Stella terus mencari sumber suara yang berbicara aneh kepadanya. Suara itu terdengar asing dan membingungkan. Stella sama sekali tidak mengerti apa yang dibicarakan pria misterius itu.
"Siapa kamu? Dan kejutan apa yang kamu maksud?" Ujar Stella dengan lantang."Hahaha, kamu seharusnya mengerti apa yang aku bicarakan" Ujar Pria misterius itu dengan tawanya yang terdengar mengerikan."Setidaknya tunjukan wajahmu terlebih dahulu! Aku tidak ingin berbicara dengan orang yang tidak bisa menunjukkan wajahnya" Ujar Stella.Sebenarnya Stella sudah sangat takut bahkan keringat dingin mengalir di sekujur tubuhnya, tetapi dia terus mencoba untuk tenang. Tempat aneh dan pria aneh menjadi hal yang sangat membuat Stella penasaran. Sebenernya apa yang terjadi?"Sebenarnya kamu tidak bisa menyebutku dengan kata orang, karena aku bukan manusia Stella" Ujar Pria misterius itu.Kata kata pria itu sangat menakutkan, bahkan Stella tidak tau harus menjawab apa. Jika dia bukan manusia? Lalu mahkluk seperti apa dia? Kenapa suaranya seperti manusia? Setelah cukup lama berpikir, Stella sudah bisa menebak mahkluk apa yang sedang berbicara kepadanya."Baiklah tidak masalah jika kamu tidak mau menampakkan diri, aku tau wujud hantu sangatlah jelek" Ujar Stella dengan nada yang mengejek.Hantu adalah kata pertama yang terlintas di benak Stella saat mendengar perkataan pria misterius itu. Suaranya sangat menggema, tetapi wujudnya tidak ada. Bukankah masuk akal jika Stella menyebutnya sebagai hantu?"Jelek? Hantu? Asal kamu tau, wujudku lebih baik dari pada itu" Ujar Pria misterius yang merasa tidak terima dengan perkataan Stella.Stella tersenyum mengejek. Walaupun Stella tidak bisa melihat sosok pria yang bicara kepadanya, dia yakin pria itu bisa melihat raut wajahnya yang sangat menyebalkan. Stella memang pandai merubah suasana."Maaf jika membuatmu tersinggung, tetapi menurutku hanya mahkluk jelek yang malu menampakkan wajahnya" Ujar Stella. Stella sangat berharap perkataannya bisa membuat pria itu menunjukkan diri.Tiba tiba cahaya muncul dihadapannya. Cahaya itu membuat mata Stella sakit, sehingga Stella menutup wajahnya dengan kedua tangan."Jangan tutupi wajahmu, lihat lah wajah tampanku!" Ujar seorang pria yang ada dihadapan Stella.Stella menurunkan tangannya secara perlahan. Mencoba untuk melihat secara jelas pria yang ada dihadapannya. Stella menutup mulutnya menggunakan telapak tangan, dia sangat terkejut dengan wajah pria dihadapannya yang sangat sempurna.Rahangnya yang kokoh, hidungnya yang mancung, rambutnya yang sedikit panjang dan juga matanya yang bulat dengan hiasan bulu mata yang lentik. Bukan hanya itu, tubuh pria ini sangatlah tinggi dan sempurna. Benar benar tipe ideal sejuta wanita. Tetapi menurut Stella, pria misterius itu terlihat tidak cocok dengan jubah putihnya."Kenapa? Kamu takjub dengan wajah tampanku?" Ujar pria misterius itu sambil mengangkat sebelah alisnya."Entahlah, kamu terlihat seperti tidak nyata" Ujar Stella yang masih tampak takjub dengan pria dihadapannya.Pria misterius itu tertawa keras mendengar ucapan Stella. Stella yang melihat tingkah laku pria dihadapannya merasa bingung. Stella terus berpikir apakah pria dihadapannya normal atau tidak?"Sudah kuduga aku memang tampan, kamu harus menarik ucapanmu tadi!" Ujar Pria itu.Tatapan takjub Stella berubah begitu saja saat sadar bahwa pria dihadapannya sangatlah sombong. Menurut