Hatiku sedikit menghangat, menemukan sifat Sehun yang dahulu ternyata masih tersisa. Sehun yang memperlakukan ku layaknya barang berharga, menyentuh ku dengan hati - hati seolah aku gelas kaca yang mudah pecah. Aku kira sifat hangatnya itu telah hilang tergantikan dengan Sehun yang selalu sarkas dan memandangku layaknya sampah. Dua sifat yang bertolak belakang itu ada dalam diri Sehun. Dan kini aku menemukan sifatnya yang dulu membuatku jatuh cinta.
Dengan penuh kehati - hatian Sehun mengoleskan salep pada luka lebam ku. Luka yang dia buat, namun dia juga yang mengobati.
Hembusan nafas hangat Sehun menyapu kulit pundakku, membuatku merinding tak kala bibir mungil Sehun meniup luka lebam ku yang berada dipundak. Aku membuang muka, mencoba menjauh dari wajah Sehun yang begitu dekat.
"Gue kasih lo pilihan. Lo mau gugurin kandungan lo atau nikah sama gue?"Kepalaku lantas mendongak, menatap Sehun yang bisa dengan santainya berkata seperti itu. Aku menggeleng kecil, dua dari pilihan itu tidak bisa aku pilih. Aku tidak ingin menggugurkan kandungan ini, dan aku juga tidak mau menikah dengan Sehun.Aku hanya ingin dia membiarkan ku pergi.Tanganku bergerak secara naluri memegang perutku yang masih rata, "Aku tidak bisa menggugurkan kandungan ini..." lirih ku.Sehun menghela nafas pendek, "Oke, gue anggap lo pilih opsi kedua." ujar Sehun. Bukan itu seperti itu maksudku."Nggak. Aku juga gak bisa nikah sama kamu." jawabku sedikit ragu. Pandanganku kembali menunduk ketika wajah Sehun mulai mengeras dan tatapan nya mulai menajam. Tanganku meremas kain sprei, keringat dingin mulai bercucuran di dahiku. Aku takut Sehun akan memukuli ku lagi."Lo cuma bisa pilih y
Bodoh.Satu kata yang menggambarkan diriku. Apa yang aku pikirkan hingga bertindak sok pahlawan bagi Sehun?Harusnya aku tertawa dan merasa senang melihat Sehun di siksa Papahnya. Harusnya saat itu aku menonton hingga puas karena ada seseorang yang mewakilkan ku melakukan perbuatan yang ingin ku lakukan.Tapi, kenapa aku malah kasihan melihat Sehun kesakitan?Padahal Sehun tidak pernah ada rasa kasihan padaku ketika dia sedang menyiksaku. Sekalipun aku merintih meminta tolong, meminta dia untuk menghentikan tendangan serta pukulannya yang terasa amat menyakitkan, tapi dia tidak pernah mendengarkan ku, dia tidak punya rasa kasihan untukku.Dia pemerkosa, psikopat dan berhati iblis. Bisa - bisanya aku memiliki hati nurani untuknya, sementara dia, setetes rasa empatinya pun tidak ada untukku."Sini gue obatin." ujar Sehun sembari membawa kotak P3K di
Author povLaki - laki yang mengenakan hoodie hitam kebesaran itu menghembuskan asap yang mengandung nikotin ke udara. Laki - laki itu Loey Chandra, remaja yang lima hari lalu genap berumur 19 tahun.Chandra di besarkan di sebuah panti asuhan, namun dua tahun lalu remaja itu di usir dari panti dengan di bekali uang 1 juta rupiah. Alasannya, karena Chandra sudah seharusnya mencari uang dan menghidupi dirinya sendiri, dan juga panti asuhan tempat tinggalnya dulu sudah terlalu penuh hingga membuat ibu panti tidak mampu memberi makan banyak anak di sana. Dan terpaksa melepaskan anak - anak panti yang sudah remaja, termasuk Chandra.Karena ketergantungan biaya, Chandra terpaksa putus sekolah. Jangan kan untuk membayar uang sekolah, untuk makan sehari - hari dan mencari tempat untuk tidur saja dia kesulitan.Chandra yang saat itu masih berumur 17 tahun harus menjalin hari
Author povSudah hampir satu jam Resya berdiri di depan halaman rumahnya. Dia tidak tau ingin pergi kemana selain rumahnya yang dia anggap tempatnya pulang. Hanya rumah yang ada di kepalanya ketika kakinya berhasil keluar dari rumah Sehun.Resya sangat ingin melangkahkan kakinya memasuki pintu rumahnya yang berwarna coklat itu, melihat keadaan orang tuanya, dan memeluk Ibu dan Ayahnya dengan erat.Resya benar - benar rindu keluarganya, tapi dia takut kalau kedatangannya hanya membuat mereka bersedih. Resya hanya ingin melihat wajah Ibu dan Ayahnya, setelah melihat meski dengan jarak sejauh ini, Resya bakal pergi. Sesuai janjinya pada Ergian."Aresya?"Resya menoleh ketika seseorang memanggil namanya, mata Resya melebar ketika melihat Julian berdiri di belakangnya. Cowok itu menatap penampilan Resya dari atas sampai bawah. Tatapan Julian menyendu, merasa iba pada Resya. Sebab penampi
