Stella menggaruk keningnya yang tidak gatal. Matanya sibuk menghindari tatapan nyonya Rose yang sedang duduk dihadapannya. Apakah nyonya Rose bisa merasakan bahwa jiwa yang ada ditubuh putrinya bukan lah putrinya, melainkan seorang pencuri dari masa depan? Apakah insting seorang ibu sekuat itu?
"Ibu... Apa yang ibu bicarakan?" Ujar Calvin."Ibu hanya bercanda" nyonya Rose mengusap lembut lengan Stella."Hahaha, tentu saja aku tau bu" Ujar Stella sambil tertawa hambar.Stella pamit untuk kembali ke kamar. Meninggalkan nyonya Rose dan Calvin yang masih sibuk berbincang. Jujur Stella sama sekali tidak mengerti apa yang mereka bicarakan.****Stella membuka pintu kamarnya. Badannya yang sejak tadi lemas akhirnya terjatuh begitu saja. Dia benar benar sangat terkejut saat nyonya Rose memberikan pertanyaan tidak terduga kepadanya."Stella apa kamu sudah gila?" Stella memukul kepalanya sendiri.Stella sangat menyesal karena sudah bertindak ceroboh dan kurang hati hati. Sikapnya dan sikap Anastasya sepertinya sangat berbeda, sehingga keluarga Anastasya sangat terkejut melihat sikap baru Anastasya.Stella berniat untuk meminta bantuan kepada Alma untuk menjelaskan sikap yang baik dan memiliki tata krama. Tetapi dia belum melihat keberadaan Alma setelah keluar dari kamar nyonya Rose."Kemana penyelamatku? Kenapa tidak ada didalam kamar?" Ujar Stella.Stella bangkit, dia berniat mencari Alma untuk meminta bantuan. Tetapi baru saja dia ingin membuka pintu, pintu kamar sudah terlebih dahulu dibuka oleh Alma."Nona mau kemana?" Ujar Alma yang berada dihadapan Stella."Suttt! Ayo cepat masuk!" Stella menarik lengan Alma. Lalu menutup kembali pintu kamar.Stella duduk diatas alas seperti karpet. Dia juga meminta Alma untuk duduk dihadapannya. Stella sudah tidak sabar meminta bantuan kepada Alma."Ada apa sebenarnya nona?" Bisik Alma."Ajarkan aku" Ujar Stella dengan semangat."Apa yang perlu aku ajarkan?" Ujar Alma. Dia sedikit bingung karena majikannya memintanya untuk mengajarkan sesuatu, padahal dia hanya seorang pelayan."Ajarkan aku cara bersikap baik sebagai anak orang kaya" Ujar Stella. Alma menaikan sebelah alisnya bingung "ahh maksudku, ajarkan aku cara bersikap seperti putri bangsawan" Ujar Stella.Alma menatap majikannya dari atas hingga bawah. Permintaan Stella adalah permintaan yang sangat aneh menurut Alma. Dia tau majikannya lupa ingatan, tetapi apakah lupa ingatan sangat parah sehingga majikannya lupa cara bersikap yang baik?Tetapi karena Alma adalah pelayan yang baik. Dia bersedia mengajarkan tata krama kepada Stella. Dia berharap saat belajar nanti, ingatan majikannya akan kembali sedikit demi sedikit."Baiklah aku bersedia. Tetapi ada satu syarat" Alma memajukan jari telunjuknya kedepan muka Stella."Katakan saja! Aku akan menuruti syarat yang kamu berikan" Ujar Stella tanpa ragu."Ketika belajar status kita akan berubah menjadi seorang guru dan murid, aku ingin ketika belajar nanti nona tidak membawa status majikan dan pelayan" Ujar Alma.Sejujurnya Alma sangat takut berbicara seperti itu kepada majikannya. Dia takut Stella akan marah karena kata katanya sangat lancang.Tetapi pemikirannya berbanding terbalik dengan Stella. Menurut Stella syarat yang diberikan oleh Alma bukanlah masalah yang besar. Lagipula