Share

Bab 6. Rindu - 1

Penulis: Fitri_alpha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-03 20:08:53

Dua minggu tanpa Crystal terasa seperti dua tahun. Mungkin kedengarannya sedikit berlebihan bagi seorang anak kecil, tetapi itulah yang dirasakan Alexant sekarang. Hari-harinya terasa sangat membosankan, terlalu monoton karena hanya diisi dengan belajar, belajar, dan belajar. Tak ada lagi waktu untuk bermain, semua tersita untuk belajar yang kata mereka –para orang dewasa– untuk bekalnya kelak saat ia dewasa, agar ia bisa memimpin Namira sehebat ayahnya.

Alexant mendengkus, ia selalu saja tidak suka setiap kali gurunya membicarakan tentang kehebatan sang Ayah karena menurutnya ayahnya biasa saja. Tak ada yang dapat dibanggakan dari seorang pria yang hanya duduk diam di atas singgasana dan menerima upeti tanpa harus bekerja. Seandainya saja bisa memilih, ia tak ingin menjadi raja.

Menjadi raja bukanlah sesuatu yang mudah. Ia harus bertanggung jawab atas semua yang berada di kerajaannya. Itu tidak terdengar menyenangkan untuk seorang anak berusia sepuluh tahun sepertinya. Yang diperlukannya saat ini adalah berteman dengan anak seusianya, bukan dengan buku-buku tebal seperti yang berada di atas meja di depannya sekarang.

Alexant menjatuhkan kepalanya di atas sebuah buku yang berada tepat di depannya. Buku itu setebal satu jengkal orang dewasa. Jangan pernah berusaha menebak apa isinya karena kau tidak akan menyukainya.

Buku itu hanya berisi tentang etika dan adab kesopanan, serta hal-hal yang membosankan lainnya. Coba saja kau pikirkan, seorang anak berusia sepuluh tahun dijejali dengan etika dan adab serta berbagai macam peraturan yang seharusnya dikonsumsi oleh orang dewasa. Alasan mereka pun sangat klise, sebab dirinya adalah seorang putra mahkota yang kelak akan menjadi raja dan memimpin Namira. Mereka selalu mengatakan itu berulang-ulang setiap harinya, seolah berusaha mendoktrinnya agar ia mau menuruti semua yang mereka katakan.

Terkadang ia iri melihat George atau anak seusianya yang lain. Mereka bisa ke mana pun dengan bebas, apalagi anak-anak di luar sana. Sungguh, ia sangat ingin bisa seperti mereka. Bermain sepanjang hari tanpa harus mengikuti aturan. Membantu keluarga mereka bekerja di ladang atau kebun mereka tanpa dipusingkan dengan pelajaran etika dan tata negara, Sangat menyenangkan seandainya bisa menjadi mereka. Meskipun sehari saja, ia rela bertukar tempat dengan siapa pun anak di luar sana.

"Pangeran Alexant, saya harap Anda mendengarkan apa yang saya jelaskan!"

Alexant mengangkat kepala dengan malas. Suara mengguntur Madam Petrova yang lebih keras dari suara terompet perang semakin membuatnya tak bersemangat. Alexant menguap, bukan karena ia mengantuk, melainkan sebagai pengalih perhatian. Ia berharap Madam Petrova akan segera mengakhiri pelajaran mereka hari ini. Jika tidak, ia bisa mati karena bosan.

"Astaga! Jangan katakan jika tadi Anda tertidur di kelas saya!"

Mata hijau Madam Petrova membelalak, dan itu terlihat sangat lucu di mata Alexant. Hidungnya memerah di bagian cuping dan bergerak kembang kempis dengan cepat, wajahnya yang masih bisa dikatakan cantik juga memerah, sangat kentara dia sedang marah hanya saja tak berani melampiaskannya.

