Stella sudah menebak bahwa mereka akan terkejut dengan ucapan Stella. Stella tidak berbohong soal dirinya yang bisa memainkan piano.
Dulu sebelum Stella kehilangan orang tuanya, Stella ikut les musik karena ayahnya seorang pianis. Stella jadi tertarik dengan piano karena ayahnya."Kamu tau akibatnya jika membohongi kami" Ujar pangeran Aarav."Aku tidak berani berbohong kepada pangeran. Aku bahkan siap membuktikannya" Ujar Stella dengan percaya diri.Karena rasa penasaran, akhirnya para pangeran membawa Stella keruangan alat musik. Pangeran Aarav ingin membuktikan apa yang dibicarakan oleh Stella.Stella sangat takjub melihat ruangan musik. Banyak sekali musik musik antik disini. Stella bisa melihat sebuah piano yang berdiri dengan kokoh disalah satu alat musik."Kamu bisa berbicara jujur sekarang Anastasya, jangan memaksakan diri" Ujar pangeran Felix.Pangeran Felix takut Stella akan berbohong dan malu nantinya. PangeranStella menyenderkan kepalanya ke pinggiran kereta kuda. Dia merasa badannya sangat letih, padahal saat di istana dia tidak melakukan apa apa.Tidak hanya lelah, rasa kantuk juga menyerang Stella. Perlahan Stella mulai memejamkan matanya dan tertidur dengan posisi menyandar ke pinggir kereta.Sedangkan Aksel masih setia dengan posisi duduk yang tegak sambil mengarahkan kepalanya ke jendela sebelah kanan untuk melihat suasana hutan yang sejuk di pagi hari.Aksel mengarahkan pandangannya ke arah Stella yang sudah tertidur pulas. Aksel sedikit tersenyum melihat Stella yang sudah tertidur, padahal langit sudah sangat cerah. Dia jadi teringat saat melihat wajah Stella saat baru bangun tidur, sebenarnya Aksel ingin sekali tertawa saat itu."BERHENTI KALIAN!" Sekelompok pria berbaju hitam menghalangi kereta kuda Aksel dan Stella. Badan Stella hampir saja terhuyung ke depan karena kereta yang berhenti mendadak, tetapi untungnya dengan cepat Aksel
Stella memejamkan matanya. Tubuhnya terus terjun menuju kedasar jurang. Dia merasa sangat bersalah kepada Anastasya karena tidak bisa menjaga tubuh Anastasya dengan baik."Maaf, karena aku telah egois" Lirih Stella.Seseorang menarik lengan Stella untuk masuk kedalam pelukannya. Dia memeluk Stella sangat erat. Stella cukup terkejut, dia mencoba memberanikan diri membuka matanya."Aksel" Ujar Stella.Aksel menatap Stella dengan tatapan cemas. Aksel sangat bersyukur ternyata dia belum terlambat untuk menyelamatkan Stella.Untuk sesaat Stella terlarut dalam pikirannya. Dia tidak bisa berhenti menatap Aksel. Sampai dia tidak sadar Aksel membawanya terbang menuju keatas jurang."Apa kau terluka?" Ujar Aksel yang berdiri dihadapan Stella."Aksel..." Ujar Stella yang masih sangat terkejut."Kenapa kenapa? Apa kau terluka?" Ujar Aksel panik.Stella menatap Aksel, meletakan kedua telapak tangannya di pipi Aksel,
DorDorDor"Jangan bergerak atau kami tembak!" Ujar seorang polisi yang sibuk berlari mengejar seorang wanita.Wanita berambut pendek yang bernama Stella adalah seorang buronan polisi yang sering mencuri barang barang berharga milik masyarakat. Stella sangat cerdik dan memiliki banyak ide sehingga susah baginya untuk tertangkap. Tetapi hari ini adalah hari sial bagi Stella, karena saat mencuri di toko emas kecil, Stella ketahuan oleh polisi yang menjaga keamanan."Kalian terlihat seperti kura kura yang lambat" Ujar Stella, dia menertawakan polisi yang sedang berusaha mengejarnya."Berhenti sekarang juga!" Teriak polisi yang mengejar Stella dari belakang.Stella tidak memperdulikan polisi yang terus menerus meneriakinya. Dia terus berlari menghindari kejaran polisi. Tanpa sadar Stella sudah berada ditengah tengah jalan raya besar. Sedangkan polisi yang mengejarnya berhenti saat melihat truk mini yang berjalan cepat ke arah Stella."AWASSS" Teriak polisi.Stella berhenti sebentar, lalu
Stella kembali dibawa masuk kedalam kamar oleh Alma dan nyonya Rose. Tetapi kali ini Stella meminta Alma dan nyonya Rose untuk keluar dari kamarnya. Karena melihat mereka membuat Stella tambah pusing dan frustasi.Stella berjalan bolak balik didalam kamarnya. Dia sedang memikirkan apa yang sebenarnya terjadi kepadanya. Bukannya Stella hampir mati karena kecelakaan, kenapa bisa dia berakhir ditahun 1781?"Kenapa aku bisa berakhir disini? Kenapa semuanya jadi tambah buruk aaaa?" Stella kembali mengacak acak rambutnya."Nona nona kenapa?" Ujar Alma dari balik pintu.Stella tidak menghiraukan ucapan Alma. Dia harus berpikir bagaimana caranya untuk kembali ke 2023. Bagaimana bisa dia hidup sebagai Anastasya yang berstatus putri bangsawan. Tunggu bukankah tidak terlalu buruk menjadi putri bangsawan dari pada menjadi seorang pencuri?"Benar tidak terlalu buruk menjadi Anastasya. Kehidupanku dimasa depan lebih buruk, aku bahkan tidak punya keluarga jadi lebih baik aku bersenang senang disin
