Dor
DorDor"Jangan bergerak atau kami tembak!" Ujar seorang polisi yang sibuk berlari mengejar seorang wanita.Wanita berambut pendek yang bernama Stella adalah seorang buronan polisi yang sering mencuri barang barang berharga milik masyarakat. Stella sangat cerdik dan memiliki banyak ide sehingga susah baginya untuk tertangkap. Tetapi hari ini adalah hari sial bagi Stella, karena saat mencuri di toko emas kecil, Stella ketahuan oleh polisi yang menjaga keamanan."Kalian terlihat seperti kura kura yang lambat" Ujar Stella, dia menertawakan polisi yang sedang berusaha mengejarnya."Berhenti sekarang juga!" Teriak polisi yang mengejar Stella dari belakang.Stella tidak memperdulikan polisi yang terus menerus meneriakinya. Dia terus berlari menghindari kejaran polisi. Tanpa sadar Stella sudah berada ditengah tengah jalan raya besar. Sedangkan polisi yang mengejarnya berhenti saat melihat truk mini yang berjalan cepat ke arah Stella."AWASSS" Teriak polisi.Stella berhenti sebentar, lalu berbalik menatap polisi yang sedang berdiri lumayan jauh dari dirinya. Stella mengarahkan pandangannya kearah kanan, dia melihat sebuah truk mini yang berjalan cepat ke arah dirinya.BrukkkTubuh Stella terpental jauh dari jalan raya. Penglihatannya buram, kepalanya pusing, dan bahkan Stella bisa merasakan darah segar mengalir di kepalanya. Yang bisa dia lihat hanyalah truk yang menabraknya dan juga polisi yang tadi mengejarnya. Hingga akhirnya Stella kehilangan kesadaran.****Stella membuka matanya secara perlahan. Mencoba untuk menyesuaikan cahaya yang berada didalam ruangan. Hal pertama yang ada dipikirannya adalah apakah dia masih hidup setelah kecelakaan tadi? Stella pikir dia akan berada langsung di surga. Tunggu tunggu apakah seorang pencuri bisa masuk surga?Stella berusaha untuk mengubah posisinya menjadi duduk. Dia melihat ke arah sekitarnya. Stella seperti berada disebuah kamar, tetapi kenapa semuanya terlihat asing dimata Stella? Stella pikir dia akan berakhir dirumah sakit atau dibalik sel tahanan tetapi kenapa dia berada dibangunan kuno seperti ini?."Dimana ini?" Stella terus bertanya tanya kepada dirinya sendiri.Tak lama pintu kamar terbuka. Menampilkan seorang wanita yang memakai baju gaun putih kuno yang sedikit lusuh."Nona, nona sudah bangun?" Ujar wanita itu.Wanita yang memakainya dress putih itu langsung berlari duduk disebelah Stella. Dia mengecek badan Stella dari atas hingga bawah. Stella yang masih bingung hanya bisa diam melihat tingkah laku wanita cantik dihadapannya."Apakah ada yang sakit nona? Apakah perlu saya panggilkan tabib?" Ujar Wanita itu."Siapa kamu? Dan kenapa kamu memakai baju seperti ini?" Ujar Stella.Wanita itu menatap Stella dengan tatapan terkejut seolah olah ucapan Stella sangatlah menakutkan. Wanita itu segera berlari keluar dari kamar meninggalkan Stella yang masih kebingungannya.Stella yang merasa tidak bisa diam saja mencoba bangkit untuk keluar dari kamar yang menurutnya kuno. Stella menatap bingung dirinya sendiri yang memakai dress kuno berwarna putih, dan sejak kapan rambutnya menjadi sangat panjang? Stella sangat bingung dengan apa yang terjadi pada dirinya.Tanpa ingin mengambil pusing dengan bajunya, Stella memilih untuk berjalan jalan menelusuri rumah yang sangat asing di penglihatannya. Rumah itu disusun dengan kayu yang kelihatan berkualitas dengan tiang tiang yang menyangga rumah, didalamnya juga banyak barang barang kuno. Stella berpikir memangnya ada rumah kuno seperti ini di kota."Banyak sekali barang antik disini. Kalau dijual pasti harganya mahal. Apa aku curi saja