Sebenarnya Madam Petrova adalah wanita yang cantik, seandainya dia tidak galak dan angkuh pastilah banyak pria bangsawan atau bahkan raja dan pangeran yang meminangnya. Sayangnya, dua sifat itu melekat erat padanya sehingga sampai sekarang wanita berambut cokelat terang tersebut masih sendiri.

Bukan rahasia lagi, jika beredar gosip di luaran sana tentang klub para wanita dewasa yang belum menikah. Madam Petrova adalah salah satu anggotanya. Mereka menamakan klubnya The Old Ladies. Entah apa artinya, yang pasti nama itu sangat konyol. Meskipun klub itu beranggotakan para wanita yang sudah melewati batas usia menikah, tetapi tidakkah mereka merasa jika nama klub terlalu ekstrem?

"Maafkan saya, Pangeran Alexant, tetapi dengan segala hormat saya akan menghukum Anda!"

Suara itu menggelegar, meskipun tak membuat Alexant takut. Begitu juga dengan kata hukuman. Tidak ada seorang pun dari guru-gurunya yang berani memberikan hukuman berat kepadanya, mereka terlalu takut pada Raja Henry, ayahnya.

Madam Petrova melangkah tegap ke arahnya. Jarak mereka sekitar lima meter. Dagu wanita itu terangkat ketika dia berjalan, mempertegas sikapnya yang angkuh. Matanya jatuh lurus terarah padanya. Sebenarnya Alexant menyukai warna mata Madam Petrova, warna mata itu sama dengan warna mata Selena, pengasuhnya. Sangat cantik. Hanya saja disebabkan sikap galak Madam Petrova sehingga membuat matanya tak lagi terlihat cantik.

"Pangeran Alexant, sebelumnya saya meminta maaf kepada Anda karena saya akan memberikan hukuman pada Anda."

Alexant memutar bola mata mendengarnya. Baru kali ini ia mendengar seorang guru meminta maaf hanya karena ingin memberikan hukuman terhadap muridnya yang melanggar peraturan. Selama ini ia memang tidak pernah dihukum. Guru-gurunya tidak berminat memberikannya hukumannya. Madam Petrova adalah yang pertama, dan Alexant sudah tidak sabar menanti apa hukumannya. Dadanya berdebar, tubuhnya bergetar menantikan hukuman yang akan didapatnya dari guru pelajaran tata krama dan etiket.

"Saya memberikan Anda tugas untuk mencatat di buku Anda tentang apa saja yang kita pelajari hari ini."

Alexant menaikkan sebelah alisnya. Mencatat pelajaran hari ini? Oh, astaga, itu adalah sebuah petaka! Ia tidak benar-benar memperhatikan pelajaran tadi, dan bukan hanya hari ini saja. Sebenarnya sudah sejak dua minggu yang lalu ia terserang penyakit yang tidak ada obatnya, yaitu penyakit malas. Apalagi hari ini, semua pikirannya tertuju pada Crystal. Ia sudah tak sabar menantikan pertemuan mereka yang entah kapan. Alexant mengerang kesal dalam hati.

"Dan, saya ingin Anda mengumpulkannya pada saya minggu depan."

Alexant membuang muka. Tak ingin melihat wajah Madam Petrova yang sangat menyebalkan di matanya.

"Sebab Anda tadi terlihat menguap, jadi pelajaran hari ini cukup sampai di sini. Beristirahatlah, Yang Mulia. Saya permisi!"

Setelah Madam Petrova pamit, Alexant masih berdiri di tempatnya, bahkan setelah bermenit-menit kemudian. Semilir angin yang berembus masuk melalui beberapa buah jendela besar di ruangan ini, menerpanya. Menerbangkan rambut pirangnya yang sebatas bahu. Beberapa kali tangan Alexant terangkat untuk memperbaikinya. Napasnya terembus dengan kasar, memikirkan harus menulis apa yang dipelajarinya hari ini bukanlah sesuatu yang mudah dan menyenangkan.