Stella menganggap Alma sebagai temannya, bukan pelayannya. Stella masih sadar bahwa dirinya bukanlah Anastasya."Baiklah aku setuju. Jadi kapan kita bisa mulai belajar?" Ujar Stella dengan senyuman yang mengembang."Sekarang" Ujar Alma.Alma meminta Stella untuk berdiri dengan tegak. Alma menyingkirkan semua barang yang ada dilantai, bertujuan agar tidak menghalanginya ketika sedang mengajari Stella. Alma juga meminta Stella untuk berdiri yang tegak dengan pandangan yang lurus. Alma menyatukan kedua lengan Stella, lalu membuatnya sejajar dengan perut."Pelajaran pertama adalah pelajaran yang paling sederhana. Yaitu cara berjalan. Cara berjalan yang sopan adalah dengan cara hati hati dan tidak menghembuskan angin ketika melewati orang lain" Ujar Alma yang berdiri tak jauh dihadapan Stella."Cuma jalan aja ribetnya pake banget" Batin Stella.Alma mengambil posisi duduk disebelah Stella yang sedang berdiri. Dia akan merasakan apakah ada angin yang berhembus ketika Stella lewat. Sedangkan Stella masih tetap berdiri tegak dengan pandangan yang lurus kedepan tanpa menoleh kepada Alma."Silahkan berjalan nona" Ujar Alma.Stella berjalan santai lalu melewati Alma yang sedang duduk. Angin halus dapat dirasakan oleh Alma ketika Stella berjalan. Otomatis Alma meminta Stella untuk mengulanginya.Hampir 2 jam Stella terus mengulang berkali kali, tetapi selalu saja ada angin yang berhembus ketika Stella berjalan. Stella sudah menyerah, kakinya sangat pegal dan akhirnya dia menjatuhkan dirinya ke atas lantai."Sudah sudah cukup! Kaki ku hampir patah Alma" Ujar Stella kepada Alma yang berada disebelahnya."Nona jangan menyerah! Ini sangat sederhana untuk dilakukan" Ujar Alma."Sederhana menurut mu itu seperti apa? Aku sudah mengulanginya berkali kali, tetapi masih saja salah. Sudah sudah aku lelah. Lagipula aku kan pakai dress, otomatis saat berjalan pasti ada angin yang berhembus" Oceh Stella. Dia meluruskan kakinya yang terasa pegal.Alma tidak mampu berkata apapun kepada Stella. Sepertinya majikannya memang sudah benar benar berubah, sampai sampai cara berjalan yang sangat sederhana saja tidak bisa dia lakukan. Padahal dahulu Anastasya tidak butuh pelatihan untuk cara berjalan. Alma harus ekstra sabar menghadapi kepribadian baru Anastasya.****Langit sudah hampir gelap. Stella kembali ke kamar setelah mandi. Hari ini adalah hari yang sangat melelahkan bagi Stella. Setelah jalan jalan kepasar bersama Calvin, dia harus belajar cara berjalan yang sangat menyusahkan dengan Alma. Dari dulu pelajaran apapun tidak bisa masuk begitu saja kedalam otaknya."Nona... Setelah selesai merapikan diri, nyonya Rose memanggil nona untuk makan malam bersama" Ujar Alma yang sedang merapikan rambut Stella didepan cermin."Baiklah, sepertinya perutku juga berkata seperti itu" Ujar Stella sambil mengusap perutnya yang lapar.Setelah selesai merapikan diri. Stella langsung pergi menuju ruang makan. Sebelumnya Alma ingin mengantar Stella ke ruang makan, tetapi Stella menolak karena dia sudah hafal ruangan ruangan dirumah barunya. Stella meminta Alma untuk tetap diam dikamar sambil menunggu dirinya kembali.Stella telah sampai diruang makan. Semua anggota keluarga sudah berkumpul mengelilingi meja makan. Begitu pun dengan tuan Henry. Mereka