ya?" Ujar Stella dengan otak banditnya.Dari kejauhan Stella melihat seorang wanita paruh baya yang memakai dress cantik berwarna biru laut ditemani dengan wanita yang tadi sempat menemui Stella. Wanita paruh baya itu menatap Stella dengan tatapan panik sambil berjalan cepat menghampiri Stella."Anastasya kenapa kamu keluar kamar? Keadaan mu saja belum cukup baik" Itu adalah kata kata pertama yang dilontarkan wanita paruh baya saat berhadapan dengan Stella."Anastasya? Siapa dia? Dan kalian siapa?" Ujar Stella dengan kebingungan."Nona ini saya Alma pelayan pribadi nona, dan ini nyonya Rose ibunda nona" Ujar wanita yang memakai dress putih lusuh atau Alma."Maaf, tapi aku tidak mengenal kalian. Oh iya kalau boleh tau apakah benda ini mahal?" Ujar Stella sambil menunjuk guci antik disebelahnya.Alma dan Nyonya Rose saling bertatapan. Mereka yakin bahwa apa yang dikatakan tabib ada benarnya. Bahwa Stella hilang ingatan karena benturan keras di kepalanya.3 hari sebelum Anastasya sadar. Dia izin pergi untuk berjalan jalan disekitar taman sendirian. Alma pelayan Anastasya tidak diizinkan ikut oleh Anastasya karena katanya dia hanya berjalan jalan sebentar. Tetapi sudah hampir 2 jam Anastasya tidak kembali. Karena cemas, akhirnya Alma menyusul Anastasya. Dan saat sampai di taman Alma malah melihat majikannya terbaring di tanah tidak berdaya dengan luka di kepalanya. Tabib mengira Anastasya terjatuh lalu kepalanya terbentur batu.Anastasya dibawa oleh Alma dan Nyonya Rose kedalam kamar. Alma dan nyonya Rose hanya bisa pasrah dengan keadaan Anastasya. Mereka hanya bisa membawa Anastasya ke kamarnya sambil menunggu Tuan Henry pulang dari urusannya di istana."Tasya minum ini!" Nyonya Rose memberikan teh kepada Stella. Stella hanya bisa mengangguk lalu meminumnya."Rasanya enak, aku belum pernah minum teh seperti ini sebelumnya. Apakah teh ini mahal?" Ujar Stella."Tidak nona, ini hanya teh biasa" Ujar Alma yang duduk disebelah Stella.Stella mengangguk paham lalu menyeruput kembali cangkir teh yang sedang dia pegang. Stella merasa tenang tenang saja, karena dia merasa aman dari kejaran polisi. Apalagi Stella diperlakukan selayaknya seorang putri, benar benar menyenangkan. Tetapi Stella masih menganggap bahwa semuanya hanya lah mimpi, dia belum sadar kalau dirinya terlempar ke masa lalu.Setelah selesai meminum teh hangat. Stella memberikan cangkir teh kepada Alma. Tanpa sengaja Alma menumpahkan sisa teh yang masih hangat ke tangan Stella."Awshh panas" Ujar Stella sambil menggosok gosok lengannya."M-maaf nona. Saya benar benar tidak sengaja" Ujar Alma yang membantu Stella menggosok lengannya yang terasa panas."Alma apa yang kau lakukan? Tasya baru saja sadar tetapi kamu malah menumpahkan teh ke lengannya" Ujar Nyonya Rose yang kelihatan marah kepada Alma."M-maaf nyonya" Ujar Alma yang ketakutan.Stella yang tadinya sibuk menggosok lengannya yang panas. Tiba tiba teringat sesuatu. Bukannya didalam mimpi dirinya tidak akan merasakan sakit? Lalu kenapa tangannya merasakan panas. Jika ini bukanlah mimpi lalu?Stella mengubah posisi duduknya ke arah Alma. Lalu mencengkram kedua pundak Alma dengan erat. Alma dan nyonya Rose yang melihat tingkah laku Anastasya cukup terkejut. Karena Anastasya bukanlah wanita yang emosional tetapi sekarang kelihatannya Anastasya sangat marah kepada Alma."M-maaf no-""Alma cepat katakan tahun berapa sekarang? Dan dimana aku sebenarnya? Cepat katakan!" Stella mengguncang guncangkan tubuh Alma."Baik nona saya akan menjawab. Sekarang kita berada ditahun 1781, di rumah Tuan Hendry ayah nona" Ujar