Setiap pelajaran tidak ada yang menempati otaknya dengan baik selain pelajaran strategi perang dan kegiatan yang dilakukan di luar ruangan. Ia lebih mahir menunggang kuda serta memainkan senjata daripada cara menjabat tangan perempuan saat bertemu. Semua yang diajarkan di dalam ruangan sangat membosankan, apalagi pelajaran yang diajarkan oleh Madam Petrova.

Kepala berambut pirang Alexant tertunduk, mata abu-abunya terpejam selama beberapa detik. Ketika mata itu terbuka, Alexant berbalik dan keluar dari perpustakaan pribadi raja.

Istana memiliki lima buah perpustakaan yang tersebar di empat penjuru istana. Semua perpustakaan bebas dimasuki oleh siapa saja yang tinggal di istana, kecuali sebuah perpustakaan yang terletak di dalam istana.

Perpustakaan itu adalah perpustakaan pribadi milik Raja Henry. Hanya orang-orang tertentu yang bisa memasuki perpustakaan itu, contohnya Madam Petrova. Bukan karena dirinya istimewa sehingga Madam Petrova bisa memasuki perpustakaan pribadi raja, pekerjaannya sebagai guru Alexant lah yang membuatnya bisa masuk ke sana.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • The CROWN (Sang Pewaris Takhta)   Bab 7. Mimpi Tentang Dia

    Alexant sudah biasa melihat pemandangan para pengawal istana yang menundukkan kepala setiap kali ia berjalan melewati mereka, bahkan juga George Bryne, sahabatnya, juga berlaku demikian. Selalu menundukkan kepala dan berbicara dalam bahasa formal setiap kali berbicara padanya. Jujur saja, sebenarnya ia terganggu dengan semua itu. Para pengawal dan prajurit istana itu berusia jauh di atasnya, tetapi sikap mereka terlalu memberi hormat kepadanya. Mungkin itu memang seharusnya, tetapi ia terkadang sedikit merasa tidak nyaman. George juga tidak mau bersikap santai sekalipun mereka hanya berdua, kecuali ia yang memintanya. George adalah pengawal pribadinya. Mereka seusia, sama-sama sepuluh tahun. Namun, George sudah dipercaya untuk menjaganya. Itu merupakan sesuatu yang sangat keren menurutnya. Mereka juga sering berlatih pedang dan senjata lainnya bersama, dalam pengawasan Wallace Bryne, jenderal besar Namira yang juga merupakan Ayah George. Jenderal adalah pelatih bertarungnya. Jender

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-04
  • The CROWN (Sang Pewaris Takhta)   Bab 8. Apa Pernikahan Itu?

    "Kapan kita kembali ke istana, Mama?" Itu adalah pertanyaan kesekian dari Crystal yang didengar Astrid hari ini. Entah sudah berapa kali putri kecilnya menanyakan hal itu. Katanya, dia ingin cepat ke istana lagi agar bisa bertemu dan bermain bersama Alexant. Untuk hari ini, entah sudah berapa kali Crystal menanyakannya. Belum lagi hari-hari belakangan. Mungkin seandainya dihitung, dalam tiga bulan terakhir sejak mereka kembali dari istana sudah lebih dari jutaan kali dia bertanya, sampai rasanya dia bosan menjawabnya. Setiap hari pertanyaan Crystal selalu sama, seolah dia tidak memiliki pertanyaan yang lain. Astrid mengembuskan napas pelan. "Mama tidak tahu, Sayang. Tidak ada undangan dari istana, kita tidak bisa ke sana." Dia tersenyum, tangannya membingkai pipi chubby putrinya yang kemerahan. "Kau pasti tahu, 'kan, tidak sembarang orang bisa memasuki istana. Jika tidak ada undangan atau izin, para penjaga tidak akan membiarkanmu masuk."Wajah mungil Crystal tertunduk. "Tapi, aku

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-05
  • The CROWN (Sang Pewaris Takhta)   Bab 9. Tentang Janji dan Pernikahan

