duduk” ucap Rudi Hartono. Bian melepas paksa pelukan Sean dan duduk disamping ayahnya. Sean menatap Bian lalu duduk dikursi yang sudah disediakan, tentunya disebelah Icha, berseberangan dengan Bian. “Bian ini berjasa sekali untuk Sean” Lanjut Rudi Hartono, membuka p

  • The Darkest Secret of LILY   7. Engagement

    “Ichaa!! Hurry up! Sean udah nunggu di ruang tamu,” Mama Icha mengetuk pintu kamar Icha. Sudah 15 menit Sean menunggu Icha yang tidak kunjung keluar dari kamarnya. Ck. Dia yang suruh datang jam 1, dia juga yang lelet umpat Sean.“Sorry, tadi ada yang minta dokumen buat kelengkapan merger,” ucap Icha setelah berlari dari kamarnya. Sean menatap Icha sedikit kagum. Icha begitu peduli dengan perusahaan dan bertanggung jawab dengan tugasnya, tidak seperti Sean.“Slow, gue juga baru dateng. Yaudah, tante, kita berangkat ya, setelah selesai lihat gedung, Sean langsung antar Icha pulang.” Pamit Sean sambil tersenyum manis kepada Mama Icha.“Iya, Sean. Hati-hati, nggak pulang juga nggak apa-apa, tante percaya sama kamu kok” Jawab Mama Icha sambil mengelus kepala Sean yang diiringi dengan pelototan Icha.“Bye Mom” Icha mencium pipi Mamanya. Setelah itu Icha dan Sean bergegas ke mobil Sean yang di parkir di halaman rumah Icha, tepat di depan air mancur berwarna putih yang membuat nuansa rumah Ic

  • The Darkest Secret of LILY   6. Headline News

    Keesokan harinya mereka harus bertemu kembali untuk memastikan semua berkas-berkas kepentingan merger sudah lengkap. Mereka mampir ke cafe yang terletak tak jauh dari lokasi kantor Icha.“Gue strawberry smoothie sama tenderloin steak well done. Lo apa?” Icha memberikan pesanannya pada waiters yang sedang mencatat pesanannya.“Coffee latte sama sirloin steak well-med.” Sean mengakhiri pesanannya dengan tersenyum manis pada waiters cewek di depannya. “Caper amat” batin Icha. Sean memperhatikan ekspresi Icha saat ia menebarkan pesonanya pada waiters tadi. Tiba-tiba terlintas ide jahil dalam diri Sean melihat ekspresi Icha.“Yang di foto kemarin pacar lo?”Icha yang sedang asik melihat interior cafe yang terkesan ramai langsung membelalakkan matanya. “Gue liat pas lo milih jas sambil ngecek hp” Sean menjawab pertanyaan dimata Icha yang seakan-akan bertanya ‘TAU DARIMANA MONYET’. Sean sedikit tertawa melihat tingkah Icha.“Jadi? Siapa tuh yang di foto lo kemarin?” tanya Sean lagi setelah

  • The Darkest Secret of LILY   5. Memories

    Ketika Sean dan Icha bersamaan menggebrak meja, Sean mendengar suara orang terjatuh dan melihat Bian terduduk sambil menundukkan kepalanya. Tanpa pikir panjang Sean bergegas menghampiri Bian tanpa memperdulikan panggilan dari Ayahnya yang terdengar setengah berteriak.Bian melihat Sean menghampirinya, biasanya ia akan menghampiri Sean dengan senang dan memeluknya, tapi tidak kali ini, wajahnya yang merah, belum lagi make up nya yang luntur karena menangis membuatnya memilih untuk berlari menghindari Sean. Untungnya lift berpihak kepadanya, sebelum Sean sempat menghampirinya, pintu lift sudah tertutup yang membuat Sean harus menunggu lift berikutnya. Setelah sampai di lobby Bian langsung berlari keluar hotel dan mencari taksi yang lewat. Tidak berapa lama, sebuah taksi berhenti tepat di depannya. Ia langsung masuk dan menutup pintu mobilnya. Sean melihat taksi yang Bian naiki berjalan menjauh dari hotel.Selama hampir satu minggu Sean berkali-kali menghubungi Bian. Namun tak ada jawaba

