Selesai membeli 2 pasang sepatu untuk nyonya Rose dan adiknya. Calvin pergi mencari Stella yang sudah tidak ada disekitar toko. Calvin sangat panik apalagi saat melihat banyak pengawal istana yang datang ke daerah pasar.
Dari kejauhan Calvin melihat seorang pemimpin keamanan yang sedang mengarahkan pedangnya ke leher seorang wanita. Calvin menyipitkan matanya memastikan apakah wanita yang membelakangi pemimpin pengawal itu benar adiknya atau bukan. Dan ternyata benar.Calvin berlari secepat mungkin menghampiri Stella yang sedang dalam bahaya. Dengan cepat Calvin mengeluarkan pedang tajam miliknya, lalu mengarahkan pedangnya dari belakang ke leher pemimpin pengawal."Lepaskan adikku!" Ujar Calvin.Stella yang mendengar suara Calvin bernafas lega. Akhirnya dia tidak akan mati di dunia ini. Stella membalikan badannya secara perlahan, agar bisa melihat kakak dan pemimpin keamanan yang mengarahkan pedang ke lehernya."Kak tolong aku!" Ujar Stella.Pemimpin keamanan itu menurunkan pedangnya dari leher Stella. Lalu memasukannya kembali kedalam sarungnya. Dia membalikan badannya untuk melihat siapa yang berani mengarahkan pedang ke lehernya."Calvin itu kamu?" Ujar pemimpin pengawal. Sepertinya dia mengenal kakak laki laki Anastasya."Akxel, kau Akxel?" Ujar Calvin.Calvin menurunkan pedangnya dari leher pria yang bernama Akxel, lalu memasukan pedangnya kedalam sarung pedang miliknya. Calvin tersenyum lebar begitupun dengan Akxel. Mereka berpelukan layaknya 2 orang sahabat yang bertemu kembali."Wahh aku sangat senang melihatmu Akxel" Ujar Calvin."Aku juga. Sudah hampir satu tahun kita tidak bertemu" Ujar Akxel."Sekarang kau sudah jadi pemimpin keamanan, kamu sangat hebat" Ujar Calvin, dia menepuk pelan pundak Akxel. Lalu mereka tertawa bersama.Stella yang melihat interaksi Calvin dan Akxel merasa kesal. Karena dia sangat syok, tapi bisa bisanya mereka malah melepas rindu tanpa melihat keadaan Stella. Padahal leher nya terasa sangat perih karena pedang yang hampir menebasnya."Kak sepertinya leherku terluka" Ujar Stella.Calvin dan Akxel menoleh bersamaan ke arah Stella. Dan benar saja leher mulus Stella sedikit tergores sehingga lehernya mengeluarkan darah. Calvin yang melihat itu langsung mengeluarkan sapu tangan miliknya. Calvin menyuruh Stella untuk menahan goresan di leher Stella dengan sapu tangan miliknya, agar tidak mengeluarkan darah."Ini hanya goresan kecil. Saat dirumah aku akan meminta Alma untuk mengobati lukamu" Ujar Calvin."Aku benar benar minta maaf nona, aku tidak tau kalau kau adik temanku" Ujar Akxel dengan lembut.Stella mendorong kakaknya kesamping. Lalu berjalan menghampiri Akxel yang sedang tersenyum kepadanya. Stella bertolak pinggang dihadapan Akxel."Minta maaf? Apa itu cukup? Kau mengarahkan pedang mu ke leher mulus milikku, lalu menuduhku sebagai nona tukang judi. Setidaknya bayarlah uang pengobatan" Ujar Stella dengan tegas.Calvin menepuk jidatnya. Sejak kapan adiknya benar benar mementingkan soal uang. Calvin segera menutup mulut Stella menggunakan telapak tangannya dari belakang. Karena Calvin merasa tidak enak kepada Akxel."Hahaha santai saja Akxel. Anastasya memang suka bercanda" Ujar Calvin."Aku minta maaf soal mengarahkan pedang ke leher adikmu. Tapi kalau soal memanggilnya nona tukang judi, aku memang berbicara yang sebenarnya. Aku melihat adikmu bermain judi bersama para pria. Dan aku juga lihat saat adikmu menyembunyikan uang hasil judinya" Ujar Akxel.Stella ingin sekali menjahit mulut Akxel yang senang sekali mengadu pada kakaknya. Kalau seperti ini Stella akan dapat masalah dirumahnya. Stella tidak bisa diam saja, dia harus membela dirinya."Apakah benar Anastasya?" Calvin melepaskan telapak tangannya yang menutupi mulut Stella."A-aku