    Lalu, apakah Astrid senang? Apakah dia gembira dengan kenyataan itu? Jawabannya tentu saja tidak. Tidak ada seorang pun Ibu di dunia ini yang ingin menjerumuskan putrinya dalam masalah. Lingkungan istana penuh intrik, orang-orang yang tinggal di dalamnya adalah orang-orang yang berpikiran licik. Semua hanya mementingkan jabatan dan kekuasaan. Menjadi ratu bukanlah hal yang patut dibanggakan. Menjadi ratu di kerajaan yang penuh tipu muslihat sama saja dengan menceburkan diri dalam permasalahan yang tak kunjung usai. Seandainya saja bisa, dia ingin menghentikan hal itu. Sayangnya tidak. Bukannya pernikahan yang batal, malah dirinya yang akan kehilangan kepala. Entah siapa yang memutuskan demikian –perkataan keluarga kerajaan adalah ikrar dan harus terjadi– untuk pertama kali, dia tidak tahu. Yang pasti semua ini sangat merugikan semua pihak, kecuali mereka yang menginginkan kekuasaan. Sudah menjadi rahasia umum jika mendiang Ratu Amora mangkat karena tidak sanggup lagi bertahan mengh

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-06
  • The CROWN (Sang Pewaris Takhta)   Bab 10. Raja Henry dan Skandal Pertama

    "Jangan gunakan kekuatan dari sikumu untuk menyerang, seranganmu tidak akan sempurna!" Teriakan Jenderal Wallace Bryne membuat kedua bocah berusia sepuluh tahun di depannya membenarkan posisi mereka. Sudah beberapa kali mereka mempraktekkan apa yang diajarkan sang jenderal, tetapi ternyata tetap saja salah di matanya yang sudah terlatih. "Gunakan kekuatan pada bahu dan punggung untuk mendorong pedang ke depan!" Jenderal Wallace mendekati Alexant, membenarkan posisi tangan kanannya yang memegang pedang, mengarahkannya ke depan. "Posisi yang benar seperti ini, Yang Mulia," katanya, kemudian berpindah ke samping George yang berada di sebelah kirinya. Jenderal Wallace juga melakukan hal yang sama pada George, membenarkan posisi tubuh George, dan mengarahkan pedangnya ke depan. "Lakukan dengan benar, Anak-anak! Kita sudah mengulangi bagian ini sejak dua hari yang lalu. Apakah kalian tidak merasa malu karena masih saja salah?"Tidak ada yang menjawab. Kedua bocah itu terlalu fokus mende

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-07
  • The CROWN (Sang Pewaris Takhta)   Bab 11. Memohon Kepada Bintang

    Kesehatan Ratu Amora semakin menurun drastis setelah peristiwa itu. Dia bahkan tidak bisa turun dari tempat tidurnya. Semakin hari semakin memburuk sampai akhirnya Ratu Amora dinyatakan meninggal dunia beberapa hari setelah melahirkan putranya. Bukannya berduka dan menyesal, Raja Henry yang sudah naik tahta menggantikan ayahnya sejak lima tahun yang lalu, malah kembali memanggil si pelayan untuk kembali bekerja. Dia memintanya untuk menjadi pengasuh pangeran yang baru berusia satu bulan. Entah memang tidak memiliki rasa malu atau apa, perempuan itu menerimanya dengan syarat diizinkan pulang ke rumahnya setiap satu minggu sekali. Dia dan suaminya baru memperbaiki hubungan mereka. Lagi pula, dia memerlukan banyak istirahat karena kondisinya yang tengah berbadan dua. Si pelayan yang berubah status menjadi pengasuh putra mahkota tengah mengandung anak dari suaminya. Selena Llyod, mengambil cuti selama sebulan karena melahirkan. Setelah itu dia kembali ke istana. Daripada merawat bayi

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-08
  • The CROWN (Sang Pewaris Takhta)   Bab 12. Alexant vs Serangga