semua sedang menunggu kedatangan Stella. Sejujurnya Stella tidak pernah merasakan makan malam bersama keluarga. Dia bahkan tidak tahu kemana keluarganya pergi. Takdir Stella di masa depan sangat berbanding terbalik dengan Anastasya."Tasya duduklah!" Ujar Tuan Henry dengan sangat lembut."Baiklah ayah" Ujar Stella lalu duduk disebelah Calvin.Mereka menyantap hidangan yang telah disediakan diatas meja makan. Tidak ada yang memulai percakapan saat sedang makan termasuk tuan Henry. Karena itu adalah kebiasaan yang harus dilakukan ketika sedang makan.Setelah selesai makan. Tidak ada yang boleh langsung pergi, karena pasti ada hal yang akan dibicarakan oleh tuan Henry ataupun anggota keluarga lain. Entah itu penting atau tidak tetapi seluruh anggota keluarga wajib mendengarkan."Hari ini ayah akan memberikan informasi penting yang ayah terima dari istana" Ujar Tuan Henry."Katakanlah ayah!" Ujar Calvin."Besok pagi seluruh keluarga bangsawan diundang untuk hadir dalam acara ulang tahun pangeran utama Felix ke 20. Jadi besok pagi kalian harus bersiap siap! Ingat jangan ada yang terlambat!" Ujar Tuan Henry."Ternyata masa depan dan masa lalu tidak terlalu berbeda. Rakyat jelata tidak pernah dilihat keberadaannya" Batin Stella."Baik ayah" Ujar Stella dan Calvin serempak.Henry tersenyum manis ke arah Stella dan Calvin. Henry yang sedari tadi tidak sadar dengan luka yang ada di leher mulus putrinya, akhirnya sadar. Henry sedikit terkejut melihat luka sayatan dileher putrinya."Lehermu kenapa Anastasya?" Ujar Henry.Nyonya Rose, Stella dan Calvin seketika merasa gugup. Mereka sedang sibuk mencari alasan untuk menjawab pertanyaan Henry. Stella benar benar lupa dengan lukanya."Tidak apa apa ayah, ini hanya luka kecil. Sepertinya aku perlu ke kamar mandi. Aku pamit untuk pergi terlebih dahulu" Ujar Stella.Stella langsung bangkit lalu pergi meninggalkan ruang makan begitu saja. Nyonya Rose yang paham bahwa Henry masih penasaran langsung meyakinkan suaminya. Begitupun dengan Calvin yang membantu nyonya Rose mencari cari alasan.****Stella terburu buru membuka pintu kamarnya. Lalu langsung menutup pintu kamarnya dengan cepat. Alma yang melihat majikannya masuk terburu buru merasa sedikit terkejut. Apalagi keringat membanjiri kening Stella."Ada apa nona?" Ujar Alma yang sedang duduk diatas kasur lantai miliknya."Aku hampir saja mati" Ujar Stella. Lalu duduk disebelah Alma "Wahh nyaman sekali, apakah kita akan tidur disini?" Ujar Stella."Aku yang akan tidur disini. Nona tidur disana" Ujar Alma sambil menunjuk ke arah ranjang sedang di pojok ruangan."Padahal disini sangat nyaman" Ujar Stella.Stella berjalan menuju ranjang yang ditunjukan oleh Alma. Malam ini Stella ingin langsung memejamkan matanya karena sudah terlalu lelah. Baru saja hari kedua, tetapi sudah banyak hal yang membuat jantung Stella hampir copot."Aku akan tidur, selamat malam Alma" Ujar Stella sambil menarik selimutnya hingga menutupi dada."Selamat malam nona" Ujar Alma yang ikut tertidur.