Alma.Stella melepaskannya cengkeramannya dari pundak Alma. Dia mengacak acak rambutnya frustasi. Bagaimana bisa dia berada ditahun 1781. Stella pikir semuanya hanyalah mimpi tetapi ternyata ini adalah nyata."Alma tampar aku sekarang juga!" Ujar Stella dengan putus asa."T-tidak nona bagaimana bisa seorang pelayan menampar majikan" Ujar Alma."Putriku ada apa? Kenapa kamu menyuruh Alma memukul mu?" Ujar nyonya Rose.Stella mengubah posisinya menghadap ke arah nyonya Rose. Stella memasang raut muka sedih dan bingung di wajahnya."Nyonya Rose tolong tampar aku!" Ujar Stella kepada nyonya Rose.Karena bingung nyonya Rose langsung menampar pipi sebelah kanan Stella. Ternyata benar semuanya bukanlah mimpi. Tamparan nyonya Rose terasa sangat panas dan sakit. Bahkan pipi kanan Anastasya terlihat memerah akibat tamparan nyonya Rose.Stella menangis tidak percaya. Dia berdiri lalu lari keluar kamar. Nyonya Rose dan Alma yang kebingung langsung berjalan cepat mengikuti Stella dari belakang."Nona jangan berlari! Nanti nona bisa terjatuh" Ujar Alma."Tasya kembalilah! Kamu belum sepenuhnya pulih nak" Ujar Nyonya Rose.Stella tidak memperdulikan teriakan Alma dan nyonya Rose dibelakangnya. Dia terus berlari mencari pintu keluar dari rumah kuno untuk melihat lingkungan disekitarnya.Saat sampai diluar rumah. Semuanya terlihat seperti apa yang dikatakan oleh Alma. Banyak sekali wanita dan pria yang memakai pakaian kuno sedang bersih bersih dan berjaga disekitar rumah. Tetapi saat melihat Stella mereka langsung menghentikan aktivitas mereka untuk memberikan hormat kepada Stella. Bukannya membuat Stella senang tetapi mereka hanya membuat Stella tambah frustasi."TIDAKKKKKKK"Stella kembali dibawa masuk kedalam kamar oleh Alma dan nyonya Rose. Tetapi kali ini Stella meminta Alma dan nyonya Rose untuk keluar dari kamarnya. Karena melihat mereka membuat Stella tambah pusing dan frustasi.Stella berjalan bolak balik didalam kamarnya. Dia sedang memikirkan apa yang sebenarnya terjadi kepadanya. Bukannya Stella hampir mati karena kecelakaan, kenapa bisa dia berakhir ditahun 1781?"Kenapa aku bisa berakhir disini? Kenapa semuanya jadi tambah buruk aaaa?" Stella kembali mengacak acak rambutnya."Nona nona kenapa?" Ujar Alma dari balik pintu.Stella tidak menghiraukan ucapan Alma. Dia harus berpikir bagaimana caranya untuk kembali ke 2023. Bagaimana bisa dia hidup sebagai Anastasya yang berstatus putri bangsawan. Tunggu bukankah tidak terlalu buruk menjadi putri bangsawan dari pada menjadi seorang pencuri?"Benar tidak terlalu buruk menjadi Anastasya. Kehidupanku dimasa depan lebih buruk, aku bahkan tidak punya keluarga jadi lebih baik aku bersenang senang disin
Sesuai apa yang dikatakan oleh Stella kepada ayahnya kemarin. Hari ini Stella akan berjalan jalan ke pasar ditemani oleh Calvin. Sedangkan Alma yang sempat ingin ikut, tidak diizinkan oleh Stella. Stella menyuruh Alma untuk tetap dirumah istirahat. Karena selama Anastasya tidak sadarkan diri Alma mengalami banyak kesulitan.Stella berdiri didepan rumah menunggu Calvin yang sedang bersiap. Hari ini Stella memakai dress berwarna pink dengan hiasan hiasan cantik di rambutnya."Lama banget sih, kaya gadis aja" Ujar Stella kepada Calvin yang baru keluar rumah."Kamu harus sabar sedikit! Lihat! Bagaimana penampilan ku hari ini?" Ujar Calvin sambil memutarkan badannya dihadapan Stella.Calvin memakai baju kuno berwarna ungu gelap dengan celana hitam. Dia juga membawa senjata seperti pedang untuk berjaga jaga jika tiba tiba hal yang tidak diinginkan terjadi. Penampilan Calvin hari ini cukup menarik dimata Stella."Tampan sekali" Ujar Stella sambil mengacungkan kedua jempolnya "Lalu bagaimana