    Suasana di pedesaan memang lebih asri dibandingkan di kota. Udaranya sejuk dan masih segar tanpa banyak polusi. Padang rumput dan pohon-pohon besar menghiasi setiap jalan yang dilalui. Pemandangan yang indah dan menyegarkan indra penglihatan. Crystal sudah sejak pagi berada di atas bukit yang terletak di belakang kastil keluarga Mars. Memetik bunga liar yang tumbuh di atas bukit dan menangkap kupu-kupu adalah dua hal yang dilakukannya. Meskipun matahari bersinar cukup terik, dia tak berhenti. Belum ada satu ekor pun kupu-kupu yang berhasil ditangkapnya. Crystal berjalan mengendap-endap, sangat hati-hati. Tangan kanannya memegang jala penangkap serangga, tangan kirinya memegangi gaun yang dipakainya. Dia berusaha agar ujung gaunnya tidak jatuh mengenai rumput yang dilaluinya, tak ingin menimbulkan gerakan berarti yang membuat kupu-kupu buruannya terbang. Seorang anak perempuan seusia dengannya dan seorang bocah laki-laki berlari ingin menghampirinya. Crystal meletakkan jari telunjuk

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-15
  • The CROWN (Sang Pewaris Takhta)   Bab 13. Dua Gadis Kecil yang Berbeda Nasib

    Chloe dan Neil saling pandang sesaat, kemudian kembali menatap Crystal dengan sorot mata penasaran. Apakah yang dimaksud Crystal dengan Alexant adalah putra mahkota kerajaan mereka? Setiap orang tua di Namira selalu memperkenalkan nama pemimpin mereka, juga anggota kerajaan yang lain. Kerajaan Namira hanya memiliki dua orang anggota kerajaan, Raja Henry dan putranya, pangeran Alexant. Sejak sedari bisa menyebutkan kata, para orang tua mengajari anak-anaknya tentang itu sehingga baik Neil maupun Chloe sudah mengetahui jika yang disebut Crystal adalah putra mahkota di kerajaan mereka. Tidak ada orang lain yang menggunakan nama itu selain dirinya. "Alexant?" ulang Niel bertanya. Sepasang alisnya berkerut. "Apakah yang kau maksud adalah Pangeran Alexant?" Crystal mengangguk. "Tentu saja!" jawabnya tanpa menatap. Kepalanya menunduk, memperhatikan rumput tebal yang mereka duduki. "Kau pernah bertemu dengannya?" tanya Chloe tidak percaya. Matanya melebar menatap Crystal. Sekali lagi Cr

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-17
  • The CROWN (Sang Pewaris Takhta)   Bab 14. Beatrice dan Impiannya

    Sebenarnya gadis kecil berambut pirang sepinggang itu tidak terlalu menyukai tomat. Hanya saja neneknya bekerja di perkebunan tomat seorang bangsawan di desa mereka, dan dia membantunya hingga mereka sering makan sup tomat yang dimasak oleh nenek. Sup tomat sangat enak, sangat cocok di lidahnya. Rasanya sangat berbeda dengan tomat segar, lebih manis dan terasa meleleh saat di dalam mulutnya. Awalnya, dia juga kurang menyukai sup tomat. Namun, Nenek tetap menyajikannya sebagai menu makan malam mereka setiap malamnya. Lama-kelamaan, dia terbiasa dan tidak masalah dengan menu sup tomat. Bahkan rasanya akan terasa ada yang kurang jika menu itu tidak terlihat di atas meja makan saat makan malam. Beatrice Llyod sudah terbiasa hidup susah sejak kecil. Sejak berumur satu bulan, dia sudah ditinggalkan Ibu kandungnya, dan tinggal bersama neneknya. Mereka hidup dalam serba kekurangan dalam segala hal. Neneknya sudah tua, tidak bisa bekerja terlalu berat lagi seperti halnya para anak muda. Tid