memang ikut bermain tetapi aku tidak ikut memasang uang. Kakak tau kan aku tidak punya uang? Aku cuma ingin menebak nebak saja. Lalu para pria itu bilang kalau aku bisa menjawab mereka akan menyerahkan semua uangnya kepadaku, namun jika aku tidak bisa menjawab aku akan jadi milik mereka. Aku sangat kesal mendengarnya, jadi aku bermain terlalu lama untuk memberi pelajaran pada mereka" Ujar Stella panjang lebar.Calvin menggelengkan kepalanya mendengar penjelasan adiknya. Banyak sekali hal yang berubah pada Anastasya semenjak bangun dari koma. Calvin tidak menyangka adiknya sangat berani menantang para penjudi, apalagi dia menjadikan dirinya sebagai pasangan. Bukankah terlalu berbahaya? Untung saja hari ini pengawal keamanan datang, jika tidak mungkin adiknya sudah menjadi milik para penjudi itu.Tak lama kemudian salah seorang pengawal menghadap kepada Akxel. Berbisik kepada Akxel untuk segera pergi membawa beberapa penjudi yang berhasil tertangkap. Akxel yang mendengarnya hanya bisa mengangguk."Sepertinya aku harus segera kembali" Ujar Akxel kepada Calvin dan Stella."Ya, kembalilah sana! Aku tau kamu sangat sibuk. Oiya mampirlah kapan kapan kerumah ku! Kamu tau kan?" Ujar Calvin."Aku tau, pastinya aku akan mampir. Aku sangat merindukan masakan ibumu. Aku pamit dulu, sampai jumpa" Ujar Akxel.Akxel pergi meninggalkan Calvin dan Stella. Calvin melambaikan tangannya ke arah Akxel begitupun dengan Akxel yang melambaikan tangannya kepada Calvin.Calvin mengalihkan pandangannya ke arah Stella yang berada disebelahnya. Memberikan tatapan sinis kepada adiknya yang sudah berbuat onar di pasar. Jika ayah mereka tau, mereka berdua akan dihukum bersama."Sejak kapan kau suka bermain judi?" Ujar Calvin."Aduh aduh kak, leherku sangat sakit. Sepertinya kita harus segera pulang" Ujar Stella sambil memegangi lehernya.Stella berjalan lebih dulu meninggalkan Calvin yang masih menatapnya sinis. Sedangkan Calvin yang melihat tingkah laku adiknya hanya bisa pasrah, adiknya benar benar sudah berubah. Anastasya yang dahulu penakut dan pendiam sekarang telah menjadi Anastasya yang pemberani dan banyak tingkah. Sepertinya Calvin harus menjaga adiknya lebih ketat.Calvin berlari mengejar adiknya yang hampir jauh. Calvin memberikan tas yang berisi sepatu yang dia beli kepada Stella. Stella yang melihat isinya merasa sangat tertarik kepada sepatu putih bermotif bunga mawar."Kak... sangat cantik" Stella mengeluarkan sepatu putih bermotif bunga mawar, lalu menunjukannya didepan muka Calvin."Ambillah! Yang itu untukmu dan yang satu lagi punya ibu" Ujar Calvin."Benarkah? Kakak... kamu sangat baik, apakah aku harus memeluk mu?" Ujar Stella mendongak menatap Calvin yang lebih tinggi darinya."Sutt menjijikan" Calvin mendorong kepala Stella dengan jari telunjuknya.Stella tertawa melihat tingkah laku Calvin. Dia sangat puas mendapatkan sepatu dan gelang yang sangat cantik dan juga uang hasil tebak tebakan, bukan judi ya! Hanya tebak tebakan. Sedangkan Calvin yang melihat adiknya tertawa sedikit terkejut. Sudah lama sekali Calvin tidak melihat adiknya tertawa. Sepertinya efek terbentur batu sangat bagus.****Setelah sampai dirumah Alma bergegas mengobati luka Stella. Nyonya Rose yang melihat putrinya terluka kembali khawatir dan tidak mengizinkan Stella untuk keluar rumah bersama siapapun.Alma mengobati luka Stella dengan telaten. Walaupun sesekali Stella meringis karena rasa perih yang ditimbulkan oleh lukanya."Seharusnya nona mengajakku tadi" Ujar Alma."Ini bukan luka besar Alma. Aku tidak apa apa, bahkan aku tidak pingsan kan? Tenang saja! Diriku yang sekarang sangat kuat" Ujar Stella dengan tawa kecil yang mengiringi percakapannya dan Alma."Baiklah baiklah, nona memang sangat kuat" Ujar Alma.Tiba