Selesai membeli 2 pasang sepatu untuk nyonya Rose dan adiknya. Calvin pergi mencari Stella yang sudah tidak ada disekitar toko. Calvin sangat panik apalagi saat melihat banyak pengawal istana yang datang ke daerah pasar.Dari kejauhan Calvin melihat seorang pemimpin keamanan yang sedang mengarahkan pedangnya ke leher seorang wanita. Calvin menyipitkan matanya memastikan apakah wanita yang membelakangi pemimpin pengawal itu benar adiknya atau bukan. Dan ternyata benar.Calvin berlari secepat mungkin menghampiri Stella yang sedang dalam bahaya. Dengan cepat Calvin mengeluarkan pedang tajam miliknya, lalu mengarahkan pedangnya dari belakang ke leher pemimpin pengawal."Lepaskan adikku!" Ujar Calvin.Stella yang mendengar suara Calvin bernafas lega. Akhirnya dia tidak akan mati di dunia ini. Stella membalikan badannya secara perlahan, agar bisa melihat kakak dan pemimpin keamanan yang mengarahkan pedang ke lehernya."Kak tolong aku!" Ujar Stella.Pemimpin keamanan itu menurunkan pedangnya
Stella menggaruk keningnya yang tidak gatal. Matanya sibuk menghindari tatapan nyonya Rose yang sedang duduk dihadapannya. Apakah nyonya Rose bisa merasakan bahwa jiwa yang ada ditubuh putrinya bukan lah putrinya, melainkan seorang pencuri dari masa depan? Apakah insting seorang ibu sekuat itu?"Ibu... Apa yang ibu bicarakan?" Ujar Calvin."Ibu hanya bercanda" nyonya Rose mengusap lembut lengan Stella."Hahaha, tentu saja aku tau bu" Ujar Stella sambil tertawa hambar.Stella pamit untuk kembali ke kamar. Meninggalkan nyonya Rose dan Calvin yang masih sibuk berbincang. Jujur Stella sama sekali tidak mengerti apa yang mereka bicarakan.****Stella membuka pintu kamarnya. Badannya yang sejak tadi lemas akhirnya terjatuh begitu saja. Dia benar benar sangat terkejut saat nyonya Rose memberikan pertanyaan tidak terduga kepadanya."Stella apa kamu sudah gila?" Stella memukul kepalanya sendiri.Stella sangat menyesal ka
Stella terus mencari sumber suara yang berbicara aneh kepadanya. Suara itu terdengar asing dan membingungkan. Stella sama sekali tidak mengerti apa yang dibicarakan pria misterius itu."Siapa kamu? Dan kejutan apa yang kamu maksud?" Ujar Stella dengan lantang."Hahaha, kamu seharusnya mengerti apa yang aku bicarakan" Ujar Pria misterius itu dengan tawanya yang terdengar mengerikan."Setidaknya tunjukan wajahmu terlebih dahulu! Aku tidak ingin berbicara dengan orang yang tidak bisa menunjukkan wajahnya" Ujar Stella.Sebenarnya Stella sudah sangat takut bahkan keringat dingin mengalir di sekujur tubuhnya, tetapi dia terus mencoba untuk tenang. Tempat aneh dan pria aneh menjadi hal yang sangat membuat Stella penasaran. Sebenernya apa yang terjadi?"Sebenarnya kamu tidak bisa menyebutku dengan kata orang, karena aku bukan manusia Stella" Ujar Pria misterius itu.Kata kata pria itu sangat menakutkan, bahkan Stella tidak tau harus menj
"Apa maksudmu? Dan siapa sebenernya kamu?" Ujar Stella.Stella sangat terkejut dan juga penasaran kepada Lan. Siapa sebenarnya Lan? Kenapa dia memiliki hak untuk menukar jiwa seseorang? Lalu kenapa dia bisa memberikan kehidupan kedua untuk Stella dan Anastasya? Stella benar benar sangat bingung."Belum saat nya kamu tau siapa aku Stella. Sekarang kembalilah dan jalani kehidupanmu sebagai Anastasya" Ujar Lan.Lan kembali menjentikkan jarinya. Tiba tiba cahaya yang sangat terang menyinari mata Stella, sehingga Stella tidak bisa melihat apapun. Dalam 3 detik Stella sudah kembali ke kamar Anastasya. Dia segera merubah posisi menjadi duduk, lalu terdiam memikirkan ucapan Lan yang ada didalam mimpinya.Alma yang baru kembali setelah mandi terlihat bingung melihat Stella yang terlihat mematung. Bahkan Stella sampai tidak sadar dengan kedatangan Alma. Alma yang penasaran segera menghampiri Stella yang masih duduk diatas ranjang."Nona" Ujar Alma