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-19

Bab terbaru

  • The CROWN (Sang Pewaris Takhta)   Bab 91. Crystal Loire & Crystal Mars

    Kamar tidur Alexant memang sangat luas dan besar. Beberapa lemari untuk pakaian juga buku berjejer rapi di dinding sebelah kanan kamar. Khusus untuk lemari buku yang berjumlah lima buah, diletakkan di sisi atas dekat jendela. Ada satu set sofa juga di sana, satu set di tengah kamar, satu set lagi ada di bagian kiri dekat pintu. Alexant sekarang tengah duduk di belakang jendela, di atas kursi malas yang diletakkan di sana. Sebuah buku berada di atas pangkuannya. Buku itu terbuka, tetapi dalam keadaan tertelungkup untuk menandai halaman yang dibaca. Tatapannya tertuju pada taman khusus yang dibuat untuk mempercantik kamar tidurnya. Taman itu selesai dibangun dua bulan yang lalu sesuai permintaannya. Ia ingin kamar tidurnya terlihat lebih cantik dari sebelumnya. Harus ada kesan feminin seorang gadis agar Crystal betah di sini setelah mereka menikah nanti. Iya, sejak beberapa menit yang lalu, gadisnya selalu mengganggu konsentrasinya. Ia yang ingin membaca buku tentang pelayaran, terpa

  • The CROWN (Sang Pewaris Takhta)   Bab 90. Penyemangat Hidup Beatrice

    "Ayo, bayi Leon, kau harus minum susu dengan banyak biar cepat besar!" Kalimat itu selalu diulangi Beatrice setiap kali bayi Leon yang sekarang sudah berusia lima bulan melepaskan puting susu ibunya, dan tertawa tanpa suara melihat apa saja yang dianggapnya lucu. Bahkan, bayi Leon juga tertawa.melihatnya, padahal dia tak mengajaknya bercanda. Beatrice memicingkan mata, menatap Leon dengan kedua tangan di pinggang. "Kenapa kau tertawa melihatku?" tanyanya dengan alis berkerut tajam. "Aku bukan badut, bayi Leon. Jadi, jangan pernah tertawa saat melihatku!" ketusnya membuang muka. Namun, si kecil Leon justru semakin tergelak, seolah apa yang dikatakan Beatrice adalah sesuatu yang sangat lucu di telinganya, membuat Madeline yang sejak tadi tersenyum ikut tertawa kecil. "Sepertinya Leon mengerti apa yang kau katakan, Beatrice," katanya disela tawa. Bibir mungil Beatrice semakin mengerucut. "Dia tidak mengerti dengan yang kukatakan, Maddie, sebab itu dia mentertawakanku. Seandainya saja

  • The CROWN (Sang Pewaris Takhta)   Bab 89. Bukan Kepribadian Ganda

    Crystal mendengkus kasar mendengar sindiran itu. "Jadi, di sini satu-satunya yang aneh adalah kau sendiri, Lady Mars!" Crystal memutar bola mata jengah. Chloe selalu bersemangat dalam segala hal, termasuk menjelaskan hal yang katanya tidak penting tadi. Benar-benar konyol. Sebenarnya dia ingin tertawa, hanya saja ditahannya karena kata-kata Chloe tidak sekonyol apa yang sering keluar dari mulut Neil. "Aku tidak merasa melakukan hal yang aneh." Crystal membantah tuduhan Chloe. Dia mengedikkan bahunya tak acuh. "Jika aku tersenyum, itu karena aku sedang mengingat pertemuanku dengan Alexant." Senyum mengembang di bibir mungil merah alami milik Crystal. Chloe mengerutkan alisnya. "Benarkah?" tanyanya ragu. Baiklah, senyum Crystal bukan jenis senyum aneh dan tak terbaca seperti saat dia akan berangkat ke medan perang, senyumnya tadi sangat manis. Hanya saja, dia tetap curiga karena Crystal baru saja kembali dari Alastoire. Sama seperti dirinya yang tak pernah berbohong pada Cry