tiba Stella teringat dengan pedang yang digunakan oleh kakak dan Akxel tadi. Apa di zaman ini semua orang masih menggunakan pedang bukan senjata api? Karena penasaran Stella mencoba untuk bertanya kepada Alma."Emm apa di tahun ini semua orang menggunakan pedang bukan senjata api?" Ujar Stella kepada Alma yang masih duduk dihadapannya."Mereka menggunakan keduanya. Tetapi senjata api hanya digunakan saat keadaan darurat karena senjata nya yang terbatas" Ujar Alma."Ohh" Ujar Stella mengangguk angguk paham.Selesai mengobati luka. Stella pergi mencari nyonya Rose. untuk mengantarkan sepatu milik nyonya Rose yang masih ada ditangannya. Stella lupa untuk memberikan sepatu milik nyonya Rose kepada Calvin.Stella bertanya kepada wanita tukang bersih bersih dirumahnya. Ternyata nyonya Rose sedang berada dikamar bersama Calvin. Stella meminta bibi tukang bersih bersih mengantarnya ke kamar nyonya Rose, dengan alasan kalau dia lupa."Terimakasih sudah mengantar" Ujar Stella."Sama sama nona" Ujar wanita tukang bersih bersih lalu pergi dari hadapan Stella.Saat berada didepan pintu kamar Stella mendengar percakapan nyonya Rose dan Calvin. Nyonya Rose sedang memarahi Calvin karena tidak bisa menjaga adiknya dengan baik. Stella yang merasa tidak enak akhirnya meminta izin untuk masuk. Dia berniat untuk membantu Calvin."Ibu... Ini aku Tasya. Apakah aku boleh masuk?" Ujar Stella dari balik pintu."Masuklah!" Ujar nyonya RoseStella membuka pintu kamar nyonya Rose. Kamar nyonya Rose lebih luas dari pada kamar Stella, tetapi isi kamar nyonya Rose tidak berbeda dengan kamar Stella. Nyonya Rose sedang duduk diatas alas seperti karpet bersama Calvin dihadapannya. Nyonya Rose yang melihat putrinya masuk, menyuruh putrinya untuk duduk dihadapannya."Ada apa Tasya?" Ujar Nyonya Rose."Apa ibu memarahi kak Calvin?" Ujar Stella."Ibu hanya memarahinya sedikit" Ujar nyonya Rose.Stella mengalihkan pandangannya ke arah Calvin yang duduk disebelah nya. Calvin menggelengkan kepalanya agar Stella tidak berbicara apa yang terjadi di pasar. Bukan karena Calvin takut tambah dimarahi oleh ibunya, tetapi takut adiknya akan ditambah hukumannya."Ibu sebenarnya aku yang salah, kak Calvin sama sekali tidak salah. Jadi jangan marahi kak Calvin" Ujar Stella dengan penuh rasa bersalah."Memangnya apa yang terjadi?" Ujar Nyonya Rose dengan penuh kebingungan, karena Calvin tidak bercerita apa apa kepada nyonya Rose.Stella menceritakan semua kejadian saat di pasar. Nyonya Rose memasang raut wajah yang berubah ubah sesuai apa yang sedang diceritakan oleh Stella. Sedangkan Calvin terus memberikan kode kepada Stella untuk berhenti menceritakan semuanya kepada nyonya Rose."Astaga, kamu sangat nakal Anastasya. Apakah aku harus memukul kamu lagi?" ujar nyonya Rose dengan emosi."Jangan bu! Tasya saat ini sedang terluka" Ujar Calvin yang membela Stella."Ibu jangan ceritakan kepada ayah ya!" Ujar Stella dengan tatapan memohon.Nyonya Rose berpikir sejenak. Lalu menghela nafasnya gusar, jika dia memberi tau apa yang terjadi pada suaminya pasti suaminya akan lebih marah dari pada dia. Jadi nyonya Rose memutuskan untuk menjaga rahasia."Baiklah tidak akan" Ujar nyonya Rose.Stella dan Calvin menghela nafas lega. Akhirnya hidup mereka aman. Untung saja nyonya Rose bersedia untuk tetap diam, jika nyonya Rose menceritakan semua mungkin Stella tidak akan diizinkan melangkahkan kaki keluar selamanya."Tapi Tasya, ibu sangat bingung" Ujar Nyonya Rose."Apa yang ibu bingungkan?" Ujar Stella."Sejak kapan kau menjadi gadis yang berani dan banyak tingkah, sebelumnya kau hanya gadis yang pendiam dan segan untuk melakukan hal hal seperti itu. Apakah kau bukan putriku?"Stella menggaruk keningnya yang tidak gatal. Matanya sibuk menghindari