Alma dibawa secara paksa oleh tiga putri bangsawan beserta budak mereka yang tidak Alma kenal. Alma tidak berani melawan dan membantah mereka, karena status Alma dan mereka sangatlah jauh. Alma hanya bisa menurut sambil berpikir kenapa mereka membawa dirinya pergi ke taman.Alma dibawa ke sebuah pohon besar. Ketiga putri bangsawan itu tidak berbicara apapun, mereka hanya menatap Alma dengan tatapan sinis. Sedangkan Alma hanya bisa diam dan menundukkan kepalanya."Pencuri ini sangat nekat datang ke pesta ulang tahun pangeran" Ujar Salah seorang dari putri bangsawan.Alma kaget mendengar salah satu dari mereka menuduhnya sebagai pencuri. Alma bahkan tidak pernah berani mengambil sebuah roti yang bukan miliknya. Bagaimana bisa mereka menuduh Alma sebagai seorang pencuri?"Apa maksudmu? Kenapa kalian menuduhku sebagai pencuri?" Ujar Alma. Dia memberanikan diri untuk menaikan kepalanya."Beraninya kamu bertanya?" Ujar salah seorang putri bangs
Stella dan Alma kembali ke meja mereka. Tuan Henry dan nyonya Rose sudah duduk terlebih dahulu sambil menunggu kedatangan Stella. Sedangkan Calvin baru saja sampai dengan wajah kesal karena ucapan pangeran Felix."Lain kali kamu harus menghindari mereka Anastasya" Ujar Nyonya Rose kepada Stella yang duduk berhadapan dengan nya."Aku tidak akan diam saja jika mereka yang memulai terlebih dahulu" Ujar Stella."Ini pertama kalinya kamu datang ke istana. Ayah tidak ingin kamu membuat keributan seperti itu" Ujar tuan Henry."Maafkan aku" Ujar Stella.Stella menyantap kue yang ada dihadapannya. Awalnya dia hanya ingin memakan kue untuk menghilangkan amarahnya, ternyata rasa kue itu sangat enak sampai Stella tidak bisa berhenti makan."Calvin"Seseorang memanggil Calvin. Refleks semua orang yang berada dimeja menoleh ke arah sumber suara, termasuk Stella. Dia adalah Akxel, pria yang pernah menaruh pedangnya di leher Stella. Aks
Stella memejamkan matanya. Tubuhnya terus terjun menuju kedasar jurang. Dia merasa sangat bersalah kepada Anastasya karena tidak bisa menjaga tubuh Anastasya dengan baik."Maaf, karena aku telah egois" Lirih Stella.Seseorang menarik lengan Stella untuk masuk kedalam pelukannya. Dia memeluk Stella sangat erat. Stella cukup terkejut, dia mencoba memberanikan diri membuka matanya."Aksel" Ujar Stella.Aksel menatap Stella dengan tatapan cemas. Aksel sangat bersyukur ternyata dia belum terlambat untuk menyelamatkan Stella.Untuk sesaat Stella terlarut dalam pikirannya. Dia tidak bisa berhenti menatap Aksel. Sampai dia tidak sadar Aksel membawanya terbang menuju keatas jurang."Apa kau terluka?" Ujar Aksel yang berdiri dihadapan Stella."Aksel..." Ujar Stella yang masih sangat terkejut."Kenapa kenapa? Apa kau terluka?" Ujar Aksel panik.Stella menatap Aksel, meletakan kedua telapak tangannya di pipi Aksel,