  • The CROWN (Sang Pewaris Takhta)   Bab 88. Antara Papa dan Alexant

    Kata pertama yang keluar dari bibir bayi Crystal adalah Papa. Mungkin karena mereka hanya berdua saja di kastil bagian timur istana sehingga kata itu yang pertama kali bisa diucapkannya. Namun, tak pelak Lance sangat bahagia mendengarnya. Putri kecilnya yang baru berusia sembilan bulan selalu berceloteh dengan bahasa bayinya setiap saat. Dari celotehannya itu, yang dapat ditangkap oleh indra pendengarannya yang tajam hanyalah kata Papa. Seiring berjalannya waktu, semakin banyak kosakata yang bisa diucapkan Crystal, tetapi tetap saja dia selalu mengawali ataupun mengakhiri kalimatnya dengan kata itu. Saat perpisahan pertama mereka pun, kata itu yang diucapkannya. Aku menyayangi Papa.Kata-kata itu selalu terngiang di telinga Lance, bahkan sampai saat ini. Tiga kata itu yang dapat mencairkan es di dalam hatinya. Tiga kata itu juga yang dapat meruntuhkan dinding baja di hatinya. Sekuat dan sekeras apa pun ia berusaha bertahan, mereka pasti bisa menembusnya. Air matanya selalu jatuh set

  • The CROWN (Sang Pewaris Takhta)   Bab 87. Melelehkan Hati Yang Beku

    Gerbang istana yang biasanya tertutup, kali ini terbuka. Hanya satu hari dalam setahun, setiap hari ulang tahun Charlotte Mars, istri raja Alastoire yang meninggal kala melahirkan putri mereka. Berbeda dengan memperingati hari wafatnya, istana tidak akan mengadakan kegiatan apa-apa. Lance akan mengurung diri selama nyaris satu minggu karena berduka. Ia tidak akan membahas mengenai masalah politik, apalagi peperangan. Memperingati hari meninggalnya Charlotte, Lance hanya berdiam diri di kamar yang dulu ditempati Charlotte dan dirinya saat mereka baru menikah –saat itu Charlotte mengandung putri mereka. Hanya Emerald yang diperbolehkan masuk untuk mengantarkannya makanan setiap jam makan tiba. Selama satu minggu itu, tidak ada yang dapat melihat, apalagi mengganggu Lance. Hanya Emerald, atau putrinya jika gadis itu berada di Alastoire, sedangkan yang lain tidak bisa karena Lance tidak akan membukakan pintu untuk mereka. Selama satu minggu itu juga, istana seolah tanpa raja mereka. L

  • The CROWN (Sang Pewaris Takhta)   Bab 86. Dan, Salju pun Mencair

    "Kau tak ingin mengatakan apa pun pada mamamu?" Suara Lance memecahkan keheningan yang tercipta sejak beberapa menit yang lalu. Ini adalah hari ulang tahun Charlotte yang kedua puluh sembilan, sengaja ia mengajak putrinya mengunjungi makam perempuan kecintaannya, sekedar melepaskan rindu kepadanya. Seperti setiap tahun ini mereka melakukannya. Itulah sebabnya, ia mengirimkan kode yang hanya dimengerti oleh orang-orang tertentu, seminggu yang lalu. Ia tidak ingin putrinya lupa hari ulang tahun ibunya. "Ini adalah hari ulang tahunnya."Beberapa detik tak terdengar suara apa pun sebagai sahutan. Bahkan suara napas maupun detak jantung pun tak terdengar. Dua orang yang berada di dalam ruangan dengan diameter sepuluh meter itu terlalu pandai menyembunyikan helaan napas dan detak jantung mereka. Lance mengerang dalam hati, putrinya adalah cerminan dari dirinya. "Aku sudah berdoa di dalam hati." Suara dingin seorang gadis muda menyapa gendang telinga Lance. Ia berdecak, tak bisakah putr