****Stella berjalan pelan didalam ruangan yang nampak gelap. Bahkan hanya ada satu cahaya yang masuk dari lubang diatas langit langit. Stella masih bingung dimana dia berada."Halo Stella, bagaimana rasanya menjadi seorang putri bangsawan?" Ujar seseorang pria yang tidak bisa Stella lihat. Stella hanya bisa mendengar suara pria itu yang terdengar bergema."Siapa kamu?" Ujar Stella sambil mencari keberadaan orang yang berbicara kepadanya."Aku yang memberikan kejutan didalam hidupmu Stella"Stella terus mencari sumber suara yang berbicara aneh kepadanya. Suara itu terdengar asing dan membingungkan. Stella sama sekali tidak mengerti apa yang dibicarakan pria misterius itu."Siapa kamu? Dan kejutan apa yang kamu maksud?" Ujar Stella dengan lantang."Hahaha, kamu seharusnya mengerti apa yang aku bicarakan" Ujar Pria misterius itu dengan tawanya yang terdengar mengerikan."Setidaknya tunjukan wajahmu terlebih dahulu! Aku tidak ingin berbicara dengan orang yang tidak bisa menunjukkan wajahnya" Ujar Stella.Sebenarnya Stella sudah sangat takut bahkan keringat dingin mengalir di sekujur tubuhnya, tetapi dia terus mencoba untuk tenang. Tempat aneh dan pria aneh menjadi hal yang sangat membuat Stella penasaran. Sebenernya apa yang terjadi?"Sebenarnya kamu tidak bisa menyebutku dengan kata orang, karena aku bukan manusia Stella" Ujar Pria misterius itu.Kata kata pria itu sangat menakutkan, bahkan Stella tidak tau harus menj
"Apa maksudmu? Dan siapa sebenernya kamu?" Ujar Stella.Stella sangat terkejut dan juga penasaran kepada Lan. Siapa sebenarnya Lan? Kenapa dia memiliki hak untuk menukar jiwa seseorang? Lalu kenapa dia bisa memberikan kehidupan kedua untuk Stella dan Anastasya? Stella benar benar sangat bingung."Belum saat nya kamu tau siapa aku Stella. Sekarang kembalilah dan jalani kehidupanmu sebagai Anastasya" Ujar Lan.Lan kembali menjentikkan jarinya. Tiba tiba cahaya yang sangat terang menyinari mata Stella, sehingga Stella tidak bisa melihat apapun. Dalam 3 detik Stella sudah kembali ke kamar Anastasya. Dia segera merubah posisi menjadi duduk, lalu terdiam memikirkan ucapan Lan yang ada didalam mimpinya.Alma yang baru kembali setelah mandi terlihat bingung melihat Stella yang terlihat mematung. Bahkan Stella sampai tidak sadar dengan kedatangan Alma. Alma yang penasaran segera menghampiri Stella yang masih duduk diatas ranjang."Nona" Ujar Alma
Alma dibawa secara paksa oleh tiga putri bangsawan beserta budak mereka yang tidak Alma kenal. Alma tidak berani melawan dan membantah mereka, karena status Alma dan mereka sangatlah jauh. Alma hanya bisa menurut sambil berpikir kenapa mereka membawa dirinya pergi ke taman.Alma dibawa ke sebuah pohon besar. Ketiga putri bangsawan itu tidak berbicara apapun, mereka hanya menatap Alma dengan tatapan sinis. Sedangkan Alma hanya bisa diam dan menundukkan kepalanya."Pencuri ini sangat nekat datang ke pesta ulang tahun pangeran" Ujar Salah seorang dari putri bangsawan.Alma kaget mendengar salah satu dari mereka menuduhnya sebagai pencuri. Alma bahkan tidak pernah berani mengambil sebuah roti yang bukan miliknya. Bagaimana bisa mereka menuduh Alma sebagai seorang pencuri?"Apa maksudmu? Kenapa kalian menuduhku sebagai pencuri?" Ujar Alma. Dia memberanikan diri untuk menaikan kepalanya."Beraninya kamu bertanya?" Ujar salah seorang putri bangs