  • The Darkest Secret of LILY   4. Meeting

    Setelah mendapat kartu nama Sean dari ibunya, Icha mulai mencari tahu tentang Sean semalaman. Tapi ia tak menemukan sesuatu yang spesial ataupun detail selain Sean Hartono anak konglomerat real estate Rudi Hartono yang berhasil lulus dengan nilai terbaik di salah satu kampus Australia. Pagi menjelang saat Icha membuka matanya, Icha memutuskan untuk datang ke cafe favoritnya pagi ini karena ia masih harus menyelesaikan proposal yang ia kerjakan untuk proyek merger yang seharusnya dirapatkan minggu ini. Icha masih ingat kata-kata Mamanya kemarin, ‘Icha, meeting-nya diundur minggu depan’. What the hell. “Sampai minggu depan diundur lagi, gue rajam si Sean Hartono itu” batin Icha yang tanpa sadar mematahkan pensil mekanik yang digenggamnya. “Eh.. atau gue telepon aja ya orangnya? Siapa tahu gue bisa bikin rapatnya dimajuin” gumam Icha. Setelah berdebat dengan dirinya sendiri yang memakan waktu hampir 30 menit, Icha akhirnya mengeluarkan kartu nama yang disimpannya di dalam buku jurnal

  • The Darkest Secret of LILY   3. LITTLE BRAT!!

    -Jakarta, 13.00 WIB- Sean melangkahkan kaki di bandara internasional di Jakarta, sudah bertahun-tahun ia tidak melihat pemandangan seramai ini. Ia berjalan cepat, karena merindukan Bian, teman masa kecilnya yang berjanji akan menjemputnya di bandara hari ini. Kalau bukan karena Bian, mungkin sekarang Sean masih berada di apartemennya, bangun disebelah wanita yang berbeda dari hari sebelumnya. Sean memutar pandangannya, mencari sosok yang sangat ia rindukan. Masih belum terlihat sosok wanita yang sangat ingin ditemuinya. “Sean!!” seseorang berlari kearahnya dan tanpa basa-basi langsung memeluknya. Sean dengan sigap membalas pelukannya. “I miss you, I miss you so much!” Ujar sosok yang sangat Sean rindukan. Sean memeluk orang itu lebih erat, mencium bau parfum yang selama ini ia rindukan. “Finally.. You are so skinny, Bian” Sean masih memeluk Bian, tak ada sedikit pun niat untuk melepaskan Bian dari pelukannya saat ini. “Okay, It’s embarrassing now, let me go” Bian berusaha lepas

  • The Darkest Secret of LILY   2. ALESHA WIDJAJA

    Seorang wanita sedang duduk manis di sebuah cafe di sudut kota Jakarta terlihat sibuk dengan notebook di depannya. Berhari-hari di tempat yang sama ia hanya menatap notebooknya. Suasana cafe yang tenang dan jauh dari keramaian pusat kota membuatnya dapat berpikir lebih jernih begitu dalihnya. “Hey!” Tepukan pelan di pundaknya membuat dia terkejut.“Galih?” Senyum mengembang di bibirnya yang tipis tampak sangat bahagia. Seorang wanita dengan rambut ponytail dan tubuh semampai tersenyum manis saat menyadari teman lamanya yang sekarang duduk di depannya. Pertemuannya kembali dengan Galih membawa kenangan lama mereka saat masih dalam masa-masa kuliah.“Apakabar, Cha?” Galih tersenyum lembut melihat wanita didepannya yang dulu selalu manja saat bersamnya sekarang terlihat lebih dewasa dan tentu saja, cantik.“Baik, lo gimana? Duh kebetulan banget kita ketemu disini. Ih kangen..”. Satu kata terakhir yang keluar dari bibir mungil Icha membuat Galih sedikit malu sekaligus sumringah.“Baik

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status