  • The CROWN (Sang Pewaris Takhta)   Bab 85. Alastoire & Putri Mahkota

    Pipi seputih porselen Crystal merona. Dia mengingat apa yang dikatakan Papa saat makan malam tadi. Seorang utusan dari istana kembali mendatangi Rainbow Hill untuk memastikan jika Papa benar-benar menerima lamaran dari pihak istana. Di depannya, saat mereka makan malam bersama tadi, Papa kembali menegaskan persetujuannya atas rencana pernikahannya dengan Alexant. Restu Papa baginya saat ini adalah yang utama karena Mama mengatakan terserah pada Papa. Meskipun dulu Mama juga sangat keras menentangnya, seiring berjalannya waktu sikap Mama menjadi lebih lembut. Lagi pula, siapa yang dapat membantah perkataan kepala keluarga? Baru empat bulan, tetapi rasanya sudah sangat lama, seperti empat tahun saja. Bisakah waktu berjalan lebih cepat seperti saat Alexant berada di sisinya? Senyum yang tadi terkembang, sekarang hilang. Dia ingin bertemu lagi dengan Alexant, bertemu dengannya seperti saat mereka bertemu beberapa bulan yang lalu. Crystal menurunkan kaki dari atas tempat tidur, melangk

  • The CROWN (Sang Pewaris Takhta)   Bab 84. Cinta Ini

    Perubahan wajah Beatrice membuat Madeline semakin merasa kurang nyaman. Meskipun bukan dirinya yang memulai topik pembicaraan ini, tetapi tetap saja dia merasa bersalah. Dia sudah tahu mengenai Beatrice, Imelda yang menceritakannya. Rasanya tak percaya ada seorang Ibu yang tega memperlalukan anaknya seperti itu. Meskipun lahir tanpa didasari cinta, bayi yang sudah lahir ke dunia itu tidak bersalah. Lagi pula, Beatrice ada bukan karena ibunya mengalami perkosaan, Beatrice lahir dari hasil perkawinan yang sah. Tidak sepantasnya ibunya bersikap menolak kehadirannya, apalagi sampai berkata tidak menginginkannya. Itu sudah sangat keterlaluan. Namun, di balik semua itu, Madeline merasa dia tak berhak untuk menghakimi Ibu Beatrice sedemikian rupa. Meskipun sikapnya tidak bisa dibenarkan, tapi dia pasti memiliki alasan melakukan semua itu. Madeline tersenyum manis hanya untuk menenangkan Beatrice. Tangannya meraih tangan Beatrice yang berada si pangkuannya, menggenggamnya hangat, berusaha

  • The CROWN (Sang Pewaris Takhta)   Bab 83. Leon

    Suasana gunung Bond tak lagi sepi seperti hari-hari sebelumnya. Sejak kemarin sore, suara tangisan bayi sudah terdengar sebanyak beberapa kali. Tak ada yang memprotes bayi Leon menangis sekencang apa pun, mereka malah tertawa melihatnya. Seperti tadi pagi saat Bibi Fasha menggendongnya di bawah sinar hangat matahari pagi, bayi Leon menangis karena lapar dan haus, mungkin juga karena kepanasan. Sebenarnya, Beatrice sangat ingin membawanya kembali masuk ke dalam rumah, hanya saja dia masih belum berani menggendongnya, meminta untuk menggendong saja dia tidak berani, apalagi merebutnya dari gendongan Bibi Fasha secara paksa. Dia tak ingin tubuh mungil bayi Leon patah menjadi dua. Sore ini juga seperti tadi pagi. Bibi Fasha memang tidak menjemurnya di bawah sinar matahari, dia hanya memandikannya saja, itu pun bayi Leon menangis. Sepertinya dia tak suka air, atau tidak suka pada hawa dingin, seperti kucing saja. Namun, justru itu yang membuatnya terlihat sangat lucu dan menggemaskan. S

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status