tatapan nyonya Rose yang sedang duduk dihadapannya. Apakah nyonya Rose bisa merasakan bahwa jiwa yang ada ditubuh putrinya bukan lah putrinya, melainkan seorang pencuri dari masa depan? Apakah insting seorang ibu sekuat itu?"Ibu... Apa yang ibu bicarakan?" Ujar Calvin."Ibu hanya bercanda" nyonya Rose mengusap lembut lengan Stella."Hahaha, tentu saja aku tau bu" Ujar Stella sambil tertawa hambar.Stella pamit untuk kembali ke kamar. Meninggalkan nyonya Rose dan Calvin yang masih sibuk berbincang. Jujur Stella sama sekali tidak mengerti apa yang mereka bicarakan.****Stella membuka pintu kamarnya. Badannya yang sejak tadi lemas akhirnya terjatuh begitu saja. Dia benar benar sangat terkejut saat nyonya Rose memberikan pertanyaan tidak terduga kepadanya."Stella apa kamu sudah gila?" Stella memukul kepalanya sendiri.Stella sangat menyesal ka
Stella terus mencari sumber suara yang berbicara aneh kepadanya. Suara itu terdengar asing dan membingungkan. Stella sama sekali tidak mengerti apa yang dibicarakan pria misterius itu."Siapa kamu? Dan kejutan apa yang kamu maksud?" Ujar Stella dengan lantang."Hahaha, kamu seharusnya mengerti apa yang aku bicarakan" Ujar Pria misterius itu dengan tawanya yang terdengar mengerikan."Setidaknya tunjukan wajahmu terlebih dahulu! Aku tidak ingin berbicara dengan orang yang tidak bisa menunjukkan wajahnya" Ujar Stella.Sebenarnya Stella sudah sangat takut bahkan keringat dingin mengalir di sekujur tubuhnya, tetapi dia terus mencoba untuk tenang. Tempat aneh dan pria aneh menjadi hal yang sangat membuat Stella penasaran. Sebenernya apa yang terjadi?"Sebenarnya kamu tidak bisa menyebutku dengan kata orang, karena aku bukan manusia Stella" Ujar Pria misterius itu.Kata kata pria itu sangat menakutkan, bahkan Stella tidak tau harus menj
"Apa maksudmu? Dan siapa sebenernya kamu?" Ujar Stella.Stella sangat terkejut dan juga penasaran kepada Lan. Siapa sebenarnya Lan? Kenapa dia memiliki hak untuk menukar jiwa seseorang? Lalu kenapa dia bisa memberikan kehidupan kedua untuk Stella dan Anastasya? Stella benar benar sangat bingung."Belum saat nya kamu tau siapa aku Stella. Sekarang kembalilah dan jalani kehidupanmu sebagai Anastasya" Ujar Lan.Lan kembali menjentikkan jarinya. Tiba tiba cahaya yang sangat terang menyinari mata Stella, sehingga Stella tidak bisa melihat apapun. Dalam 3 detik Stella sudah kembali ke kamar Anastasya. Dia segera merubah posisi menjadi duduk, lalu terdiam memikirkan ucapan Lan yang ada didalam mimpinya.Alma yang baru kembali setelah mandi terlihat bingung melihat Stella yang terlihat mematung. Bahkan Stella sampai tidak sadar dengan kedatangan Alma. Alma yang penasaran segera menghampiri Stella yang masih duduk diatas ranjang."Nona" Ujar Alma
Alma dibawa secara paksa oleh tiga putri bangsawan beserta budak mereka yang tidak Alma kenal. Alma tidak berani melawan dan membantah mereka, karena status Alma dan mereka sangatlah jauh. Alma hanya bisa menurut sambil berpikir kenapa mereka membawa dirinya pergi ke taman.Alma dibawa ke sebuah pohon besar. Ketiga putri bangsawan itu tidak berbicara apapun, mereka hanya menatap Alma dengan tatapan sinis. Sedangkan Alma hanya bisa diam dan menundukkan kepalanya."Pencuri ini sangat nekat datang ke pesta ulang tahun pangeran" Ujar Salah seorang dari putri bangsawan.Alma kaget mendengar salah satu dari mereka menuduhnya sebagai pencuri. Alma bahkan tidak pernah berani mengambil sebuah roti yang bukan miliknya. Bagaimana bisa mereka menuduh Alma sebagai seorang pencuri?"Apa maksudmu? Kenapa kalian menuduhku sebagai pencuri?" Ujar Alma. Dia memberanikan diri untuk menaikan kepalanya."Beraninya kamu bertanya?" Ujar salah seorang putri bangs