Stella, se sempurna apapun wajah dan penampilan seseorang. Jika mereka sombong dan membanggakan banggakan diri mereka sendiri dihadapan orang lain, mereka sangatlah terlihat jelek dimata Stella."TIDAK! tidak akan aku tarik ucapan ku. Setelah aku pikirkan kembali, aku lebih menyesal karena sempat takjub denganmu. Sudahlah jangan terlalu banyak basa-basi! Sebenarnya kamu siapa dan mau apa?" Ujar Stella dengan ketus.Pria misterius dihadapan Stella memasang senyum mengerikan diwajahnya. Stella yang awalnya sedikit lebih tenang, kembali takut saat melihat pria dihadapannya."Kamu bisa memanggilku Lan, aku yang merubah hidupmu Stella. Kamu dan Anastasya memiliki kesamaan yang membuatku tertarik untuk menukar jiwa kalian" Ujar Pria misterius itu."Lan? Nama yang aneh" Ujar Stella."Nama itu cukup mudah disebut, karena tidak terlalu panjang. Jadi kamu bisa memanggilku Lan" Ujar Pria bernama Lan.Stella menaikan sebelah alisnya. Sekarang dia mulai paham dengan perkataan pria dihadapannya. Stella mulai berpikir bahwa pria ini lah yang merubah hidup Stella. Jawaban atas semua pertanyaan yang selama ini ada didalam benaknya, ada di pria misterius yang bernama Lan.Lan membalikan badannya membelakangi Stella, lalu melihat ke sekeliling ruangan. Dalam satu kali jentikan jari, tiba tiba Stella sudah berpindah ke ruangan seperti di masa depan. Ada tv, sofa, kulkas, lampu, bahkan ruangan yang terlihat minimalis. Stella mengerjabkan matanya berulang kali, dia masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat sekarang.Stella melihat ke sekelilingnya. Apakah dia sekarang ada di zaman modern? Atau penglihatannya yang bermasalah? Stella berjalan menghampiri sofa minimalis yang berhadapan dengan TV. Stella sama sekali tidak memperdulikan Lan yang masih menatap Stella.Stella sangat senang dengan apa yang dia lihat. Akhirnya matanya kembali melihat ruangan modern dari masa depan. Stella mengarahkan pandangannya kepada Lan yang masih berdiri menatap dirinya. Stella langsung berdiri lalu menghampiri Lan."Apakah aku ada dimasa depan? Apakah aku sudah kembali ke masa depan?" Ujar Stella."Tidak, aku hanya tidak betah melihat ruangan gelap seperti tadi" Ujar Lan, lalu duduk diatas sofa "Duduklah! Aku akan jelaskan semuanya" Ujar Lan kepada Stella.Stella mengikuti perintah Lan, Stella segera duduk disebelah Lan. Dia menatap Lan yang berada disebelahnya dengan tatapan penasaran. Dia benar benar tidak sabar mendengar penjelasan tentang hidupnya yang tiba tiba berubah."Anastasya adalah gadis yang kurang bersyukur dengan semua hal yang dia miliki. Anastasya selalu iri dengan gadis gadis yang memiliki hidup penuh kebebasan. Bagi Anastasya hidupnya sangatlah menderita sehingga-""Menderita apanya? Dia hidup sangat mewah dan berkecukupan. Kehidupan yang bebas? Itu tidak artinya jika tidak memiliki uang" Belum sempat Lan menyelesaikan ucapannya, Stella terlebih dahulu memotongnya.Lan menatap Stella dengan tatapan sinis, Stella yang paham dengan tatapan Lan hanya bisa menyengir. Stella hanya merasa tidak terima ketika Lan menceritakan tentang Anastasya. Jika seorang Anastasya menderita, lalu dirinya apa? Manusia memang tidak pernah puas dengan kehidupannya."Maaf, silahkan dilanjutkan!" Ujar Stella dengan senyuman manis diwajahnya."Sehingga aku ingin merubah hidupmu dengannya. Aku ingin mengajarkan kepada Anastasya bahwa hidup seseorang memiliki kekurangan