Stella menyenderkan kepalanya ke pinggiran kereta kuda. Dia merasa badannya sangat letih, padahal saat di istana dia tidak melakukan apa apa.Tidak hanya lelah, rasa kantuk juga menyerang Stella. Perlahan Stella mulai memejamkan matanya dan tertidur dengan posisi menyandar ke pinggir kereta.Sedangkan Aksel masih setia dengan posisi duduk yang tegak sambil mengarahkan kepalanya ke jendela sebelah kanan untuk melihat suasana hutan yang sejuk di pagi hari.Aksel mengarahkan pandangannya ke arah Stella yang sudah tertidur pulas. Aksel sedikit tersenyum melihat Stella yang sudah tertidur, padahal langit sudah sangat cerah. Dia jadi teringat saat melihat wajah Stella saat baru bangun tidur, sebenarnya Aksel ingin sekali tertawa saat itu."BERHENTI KALIAN!" Sekelompok pria berbaju hitam menghalangi kereta kuda Aksel dan Stella. Badan Stella hampir saja terhuyung ke depan karena kereta yang berhenti mendadak, tetapi untungnya dengan cepat Aksel
Stella sudah menebak bahwa mereka akan terkejut dengan ucapan Stella. Stella tidak berbohong soal dirinya yang bisa memainkan piano.Dulu sebelum Stella kehilangan orang tuanya, Stella ikut les musik karena ayahnya seorang pianis. Stella jadi tertarik dengan piano karena ayahnya."Kamu tau akibatnya jika membohongi kami" Ujar pangeran Aarav."Aku tidak berani berbohong kepada pangeran. Aku bahkan siap membuktikannya" Ujar Stella dengan percaya diri.Karena rasa penasaran, akhirnya para pangeran membawa Stella keruangan alat musik. Pangeran Aarav ingin membuktikan apa yang dibicarakan oleh Stella.Stella sangat takjub melihat ruangan musik. Banyak sekali musik musik antik disini. Stella bisa melihat sebuah piano yang berdiri dengan kokoh disalah satu alat musik."Kamu bisa berbicara jujur sekarang Anastasya, jangan memaksakan diri" Ujar pangeran Felix.Pangeran Felix takut Stella akan berbohong dan malu nantinya. Pangeran
Stella sangat terkejut saat mendengar ucapan pangeran Felix. Stella sama sekali tidak berpikir bahwa pangeran Felix akan melamarnya."Apa? Melamar? Apa maksudmu?" Ujar Stella dengan wajah yang terkejut sekaligus bingung."Aku menyukai mu, jadi aku mau melamar mu Anastasya" Pangeran Felix mengambil kotak cincin yang ada didalam sakunya "Apakah kamu mau menikah denganku?" Ujar pangeran Felix sambil membuka kotak cincin lalu menaruhnya diatas meja.Cincin yang diberikan pangeran Felix sangat indah. Cincin itu terbuat dari emas dengan hiasan sebuah permata yang lumayan besar."Tetapi kamu baru bertemu denganku dua kali, kenapa langsung melamar ku?" Ujar Stella."Karena aku percaya kamu bisa menjadi ratu yang baik. Banyak wanita diluar sana yang ingin menjadi ratu, tetapi mereka tidak memiliki sikap yang pantas menjadi seorang ratu. Aku ingin memiliki ratu yang rendah hati dan peduli kepada rakyatku nanti, bukan ratu yang hanya haus dengan harta" Ujar pangeran Felix.Stella terdiam kaku kar
"Kamu tidak dengar? Aku bilang berikan dia uang" Ujar Stella.Aksel menatap Malio yang berdiri dihadapannya. Sebenarnya Aksel merasa kasihan dengan Malio yang hidup dengan adiknya tanpa orang tua.Dia merasa bahwa kehidupannya tak terlalu buruk setelah melihat Malio. Dia memang tidak mempunyai orang tua tetapi ada pamannya yang mau merawatnya dengan penuh kasih sayang.Aksel memberikan sekantong keping emas kepada Malio "Ambilah! Belilah makanan enak untuk adikmu!" Ujar Aksel.Malio mengintip isi kantong yang diberikan Aksel. Dia sangat terkejut melihat kepingan emas yang sangat banyak menurutnya. Malio belum pernah melihat uang sebanyak ini."Terimakasih atas kebaikan tuan dan nona" Ujar Malio yang merasa terharu."Masukan lah kedalam kantong celanamu! Jangan sampai uangmu dicuri" Ujar Stella.Malio mengangguk, lalu segera memasukan kantong yang diberikan Aksel kedalam kantong celananya. Dia harus berhati hati saat memb