Author POVResya yang sedang tertidur pulas di samping Ibunya langsung terbangun ketika tubuhnya di tarik kuat kebelakang oleh seseorang. Resya meringis kesakitan sembari mengumpulkan kepingan kesadarannya."Pergi! Kamu jangan pernah menginjakan kakimu di rumah ini lagi!" sentak Ardi sembari mendorong tubuh Resya hingga badan kecil anaknya itu terjungkal di depan pintu utama.Resya menunduk, dia memegangi tangannya sedikit nyeri karena habis di tarik kuat - kuat oleh ayahnya.BRAK!!!Pintu utama rumah Resya tertutup dengan bruntal, suara tangis Resya langsung pecah tatkala Ardi sudah tak terlihat lagi. Resya mencoba untuk berdiri, dia menepuk - nepuk bajunya menyingkirkan tanah yang menempel pada bajunya. Dengan langkah kecil Resya beranjak pergi dari halaman rumahnya, Resya tidak punya tujuan, tapi untuk saat ini setidaknya dia harus menjauh dulu dari kediamannya sebab sang Ayah tidak mau
Aku mengusap perutku yang masih rata, lalu tersenyum. Lega rasanya ketika dokter mengatakan bahwa kandungan ku sehat. Dokter berpesan padaku untuk memakan makan yang sehat dan bernutrisi, dokter juga memberiku semangat dan mengatakan bahwa aku akan menjadi seorang ibu yang hebat.Andai saja aku bisa tetap tinggal di Jakarta, mungkin aku akan memilih Dokter bernama Dio Raditama sebagai dokter langganan ku untuk periksa kandungan setiap bulan.Usai mengucapkan terima kasih kepada dokter Dio, Julian membawaku ke suatu ruangan, masih di rumah sakit hanya saja di ruangan yang berbeda. Di dalam ruangan itu adalah perempuan cantik berjubah putih sedang duduk dan melempar senyum manisnya menyambut kedatanganku dan Julian."Silahkan duduk," kata bu Dokter dengan ramah. Aku dan Julian praktis duduk di kursi yang sudah di sedia kan, kursi yang berhadapan langsung dengan dokter bernama Yuna."Hallo Aresya..." sapa Dokter
Author Pov Sehun membuka kelopak matanya secara perlahan, setelah beberapa jam ia tidak sadarkan diri, akhirnya cowok yang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit itu membuka kelopak matanya juga. Sehun menatapi sudut ruang rumah sakit dengan penglihatan yang masih samar - samar, ia meringis merasa nyeri di bagian perutnya kala ia mencoba menggerakan tubuhnya. Ah, dia hampir lupa kalau beberapa jam lalu ada penghianat yang menikam perutnya. Pelan - pelan Sehun menegakan tubuhnya mencoba duduk, cowok itu menatapi tubuhnya yang terbalut baju rumah sakit lalu berdecak merasa jengkel. Merasa tenggorokan nya kering, tangan Sehun yang terpasang selang infus itu mencoba meraih gelas diatas nakas, setelah berhasil mendapatkannya ia lalu meminum air tersebut hingga tandas. Sehun menghela nafas pendek, ia merasa menyedihkan ketika sadar bahwa tidak ada satu pun orang yang menemaninya saat ini. Dia sendirian bahkan ketika
Aku menghirup udara dalam - dalam begitu kaki ku turun dari bus, suasana sejuk menyambut kedatangan ku hari ini. Pukul 6 pagi aku tiba di Bandung. Ternyata suasana kota bandung masih berhasil membuat jiwa ku tenang ketika menginjakan kaki disana. Udaranya yang sejuk dan suasana nya yang masih asri, satu lagi yang membuatku menyukai kota Bandung adalah logat bicara dari masyarakat Bandung, entahlah, aku bahkan menyukai tempat ini meski dari hal sesederhana itu."Hei,"Tubuhku spontan berbalik ketika suara bariton terdengar seperti sedang memanggil teruju padaku. Dan benar saja, cowok yang tadi duduk di sebalahku kini berdiri di belakang ku sembari menyodorkan benda persegi panjang berwarna hitam.Aku menatap benda persegi panjang itu, dan beberapa detik kemudian aku baru menyadari bahwa benda itu adalah ponsel milikku!"Punya lo kan?" tanya cowok itu yang membuatku mengangguk cepat."Tadi keting