“Siap, aku akan memberikan harga khusus untuk Alisa,” jawab Renata dengan wajah yang berbinar.“Tidak boleh. Berikan saja harga seperti biasanya, aku tidak mau merugikan usaha kamu,” ucap Darren melarang Renata memberikan dia harga khusus.Darren tidak mau diperlakukan dengan istimewa. Hubungan mereka tidak boleh dicampur adukkan dalam bisnis. Walaupun mereka memiliki hubungan yang dekat, masalah bisnis tetap bisnis.“Kamu dia aja, gak perlu ikut campur. Ini masalah wanita, lebih baik kamu tidur saja!” ujar Renata.Darren hanya tersenyum, dia merasa senang karena saat ini Renata tidak lagi merasa canggung kepadanya. Renata sudah lebih rileks dan tidak lagi tampak menjaga imagenya di depan Darren.“Satu lagi, besok kamu bisa ajak Alisa ke salon? Soalnya aku gak tahu salon terbaik dimana, dan aku juga banyak pekerjaan di kantor yang harus aku selesaikan,” ujar Darren kemudian saat Renata dan Alisa akan keluar dan menuju ke butik di lantai bawah.Renata menghentikan langkah kakinya dan m
"Bagaimana ini?" tanya Alisa.Saat ini mereka tidak bisa lagi menghindar, karena Amina dan Hailey sudah melihat kedatangan mereka.Bahkan mata Hailey melotot tajam saat melihat Alisa yang duduk di sebelah Darren."Tenang, biar aku yang menghadapinya," ujar Darren menenangkan Alisa yang saat ini mau turun dari mobil dengan tangan yang gemetaran.Alisa hanya mengangguk pasrah, dia percaya dengan Darren yang pastinya paling bisa menghadapi mamanya. Darren dan Alisa turun dari mobil dengan santai, bahkan Darren menyunggingkan senyumannya.Ternyata Amina mengirimkan pesan kalau di rumah mereka saat ini ada Hailey yang memaksa masuk dan membuat keributan kalau tidak diizinkan masuk, demi tidak mengganggu tetangga akhirnya Amina tidak ada pilihan lain selain menyuruhnya masuk.Namun, Darren tidak membaca pesan yang masuk ke ponselnya. Sehingga tidak tahu kalau ada pesan dari ibunya."Alisa? Mengapa kau disini? Kau bilang bekerja di suatu tempat?" tanya Hailey dengan suara yang cukup keras.
“Apa ini?” tanya Hailey menatap selembar kertas yang disodorkan oleh Darren.“Silakan baca sendiri!” jawab Darren.Sebenarnya dalam hati Darren merasa bersalah bersikap sedikit tidak sopan kepada Hailey, namun Darren juga tidak bisa melakukan apapun. Karena dia tahu, orang seperti Hailey tidak bisa diperlakukan dengan baik-baik.Sudah terlihat contohnya, awalnya Darren memperlakukan Hailey dengan sangat hormat karena walaupun membencinya, Darren tetap menghargai Hailey yang menjadi ibu tirinya. Tapi, Hailey memanfaatkan kebaikan Darren.Hailey tampak membaca surat yang diberikan oleh Darren. yang ternyata itu adalah surat perjanjian kalau Hailey menyerahkan Alisa kepada Darren dan tidak akan mengganggu kehidupan Darren dan Alisa. Jika, Hailey mengingkari janji tersebut maka Darren akan melaporkan Hailey kepada polisi.“Hahaha, kau seperti anak kecil. Semuanya menggunakan surat yang bermaterai seperti ini,” hina Hailey sambil meletakkan kembali surat itu diatas meja.Hailey tampak tida
“Berikan dia kepercayaan. Kita tidak tahu dengan manusia, siapa tahu dengan uang ini beliau akan berubah,” ujar Darren mengingatkan Alisa.Alisa hanya bisa mengangguk, walaupun dalam hatinya masih meragukan mamanya. Namun, dia tetap menuruti apa yang diinginkan oleh Darren.“Mulailah terbiasa dengan rumah ini, dan jangan sungkan,” lanjut Darren kepada sang adik.Darren yakin kalau Alisa pasti merasakan canggung dan belum terbiasa dengan rumah yang menjadi tempat tinggalnya selama ini.“Jadi, apa rencana untuk Alisa?” tanya Amina kemudian.Sebelum menjawab pertanyaan Amina, Darren memberikan kertas hasil dari rumah sakit itu kepada Amina, agar ibunya membaca yang tertulis disana. Karena Darren masih merasa sesak kalau mengingat perselingkuhan papanya dengan Hailey.“Sebenarnya tanpa melihat hasil ini saja ibu sudah yakin kalau dia memang putri dari papa kamu. Sebab, wajahnya sangat mirip dengan beliau. Aku cukup familiar, karena setiap bulan Pak Rudi selalu datang ke panti asuhan. Tapi