Stella dan Alma kembali ke meja mereka. Tuan Henry dan nyonya Rose sudah duduk terlebih dahulu sambil menunggu kedatangan Stella. Sedangkan Calvin baru saja sampai dengan wajah kesal karena ucapan pangeran Felix."Lain kali kamu harus menghindari mereka Anastasya" Ujar Nyonya Rose kepada Stella yang duduk berhadapan dengan nya."Aku tidak akan diam saja jika mereka yang memulai terlebih dahulu" Ujar Stella."Ini pertama kalinya kamu datang ke istana. Ayah tidak ingin kamu membuat keributan seperti itu" Ujar tuan Henry."Maafkan aku" Ujar Stella.Stella menyantap kue yang ada dihadapannya. Awalnya dia hanya ingin memakan kue untuk menghilangkan amarahnya, ternyata rasa kue itu sangat enak sampai Stella tidak bisa berhenti makan."Calvin"Seseorang memanggil Calvin. Refleks semua orang yang berada dimeja menoleh ke arah sumber suara, termasuk Stella. Dia adalah Akxel, pria yang pernah menaruh pedangnya di leher Stella. Aks
Nyonya Rose menggelengkan kepalanya ketika melihat Stella bertemu langsung dengan Aksel. Padahal nyonya Rose sudah memerintahkan Stella untuk segera pergi dan mandi, tetapi Stella tidak menuruti perkataan nyonya Rose.Nyonya Rose berdiri, lalu mendorong Stella pelan agar segera pergi dari situasi yang memalukan. Sedangkan Aksel hanya diam sambil mengarahkan pandangannya agar tidak melihat ke arah Stella.Stella berjalan cepat pergi ke kamar. Hari ini adalah hari paling memalukan bagi Stella. Stella memang tidak menyukai Aksel, begitupun dengan Aksel yang tidak tertarik kepada Stella, tetapi sudah sewajarnya seorang putri bangsawan terlihat rapih, cantik dan anggun dihadapan orang lain."Aish memalukan, kenapa harus bertemu disaat seperti ini?" Ujar Stella yang mulai berlari ke arah kamarnya.Stella memasuki kamar sambil terengah engah. Didalam sudah ada Alma yang sedang merapikan dress milik Stella. Alma yang melihat Stella hanya berdiri sambil me
Semua orang menoleh ke arah Calvin bersamaan. Aksel mengerti dengan sikap Calvin yang tidak suka jika Anastasya pergi ke istana untuk menemui pangeran Felix. Apalagi pangeran Felix mengundang Anastasya secara pribadi. Selain Calvin dan pangeran Felix, Aksel juga mengetahui alasan Calvin tidak menyukai pangeran Felix."Tidak" Ujar tuan Henry dengan tegas kepada Calvin.Tuan Henry menentang permintaan Calvin yang ingin ikut pergi ke istana, karena sudah jelashanya Anastasya yang diundang ke istana. Jadi tidak ada satu orangpun dari keluarga mereka yang boleh ikut."Ayah aku mohon, aku hanya ingin menemani Anastasya" Ujar Calvin kepada tuan Henry.Melihat tingkah laku Calvin yang keras kepala, Stella hanya beranggapan Calvin hanya khawatir dengan adiknya yang pergi ke istana tanpa ditemani keluarga. Apalagi adiknya ditemani oleh seorang pria. Bukankah wajar jika Calvin khawatir? Tetapi kenapa tuan Henry tidak mengizinkan Calvin? Stella bertanya
"Kenapa? Kau berpikir aku yang akan membawa keretanya?" Ujar Aksel dengan santai.Stella mengepalkan tangannya kuat. Jika tau akan duduk berdua dengan Aksel, Stella pasti membujuk ayahnya mati matian agar mengizinkan Calvin ikut.Stella menarik nafasnya pelan. Dia mencoba untuk tetap tenang, lalu duduk disebelah Aksel."Jalan!" Ujar Aksel kepada supir kereta.Kereta kuda berjalan dengan kecepatan normal. Stella dan Aksel saling diam dan tidak memulai percakapan apapun didalam kereta.Tebakan Aksel sangat tepat. Suasana terasa sangat canggung sekarang. Mereka saling buang muka, Stella mengarahkan pandangannya ke kanan sementara Aksel ke kiri.Mereka melewati pasar, Stella mengintip dari jendela menyaksikan pemandangan pasar. Dia jadi ingat waktu pertama kali bertemu dengan Aksel. Awal pertemuan mereka memang tidak bagus.Stella melihat warga pasar yang berkerumun. Matanya tertuju pada bocah laki laki yang sedang dipukuli