dan kelebihan, jadi aku ingin Anastasya merasakan hidup orang orang yang tidak seberuntung dirinya" Ujar Lan."Maksudmu hidupku tidak cukup beruntung?" Ujar Stella yang tidak terima."Memang tidak beruntung, bukannya hidupmu sangat menyedihkan? Ditinggalkan orang tuamu ketika umur 10 tahun, dan sampai sekarang kamu belum menemukan keluarga mu. Lalu kamu harus mencuri untuk-""Syuttt" Stella menaruh jari telunjuk ke depan bibir Lan. "Tidak usah dijelaskan, aku sudah tau" Ujar Stella.Lan mengangguk paham. Lalu Stella menurunkan jari telunjuknya dari bibir Lan. Lan tidak pernah diperlakukan seperti ini oleh siapapun, bahkan tidak ada yang berani memotong ucapan Lan. Siapa yang berani memotong ucapan dewa takdir? Hanya Stella.Lan sengaja tidak memberitahu identitasnya secara detail kepada Stella. Jika dia memberitahukan identitasnya, mungkin Stella akan memprotes kepada Lan tentang takdirnya yang tidak pernah berjalan mulus."Lalu kenapa harus aku? Bukannya banyak orang yang tidak beruntung di zaman Anastasya, kenapa harus mengambil orang dari masa depan?" Ujar Stella."Karena hanya kamulah orang yang tepat, kamu harus menebus dosa dosa mu didalam jiwa Anastasya" Ujar Lan."Kenapa harus Anastasya? Bukankah hidupnya terlalu sempurna? Tidak pantas dijadikan tempat penebusan dosa" Ujar Stella."Kamu akan paham nantinya. Kamu akan mendapatkan misi selama didalam jiwa Stella. Jika berhasil menuntaskan misi dengan baik, kamu bisa kembali ke masa depan" Ujar Lan.Stella diam mendengar ucapan Lan. Stella pikir dirinya akan terjebak selamanya ditubuh Anastasya, ternyata dia bisa kembali lagi ke masa depan. Tetapi untuk saat ini Stella tidak mempunyai niat untuk kembali, karena kehidupannya yang sekarang jauh lebih baik.Tetapi tidak ada salahnya mendengar perkataan Lan. Karena dia tidak tau perjalanan apa yang menantinya saat berada ditubuh Anastasya. Bagaimanapun dia belum paham tentang dunia Anastasya."Aku tau kamu tidak ingin kembali ke masa depan. Tetapi suatu saat kamu akan mempunyai keinginan untuk kembali menjadi dirimu" Ujar Lan."Sebutkan misinya!" Ujar Stella."Misi pertama mu adalah mencari tau penyebab kematian Anastasya, lalu misi yang kedua kamu harus menjaga tubuh Anastasya. Mudah bukan?" Ujar Lan"Anastasya dibunuh? Lalu kenapa aku ada ditubuhnya? Bukankah seharusnya dia mati?" Ujar Stella yang terkejut dan penasaran dengan ucapan Lan."Karena seharusnya kamu juga mati Stella. Dan aku ingin memberikan kesempatan kepada kalian untuk merasakan apa yang ingin kalian rasakan selama ini" Ujar Lan dengan nada yang serius."Apa maksudmu? Dan siapa sebenernya kamu?" Ujar Stella.Stella sangat terkejut dan juga penasaran kepada Lan. Siapa sebenarnya Lan? Kenapa dia memiliki hak untuk menukar jiwa seseorang? Lalu kenapa dia bisa memberikan kehidupan kedua untuk Stella dan Anastasya? Stella benar benar sangat bingung."Belum saat nya kamu tau siapa aku Stella. Sekarang kembalilah dan jalani kehidupanmu sebagai Anastasya" Ujar Lan.Lan kembali menjentikkan jarinya. Tiba tiba cahaya yang sangat terang menyinari mata Stella, sehingga Stella tidak bisa melihat apapun. Dalam 3 detik Stella sudah kembali ke kamar Anastasya. Dia segera merubah posisi menjadi duduk, lalu terdiam memikirkan ucapan Lan yang ada didalam mimpinya.Alma yang baru kembali setelah mandi terlihat bingung melihat Stella yang terlihat mematung. Bahkan Stella sampai tidak sadar dengan kedatangan Alma. Alma yang penasaran segera menghampiri Stella yang masih duduk diatas ranjang."Nona" Ujar Alma