“Lihatlah dia di wawancara!” teriak Alisa menunjuk ke arah layar datar yang besar tersebut.Saat ini mereka saling terdiam dan memperhatikan ke layar kaca, melihat Nana yang sedang menjawab beberapa pertanyaan para wartawan.“Aku tidak tahu siapa wanita itu, tapi seperti yang bisa kita lihat kalau mereka baru saja berbelanja. Dan aku rasa itu adalah pacar barunya,” jawan Nana dengan wajah yang di buat bersedih.“Bagaimana dengan hubungan kalian?” tanya salah satu wartawan itu.“Tanyakan sendiri kepadanya, aku takut salah jawab. Karena takutnya dia menyangkal seperti waktu itu, au sih maklum ya kalau dia seperti itu. Sebab, dia bukan dari kalangan entertainment,” jawab Nana.Darren tampak menyugar kasar rambutnya mendengar jawaban yang diberikan oleh Nana kepada para awak media. Dan dari jawaban yang diberikan oleh Nana itu sepertinya sengaja untuk menjatuhkan Darren.Padahal selama ini mereka tidak pernah memiliki hubungan apapun, dan mengapa tiba-tiba Nana memberikan jawaban yang men
Para wartawan itu tampak saling pandang, karena jelas bukan itu tujuan mereka datang kemari."Tapi, kami dari akun gosip," ujar salah satu wartawan itu protes.Karena jelas, mereka dari akun gosip yang akan meliput berita tentang selebritis bukan tentang bisnis."Saya bukan selebriti, jadi untuk apa kalian menggosipkan saya? Jadi, yang bisa saya jawab disini seputar Davano Corp.," jawab Darren santai."Silakan mulai pertanyaan kalian," lanjut Darren sambil menyunggingkan senyumannya.Dan dari para wartawan yang datang, ada beberapa yang akhirnya memilih untuk menurunkan kameranya."Mohon maaf ini bukan tugas kami."Ujar beberapa wartawan yang memilih untuk pergi dari ruangan itu."Tidak masalah. Yang merasa ini bukan tugasnya silakan pergi," jawab Darren dengan santai.Hingga akhirnya hanya tersisa beberapa orang saja yang masih bertahan di ruangan itu. "Kalian bertahan? Apa yang mau kalian tanyakan?"Darren mempersilakan para wartawan yang masih tersisa untuk bertanya, tapi seperti p
Darren hanya menggelengkan kepalanya saat membaca pesan dari Amina tersebut. Memang akhir-akhir ini Noah cukup sering mogok makan. Mungkin karena sudah bertambahnya usia, sehingga Noah pastinya suka mencoba makanan yang baru."Ada-ada aja. Tapi, dia ini menjadi penyalur semangat tersendiri," ujar Darren yang kemudian menekan gambar gagang telepon berwarna hijau.Begitu pedulinya Darren kepada Noah, bahkan tidak peduli seberapa sibuknya, dia akan tetap memberikan perhatian kepada Noah."Kenapa dia gak mau makan?" tanya Darren kepada Amina setelah telepon tersebut tersambung."Dia maunya makan es cream mulu," jawab Amina."Aduh… mana bisa seperti itu," kekeh Darren yang meminta Amina untuk memberikan ponselnya kepada Noah. Darren akan melihat sendiri wajah anaknya itu yang saat ini sudah mulai bisa pilih-pilih makanan."Papa! Es cream," ujar Noah setelah beberapa saat kemudian. Dia begitu antusias saat tahu kalau Darren yang menelepon. Walaupun kamera yang dia pegang arahnya tidak jelas
"Hah? Benarkah?" tanya Gia tidak percaya. Bahkan Gia sampai menutup mulutnya, saking syoknya mendengar apa yang baru saja dia dengar.Baginya ini benar-benar kejutan yang tidak pernah di duganya. Karena Gia juga pastinya tahu seperti apa kasus antara Rudi Zervano dan Martano, sedikit banyaknya Gia juga bahkan tahu apa sebenarnya yang terjadi, dan itu adalah ulah Martano.Apalagi Daze Company itu diambil alih oleh Martano yang kemudian diubah namanya. Dan Buston mengambil alih harta-harta Rudi yang lainnya. Kejadian waktu itu memang seperti sebuah perampokan, tapi dengan cara yang sangat halus dan penuh dramatisir."Makanya kalau ngomong itu di jaga, jangan asal ceplos! Kau mau dia dengan mudahnya menyelidiki ku?" tanya Martano kesal dengan sorot mata yang masih sangat tajam melihat ke arah sang istri."Gak, aku benar-benar tidak mendengarnya sampai akhir. Aku terlalu terkejut saat mengetahui dia orang kaya, dan aku merasa membuang emas. Tapi, kalau seperti itu kejadiannya, aku juga ti