“Apa ini?” tanya Hailey menatap selembar kertas yang disodorkan oleh Darren.“Silakan baca sendiri!” jawab Darren.Sebenarnya dalam hati Darren merasa bersalah bersikap sedikit tidak sopan kepada Hailey, namun Darren juga tidak bisa melakukan apapun. Karena dia tahu, orang seperti Hailey tidak bisa diperlakukan dengan baik-baik.Sudah terlihat contohnya, awalnya Darren memperlakukan Hailey dengan sangat hormat karena walaupun membencinya, Darren tetap menghargai Hailey yang menjadi ibu tirinya. Tapi, Hailey memanfaatkan kebaikan Darren.Hailey tampak membaca surat yang diberikan oleh Darren. yang ternyata itu adalah surat perjanjian kalau Hailey menyerahkan Alisa kepada Darren dan tidak akan mengganggu kehidupan Darren dan Alisa. Jika, Hailey mengingkari janji tersebut maka Darren akan melaporkan Hailey kepada polisi.“Hahaha, kau seperti anak kecil. Semuanya menggunakan surat yang bermaterai seperti ini,” hina Hailey sambil meletakkan kembali surat itu diatas meja.Hailey tampak tida
“Berikan dia kepercayaan. Kita tidak tahu dengan manusia, siapa tahu dengan uang ini beliau akan berubah,” ujar Darren mengingatkan Alisa.Alisa hanya bisa mengangguk, walaupun dalam hatinya masih meragukan mamanya. Namun, dia tetap menuruti apa yang diinginkan oleh Darren.“Mulailah terbiasa dengan rumah ini, dan jangan sungkan,” lanjut Darren kepada sang adik.Darren yakin kalau Alisa pasti merasakan canggung dan belum terbiasa dengan rumah yang menjadi tempat tinggalnya selama ini.“Jadi, apa rencana untuk Alisa?” tanya Amina kemudian.Sebelum menjawab pertanyaan Amina, Darren memberikan kertas hasil dari rumah sakit itu kepada Amina, agar ibunya membaca yang tertulis disana. Karena Darren masih merasa sesak kalau mengingat perselingkuhan papanya dengan Hailey.“Sebenarnya tanpa melihat hasil ini saja ibu sudah yakin kalau dia memang putri dari papa kamu. Sebab, wajahnya sangat mirip dengan beliau. Aku cukup familiar, karena setiap bulan Pak Rudi selalu datang ke panti asuhan. Tapi
“Lihatlah dia di wawancara!” teriak Alisa menunjuk ke arah layar datar yang besar tersebut.Saat ini mereka saling terdiam dan memperhatikan ke layar kaca, melihat Nana yang sedang menjawab beberapa pertanyaan para wartawan.“Aku tidak tahu siapa wanita itu, tapi seperti yang bisa kita lihat kalau mereka baru saja berbelanja. Dan aku rasa itu adalah pacar barunya,” jawan Nana dengan wajah yang di buat bersedih.“Bagaimana dengan hubungan kalian?” tanya salah satu wartawan itu.“Tanyakan sendiri kepadanya, aku takut salah jawab. Karena takutnya dia menyangkal seperti waktu itu, au sih maklum ya kalau dia seperti itu. Sebab, dia bukan dari kalangan entertainment,” jawab Nana.Darren tampak menyugar kasar rambutnya mendengar jawaban yang diberikan oleh Nana kepada para awak media. Dan dari jawaban yang diberikan oleh Nana itu sepertinya sengaja untuk menjatuhkan Darren.Padahal selama ini mereka tidak pernah memiliki hubungan apapun, dan mengapa tiba-tiba Nana memberikan jawaban yang men
Para wartawan itu tampak saling pandang, karena jelas bukan itu tujuan mereka datang kemari."Tapi, kami dari akun gosip," ujar salah satu wartawan itu protes.Karena jelas, mereka dari akun gosip yang akan meliput berita tentang selebritis bukan tentang bisnis."Saya bukan selebriti, jadi untuk apa kalian menggosipkan saya? Jadi, yang bisa saya jawab disini seputar Davano Corp.," jawab Darren santai."Silakan mulai pertanyaan kalian," lanjut Darren sambil menyunggingkan senyumannya.Dan dari para wartawan yang datang, ada beberapa yang akhirnya memilih untuk menurunkan kameranya."Mohon maaf ini bukan tugas kami."Ujar beberapa wartawan yang memilih untuk pergi dari ruangan itu."Tidak masalah. Yang merasa ini bukan tugasnya silakan pergi," jawab Darren dengan santai.Hingga akhirnya hanya tersisa beberapa orang saja yang masih bertahan di ruangan itu. "Kalian bertahan? Apa yang mau kalian tanyakan?"Darren mempersilakan para wartawan yang masih tersisa untuk bertanya, tapi seperti p