Alma dibawa secara paksa oleh tiga putri bangsawan beserta budak mereka yang tidak Alma kenal. Alma tidak berani melawan dan membantah mereka, karena status Alma dan mereka sangatlah jauh. Alma hanya bisa menurut sambil berpikir kenapa mereka membawa dirinya pergi ke taman.Alma dibawa ke sebuah pohon besar. Ketiga putri bangsawan itu tidak berbicara apapun, mereka hanya menatap Alma dengan tatapan sinis. Sedangkan Alma hanya bisa diam dan menundukkan kepalanya."Pencuri ini sangat nekat datang ke pesta ulang tahun pangeran" Ujar Salah seorang dari putri bangsawan.Alma kaget mendengar salah satu dari mereka menuduhnya sebagai pencuri. Alma bahkan tidak pernah berani mengambil sebuah roti yang bukan miliknya. Bagaimana bisa mereka menuduh Alma sebagai seorang pencuri?"Apa maksudmu? Kenapa kalian menuduhku sebagai pencuri?" Ujar Alma. Dia memberanikan diri untuk menaikan kepalanya."Beraninya kamu bertanya?" Ujar salah seorang putri bangs
Stella dan Alma kembali ke meja mereka. Tuan Henry dan nyonya Rose sudah duduk terlebih dahulu sambil menunggu kedatangan Stella. Sedangkan Calvin baru saja sampai dengan wajah kesal karena ucapan pangeran Felix."Lain kali kamu harus menghindari mereka Anastasya" Ujar Nyonya Rose kepada Stella yang duduk berhadapan dengan nya."Aku tidak akan diam saja jika mereka yang memulai terlebih dahulu" Ujar Stella."Ini pertama kalinya kamu datang ke istana. Ayah tidak ingin kamu membuat keributan seperti itu" Ujar tuan Henry."Maafkan aku" Ujar Stella.Stella menyantap kue yang ada dihadapannya. Awalnya dia hanya ingin memakan kue untuk menghilangkan amarahnya, ternyata rasa kue itu sangat enak sampai Stella tidak bisa berhenti makan."Calvin"Seseorang memanggil Calvin. Refleks semua orang yang berada dimeja menoleh ke arah sumber suara, termasuk Stella. Dia adalah Akxel, pria yang pernah menaruh pedangnya di leher Stella. Aks
Nyonya Rose menggelengkan kepalanya ketika melihat Stella bertemu langsung dengan Aksel. Padahal nyonya Rose sudah memerintahkan Stella untuk segera pergi dan mandi, tetapi Stella tidak menuruti perkataan nyonya Rose.Nyonya Rose berdiri, lalu mendorong Stella pelan agar segera pergi dari situasi yang memalukan. Sedangkan Aksel hanya diam sambil mengarahkan pandangannya agar tidak melihat ke arah Stella.Stella berjalan cepat pergi ke kamar. Hari ini adalah hari paling memalukan bagi Stella. Stella memang tidak menyukai Aksel, begitupun dengan Aksel yang tidak tertarik kepada Stella, tetapi sudah sewajarnya seorang putri bangsawan terlihat rapih, cantik dan anggun dihadapan orang lain."Aish memalukan, kenapa harus bertemu disaat seperti ini?" Ujar Stella yang mulai berlari ke arah kamarnya.Stella memasuki kamar sambil terengah engah. Didalam sudah ada Alma yang sedang merapikan dress milik Stella. Alma yang melihat Stella hanya berdiri sambil me