"Kamu tidak dengar? Aku bilang berikan dia uang" Ujar Stella.Aksel menatap Malio yang berdiri dihadapannya. Sebenarnya Aksel merasa kasihan dengan Malio yang hidup dengan adiknya tanpa orang tua.Dia merasa bahwa kehidupannya tak terlalu buruk setelah melihat Malio. Dia memang tidak mempunyai orang tua tetapi ada pamannya yang mau merawatnya dengan penuh kasih sayang.Aksel memberikan sekantong keping emas kepada Malio "Ambilah! Belilah makanan enak untuk adikmu!" Ujar Aksel.Malio mengintip isi kantong yang diberikan Aksel. Dia sangat terkejut melihat kepingan emas yang sangat banyak menurutnya. Malio belum pernah melihat uang sebanyak ini."Terimakasih atas kebaikan tuan dan nona" Ujar Malio yang merasa terharu."Masukan lah kedalam kantong celanamu! Jangan sampai uangmu dicuri" Ujar Stella.Malio mengangguk, lalu segera memasukan kantong yang diberikan Aksel kedalam kantong celananya. Dia harus berhati hati saat memb
Stella memejamkan matanya. Tubuhnya terus terjun menuju kedasar jurang. Dia merasa sangat bersalah kepada Anastasya karena tidak bisa menjaga tubuh Anastasya dengan baik."Maaf, karena aku telah egois" Lirih Stella.Seseorang menarik lengan Stella untuk masuk kedalam pelukannya. Dia memeluk Stella sangat erat. Stella cukup terkejut, dia mencoba memberanikan diri membuka matanya."Aksel" Ujar Stella.Aksel menatap Stella dengan tatapan cemas. Aksel sangat bersyukur ternyata dia belum terlambat untuk menyelamatkan Stella.Untuk sesaat Stella terlarut dalam pikirannya. Dia tidak bisa berhenti menatap Aksel. Sampai dia tidak sadar Aksel membawanya terbang menuju keatas jurang."Apa kau terluka?" Ujar Aksel yang berdiri dihadapan Stella."Aksel..." Ujar Stella yang masih sangat terkejut."Kenapa kenapa? Apa kau terluka?" Ujar Aksel panik.Stella menatap Aksel, meletakan kedua telapak tangannya di pipi Aksel,
Stella menyenderkan kepalanya ke pinggiran kereta kuda. Dia merasa badannya sangat letih, padahal saat di istana dia tidak melakukan apa apa.Tidak hanya lelah, rasa kantuk juga menyerang Stella. Perlahan Stella mulai memejamkan matanya dan tertidur dengan posisi menyandar ke pinggir kereta.Sedangkan Aksel masih setia dengan posisi duduk yang tegak sambil mengarahkan kepalanya ke jendela sebelah kanan untuk melihat suasana hutan yang sejuk di pagi hari.Aksel mengarahkan pandangannya ke arah Stella yang sudah tertidur pulas. Aksel sedikit tersenyum melihat Stella yang sudah tertidur, padahal langit sudah sangat cerah. Dia jadi teringat saat melihat wajah Stella saat baru bangun tidur, sebenarnya Aksel ingin sekali tertawa saat itu."BERHENTI KALIAN!" Sekelompok pria berbaju hitam menghalangi kereta kuda Aksel dan Stella. Badan Stella hampir saja terhuyung ke depan karena kereta yang berhenti mendadak, tetapi untungnya dengan cepat Aksel