Sesuai apa yang dikatakan oleh Stella kepada ayahnya kemarin. Hari ini Stella akan berjalan jalan ke pasar ditemani oleh Calvin. Sedangkan Alma yang sempat ingin ikut, tidak diizinkan oleh Stella. Stella menyuruh Alma untuk tetap dirumah istirahat. Karena selama Anastasya tidak sadarkan diri Alma mengalami banyak kesulitan.Stella berdiri didepan rumah menunggu Calvin yang sedang bersiap. Hari ini Stella memakai dress berwarna pink dengan hiasan hiasan cantik di rambutnya."Lama banget sih, kaya gadis aja" Ujar Stella kepada Calvin yang baru keluar rumah."Kamu harus sabar sedikit! Lihat! Bagaimana penampilan ku hari ini?" Ujar Calvin sambil memutarkan badannya dihadapan Stella.Calvin memakai baju kuno berwarna ungu gelap dengan celana hitam. Dia juga membawa senjata seperti pedang untuk berjaga jaga jika tiba tiba hal yang tidak diinginkan terjadi. Penampilan Calvin hari ini cukup menarik dimata Stella."Tampan sekali" Ujar Stella sambil mengacungkan kedua jempolnya "Lalu bagaimana
Selesai membeli 2 pasang sepatu untuk nyonya Rose dan adiknya. Calvin pergi mencari Stella yang sudah tidak ada disekitar toko. Calvin sangat panik apalagi saat melihat banyak pengawal istana yang datang ke daerah pasar.Dari kejauhan Calvin melihat seorang pemimpin keamanan yang sedang mengarahkan pedangnya ke leher seorang wanita. Calvin menyipitkan matanya memastikan apakah wanita yang membelakangi pemimpin pengawal itu benar adiknya atau bukan. Dan ternyata benar.Calvin berlari secepat mungkin menghampiri Stella yang sedang dalam bahaya. Dengan cepat Calvin mengeluarkan pedang tajam miliknya, lalu mengarahkan pedangnya dari belakang ke leher pemimpin pengawal."Lepaskan adikku!" Ujar Calvin.Stella yang mendengar suara Calvin bernafas lega. Akhirnya dia tidak akan mati di dunia ini. Stella membalikan badannya secara perlahan, agar bisa melihat kakak dan pemimpin keamanan yang mengarahkan pedang ke lehernya."Kak tolong aku!" Ujar Stella.Pemimpin keamanan itu menurunkan pedangnya
Stella menggaruk keningnya yang tidak gatal. Matanya sibuk menghindari tatapan nyonya Rose yang sedang duduk dihadapannya. Apakah nyonya Rose bisa merasakan bahwa jiwa yang ada ditubuh putrinya bukan lah putrinya, melainkan seorang pencuri dari masa depan? Apakah insting seorang ibu sekuat itu?"Ibu... Apa yang ibu bicarakan?" Ujar Calvin."Ibu hanya bercanda" nyonya Rose mengusap lembut lengan Stella."Hahaha, tentu saja aku tau bu" Ujar Stella sambil tertawa hambar.Stella pamit untuk kembali ke kamar. Meninggalkan nyonya Rose dan Calvin yang masih sibuk berbincang. Jujur Stella sama sekali tidak mengerti apa yang mereka bicarakan.****Stella membuka pintu kamarnya. Badannya yang sejak tadi lemas akhirnya terjatuh begitu saja. Dia benar benar sangat terkejut saat nyonya Rose memberikan pertanyaan tidak terduga kepadanya."Stella apa kamu sudah gila?" Stella memukul kepalanya sendiri.Stella sangat menyesal ka
Stella terus mencari sumber suara yang berbicara aneh kepadanya. Suara itu terdengar asing dan membingungkan. Stella sama sekali tidak mengerti apa yang dibicarakan pria misterius itu."Siapa kamu? Dan kejutan apa yang kamu maksud?" Ujar Stella dengan lantang."Hahaha, kamu seharusnya mengerti apa yang aku bicarakan" Ujar Pria misterius itu dengan tawanya yang terdengar mengerikan."Setidaknya tunjukan wajahmu terlebih dahulu! Aku tidak ingin berbicara dengan orang yang tidak bisa menunjukkan wajahnya" Ujar Stella.Sebenarnya Stella sudah sangat takut bahkan keringat dingin mengalir di sekujur tubuhnya, tetapi dia terus mencoba untuk tenang. Tempat aneh dan pria aneh menjadi hal yang sangat membuat Stella penasaran. Sebenernya apa yang terjadi?"Sebenarnya kamu tidak bisa menyebutku dengan kata orang, karena aku bukan manusia Stella" Ujar Pria misterius itu.Kata kata pria itu sangat menakutkan, bahkan Stella tidak tau harus menj