Semua orang menoleh ke arah Calvin bersamaan. Aksel mengerti dengan sikap Calvin yang tidak suka jika Anastasya pergi ke istana untuk menemui pangeran Felix. Apalagi pangeran Felix mengundang Anastasya secara pribadi. Selain Calvin dan pangeran Felix, Aksel juga mengetahui alasan Calvin tidak menyukai pangeran Felix."Tidak" Ujar tuan Henry dengan tegas kepada Calvin.Tuan Henry menentang permintaan Calvin yang ingin ikut pergi ke istana, karena sudah jelashanya Anastasya yang diundang ke istana. Jadi tidak ada satu orangpun dari keluarga mereka yang boleh ikut."Ayah aku mohon, aku hanya ingin menemani Anastasya" Ujar Calvin kepada tuan Henry.Melihat tingkah laku Calvin yang keras kepala, Stella hanya beranggapan Calvin hanya khawatir dengan adiknya yang pergi ke istana tanpa ditemani keluarga. Apalagi adiknya ditemani oleh seorang pria. Bukankah wajar jika Calvin khawatir? Tetapi kenapa tuan Henry tidak mengizinkan Calvin? Stella bertanya
"Kenapa? Kau berpikir aku yang akan membawa keretanya?" Ujar Aksel dengan santai.Stella mengepalkan tangannya kuat. Jika tau akan duduk berdua dengan Aksel, Stella pasti membujuk ayahnya mati matian agar mengizinkan Calvin ikut.Stella menarik nafasnya pelan. Dia mencoba untuk tetap tenang, lalu duduk disebelah Aksel."Jalan!" Ujar Aksel kepada supir kereta.Kereta kuda berjalan dengan kecepatan normal. Stella dan Aksel saling diam dan tidak memulai percakapan apapun didalam kereta.Tebakan Aksel sangat tepat. Suasana terasa sangat canggung sekarang. Mereka saling buang muka, Stella mengarahkan pandangannya ke kanan sementara Aksel ke kiri.Mereka melewati pasar, Stella mengintip dari jendela menyaksikan pemandangan pasar. Dia jadi ingat waktu pertama kali bertemu dengan Aksel. Awal pertemuan mereka memang tidak bagus.Stella melihat warga pasar yang berkerumun. Matanya tertuju pada bocah laki laki yang sedang dipukuli
"Kamu tidak dengar? Aku bilang berikan dia uang" Ujar Stella.Aksel menatap Malio yang berdiri dihadapannya. Sebenarnya Aksel merasa kasihan dengan Malio yang hidup dengan adiknya tanpa orang tua.Dia merasa bahwa kehidupannya tak terlalu buruk setelah melihat Malio. Dia memang tidak mempunyai orang tua tetapi ada pamannya yang mau merawatnya dengan penuh kasih sayang.Aksel memberikan sekantong keping emas kepada Malio "Ambilah! Belilah makanan enak untuk adikmu!" Ujar Aksel.Malio mengintip isi kantong yang diberikan Aksel. Dia sangat terkejut melihat kepingan emas yang sangat banyak menurutnya. Malio belum pernah melihat uang sebanyak ini."Terimakasih atas kebaikan tuan dan nona" Ujar Malio yang merasa terharu."Masukan lah kedalam kantong celanamu! Jangan sampai uangmu dicuri" Ujar Stella.Malio mengangguk, lalu segera memasukan kantong yang diberikan Aksel kedalam kantong celananya. Dia harus berhati hati saat memb
Stella sangat terkejut saat mendengar ucapan pangeran Felix. Stella sama sekali tidak berpikir bahwa pangeran Felix akan melamarnya."Apa? Melamar? Apa maksudmu?" Ujar Stella dengan wajah yang terkejut sekaligus bingung."Aku menyukai mu, jadi aku mau melamar mu Anastasya" Pangeran Felix mengambil kotak cincin yang ada didalam sakunya "Apakah kamu mau menikah denganku?" Ujar pangeran Felix sambil membuka kotak cincin lalu menaruhnya diatas meja.Cincin yang diberikan pangeran Felix sangat indah. Cincin itu terbuat dari emas dengan hiasan sebuah permata yang lumayan besar."Tetapi kamu baru bertemu denganku dua kali, kenapa langsung melamar ku?" Ujar Stella."Karena aku percaya kamu bisa menjadi ratu yang baik. Banyak wanita diluar sana yang ingin menjadi ratu, tetapi mereka tidak memiliki sikap yang pantas menjadi seorang ratu. Aku ingin memiliki ratu yang rendah hati dan peduli kepada rakyatku nanti, bukan ratu yang hanya haus dengan harta" Ujar pangeran Felix.Stella terdiam kaku kar