Author POV
Kalau kalian penasaran dengan alasan mengapa Sehun gemar membuat Resya sengsara. Alasannya satu, karena Resya menolak cintanya.
Di balik kekejaman Sehun, ada luka yang membusuk didalam hati cowok itu. Luka yang di torehkan oleh orang terkasih nya. Sehun meminta dengan baik hati Resya, namun cewek itu menolaknya mentah - mentah, jadi jangan salahkan Sehun jika mengambil segala yang ada di diri Resya dengan segala cara.
Sehun kira rasa cintanya ke Resya akan memudar jika ia sudah menyicipi tubuh cewek itu. Tapi ternyata, rasa itu semakin nyata dan tumbuh. Sehun terobsesi dengan segala yang Resya miliki.
Sehun bahkan sudah memaksa Resya untuk menjadi pacarnya hingga dua kali, dengan di iming - iming jika Resya mau menjadi pacarnya maka warga sekolah tidak ada lagi yang berani membully Resya, --padahal mereka semua membully Resya karena ulah Sehun.
Tapi pernyataan cinta Sehun yang kedua kali berakhir sama, di tolak. Ya, tidak ada cara lain, semakin Sehun di tolak, maka semakin besar tekad cowok itu untuk memiliki Resya seutuhnya. Apapun caranya.
Tak masalah jika Resya tidak mau jadi pacarnya, yang terpenting cewek itu sudah berhasil Sehun taklukan. Dengan kekuasaan yang Sehun miliki, apapun yang ia inginkan akan terasa mudah di dapatkan.
Tidak ada yang pernah membuat Sehun hingga segila ini. Mendengar hembusan nafas Resya saja dunia gelap Sehun seakan datang cahaya.
Sebastian Hunegara adalah orang yang tampan.
Sebastian Hunegara adalah orang yang tajir.Sebastian Hunegara adalah pewaris tunggal keluarga kaya raya.Dan masih banyak kelebihan yang Sehun miliki. Coba sebutkan kekurangan apa yang Sehun miliki hingga Resya berani menolak cintanya?
* * *
"Ibuku tadi telpon, beliau minta aku untuk pulang kerumah." ujar Resya yang baru saja selesai dengan pekerjaan yang Sehun perintahkan. Rambut cewek manis itu lepek, keringatnya membanjiri leher dan dahi mulusnya.
Sehun yang mendengar suara memohon Resya berdecak, "Ribet banget sih Ibu lo, untung gue kaga punya ibu." balas Sehun ketus.
"Astaghfirullahalazim, kamu ini berdosa banget." ujar Resya sembari menutup mulutnya kaget. Meskipun Resya sudah biasa mendengar Sehun membangga - banggakan dirinya karena tidak memiliki ibu, tapi tetap saja Resya tidak mengira bahwa Sehun akan menjawab dengan jawaban seperti itu.
"Udah sana balik, tapi naik angkot ya. Supir gue udah pulang." kata Sehun menampilkan seringai liciknya.
"Aku gak bawa uang buat naik angkot."
"Yaudah tinggal jalan kaki, ribet amat. Gak usah ngarep gue mau nganter lo, gue sibuk." ketus Sehun membuat Resya menunduk pasrah.
Resya menghela nafas berat, merutuki kecerobohan nya karena tidak sempat mengantongi uang sepersen untuk berjaga - jaga.
"Ya sudah, aku pamit." ujar Resya kemudian beranjak keluar dari rumah Sehun.
Resya menatap langit yang sudah mendung, lalu pandangannya kembali menatap lurus kedepan, memandangi jalan raya yang sedang renggang. Resya memilih istirahat sebentar di halte bus karena kakinya berdenyut nyeri. Resya sudah hampir sampai di rumahnya, cewek berambut panjang itu benar - benar jalan kaki dari rumah Sehun. Setelah seharian tulangnya di buat remuk karena habis mengepel lantai rumah tingkat tiga milik Sehun, kini Resya kembali menyiksa dirinya lagi.
"Hujan." gumam Resya melihat rintik air hujan yang turun membasahi bumi. Senyum Resya terbentang lebar, Resya menyukai hawa dingin ketika hujan, karena itu akan membuat sedikit perasaan nya membaik.