"Kenapa? Kau berpikir aku yang akan membawa keretanya?" Ujar Aksel dengan santai.Stella mengepalkan tangannya kuat. Jika tau akan duduk berdua dengan Aksel, Stella pasti membujuk ayahnya mati matian agar mengizinkan Calvin ikut.Stella menarik nafasnya pelan. Dia mencoba untuk tetap tenang, lalu duduk disebelah Aksel."Jalan!" Ujar Aksel kepada supir kereta.Kereta kuda berjalan dengan kecepatan normal. Stella dan Aksel saling diam dan tidak memulai percakapan apapun didalam kereta.Tebakan Aksel sangat tepat. Suasana terasa sangat canggung sekarang. Mereka saling buang muka, Stella mengarahkan pandangannya ke kanan sementara Aksel ke kiri.Mereka melewati pasar, Stella mengintip dari jendela menyaksikan pemandangan pasar. Dia jadi ingat waktu pertama kali bertemu dengan Aksel. Awal pertemuan mereka memang tidak bagus.Stella melihat warga pasar yang berkerumun. Matanya tertuju pada bocah laki laki yang sedang dipukuli
Semua orang menoleh ke arah Calvin bersamaan. Aksel mengerti dengan sikap Calvin yang tidak suka jika Anastasya pergi ke istana untuk menemui pangeran Felix. Apalagi pangeran Felix mengundang Anastasya secara pribadi. Selain Calvin dan pangeran Felix, Aksel juga mengetahui alasan Calvin tidak menyukai pangeran Felix."Tidak" Ujar tuan Henry dengan tegas kepada Calvin.Tuan Henry menentang permintaan Calvin yang ingin ikut pergi ke istana, karena sudah jelashanya Anastasya yang diundang ke istana. Jadi tidak ada satu orangpun dari keluarga mereka yang boleh ikut."Ayah aku mohon, aku hanya ingin menemani Anastasya" Ujar Calvin kepada tuan Henry.Melihat tingkah laku Calvin yang keras kepala, Stella hanya beranggapan Calvin hanya khawatir dengan adiknya yang pergi ke istana tanpa ditemani keluarga. Apalagi adiknya ditemani oleh seorang pria. Bukankah wajar jika Calvin khawatir? Tetapi kenapa tuan Henry tidak mengizinkan Calvin? Stella bertanya
Nyonya Rose menggelengkan kepalanya ketika melihat Stella bertemu langsung dengan Aksel. Padahal nyonya Rose sudah memerintahkan Stella untuk segera pergi dan mandi, tetapi Stella tidak menuruti perkataan nyonya Rose.Nyonya Rose berdiri, lalu mendorong Stella pelan agar segera pergi dari situasi yang memalukan. Sedangkan Aksel hanya diam sambil mengarahkan pandangannya agar tidak melihat ke arah Stella.Stella berjalan cepat pergi ke kamar. Hari ini adalah hari paling memalukan bagi Stella. Stella memang tidak menyukai Aksel, begitupun dengan Aksel yang tidak tertarik kepada Stella, tetapi sudah sewajarnya seorang putri bangsawan terlihat rapih, cantik dan anggun dihadapan orang lain."Aish memalukan, kenapa harus bertemu disaat seperti ini?" Ujar Stella yang mulai berlari ke arah kamarnya.Stella memasuki kamar sambil terengah engah. Didalam sudah ada Alma yang sedang merapikan dress milik Stella. Alma yang melihat Stella hanya berdiri sambil me
Stella dan Alma kembali ke meja mereka. Tuan Henry dan nyonya Rose sudah duduk terlebih dahulu sambil menunggu kedatangan Stella. Sedangkan Calvin baru saja sampai dengan wajah kesal karena ucapan pangeran Felix."Lain kali kamu harus menghindari mereka Anastasya" Ujar Nyonya Rose kepada Stella yang duduk berhadapan dengan nya."Aku tidak akan diam saja jika mereka yang memulai terlebih dahulu" Ujar Stella."Ini pertama kalinya kamu datang ke istana. Ayah tidak ingin kamu membuat keributan seperti itu" Ujar tuan Henry."Maafkan aku" Ujar Stella.Stella menyantap kue yang ada dihadapannya. Awalnya dia hanya ingin memakan kue untuk menghilangkan amarahnya, ternyata rasa kue itu sangat enak sampai Stella tidak bisa berhenti makan."Calvin"Seseorang memanggil Calvin. Refleks semua orang yang berada dimeja menoleh ke arah sumber suara, termasuk Stella. Dia adalah Akxel, pria yang pernah menaruh pedangnya di leher Stella. Aks