Stella sudah menebak bahwa mereka akan terkejut dengan ucapan Stella. Stella tidak berbohong soal dirinya yang bisa memainkan piano.Dulu sebelum Stella kehilangan orang tuanya, Stella ikut les musik karena ayahnya seorang pianis. Stella jadi tertarik dengan piano karena ayahnya."Kamu tau akibatnya jika membohongi kami" Ujar pangeran Aarav."Aku tidak berani berbohong kepada pangeran. Aku bahkan siap membuktikannya" Ujar Stella dengan percaya diri.Karena rasa penasaran, akhirnya para pangeran membawa Stella keruangan alat musik. Pangeran Aarav ingin membuktikan apa yang dibicarakan oleh Stella.Stella sangat takjub melihat ruangan musik. Banyak sekali musik musik antik disini. Stella bisa melihat sebuah piano yang berdiri dengan kokoh disalah satu alat musik."Kamu bisa berbicara jujur sekarang Anastasya, jangan memaksakan diri" Ujar pangeran Felix.Pangeran Felix takut Stella akan berbohong dan malu nantinya. Pangeran
Stella sangat terkejut saat mendengar ucapan pangeran Felix. Stella sama sekali tidak berpikir bahwa pangeran Felix akan melamarnya."Apa? Melamar? Apa maksudmu?" Ujar Stella dengan wajah yang terkejut sekaligus bingung."Aku menyukai mu, jadi aku mau melamar mu Anastasya" Pangeran Felix mengambil kotak cincin yang ada didalam sakunya "Apakah kamu mau menikah denganku?" Ujar pangeran Felix sambil membuka kotak cincin lalu menaruhnya diatas meja.Cincin yang diberikan pangeran Felix sangat indah. Cincin itu terbuat dari emas dengan hiasan sebuah permata yang lumayan besar."Tetapi kamu baru bertemu denganku dua kali, kenapa langsung melamar ku?" Ujar Stella."Karena aku percaya kamu bisa menjadi ratu yang baik. Banyak wanita diluar sana yang ingin menjadi ratu, tetapi mereka tidak memiliki sikap yang pantas menjadi seorang ratu. Aku ingin memiliki ratu yang rendah hati dan peduli kepada rakyatku nanti, bukan ratu yang hanya haus dengan harta" Ujar pangeran Felix.Stella terdiam kaku kar
"Kamu tidak dengar? Aku bilang berikan dia uang" Ujar Stella.Aksel menatap Malio yang berdiri dihadapannya. Sebenarnya Aksel merasa kasihan dengan Malio yang hidup dengan adiknya tanpa orang tua.Dia merasa bahwa kehidupannya tak terlalu buruk setelah melihat Malio. Dia memang tidak mempunyai orang tua tetapi ada pamannya yang mau merawatnya dengan penuh kasih sayang.Aksel memberikan sekantong keping emas kepada Malio "Ambilah! Belilah makanan enak untuk adikmu!" Ujar Aksel.Malio mengintip isi kantong yang diberikan Aksel. Dia sangat terkejut melihat kepingan emas yang sangat banyak menurutnya. Malio belum pernah melihat uang sebanyak ini."Terimakasih atas kebaikan tuan dan nona" Ujar Malio yang merasa terharu."Masukan lah kedalam kantong celanamu! Jangan sampai uangmu dicuri" Ujar Stella.Malio mengangguk, lalu segera memasukan kantong yang diberikan Aksel kedalam kantong celananya. Dia harus berhati hati saat memb
"Kenapa? Kau berpikir aku yang akan membawa keretanya?" Ujar Aksel dengan santai.Stella mengepalkan tangannya kuat. Jika tau akan duduk berdua dengan Aksel, Stella pasti membujuk ayahnya mati matian agar mengizinkan Calvin ikut.Stella menarik nafasnya pelan. Dia mencoba untuk tetap tenang, lalu duduk disebelah Aksel."Jalan!" Ujar Aksel kepada supir kereta.Kereta kuda berjalan dengan kecepatan normal. Stella dan Aksel saling diam dan tidak memulai percakapan apapun didalam kereta.Tebakan Aksel sangat tepat. Suasana terasa sangat canggung sekarang. Mereka saling buang muka, Stella mengarahkan pandangannya ke kanan sementara Aksel ke kiri.Mereka melewati pasar, Stella mengintip dari jendela menyaksikan pemandangan pasar. Dia jadi ingat waktu pertama kali bertemu dengan Aksel. Awal pertemuan mereka memang tidak bagus.Stella melihat warga pasar yang berkerumun. Matanya tertuju pada bocah laki laki yang sedang dipukuli