Resya melangkah ke trotoar jalan, membiarkan tubuhnya di basahi air yang turun dari langit itu. Dengan langkah kecil Resya kembali melanjutkan perjalanan nya menuju rumah, tidak memperdulikan pakaian dan rambutnya yang sudah basah kuyup.
Tubuh Resya tiba - tiba tersentak kebelakang, matanya terbelalak kaget saat dirinya jatuh di pelukan Sehun. Laki - laki tanpa ekspresi yang kini melindungi Resya dari air hujan menggunakan payung di tangannya. Resya yang tersadar spontan menegakkan tubuhnya, melangkah mundur menjauh dari Sehun.
"Kamu ngapain di sini?" tanya Resya menatap Sehun bingung. Karena seingat Resya, tadi Sehun bilang bahwa dirinya sibuk hingga tidak bisa mengantarnya.
Sehun berdecak, kembali menarik tubuh Resya secara kasar, "Hujan bego, muka lo tambah jelek kalo kedinginan. Udah kayak tikus got kecebur kali." sarkas Sehun melenceng dari pertanyaan yang Resya ajukan.
Dua insan itu terdiam di bawah satu payung yang sama. Sampai akhirnya Sehun menyeret kasar Resya untuk masuk kedalam mobilnya yang terparkir di tepi jalan.
"Nanti mobil kamu basah." kata Resya mencoba untuk keluar dari mobil Sehun.
Sehun yang melihat itu berdecak, mendorong tubuh Resya hingga mentok ke badan kursi, kemudian menguci tubuh kurus cewek itu dengan seatbelt.
"Banyak bacot lo." ketus Sehun kemudian menginjak pedal gas mobilnya.
"Lo beneran bego ya? Kok mau - maunya sih gue suruh jalan kaki." ujar Sehun sedikit nyolot. Aneh, padahal kan yang capek Resya, kok jadi dia yang marah.
Resya menunduk, mencibir samar, "Kan perintah. Kata kamu kalau perintah gak boleh di bantah." jawab Resya dengan polosnya.
Kepala Sehun menoleh sekilas kearah Resya, bibir cowok itu memaki habis - habisnya kebodohan Resya. Tapi setelah itu Sehun langsung menepikan mobilnya, mengambil selimut tebal yang berada di kursi penumpang belakang. Kemudian Sehun lempar secara kasar kewajah Resya.
"Di pake, jangan di buang." ketus Sehun.
"Iya aku tau." jawab Resya seraya membungkus tubuh mungilnya dengan selimut yang Sehun berikan.
"Ya kan biasanya lo bego." celetuk Sehun kembali melajukan mobilnya.
"Siapa bilang aku bego? Dari SD sampai SMP aku selalu ranking satu!" balas Resya tak terima.
Sehun yang fokus menyetir menoleh barang sedetik ke Resya, cowok itu menyembunyikan senyum kecilnya yang timbul karena tak tahan melihat wajah kesal Resya.
"Tapi sejak masuk SMA lo jadi bego kan?"
Resya mengangguk, bibirnya mempout menambah kesan keimutan cewek itu. "Itu karena lembar jawaban ulangan ku tukeran sama Arina. Makanya Arina selalu jadi ranking satu di kelas." lirik Resya.
"Ya itu bego namanya! Lo bego karena mau aja tukeran lembar jawaban sama Arina." sentak Sehun yang kesal sendiri.
"Itu gara - gara kamu, Sehun!" teriak Resya tiba - tiba. "Coba aja kamu gak kasih tau warga sekolah kalau Ayah aku preman pasar dan ibu aku pembantu, mereka gak akan memperlakukan aku kayak gini!" ujar Resya yang tiba - tiba emosinya memuncak, cewek itu menatap Sehun dengan tatapan tajam.
Sehun yang melihat itu mencoba tenang, namun perlahan laju mobilnya semakin mencepat, kedua tangan Sehun menggenggam setir mobilnya dengan erat, menahan kekesalannya.
Resya menunduk, menyeka air matanya yang jatuh. "Turunin aku, Sehun." lirih Resya menahan isaknya. Selimut yang tadi membungkus tubuh cewek itu bahkan sudah Resya taruh kembali di tempat semula.
Sehun menulinya pendengarannya, ia tetap menginjak pedal gas mobilnya.