Darren hanya menggelengkan kepalanya saat membaca pesan dari Amina tersebut. Memang akhir-akhir ini Noah cukup sering mogok makan. Mungkin karena sudah bertambahnya usia, sehingga Noah pastinya suka mencoba makanan yang baru."Ada-ada aja. Tapi, dia ini menjadi penyalur semangat tersendiri," ujar Darren yang kemudian menekan gambar gagang telepon berwarna hijau.Begitu pedulinya Darren kepada Noah, bahkan tidak peduli seberapa sibuknya, dia akan tetap memberikan perhatian kepada Noah."Kenapa dia gak mau makan?" tanya Darren kepada Amina setelah telepon tersebut tersambung."Dia maunya makan es cream mulu," jawab Amina."Aduh… mana bisa seperti itu," kekeh Darren yang meminta Amina untuk memberikan ponselnya kepada Noah. Darren akan melihat sendiri wajah anaknya itu yang saat ini sudah mulai bisa pilih-pilih makanan."Papa! Es cream," ujar Noah setelah beberapa saat kemudian. Dia begitu antusias saat tahu kalau Darren yang menelepon. Walaupun kamera yang dia pegang arahnya tidak jelas
"Hah? Benarkah?" tanya Gia tidak percaya. Bahkan Gia sampai menutup mulutnya, saking syoknya mendengar apa yang baru saja dia dengar.Baginya ini benar-benar kejutan yang tidak pernah di duganya. Karena Gia juga pastinya tahu seperti apa kasus antara Rudi Zervano dan Martano, sedikit banyaknya Gia juga bahkan tahu apa sebenarnya yang terjadi, dan itu adalah ulah Martano.Apalagi Daze Company itu diambil alih oleh Martano yang kemudian diubah namanya. Dan Buston mengambil alih harta-harta Rudi yang lainnya. Kejadian waktu itu memang seperti sebuah perampokan, tapi dengan cara yang sangat halus dan penuh dramatisir."Makanya kalau ngomong itu di jaga, jangan asal ceplos! Kau mau dia dengan mudahnya menyelidiki ku?" tanya Martano kesal dengan sorot mata yang masih sangat tajam melihat ke arah sang istri."Gak, aku benar-benar tidak mendengarnya sampai akhir. Aku terlalu terkejut saat mengetahui dia orang kaya, dan aku merasa membuang emas. Tapi, kalau seperti itu kejadiannya, aku juga ti
“Tidak, Pak. Aku tidak pernah membohongi pak Buston,” jawab Martano dengan sangat cepat saking takutnya.Bahkan suaranya terdengar bergetar, karena mungkin dia tahu kalau saat ini Buston juga sedang emosi saat melihat berita yang tersebar. Dan wajar kalau Buston menganggap Martano berbohong, sebab selama ini Martano adalah orang yang cukup dekat dengan Darren. Dan juga Buston pernah mengklarifikasi secara langsung dan saat itu Martano menyangkalnya.“Namun, apa yang terjadi saat ini? Kau lihat, dia bahkan dengan santainya menyebut Daze Company. Itu terang-terangan kalau dia mengakui kalau dia adalah anaknya Rudi. Dan sejak awal saat aku mencurigainya, kau dengan tegas mengatakan dia bukan anak Rudi. Atau kau memang sudah mengetahuinya?” tanya Buston yang sejak tadi tidak memberikan waktu kepada Martano untuk membela diri.Martano tidak berani menyela perkataan Buston, karena dia begitu takut.“Aku juga baru tahu saat melihat berita ini, Pak. Aku juga sangat terkejut,” jawab Martano pa
Di kediaman Darren, saat ini Darren beserta ibu, adik dan juga anaknya sedang menikmati sarapan pagi dengan santai.“Aku berencana membeli rumah di pusat kota, dan kita akan pindah kesana? Apakah kalian setuju?” tanya Darren membuka pembicaraan sembari menikmati sarapan paginya yang berupa nasi goreng dilengkapi dengan telur rebus yang tampak begitu menggugah selera.Amina menghentikan suapan nasi ke mulutnya, dia menatap Darren dengan tatapan penuh dengan tanda tanya. “Ada apa? Memangnya rumah ini ada masalah?”Amina memberonding Darren dengan pertanyaan, sebab dia sudah merasa nyaman tinggal di rumah itu yang tidak terlalu ramai dan juga tidak sepi. Dan yang pasti udara yang masih sangat alami. Dan sekarang Darren mau mengajak mereka pindah, pastinya ada alasan yang harus diketahui.“Gak ada masalah sih, aku pikir mungkin kita terlalu jauh kalau mau ke kota dan jalan-jalan,” jawab Darren.“Yakin gak ada alasan lain?” tanya Amina menyelidik.Sementara itu, Alisa tampak asyik membantu