Semua orang menoleh ke arah Calvin bersamaan. Aksel mengerti dengan sikap Calvin yang tidak suka jika Anastasya pergi ke istana untuk menemui pangeran Felix. Apalagi pangeran Felix mengundang Anastasya secara pribadi. Selain Calvin dan pangeran Felix, Aksel juga mengetahui alasan Calvin tidak menyukai pangeran Felix."Tidak" Ujar tuan Henry dengan tegas kepada Calvin.Tuan Henry menentang permintaan Calvin yang ingin ikut pergi ke istana, karena sudah jelashanya Anastasya yang diundang ke istana. Jadi tidak ada satu orangpun dari keluarga mereka yang boleh ikut."Ayah aku mohon, aku hanya ingin menemani Anastasya" Ujar Calvin kepada tuan Henry.Melihat tingkah laku Calvin yang keras kepala, Stella hanya beranggapan Calvin hanya khawatir dengan adiknya yang pergi ke istana tanpa ditemani keluarga. Apalagi adiknya ditemani oleh seorang pria. Bukankah wajar jika Calvin khawatir? Tetapi kenapa tuan Henry tidak mengizinkan Calvin? Stella bertanya
Nyonya Rose menggelengkan kepalanya ketika melihat Stella bertemu langsung dengan Aksel. Padahal nyonya Rose sudah memerintahkan Stella untuk segera pergi dan mandi, tetapi Stella tidak menuruti perkataan nyonya Rose.Nyonya Rose berdiri, lalu mendorong Stella pelan agar segera pergi dari situasi yang memalukan. Sedangkan Aksel hanya diam sambil mengarahkan pandangannya agar tidak melihat ke arah Stella.Stella berjalan cepat pergi ke kamar. Hari ini adalah hari paling memalukan bagi Stella. Stella memang tidak menyukai Aksel, begitupun dengan Aksel yang tidak tertarik kepada Stella, tetapi sudah sewajarnya seorang putri bangsawan terlihat rapih, cantik dan anggun dihadapan orang lain."Aish memalukan, kenapa harus bertemu disaat seperti ini?" Ujar Stella yang mulai berlari ke arah kamarnya.Stella memasuki kamar sambil terengah engah. Didalam sudah ada Alma yang sedang merapikan dress milik Stella. Alma yang melihat Stella hanya berdiri sambil me
Stella dan Alma kembali ke meja mereka. Tuan Henry dan nyonya Rose sudah duduk terlebih dahulu sambil menunggu kedatangan Stella. Sedangkan Calvin baru saja sampai dengan wajah kesal karena ucapan pangeran Felix."Lain kali kamu harus menghindari mereka Anastasya" Ujar Nyonya Rose kepada Stella yang duduk berhadapan dengan nya."Aku tidak akan diam saja jika mereka yang memulai terlebih dahulu" Ujar Stella."Ini pertama kalinya kamu datang ke istana. Ayah tidak ingin kamu membuat keributan seperti itu" Ujar tuan Henry."Maafkan aku" Ujar Stella.Stella menyantap kue yang ada dihadapannya. Awalnya dia hanya ingin memakan kue untuk menghilangkan amarahnya, ternyata rasa kue itu sangat enak sampai Stella tidak bisa berhenti makan."Calvin"Seseorang memanggil Calvin. Refleks semua orang yang berada dimeja menoleh ke arah sumber suara, termasuk Stella. Dia adalah Akxel, pria yang pernah menaruh pedangnya di leher Stella. Aks