"Turunin aku..." kata Resya semakin melirih, bahkan kini cewek itu tidak dapat menahan tangisan nya lagi.
Sehun menghela nafas panjang, menepikan mobilnya di pinggir jalan. Dengan cepat Resya keluar dari mobil Sehun, cewek itu berlari kecil menembus hujan yang masih mengguyur jalanan ibu kota.
Bukannya langsung putar balik arah mobilnya, kedua mata Sehun malah terfokus mengintai Resya, kakinya kembali menginjak pedal gas secara perlahan. Tanpa sadar mobil Sehun terus mengikuti Resya hingga cewek itu masuk kedalam rumahnya.
Iblis: tmpt biasa, skrng! Tidak ada hari tanpa perintah dari Sehun. Yah, kebebasan dari Sehun adalah kemustahilan bagiku. Aku yang baru saja membuka kotak bekal harus menghela nafas panjang, dengan tak rela memasukan kembali kotak bekal ku kedalam tas, padahal aku belum memakan nasi goreng buatan ibuku sesuap pun. DRT!!! Layar hapeku kembali menyala, gerakan ku semakin mencepat setelah membaca chat masuk dari Sehun melalui pop - up. Iblis: lelet lo pungIblis: klo nafsu makan gue ilang, lo yg gue makanLangkahku ki
Langkah ku terseok menyusuri lorong sekolah pagi ini, injakan kaki Sehun membuat pergelangan kakiku membiru dan lebam, akibatnya sebelah kakiku menjadi pincang. Aku berjalan menunduk, mencoba menghindari tatapan intimidasi dari murid lain. Jariku menekan tombol volume pada hape, meninggikan volume musikku yang sedang mengalun, hari ini aku sengaja ke sekolah pakai earphone supaya aku tidak dapat mendengar celaan yang mereka berikan. Dari semalam akun sosmed ku sudah penuh dengan caci maki, mereka sudah mendengar kabar kehamilan ku, maka dari itu aku tahu akan banyak rintangan besar yang ku lewati hari ini.Aku menghela nafas lega, sedikit lagi langkah ku sampai di depan kelas. Namun, baru saja aku melangkah masuk ke dalam kelas, rambutku langsung di jambak hingga tubuhku oleng dan membentur meja."DASAR PELACUR!""GAK TAU DIRI!""
Author PovErgian marah besar saat melihat berita putra tunggalnya menghamili anak gadis orang tersebar luas di media sosial. Amarah Ergian semakin memuncak setelah anak buahnya memberikan informasi tentang latar belakang perempuan yang di hamili putranya.Aresya Riana, masuk sekolah Senopati lewat jalur biasiswa. Pekerjaan Ibu sebagai pembantu rumah tangga, dan pekerjaan Ayah preman pasar.Ergian menggeleng, tak habis pikir bagaimana anaknya bisa menghamili anak dari keluarga miskin. Apa Sehun tidak berpikir dampak ke depannya? Sebagai anak dari orang petinggi negara yang setiap langkahnya di soroti kamera, harusnya Sehun lebih hati - hati dalam bertindak dan memilih lingkungan pergaulan.Mungkin tahun depan Ergian harus mengubah prosedur untuk penerima beasiswa di Senopati. Meskipun memiliki nilai bagus, tapi kalau lingkungan hidupnya berdampak buruk bagi si
Author povFrom: 081376×××××Saya akan pergi jauh dari Sehun, saya janji gak akan ketemu Sehun lagi. Saya akan menghilang dari kehidupan Sehun. Tapi saya mohon, om jangan melibatkan orangtua saya. Saya akan menganggap masalah ini tidak pernah terjadi. Walaupun semua orang udh tau, saya yakin om bisa menyelesaikan itu dan membuat citra om baik lagi. Terimakasih. -AresyaBibir Ergian menyunggingkan senyum setelah membaca pesan dari Aresya. Memiliki kekuasaan yang tinggi memang membuat siapa saja yang mencari masalah dengannya akan menciut. Terlebih dengan Aresya yang tidak ada apa-apanya."Teman aku bilang, Resya dijemput supir Papah tadi siang."Ergian menyeringai, sudah menebak kedatangan Sehun ke rumahnya pasti untu