Stella dan Alma kembali ke meja mereka. Tuan Henry dan nyonya Rose sudah duduk terlebih dahulu sambil menunggu kedatangan Stella. Sedangkan Calvin baru saja sampai dengan wajah kesal karena ucapan pangeran Felix."Lain kali kamu harus menghindari mereka Anastasya" Ujar Nyonya Rose kepada Stella yang duduk berhadapan dengan nya."Aku tidak akan diam saja jika mereka yang memulai terlebih dahulu" Ujar Stella."Ini pertama kalinya kamu datang ke istana. Ayah tidak ingin kamu membuat keributan seperti itu" Ujar tuan Henry."Maafkan aku" Ujar Stella.Stella menyantap kue yang ada dihadapannya. Awalnya dia hanya ingin memakan kue untuk menghilangkan amarahnya, ternyata rasa kue itu sangat enak sampai Stella tidak bisa berhenti makan."Calvin"Seseorang memanggil Calvin. Refleks semua orang yang berada dimeja menoleh ke arah sumber suara, termasuk Stella. Dia adalah Akxel, pria yang pernah menaruh pedangnya di leher Stella. Aks
Nyonya Rose menggelengkan kepalanya ketika melihat Stella bertemu langsung dengan Aksel. Padahal nyonya Rose sudah memerintahkan Stella untuk segera pergi dan mandi, tetapi Stella tidak menuruti perkataan nyonya Rose.Nyonya Rose berdiri, lalu mendorong Stella pelan agar segera pergi dari situasi yang memalukan. Sedangkan Aksel hanya diam sambil mengarahkan pandangannya agar tidak melihat ke arah Stella.Stella berjalan cepat pergi ke kamar. Hari ini adalah hari paling memalukan bagi Stella. Stella memang tidak menyukai Aksel, begitupun dengan Aksel yang tidak tertarik kepada Stella, tetapi sudah sewajarnya seorang putri bangsawan terlihat rapih, cantik dan anggun dihadapan orang lain."Aish memalukan, kenapa harus bertemu disaat seperti ini?" Ujar Stella yang mulai berlari ke arah kamarnya.Stella memasuki kamar sambil terengah engah. Didalam sudah ada Alma yang sedang merapikan dress milik Stella. Alma yang melihat Stella hanya berdiri sambil me
Semua orang menoleh ke arah Calvin bersamaan. Aksel mengerti dengan sikap Calvin yang tidak suka jika Anastasya pergi ke istana untuk menemui pangeran Felix. Apalagi pangeran Felix mengundang Anastasya secara pribadi. Selain Calvin dan pangeran Felix, Aksel juga mengetahui alasan Calvin tidak menyukai pangeran Felix."Tidak" Ujar tuan Henry dengan tegas kepada Calvin.Tuan Henry menentang permintaan Calvin yang ingin ikut pergi ke istana, karena sudah jelashanya Anastasya yang diundang ke istana. Jadi tidak ada satu orangpun dari keluarga mereka yang boleh ikut."Ayah aku mohon, aku hanya ingin menemani Anastasya" Ujar Calvin kepada tuan Henry.Melihat tingkah laku Calvin yang keras kepala, Stella hanya beranggapan Calvin hanya khawatir dengan adiknya yang pergi ke istana tanpa ditemani keluarga. Apalagi adiknya ditemani oleh seorang pria. Bukankah wajar jika Calvin khawatir? Tetapi kenapa tuan Henry tidak mengizinkan Calvin? Stella bertanya
"Kenapa? Kau berpikir aku yang akan membawa keretanya?" Ujar Aksel dengan santai.Stella mengepalkan tangannya kuat. Jika tau akan duduk berdua dengan Aksel, Stella pasti membujuk ayahnya mati matian agar mengizinkan Calvin ikut.Stella menarik nafasnya pelan. Dia mencoba untuk tetap tenang, lalu duduk disebelah Aksel."Jalan!" Ujar Aksel kepada supir kereta.Kereta kuda berjalan dengan kecepatan normal. Stella dan Aksel saling diam dan tidak memulai percakapan apapun didalam kereta.Tebakan Aksel sangat tepat. Suasana terasa sangat canggung sekarang. Mereka saling buang muka, Stella mengarahkan pandangannya ke kanan sementara Aksel ke kiri.Mereka melewati pasar, Stella mengintip dari jendela menyaksikan pemandangan pasar. Dia jadi ingat waktu pertama kali bertemu dengan Aksel. Awal pertemuan mereka memang tidak bagus.Stella melihat warga pasar yang berkerumun. Matanya tertuju pada bocah laki laki yang sedang dipukuli