Aku tidak pernah menyesal sudah menolak cinta Sehun. Yang aku sesali adalah kenapa aku pernah jatuh cinta dengan lelaki kejam ini!Lelaki yang katanya mencintaiku, namun terus melakukan segala cara untuk menggugurkan kandungan ku.Dengan wajah kejamnya dia memaksaku membuka mulut. Aku memberontak, menutup mulutku rapat-rapat. Sekuat mungkin aku menahan mulutku untuk tidak meminum setetes pun jamu yang Sehun sodori.PLAK!!! Sehun memenamparku, tapi kali ini tamparan nya tidak terasa menyakitkan, mungkin karena aku sudah terbiasa dengan kekerasan yang dia lakukan."BUKA MULUT LO!!!" teriak Sehun tampak frustasi. Aku menggeleng dengan mata yang melotot galak kearahnya. Mungkin aku menerima saja jika dia mau menyakiti tubuh atau batinku, tapi jangan harap aku akan diam saja ketika dia mencoba mengambil nyawa anakku juga.Tidakkah dia merasa puas dengan hanya
Author pov"Dia mempertahankan bayinya, bukan karena sayang. Tapi karena bayinya bisa di manfaatkan untuk memeras uang kamu suatu saat nanti."Sehun menghela nafas panjang, dia memijat keningnya yang berdenyut nyeri. Sehun memejam kan matanya, mencoba memahami maksud yang Ergian ucapkan."Dia sama seperti mamahmu, Sehun. Setelah mendapatkan apa yang dia mau, dia akan pergi dan meninggalkan anaknya begitu saja." ujar Ergian sembari menatap Resya yang tergeletak mengenaskan di lantai.Nafas Sehun tercekat, kepalanya memutar memori ingatan terakhirnya bersama sang Mamah 10 tahun lalu. Saat itu Sehun masih duduk di bangku kelas 2 SD. Sang Mamah yang pamit ingin pergi ke pasar, tapi kenyataan nya, Mamahnya tidak pulang lagi setelah itu.Melihat kekacauan yang Sehun buat pada Resya, membuat Ergian memberang. Namun Ergian mencoba menahannya, mes
Hatiku sedikit menghangat, menemukan sifat Sehun yang dahulu ternyata masih tersisa. Sehun yang memperlakukan ku layaknya barang berharga, menyentuh ku dengan hati - hati seolah aku gelas kaca yang mudah pecah. Aku kira sifat hangatnya itu telah hilang tergantikan dengan Sehun yang selalu sarkas dan memandangku layaknya sampah. Dua sifat yang bertolak belakang itu ada dalam diri Sehun. Dan kini aku menemukan sifatnya yang dulu membuatku jatuh cinta.Dengan penuh kehati - hatian Sehun mengoleskan salep pada luka lebam ku. Luka yang dia buat, namun dia juga yang mengobati.Hembusan nafas hangat Sehun menyapu kulit pundakku, membuatku merinding tak kala bibir mungil Sehun meniup luka lebam ku yang berada dipundak. Aku membuang muka, mencoba menjauh dari wajah Sehun yang begitu dekat.
"Gue kasih lo pilihan. Lo mau gugurin kandungan lo atau nikah sama gue?"Kepalaku lantas mendongak, menatap Sehun yang bisa dengan santainya berkata seperti itu. Aku menggeleng kecil, dua dari pilihan itu tidak bisa aku pilih. Aku tidak ingin menggugurkan kandungan ini, dan aku juga tidak mau menikah dengan Sehun.Aku hanya ingin dia membiarkan ku pergi.Tanganku bergerak secara naluri memegang perutku yang masih rata, "Aku tidak bisa menggugurkan kandungan ini..." lirih ku.Sehun menghela nafas pendek, "Oke, gue anggap lo pilih opsi kedua." ujar Sehun. Bukan itu seperti itu maksudku."Nggak. Aku juga gak bisa nikah sama kamu." jawabku sedikit ragu. Pandanganku kembali menunduk ketika wajah Sehun mulai mengeras dan tatapan nya mulai menajam. Tanganku meremas kain sprei, keringat dingin mulai bercucuran di dahiku. Aku takut Sehun akan memukuli ku lagi."Lo cuma bisa pilih y